Anda di halaman 1dari 7

Nama : Salvia Amirah Rahardini

Kelas : Hukum dan Hak Asasi Manusia – N


NIM : 11000120140829
Tugas : 5

“CRC”
(Konvensi Hak Anak)

KHA ini mengatur beberapa hak normatif anak, antara lain hak untuk hidup dan hak untuk
berkembang (Pasal 6), hak atas status kelahiran dan pengakuan negara atas kelahiran (Pasal
7), hak untuk mempertahankan identitas dan status kewarganegaraan (Pasal 8), hak untuk
tinggal bersama orang tuanya (Pasal 9), hak untuk pindah kewarganegaraan karena mengikuti
kewarganegaraan orang tuanya (Pasal 10), hak untuk tidak diperdagangkan (Pasal 11), hak
untuk menyampaikan pendapat (Pasal 12), hak untuk mendapatkan informasi (Pasal 13), hak
untuk kebebasan berfikir, hati nurani dan agama (Pasal 14), hak untuk berorganisasi (Pasal
15), hak untuk tidak dicampuri urusan kerahasiaan pribadinya (Pasal 16).

Selain beberapa hak normatif tersebut, konvensi ini juga membebankan kewajiban dan
tanggungjawab kepada negara untuk memastikan bahwa anak dapat berkembang dengan baik
dan negara memberikan sarana yang menunjang kedewasaan anak. Dalam hal negara akan
membuat kebijakan yang berimplikasi bagi anak, maka sudah seharusnya atau sudah menjadi
tanggung jawab bagi negara untuk mau mendengarkan pendapat anak agar kebijakan tersebut
dapat diterima dengan baik. Namun di sisi lain negara juga berkewajiban untuk mengarahkan
berkembang agar anak dapat secara baik dan wajar, karena tidak semua keinginan anak dapat
dipenuhi, Ada batas-batas norma yang diakui masyarakat maupun norma resmi negara yang
harus ditanamkan kepada anak

Ada empat prinsip dasar yang mengatur bekerjanya konvensi ini yaitu prinsip non-
diskriminasi (Pasal 2); prinsip kepentingan terbaik anak (Pasal 3); prinsip hak untuk hidup,
kelangsungan hidup dan pengembangan anak (Pasal 6); dan prinsip pandangan anak (Pasal
12). Prinsip pertama yaitu prinsip non-diskriminasi, dimana setiap anak berhak mengecap
semua hak dan kebebasan yang tercantum di dalam kovenan tanpa ada perbedaan
berdasarkan apapun sebagaimana dimaksud oleh Pasal 2 UDHR. Sedangkan prinsip kedua,
yaitu kepentingan terbaik untuk anak membebankan kewajiban kepada negara sebagai
pemangku kewajiban untuk membuat semua kebijakan bagi anak agar didasarkan pada
prinsip tersebut. Di samping itu, kebijakan yang diambil tersebut harus didasarkan pada
prinsip ketiga yaitu hak untuk hidup, kelangsungan hidup dan pengembangan anak. Hal ini
penting karena setiap anak berhak untuk hidup dan tumbuh kembang dengan baik sehingga
kebijakan yang diskriminatif dan menghalangi perkembangan anak adalah melanggar HAM.
Berkaitan dengan prinsip keempat, yaitu pandangan anak, maka hal ini berarti bahwa
setiap anak memiliki hak untuk didengar pendapatnya, anak berhak untuk berbeda pendapat
dengan orang lain, termasuk guru dan orang tuanya, bahkan anak memiliki hak untuk
memperjuangkan hak-hak khususnya kepada negara.
Kurang mekanisme penegakan

