Anda di halaman 1dari 13

LECTURE NOTES – 1702-KWN-06-01

KONSEP DASAR HAK ASASI MANUSIA

Oleh: Gunawan Wiradharma, M.Si., M.Hum.

Tujuan Pembelajaran:

Setelah mempelajari bagian ini, Anda diharapkan telah mampu menjelaskan konsep

dasar hak asasi manusia (HAM).

1. Pengantar
Kajian tentang penegakan hak asasi manusia (HAM) dihadapkan pada realitas

kehidupan bersama dalam suatu negara yang memiliki kepentingan yang berbeda-

beda. Realitas kehidupan bersama tersebut memungkinkan terjadinya gesekan

ataupun benturan yang berakibat pada pelanggaran hak asasi manusia. Secara negatif

hak asasi manusia sering dirumuskan sebagai hal yang tidak boleh orang lain lakukan

terhadap kehidupan. Prinsip “kehidupan tidak boleh dicampuri oleh pihak-pihak luar”

memberikan semacam jaminan adanya ”suatu ruang kebebasan di mana kita sendirilah

yang berhak untuk menentukan diri (Suseno, 1991: 126).

Banyak kendala dan hambatan yang harus dihadapi dan diatasi supaya dapat

menegakkan hak asasi manusia secara baik. Kendala dan hambatan tersebut

bersumber pada penguasa atau pada masyarakat itu sendiri. Mengapa ada kendala

atau hambatan? Hal itu disebabkan kepentingan atau keinginan setiap warga

masyarakat dan penguasa yang berbeda-beda. Upaya penegakan hak asasi manusia

sering menjadi ancaman bagi pihak-pihak tertentu.

Apakah kendala atau hambatan harus menghalangi manusia untuk menegakkan HAM

dalam kehidupan bernegara? Jika menghadapi hambatan atau kendali, apa sikap atau

tindakan manusia? Apakah perjuangan menegakkan HAM hanya menjadi kepedulian

para pejuang HAM saja? Sebagai warga negara, apa yang dapat kita sumbangkan dalam

upaya menegakkan HAM di Indonesia?

Halaman | 1
LECTURE NOTES – 1702-KWN-06-01

Pada materi ini akan membahas tentang Hak Asasi Manusia (HAM). Sebagai catatan

awal dan pembuka bab, akan dibahas terlebih dahulu kenyataan manusia sebagai

ciptaan Tuhan. Topik ini menarik dan penting untuk dibahas karena semua hak dasar

yang dimiliki manusia merupakan hak-hak dasar pemberian Tuhan Yang Maha Esa.

Setelah itu, dibahas materi lain, seperti definisi, macam-macam HAM, upaya pemajuan,

penghormatan, dan penegakan HAM di Indonesia, instrumen HAM di Indonesia,

tantangan bangsa Indonesia dalam menegakkan HAM, peran serta dalam upaya

penegakkan HAM di Indonesia, dan instrumen hukum dan peradilan internasional HAM.

2. Manusia sebagai Makhluk Ciptaan Tuhan


Manusia ialah makhluk ciptaan Tuhan. Dibandingkan dengan ciptaan lainnya, manusia

merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang paling tinggi derajatnya. Sebagai ciptaan

Tuhan manusia dibekali dengan akal budi. Dengan akal budinya, manusia mampu

menciptakan sesuatu dan memberdayakan alam demi kesejahteraan hidupnya dan

hidup sesamanya.

Manusia adalah makhluk yang paling berharga di hadapan sang Pencipta. Manusia

memiliki martabat, harga diri, serta hak-hak yang tidak boleh diganggu gugat atau

dirampas oleh siapapun, termasuk oleh negara. Itulah hak asasi manusia (HAM). Setiap

orang memiliki hak asasi yang harus dihormati, maka setiap orang juga harus

memperlakukan sesamanya sesuai dengan hak asasinya tersebut.

Ada empat unsur utama yang melekat dalam diri manusia dan tidak dapat dilepaskan

begitu saja. Keempat unsur tersebut adalah harkat, martabat, derajat kemanusiaan,

dan harga diri. Apa arti masing-masing unsur tersebut? Mari kita bahas satu per satu.

