Anda di halaman 1dari 4

Hak asasi manusia merupakan hak-hak yang dimiliki oleh seluruh umat manusia yang

tidak perlu diberikan, dibeli, diwariskan, tanpa membedakan jenis kelamin, ras, agama,

pandangan politik, asal-usul sosial dan bangsa seseorang, serta tidak bisa dilanggar oleh

siapapun. Dengan adanya HAM, kebebasan merupakan tuntutan manusia sebagai makhluk

individu dan makhluk sosial, di sisi lain manusia tidak dapat hidup sendiri dan selalu hidup di

tengah-tengah kehidupan sosialitasnya, baik itu hubungan antar individu, kelompok, suku,

bangsa maupun negara. Dengan demikian kedudukan manusia sebagai makhluk sosial

tersebut menjadikan HAM menjadi sangat kompleks. Menurut pemikiran Rusia Nico

Alezandrenovict Berdayev tentang HAM bahwa manusia memang mahluk sosial, namun

hidupnya tidak boleh semata-mata diabdikan untuk kelompok atu komunitas tertentu.

Demikian dengan kasus pada tulisan ini, bahwa pada dasarnya tindakan pernikahan anak ini

salah satunya didasari oleh pengaruh prilaku maupun kebiasaan masyarakat ataupun budaya

yang telah mandarah daging dalam kehidupan masyarakat di india, dan dengan

terkontruksinya pemikiran masyarakat India oleh aturan-aturan agama maupun budaya

menjadikan hak-haknya menjadi terbatas, sehingga terdapat keterkaitan antara agama,budaya,

dan HAM

Berkaitan dengan tulisan ini yang membahas tentang pernikahan dini, dimana telah

terjadinya pelanggaran hak asasi manusia, sejalan dengan dua prinsip dasar HAM yaitu

prinsip kesetaraan dan prinsip non diskriminasi. Prinsip kesetaraan atau equality diartikan

sebagai prinsip yang selalu hadir dalam hampir semua instrument HAM, prinsip tersebut

sering digambarkan sebagai jiwa dari HAM dikarenakan hal yang paling fundamental dari

terciptanya ide HAM adalah meletakkan setiap individu manusia di seluruh dunia ini dalam

posisi yang sama dan sejajar dalam hubungannya antara satu dengan yang lain. Demikian

pula pada implementasi dari prinsip ini pria dan wanita juga harus diperlakukan sama dalam

segala hal, begitupun pada kasus pernikahan anak yang terjadi di India, karena pada dasarnya
kasus pernikahan anak tersebut terjadi karena kurangnya prilaku yang adil dan setara

khususnya pada anak perempuan baik dari pemeberlakuan hukum, agama, budaya dan

kehidupan sosial lainnya. Prinsip kedua yaitu prinsip non diskriminasi yang mempunyai

makna bahwa kesenjangan dalam memberikan perlakuan dari perlakuan yang seharusnya

sama dan setara. Adapun alasan-alasan yang mengakibatkan terjadinya diskriminasi, yaitu,

ras, warna kulit, jenis kelamin, suku, Bahasa, agama, kebangsaan, status kelahiran atau

kepemilikan benda dan kekayaan.

Konsep HAM berdasarkan pada keyakinan bahwa setiap orang selayaknya dapat

hidup nyaman tanpa adanya diskriminasi, HAM menjadi berbeda dengan makna hak pada

umumnya melalui dua hal, pertama pada karakteristiknya yang Inheren (bagi semua manusia

dan melekat padanya), Inalienable (tidak dapat dikesampingkan) dan Equality (setara),

kemudian yang kedua, HAM juga merupakan kewajiban negara dengan alat-alat

kekuasaannya untuk memenuhi serta melindunginya dan bukan kewajiban dari individu.

Dampak penting dari akibat karakteristik HAM ini adalah bahwa hak asasi manusia dengan

sendirinya harus dilindungi oleh hukum dan diselesaikan dengan tidak berpihak dan mandiri,

melalui hukum acara yang jelas, sehingga dapat dipastikan akan adanya suatu penyelesaian

yang adil, jujur, sehingga masalah yang disengketakan menjadi jelas dan dapat diselesaikan.

Tidak dapat dipungkiri juga bahwa HAM lahir dari konflik individu dengan penguasa, oleh

sebab itu salah satu ide dasar dari HAM adalah untuk melindungi warga masyarakat dari

kesewenang-wenangan penguasa.