“ICERD”
(Konvensi Penghapusan Diskriminasi Ras)
Mengenai kategori hak dijelaskan dalam ICERD yaitu pada Pasal 5, yang mana terdapat
beberapa hak yaitu :
(a) Hak untuk mendapat perlakuan yang sederajat di hadapan pengadilan dan semua
badanbadan peradilan lainnya;
(b) Hak atas keamanan perorangan dan perlindungan dari Negara terhadap tindakan
kekerasan ataupun melukai secara badaniah yang dilakukan oleh pejabat pemerintah atau
suatu kelompok perorangan atau lembaga;
(c) Hak politik, khususnya hak untuk berpartisipasi dalam pemilihan umum, untuk memilih
dan dipilih atas dasar hak pilih yang universal dan sederajat, untuk berpartisipasi dalam
Pemerintahan serta memegang jabatan-jabatan pemerintahan pada setiap tingkat dan
mendapatkan akses yang sederajat ke dalam pemerintahan;
(d) Hak sipil lainnya, khususnya : (i) Hak atas kebebasan berpindah dan bertempat tinggal di
dalam batas wilayah suatu negara; (ii) Hak untuk meninggalkan suatu negara, termasuk
negaranya sendiri dan kembali ke negaranya sendiri; (iii) Hak atas kewarganegaraan; (iv)
Hak atas perkawianan dan pilihan atas pasangannya sendiri; (v) Hak atas harta kekayaan
secara sendiri atau bersama-sama dengan perorangan lainnya dalam suatu isolasi; (vi) Hak
untuk mewaris; (vii) Hak atas kebebasan berpikir, beragama dan berkeyakinan; (viii)Hak atas
kebebasan berpendapat dan menyatakan pendapat; (ix) Hak atas kebebasan berkumpul dan
berasosiasi secara damai; (e) Hak ekonomi, sosial, budaya, khususnya: (i) Hak untuk bekerja,
hak atas kebebasan memilih pekerjaan, hak atas kondisi tempat kerja yang adil dan
menguntungkan, hak atas perlindungan terhadap pengangguran, hak atas pembayaran yang
sesuai dengan pekerjaan dan hak atas penggajian yang adil dan menguntungkan; (ii) Hak
untuk membentuk dan menjadi anggota serikat pekerja; (iii) Hak untuk perumahan; (iv) Hak
untuk memperoleh pelayanan kesehatan, pengobatan, jaminan sosial, dan pelayanan-
pelayanan sosial; (v) Hak atas pendidikan dan pelatihan; (vi) Hak untuk memperoleh
kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam peristiwa-peristiwa budaya;
(f) Hak untuk memperoleh kesempatan yang sama ke tempat dan pelayanan manapun yang
ditujukan untuk digunakan oleh masyarakat, seperti sarana transportasi, penginapan, rumah
makan, warung kopi, bioskop dan taman.

Di dalam pasal 6 ICERD juga diatur mengenai hak atas perlindungan dan perbaikan yang
efektif bagi setiap orang melalui pengadilan nasional yang berwenang serta lembaga-lembaga
Negara lainnya terhadap setiap tindakan diskriminasi rasial yang melanggar hak-hak asasi
manusia dan kebebasan mendasarnya yang bertentangan dengan Konvensi ini, serta hak atas
ganti rugi yang memadai atau memuaskan dari pengadilan tersebut atas segala bentuk
kerugian yang diderita akibat perlakuan diskriminasi itu.

Pelaksana ICERD dikenal sebagai Komisi Penghapusan Diskriminasi Rasial, yang


merupakan suatu badan indepeden yang memantau atau mengawasi segala bentuk
diskriminasi golongan oleh negara-negara anggota. Semua negara-negara anggota
bertanggung jawab untuk mengemukakan laporan kepada komisi ini mengenai bagaimana
pelaksanaan dilakukan di negara-negara yang ikutserta. Negara-negara anggota haruslah
melaporkan kepada komisi setahun setelah meratifikasi konvensi, seterusnya setiap dua tahun
sekali. Lebih lanjut, komisi ini memiliki akan mengkaji setiap laporan yang dikirim dan
memberikan saranan kepada negara-negara anggota dalam bentuk “concluding observations”.
Selain itu, konvensi juga menetapkan bahwa komisi ini menjalankan fungsi-fungsi
pemantauan melalui tiga bentuk mekanisme, yaitu : Memberi peringatan awal, pemeriksaan
aduan antara negara-negara anggota dan pemeriksaan aduan individu. Komisi ini melakukan
sidang sebanyak dua kali dalam setahun di Geneva, di samping mengemukakan isi
kandungan hak-hak asasi manusia yang juga dikenal sebagai cadangan umum berkaitan isu-
isu tematik dan menganjurkan diskusi mengenainya.