1. Harkat adalah nilai, harga, dan taraf yang membedakan makhluk yang satu dengan

makhluk yang lain. Harkat manusia ialah nilai manusia sebagai makhluk Tuhan yang

dibekali cipta, rasa, karsa, hak-hak, dan kewajiban asasi manusia.

2. Martabat adalah tingkatan harkat kemanusiaan dan kedudukan yang terhormat.

3. Derajat kemanusiaan adalah tingkat, martabat, dan kedudukan manusia sebagai

makhluk ciptaan Tuhan yang memiliki kemampuan kodrati.

Halaman | 2
LECTURE NOTES – 1702-KWN-06-01

4. Harga diri adalah nilai diri dan nilai manusia sebagai makhluk Tuhan yang dibekali

cipta, rasa, karsa, hak, dan kewajiban asasi manusia.

Dengan kesadaran mengenai empat unsur hakiki manusia tersebut, manusia

sepantasnya membangun hubungan (pergaulan) dan kerja sama dengan manusia lain

dengan dilandasi sikap saling menghormati, persamaan, dan keadilan. Dalam

hubungan dengan sesama, ia dituntut untuk bersikap terbuka, saling memberi dan

menerima, mau membuka diri terhadap orang lain, dan tidak menonjolkan egoisme

pribadi. Akan tetapi, kesadaran semacam ini ternyata belum sepenuhnya dipraktikkan

dalam kehidupan konkret. Dalam realitas hidup sehari-hari dan juga dalam sejarah

peradaban manusia, banyak dijumpai berbagai kasus pelanggaran HAM. Hal itu terjadi

karena adanya perampasan hak-hak oleh orang lain. Perampasan hak tersebut

dilakukan oleh orang perorangan, kelompok masyarakat, dan bahkan oleh negara.

Dewasa ini, bangsa-bangsa semakin menyadari pentingnya pengakuan dan jaminan

HAM. Kesadaran ini muncul sebagai hasil pemahaman bahwa manusia mempunyai

kedudukan tertinggi di antara makhluk hidup lainnya sekaligus mempunyai persamaan

dengan manusia lainnya. Sebagai makhluk ciptaan Tuhan, setiap manusia memiliki

harkat dan martabat yang sama. Oleh karena itu, dalam berinteraksi dengan sesama

kita harus memerhatikan hak-hak orang lain dan berani membelanya bila hak-hak

tersebut dilanggar oleh pihak lain. Membiarkan penganiayaan, pemerkosaan, dan

pembunuhan terhadap sesama manusia berarti kita membiarkan pelanggaran HAM.

Sebagai ciptaan Tuhan, manusia memiliki kedudukan tertinggi. Dengan kedudukan

tersebut, manusia dianugerahi hak dasar yang disebut hak asasi. Hak-hak dasar

tersebut bersifat kodrati. Dengan hak asasi tersebut, manusia dapat mengembangkan

diri dan masyarakatnya. Hak-hak dasar inilah yang membuat manusia sebagai manusia

seutuhnya.

Halaman | 3
LECTURE NOTES – 1702-KWN-06-01

3. Dasar Hukum Hak Asasi Manusia


Negara Indonesia secara konsisten membuat instrumen perlindungan HAM. Instrumen

perlindungan HAM tersebut secara yuridis berfungsi sebagai dasar hukum dalam

penegakan hak asasi manusia di Indonesia.

Berikut ini adalah instrumen-instrumen perlindungan HAM.

a. Pancasila

Pancasila merupakan paham yang menjadi induk pengakuan terhadap HAM. Pancasila

merupakan kumpulan nilai-nilai luhur yang saling terkait satu sama lainnya. Kelima sila

Pancasila merupakan satu kesatuan yang bulat dan padu. Jika dilihat dari sifatnya,

Pancasila bersifat monopluralis (majemuk tunggal). Pengertian majemuk tunggal adalah

Pancasila tersusun sedemikian rupa sehingga menjadi satu kesatuan yang bulat dan

utuh meskipun terdiri dari lima prinsip. Dengan demikian, dapat ditegaskan bahwa

antara sila yang satu dengan lainnya terjalin hubungan yang bersifat organis.