Majelis umum PBB memproklamasikan Deklarasi Universal tentang Hak Asasi

Manusia (DUHAM) sebagai suatu standar umum hasil yang harus dicapai oleh semua rakyat

dan semua negara. Namun DUHAM bukanlah hukum yang dapat digunakan sebagai dasar

untuk menuntut, kalau dilanggar, tetapi sebagai tolak ukur umum yang diharapkan akan dapat
dilaksanakan oleh semua orang, dengan dukungan pemerintah suatu negara maupun beberapa

lembaga yang mempunyai perhatian terkait HAM. Dengan demikian daftar-daftar HAM yang

ada dalam DUHAM tersebut dapat dijadikan sebagai bahan ataupun landasan yang dapat

digunakan untuk merancang hukum di suatu negara. Selanjutnya untuk tindakan kepatuhan

suatu negara maupun masyarakat dalam perjalanan HAM maka Majelis umum PBB

menyusun kovenan dan memastikan mekanisme tindakan untuk mematuhinya. Terdapat

beberapa kovenan yang telah dirancang dan diratifikasi oleh banyak negara, berkaitan dengan

tulisan ini Konvensi Hak Anak (Convention on the Right of the Child) adalah kovenan yang

tepat sebagai tinjauan hukum internasioanal tentang pernikahan dini yang terjadi di India.

Convention on thr Right of the Child (CRC) merupakan instrument Internasional di

bidang hak asasi manusia dengan mencakup hak yang paling konverhensif. Konvensi ini

mencakup hak-hak ekonomi, sipil, politik,sosial dan budaya. Berdasarkan strukturnya

konvensi ini dibgi menjadi empat bagian yaitu ; Preambule ( berisi konteks konvensi hak anak),

Bagian Satu Pasal 1-41 (mengatur hak bagi semua anak) Bagian Dua, Pasal 42-45 (mengatur masalah

pemantauan dan pelaksanaan konvensi hak anak) Bagian Tiga, Pasal 46-54 (mengatur masalah

pemberlakuan konvensi). Untuk dapat melihat lebih dalam tentang kasus pernikahan dini dengan

kaiatanya pada CRC, terdapat empat prinsip yang terkandung di dalam konvensi hak anak, yaitu ;

Prinsip non-diskriminasi, prinsip yang terbaik bagi anak, prinsip atas hak hidup,kelangsungan dan

perkembangan, dan prinsip penghargaan terhadap pendapat anak. Selain itu adapula hak-hak yang

dapat diperoleh oleh anak sebanyak 54 pernyataan, Sebagian diantaranya yaitu; hak untuk

mendapatkan lingkungan hidup dan pengasuh pengganti, Kesehatan dan kesejahteraan dasar,

Pendidikan, waktu luang dan kegiatan budaya, langkah-langkah perlindungan khusus dan lain-lain.

Negara peserta yang telah meratifikasi konvensi ini wajib memenuhi semua ketentuan dalam CRC,

kecuali bila negara tersebut melakukan reservasi ketentuan dalam CRC, dalam kondisi tersebut negara

tidak terikat untuk melaksanakan ketentuan yang direservasinya, dan reservasi bisa ditarik kapan saja

dan dengan pemberitahuan resmi berdasarkan CRC pasal 51 ayat 3.


Berdasarkan konteks Convention on the Right of the Child terdapat pelanggaran hak anak

secara umum diukur dari compliance atau pemenuhan negara terhadap kewajibannya dalam

mengimplementasikan isi dari konvensi. Meskipun CRC mengikat secara yuridis untuk memberikan

sanksi bagi negara yang melakukan suatu pelanggaran, namun sejauh ini hanya sanksi moral dan

sanksi politis, bisa berbentuk embargo bantuan ekonomi, pengucilan, mempermalukan di tingkat

internasional, dan lainnya. Apabila pelanggaran dilakukan oleh orang tua atau anggota masyarakat

dalam skala individu, maka negara mempunyai kewajiban untuk menjamin agar anggota masyarakat

tidak melakukan pelanggaran hak anak, dan menjamin agar jika terjadi pelanggaran seperti itu, maka

pelaku harus mempertanggungjawabkan tindakannya dan korbandibantu pemulihannya. Hal ini

kemudian bisa dilakukan dengan menyelaraskan perundang-undangan maupun peraturan nasional

sesuai dengan CRC.

Anda mungkin juga menyukai