“CEDAW”
(Konvensi Penghapusan Semua Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan)
Dalam melaksanakan HAM, hak perempuan sama dengan hak laki-laki, dan hak tersebut
seperti yang telah disepakati dunia internasional dimasukkan dalam konvensi ini, yaitu :
1. Hak dalam ketenagakerjaan
Setiap perempuan berhak untuk memiliki kesempatan kerja yang sama dengan laki-laki. Hak
ini meliputi kesempatan yang sama dari proses seleksi, fasilitas kerja, tunjangan, dan hingga
hak untuk menerima upah yang setara.Selain itu, perempuan berhak untuk mendapatkan masa
cuti yang dibayar, termasuk saat cuti melahirkan. Perempuan tidak bisa diberhentikan oleh
pihak pemberi tenaga kerja dengan alasan kehamilan maupun status pernikahan.
2. Hak dalam bidang kesehatan
Perempuan berhak untuk mendapatkan kesempatan bebas dari kematian pada saat
melahirkan, dan hak tersebut harus diupayakan oleh negara.Negara juga berkewajiban
menjamin diperolehnya pelayanan kesehatan, khususnya pelayanan KB, kehamilan,
persalinan, dan pasca-persalinan.
3. Hak yang sama dalam pendidikan
Seperti salah satu poin perjuangan RA Kartini, setiap perempuan berhak untuk mendapatkan
kesempatan mengikuti pendidikan, dari tingkat dasar hingga universitas.Harus ada
penghapusan pemikiran stereotip mengenai peranan laki-laki dan perempuan dalam segala
tingkatan dan bentuk pendidikan, termasuk kesempatan yang sama untuk mendapatkan
beasiswa.
4. Hak dalam perkawinan dan keluarga
Perempuan harus ingat bahwa ia punya hak yang sama dengan laki-laki dalam
perkawinan.Perempuan punya hak untuk memilih suaminya secara bebas, dan tidak boleh ada
perkawinan paksa. Perkawinan yang dilakukan haruslah berdasarkan persetujuan dari kedua
belah pihakDalam keluarga, perempuan juga memiliki hak dan tanggung jawab yang sama,
baik sebagai orang tua terhadap anaknya, maupun pasangan suami-istri.
5. Hak dalam kehidupan publik dan politik
Dalam kehidupan publik dan politik, setiap perempuan berhak untuk memilih dan
dipilih.Setelah berhasil terpilih lewat proses yang demokratis, perempuan juga harus
mendapatkan kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam perumusan kebijakan
pemerintah hingga implementasinya

Berdasar beberapa kondisi khusus tersebut, Konvensi prinsip pokok serta ketentuan
menetapkan prinsip ketentuan yang menghapus kesenjangan, subordinasi serta tindakan yang
merugikan kedudukan perempuan dalam hukum, keluarga dan masyarakat. Prinsip-prinsip
tersebut adalah:
a. Prinsip persamaan : Prinsip ini ditujukan untuk mengatasi adanya perbedaan,
disparitas/kesenjangan atau keadaan yang merugikan perempuan. Diperlukan suatu tindakan
untuk mengubah suatu lingkungan (tindakan perubahan lingkungan), sehingga perempuan
mempunyai akses yang sama dan menikmati kesamaan manfaat dari kesempatan dan peluang
yang ada dalam segala aspek kehidupan.
b. Prinsip non-diskriminasi : Pasal 1 Konvensi menyatakan bahwa “istilah diskriminasi
terhadap perempuan berarti suatu pembedaan, pengucilan atan pembatasan yang dibuat atas
dasar jenis kelamin, yang mempunyai pengaruh atan tujuan untuk mengurangi atau
menghapuskan pengakuan, penikmatan atau penggunaan hak hak asasi manusia dan
kebebasan-kebebasan pokok di bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, sipil atau apapun
lainnya oleh perempan, terlepas dari status perkawinan mereka, atas dasar persamaan antara
pria dan perempuan".
c. Prinsip kewajiban negara, meliputi :
1) Menjamin hak - hak perempuan melalui hukum dan kebijakan, serta menjamin
hasilnya.
2) Menjamin pelaksanaan praktis dari hak - hak itu melalui langkah tindak atau aturan
khusus, menciptakan kondisi yang kondusif untuk meningkatkan akses perempuan
pada peluang yang ada.
3) Negara tidak saja menjamin tetapi juga merealisasi hak - hak perempuan.
4) Negara tidak saja harus mengaturnya di sektor publik tapi juga terhadap tindakan
orang-orang dan lembaga di sektor privat (keluarga) dan sektor swasta.