Sebagai dasar negara dan pandangan hidup, Pancasila mengandung lima nilai dasar

yang menunjukkan pengakuan akan nilai-nilai HAM. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa

memberikan jaminan kebebasan bagi rakyat Indonesia untuk beragama dan

melaksanakan ibadah sesuai dengan agama yang dianutnya. Sila kedua Pancasila,

Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, menegaskan bahwa masyarakat dan bangsa

Indonesia memperlakukan manusia secara adil dan beradab, berlaku sopan,

menghormati orang lain, mengasihi orang lain, dan tidak bertindak sewenang-wenang

terhadap orang lain. Sila Persatuan Indonesia menegaskan pentingnya melaksanakan

HAM sesuai dengan kepentingan bangsa dan negara serta mendahulukan persatuan

dan kesatuan bangsa. Sila keempat Pancasila menegaskan pengakuan terhadap

kebebasan berpendapat, kebebasan menghargai pendapat orang lain, dan menegaskan

pengambilan keputusan politik berdasarkan asas musyarawah dan mufakat. Sementara

itu, sila kelima Pancasila menegaskan pentingnya menghormati dan menegakkan

keadilan, tidak merugikan orang lain, menghargai orang lain, dan turut meningkatkan

kesejahteraan masyarakat.

Halaman | 4
LECTURE NOTES – 1702-KWN-06-01

b. UUD 1945 (Hasil Manandemen)

Kewajiban melindungi dan menghormati HAM oleh negara dan pemerintah tecermin

dalam Undang-Undang Dasar 1945. Dalam UUD 1945, diatur tentang persamaan

kedudukan warga negara di depan hukum dan pemerintahan; hak atas pekerjaan dan

penghidupan yang layak; kemerdekaan berserikat dan berkumpul; hak untuk

mengeluarkan pikiran secara lisan dan tulisan; kebebasan memeluk agama dan

kepercayaannya; serta hak untuk memperoleh pendidikan dan pengajaran.

UUD 1945 yang telah diamandemen memiliki banyak pasal yang mengatur tentang

HAM. Pasal-pasal yang mengatur tentang HAM tersebut termuat dalam Bab X A, Pasal

28A hingga Pasal 28J. Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib

tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan undang-undang. Tujuannya untuk

menjamin pengakuan serta penghormatan hak dan kebebasan setiap orang. Selain itu,

undang-undang berfungsi juga untuk memenuhi tuntutan keadilan sesuai dengan

pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu

mayarakat demokratis.

Selain dalam Bab X A, terdapat juga pasal-pasal HAM lainnya, seperti persamaan

kedudukan di dalam hukum dan pemerintahan, hak atas pekerjaan dan penghidupan

yang layak (Pasal 27); kebebasan berkumpul dan berserikat (Pasal 28); kebebasan

beragama (Pasal 29); dan hak mendapat pendidikan (Pasal 31). Semuanya itu

merupakan hak-hak dasar atau HAM yang perlu dihormati, dilindungi, dan dibela.

Tantangan untuk menegakkan HAM sebagaimana tercantum di dalam UUD 1945

adalah keseriusan negara untuk menerjemahkan prinsip-prinsip HAM tersebut ke

dalam hukum positif. Semakin banyak prinsip dasar HAM diterapkan ke dalam hukum

positif berarti semakin mengindikasikan keseriusan negara dalam mempraktikkan

HAM dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Halaman | 5
LECTURE NOTES – 1702-KWN-06-01

c. Ketetapan MPR No. XVII/MPR/1998 tentang HAM

Ketetapan MPR No. XVII/MPR/1998 tentang HAM yang ditetapkan dalam sidang umum

MPR tahun 1998 merupakan langkah maju bagi bangsa Indonesia dalam menegakkan

dan melindungi HAM. Tap MPR No. XVII/MPR/1998 tersebut secara sistematika terdiri

atas dua bagian. Bagian pertama adalah pandangan dan sikap bangsa Indonesia

terhadap HAM dan bagian kedua berisi Piagam HAM. Selain itu, Ketetapan MPR No

XVII/MPR/1998 tentang HAM menyatakan bahwa “Tugas setiap Lembaga Tinggi Negara

dan seluruh aparatur pemerintahan wajib menghormati, menegakkan dan

menyebarluaskan pemahaman mengenai HAM, termasuk hak-hak wanita dan hak-hak anak

kepada seluruh warga masyarakat.”

d. Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

Undang-Undang No. 39 tahun 1999 tersebut memandang bahwa kewajiban dasar

manusia merupakan sisi lain dari hak asasi manusia. Pelaksanaan hak asasi manusia

tidak dapat bersifat mutlak, sebab jika dilaksanakan secara mutlak akan melanggar hak

asasi orang lain. Hak asasi kita selalu berbatasan dengan hak asasi orang lain. Oleh

karena itu, pelaksanaan hak asasi manusia juga harus diikuti oleh kewajiban

menghormati hak-hak asasi orang lain.

Undang-Undang No. 39 tahun 1999, Bab V Pasal 71 menyatakan bahwa “Pemerintah

wajib dan bertanggung jawab menghormati, melindungi, menegakkan dan memajukan

HAM sebagaimana diatur dalam undang-undang ini, peraturan perundangan lain, dan

hukum internasional tentang HAM yang diterima oleh negara Republik Indonesia.” Selain

itu, Pasal 72 Undang-Undang No. 39 tahun 1999 menegaskan bahwa kewajiban dan

tanggung jawab tersebut meliputi langkah implementasi yang efektif dalam bidang

hukum, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, keamanan negara, dan bidang-

bidang lain.

e. Undang-Undang No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM

f. Undang-Undang No. 9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan

Pendapat di Muka Umum

Halaman | 6
LECTURE NOTES – 1702-KWN-06-01

g. Undang-Undang No. 5 Tahun 1998 tentang Pengesahan Konvensi Menentang

Penyiksaan, dan Perlakuan atau Penghukuman Klaim yang Kejam, Tidak

Manusiawi, atau Merendahkan Martabat Manusia

4. Definisi Hak Asasi Manusia (HAM)


Mariam Budiardjo membatasi pengertian hak asasi manusia sebagai “hak yang dimiliki

manusia yang telah diperoleh dan dibawanya bersamaan dengan kelahiran atau

kehadirannya di dalam masyarakat.” Selain itu, Tilar (2001 dalam Rahman, 2009)

menyatakan hak asasi manusia adalah hak-hak yang melekat pada diri manusia dan

tanpa hak-hak itu manusia tidak dapat hidup layak sebagai manusia. Definisi hak asasi

manusia dapat dilihat melalui dua makna. Pertama, makna umum hak asasi manusia

adalah pemberian (gift) dari Tuhan Yang Maha Esa yang melekat pada diri manusia

yang bersifat kodrati dan fundamental. Dengan demikian, hakikat penghormatan dan

perlindungan terhadap HAM ialah menjaga keselamatan eksistensi manusia secara

utuh melalui aksi keseimbangan, yaitu keseimbangan antara hak dan kewajiban.

Kedua, makna khusus HAM berlaku untuk semua orang tanpa memandang kelamin,

ras, agama, pandangan politik bangsa, jenis, atau asal-usul sosial. HAM tidak bisa

dilanggar, tidak seorang pun berhak untuk membatasi atau melanggar hak orang lain

walaupun suatu negara membuat hukum yang tidak melindungi atau melanggar HAM

(Mansour: 2003).

Berikut ini uraian pemahaman bangsa Indonesia terhadap HAM.

1. Hak asasi merupakan hak dasar setiap manusia tanpa ada perbedaan. Mengingat

hak dasar merupakan anugerah Tuhan, HAM dipahami sebaik hak yang melekat

pada diri manusia, bersifat kodrati, universal dan abadi, berkaitan dengan harkat

dan martabatnya sebagai manusia.

2. Setiap manusia diakui dan dihormati sebagai pribadi yang mempunyai hak asasi

yang sama tanpa membedakan jenis kelamin, warna kulit, suku atau kebangsaan,

agama, usia, pandangan politik, status sosial, dan bahasa serta status lainnya.