Beberapa pasal dari Konvensi CEDAW yang merupakan substansi pokok adalah pasal 2
sampai dengan pasal 16 yang mewajibkan negara peserta, untuk:
 Mengutuk diskriminasi terhadap wanita dalam segala bentuknya (Pasal 2).
 Menjalankan semua upaya yang tepat, termasuk pembuatan UU berkenaan dengan
semua bidang kehidupan, terutama bidang politik, sosial, ekonomi dan budaya (Pasal 3).
 Mengakselerasi persamaan de facto antara laki-laki dan perempuan dan apabila
persamaan telah tercapai, maka tindakan tersebut dihapuskan/affirmative action (Pasal
4).
 Mengupayakan untuk merubah pola-pola tingkah laku pria dan wanita dengan tujuan
supaya terhapus semua prasangka dan kebiasaan serta praktek-praktek lainnya yang
didasarkan pada ide tentang inferioritas atau superioritas salah satu jenis kelamin atau
pada anggapan-anggapan streotip pokok tentang peranan pria dan wanita (Pasal 5a).
 Menjamin bahwa dalam pendidikan keluarga haruslah tercakup pemahaman yang tepat
dari kehamilan sebagai fungsi sosial dan pengakuan mengenai asuhan dan perkembangan
anak sebagai tanggung jawab bersama pria dan wanita dengan pengertian bahwa dalam
semuanya kepentingan anaklah yang merupakan pertimbangan utama (Pasal 5b).
 Mengupayakan untuk pembuatan undang-undang yang memberantas semua perdagangan
wanita (Pasal 6).
 Menjalankan semua upaya untuk meniadakan diskriminasi terhadap wanita dalam
kehidupan politik dan publik (Pasal 7).
 Menjalankan upaya semua wanita berkesempatan mewakili pemerintah dan bekerja
dalam organisasi internasional tanpa diskriminasi (Pasal 8).
 Khusus memuat ketentuan-ketentuan mengenai kewarganegaraan dalam kaitan dengan
perkawinan (Pasal 9).
 Menjamin bahwa pria dan wanita diberikan kesempatan yang sama dalam bidang
pendidikan (Pasal 10).
 Meniadakan diskriminasi di bidang pekerjaan (Pasal 11).
 Memperoleh pelayanan kesehatan (Pasal 12).
 Mengadakan upaya supaya menghapuskan diskriminasi dalam bidang ekonomi (Pasal
13).
 Memberikan perhatian pada masalah-masalah wanita pedesaan (Pasal 14)
 Memperoleh persamaan dengan pria di depan hukum (Pasal 15).
 Menghapuskan segala bentuk diskriminasi terhadap wanita dalam segala hal yang
berkaitan dengan perkawinan dan hubungan-hubungan dalam keluarga (Pasal 16).

Pasal 17 – 28 menentukan tentang bagaimana pembentukan dan mekanisme kerja komite


CEDAW. Pasal 29 yang direservasi menentukan tentang perselisihan antara dua atau lebih
negara peserta mengenai penafsiran dan penerapan Konvensi. Larangan diskriminasi yang
spesifik menjadi substansi CEDAW adalah hak politik, perkawinan dan keluarga serta
pekerjaan.
Mekanisme Pelaksanaan, Pemantuan dan Evaluasi Implementasi Konvensi CEDAW di
tingkat Pusat dan Daerah
Kementerian PP merumuskan kebijakan dan program berdasarkan prinsip-prinsip non-
diskriminasi dan ketentuan konvensi CEDAW. - Kementerian PP memantau pelaksanaan
konvensi CEDAW oleh lembaga eksekutif, legislatif dan yudikatif; menyusun mekanisme
monev, membentuk Pokja CEDAW. - Eksekutif : bertanggungjawab atas (a).
Pengelompokkan ketentuan-ketentuan umum dan bidang-bidang keprihatinan (concern)
khusus sesuai dengan tupoksi masing-masing lembaga; (b). Menyusun perencanaan,
melaksanakan dan memantau keberhasilannya dan ; (c). Menetapkan satu lembaga sebagai
host agency untuk suatu kelompok bidang tertentu; - Legislatif : Mempunyai peran dan
tanggung jawab utama untuk menghapus peraturan perundang-undangan yang melarang
diskriminasi terhadap perempuan serta ketetapan sanksi-sanksinya dan peraturan perundang-
undangan yan memuat persamaan substantif. - Yudikatif/peradilan : Menjamin bahwa
peraturan perundangundangan diinterpretasikan dan ditegaskan secara konsisten dengan
tujuan untuk menegakkan hukum yang melindungi hak-hak perempuan atau pelanggaran hak-
haknya berdasarkan hukum.

Sumber :
Prof. Dr. Rahayu. (2015). Hukum Hak Asasi Manusia. Semarang : Badan Penerbit UNDIP

Anda mungkin juga menyukai