Kehilangan harkat dan martabatnya sebagai manusia membuat seseorang tidak

mampu mengembangkan diri dan peranannya secara utuh.

Halaman | 7
LECTURE NOTES – 1702-KWN-06-01

3. Bangsa Indonesia menyadari bahwa HAM bersifat historis dan dinamis yang

pelaksanaannya berkembang dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan

bernegara.

Negara Indonesia mengakui dan melindungi HAM. Landasannya adalah:

1. Bangsa Indonesia mempunyai pandangan dan sikap mengenai HAM yang

bersumber dari ajaran agama, nilai moral universal, dan nilai luhur budaya bangsa,

serta berdasarkan pada Pancasila dan UUD 1945; dan

2. Bangsa Indonesia sebagai anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa mempunyai

tanggung jawab untuk menghormati Deklarasi Universal HAM (Universal Declaration

of Human Rights) dan berbagai instrumen nasional HAM.

Meskipun HAM merupakan suatu prinsip universal, penerapannya di negara yang satu

akan berbeda dengan penerapan di negara lainnya. Hal ini disebabkan oleh kondisi,

situasi, serta sistem nilai yang berlaku di masing-masing negara berbeda.

5. Macam-Macam Hak Asasi Manusia


Hak-hak asasi adalah hak-hak yang mendasari kehidupan seseorang sebagai makhluk

yang mempunyai harkat dan martabat. Hak ini tidak boleh dilanggar oleh siapa pun dan

dengan cara apa pun karena menjadi dasar kehidupan kemanusiaannya.

a. Hak Asasi Manusia (HAM) menurut Para Filsuf

Para filsuf ternama seperti John Locke, Aristoteles, Montesquieu, dan J.J Rouseau

telah menyampaikan beberapa pandangannya tentang hak asasi manusia. Kita ambil

contoh pandangan John Locke dan Franklin Delano Roosevelt. John Locke (1632-1704),

filsuf Inggris, membagi hak asasi manusia sebagai right to life, right to liberty, and right to

prosperity. Selain itu, Franklin Delano Roosevelt, Presiden Amerika Serikat (1932—

1945), merumuskan “four essential freedoms” (empat kebebasan mendasar), yaitu (1)

freedom of speech (kebebasan berbicara); (2) freedom of religious worship (kebebasan

beragama); (3) freedom from want (kebebasan dari kekurangan/kemiskinan); dan (4)

freedom from fear (kebebasan dari rasa takut).

Halaman | 8
LECTURE NOTES – 1702-KWN-06-01

Hak asasi manusia, yang disebut hak dasar meliputi hak hidup, hak

kemerdekaan/kebebasan, dan hak milik. Sesuai dengan perkembangan peradaban

manusia, hak-hak tersebut berkembang menjadi hak pribadi, ekonomi, politik, sosial

budaya, perlakuan yang sama dalam hukum dan prosedural atau tata cara peradilan,

dan perlindungan hukum. Berikut penjelasannya.

1. Personal rights (hak asasi pribadi), misalnya kebebasan menyatakan pendapat,

kebebasan memeluk agama, dan kebebasan bergerak.

2. Property rights (hak asasi ekonomi), misalnya memiliki sesuatu, membeli dan

menjual, mengadakan kontrak, dan sewa-menyewa.

3. Political rights (hak asasi politik), misalnya hak untuk ikut serta dalam pemerintahan,

hak memilih dan dipilih dalam pemilu, dan hak untuk mendirikan partai politik.

4. Rights of legal equality (hak untuk mendapat perlakuan yang sama dalam hukum dan

pemerintahan).

5. Social and cultural rights (hak sosial budaya), misalnya hak untuk memilih

pendidikan, memilih jurusan di perguruan tinggi, dan hak untuk mengembangkan

kebudayaan.

6. Procedural rights (hak untuk mendapatkan perlakuan tata cara peradilan dan

perlindungan), misalnya mendapatkan prosedur yang cepat di pengadilan,

mendapatkan pembelaan, dan biaya ringan.

6. Empat Kelompok HAM


Ada empat kelompok utama hak asasi manusia, yakni hak asasi negatif, hak asasi aktif,

hak asasi positif, dan hak asasi sosial. Keempat hak asasi ini meringkas seluruh hak

dasar yang dimiliki manusia. Bagaimana keempat kelompok HAM ini dipahami? Kita

akan menjawab pertanyaan ini.

a. Hak Asasi Negatif (Liberal)

Liberalisme adalah paham atau ajaran yang menegaskan bahwa kebebasan manusia

ada dan harus dilindungi dan diakui. Siapapun tidak bisa membatasi atau menghalang-

halangi kebebasan manusia tersebut. Perampasan terhadap kebebasan manusia

tersebut justru melanggar hak dasar manusia itu sendiri.

Halaman | 9
LECTURE NOTES – 1702-KWN-06-01

Kelompok hak asasi manusia yang dihubungkan dengan hak asasi liberal berupa

larangan-larangan terhadap pihak manapun untuk mengganggu atau membahayakan

kehidupan manusia sebagai pribadi. Oleh karena itu, hak asasi liberal disebut sebagai

hak asasi negatif. Negatif di sini dalam arti larangan. Hak asasi negatif hendak

menegaskan adanya larangan terhadap pihak lain, baik individu, kelompok masyarakat,

maupun negara untuk merampas hak-hak manusia. Contoh hak asasi negatif adalah

hak atas hidup, keutuhan jasmani, kebebasan bergerak, kebebasan memilih jodoh,

perlindungan terhadap hak milik, hak mengurus kerumahtanggaan sendiri, hak

memiliki pekerjaan dan tempat tinggal, hak atas kebebasan beragama, kebebasan

mengikuti suara hati sejauh tidak mengurangi kebebasan orang lain, kebebasan

berpikir, kebebasan untuk berkumpul dan berserikat, hak untuk tidak ditahan secara

sewenang-wenang, dan sebagainya.

b. Hak Asasi Aktif (Hak Demokratis)

Dikatakan sebagai kelompok hak asasi aktif karena menekankan keaktifan manusia

dalam kehidupan masyarakat. Mengakui hak asasi aktif berarti mengakui hak seseorang

untuk ikut menentukan kebijakan-kebijakan publik yang memengaruhi kehidupan

pribadinya, misalnya masalah siapa yang akan diangkat sebagai pemimpin, bagaimana

media massa harus beroperasi, bagaimana masyarakat mengemukakan pikiran dan

pendapat, dan sebagainya. Hak asasi aktif hanya mungkin dipraktikkan dalam sebuah

masyarakat yang demokratis.

Hal yang termasuk ke dalam kelompok hak asasi ini adalah hak individu untuk memilih

dan dipilih dalam jabatan publik, anggota legislatif, dan sebagainya, juga hak untuk

menyatakan pikiran, baik secara lisan maupun tulisan, hak atas kebebasan pers, hak

untuk membentuk organisasi politik, dan sebagainya. Hak-hak demokratis hendak

menegaskan bahwa individu dalam sebuah masyarakat berhak untuk ikut serta

menentukan kebijakan-kebijakan politik, baik itu pemilihan kepala daerah, masalah

kebebasan pers, maupun pembentukan partai politik, dan sebagainya.

Halaman | 10
LECTURE NOTES – 1702-KWN-06-01

c. Hak Asasi Positif

Ada perbedaan mendasar antara hak asasi negatif dan hak asasi positif. Siapapun,

termasuk negara, tidak boleh mencampuri, merampas, atau mengganggu urusan

pribadi seseorang berkaitan dengan hak-hak asasi negatifnya. Dituntut perlakuan

berbeda dari negara berkaitan dengan hak-hak asasi positif warganya. Negara perlu

campur tangan dalam kehidupan individu (pribadi) berkaitan dengan hak-hak

positifnya. Bahkan campur tangan negara dituntut oleh individu sebagai sebuah

kewajiban yang harus dijalankan negara. Dalam arti itu, bila negara tidak berhasil

menjalankan perannya dalam menjamin terlaksananya hak-hak asasi positif, negara

dapat dikatakan melanggar hak asasi manusia.

Contoh hak asasi positif ini terutama hak-hak atas perlindungan hukum. Jadi, negara

harus menjamin bahwa seseorang memiliki kedudukan yang sama di hadapan hukum

seperti warga negara lainnya. Seluruh proses hukum yang dilalui oleh seseorang

karena tindakan atau perbuatannya yang melanggar hukum harus berjalan sesuai

dengan ketentuan hukum yang berlaku. Selain itu, hak asasi positif juga termasuk hak

kewarganegaraan yang dimiliki seseorang. Dalam arti ini, hak asasi positif juga

mengatur dan melindungi kewarganegaraan seseorang. Sebagai contoh, seorang

perempuan Indonesia kawin dengan pria berkewarganegaraan asing. Perkawinan

tersebut tidak secara otomatis menyebabkan perempuan Indonesia itu kehilangan

kewarganegaraannya.

d. Hak Asasi Sosial

Hak-hak asasi sosial merupakan perluasan dari hak-hak asasi positif. Negara memiliki

kewajiban untuk mengatur dan menjamin tercapainya hak asasi sosial. Hak asasi sosial

berkaitan dengan hak-hak dasar untuk memperoleh, mengakses, dan menikmati

keuntungan-keuntungan ekonomi yang diusahakan atau yang dijalankan negara.

Hak asasi sosial semacam ini sangat penting karena manusia memiliki ketidaksetaraan

secara alamiah. Dalam suatu negara tentu ada orang yang cacat, miskin, kurang

terampil, tidak terdidik, dan sebagainya. Negara wajib mengatur dan menjamin bahwa

Halaman | 11
LECTURE NOTES – 1702-KWN-06-01

orang tersebut dapat mengakses fasilitas-fasilitas umum. Mereka harus mendapat

perhatian dan jaminan sosial dari negara. Dalam soal pekerjaan, misalnya negara

berkewajiban untuk mengatur dan menjamin bahwa setiap buruh (pekerja) mendapat

upah secara layak, dijamin hak-haknya, dijamin asuransi kesehatan, keselamatan dan

hari tuanya, bebas membentuk dan menjadi anggota serikat buruh, dan sebagainya.

7. Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia

Berikut ini adalah hak asasi manusia yang universal.

1. Hak untuk hidup.

2. Hak kemerdekaan dan keamanan badan.

3. Hak untuk diakui kepribadiannya dalam hukum.

4. Hak untuk mendapatkan jaminan hukum dalam perkara pidana, seperti

diperiksa di muka umum, dianggap tidak bersalah kecuali ada bukti yang sah.

5. Hak untuk memperoleh perlakuan yang sama dengan orang lain menurut

hukum.

6. Hak untuk masuk dan keluar suatu negara.

7. Hak untuk mendapat hak milik atas benda.

8. Hak untuk bebas mengutarakan pikiran dan perasaan.

9. Hak untuk bebas memeluk agama.

10. Hak untuk mengeluarkan pendapat dan berkumpul.

11. Hak untuk mendapatkan jaminan hukum.

12. Hak untuk mendapatkan pekerjaan.

13. Hak untuk berdagang.

14. Hak untuk mendapatkan pendidikan.

15. Hak untuk turut serta dalam gerakan kebudayaan dalam masyarakat.

16. Hak menikmati kesenian dan turut serta dalam keilmuan.

Halaman | 12
LECTURE NOTES – 1702-KWN-06-01

DAFTAR PUSTAKA

Budiardjo, Miriam. (1995). Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Kaelan dan Achmad Zubaidi. (2010). Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta:

Paradigma.

Sudiono, dkk. (2009). Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: PT Galaxy Puspa Mega.

Suseno, Frans Magnis. (1991). Etika Politik. Jurnal. hlm. 126.

Sumarsono. (2008). Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Ubaedillah, A. dan Abdul Rozak. (2008). Pendidikan Kewarganegaraan: Demokrasi, Hak

Asasi Manusia, dan Masyarakat Madani. Jakarta: Prenada Media Group.

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 dengan Penjelasannya. (2014).

Surabaya: Pustaka Agung Harapan.

Halaman | 13

Anda mungkin juga menyukai