Anda di halaman 1dari 5

Kekerasan terhadap aksi mahasiswa dan pelajar

Pada September 2019, kerusuhan yang berujung terjadinya kekerasan terhadap mahasiswa oleh aparat
keamanan berlangsung di sekitar Gedung DPR/MPR RI dan Kampus Atmajaya, Jakarta Pusat.

Kerusuhan tersebut berawal dari aksi demonstrasi para mahasiswa seluruh nusantara untuk memprotes
pengesahan revisi Undang-Undang KPK dan penundaan pengesahan RKUHP.

Mereka berkumpul di Gedung DPR RI untuk mendesak tuntutannya tersebut. Semula, aksi yang
berlangsung damai itu menjadi ricuh pada sore hari dan berujung bentrok dengan polisi.

Polisi juga diketahui menyisir sejumlah lokasi untuk menangkap para mahasiswa tersebut.

Aksi tersebut digelar pada 23 dan 24 September 2019 dan dilanjutkan pada 25 September 2019 oleh
siswa SMK dari beberapa wilayah di Jakarta.

Selain mahasiswa dan pelajar SMK yang menerima tindakan kekerasan dari aparat, sejumlah jurnalis
juga mengalami hal serupa saat meliput kejadian itu.

Polisi juga menangkap banyak mahasiswa dan pelajar atas kejadian tersebut.

Pada 26 September 2019, dua orang mahasiswa tewas saat melakukan aksi demonstrasi serupa di
Kendari, Sulawesi Selatan setelah bentrokan dengan polisi.

Kekerasan yang dilakukan aparat keamanan menjadi catatan kelam pelanggaran HAM pada periode
akhir pemerintahan Joko Widodo - Jusuf Kalla.

> Faktor Internal

1. Sikap egois atau mementingkan diri sendiri

Salah satu faktor penyebab terjadinya kasus ini adalah kekecewaan mahasiswa dan masyarakat
terhadap kinerja elit politik yang buruk. Rakyat kecewa karena elit politik lebih mementingkan
kepentingan elit politik dan elit ekonomi dibanding kepentingan nasional. Masyarakat juga kecewa pada
elit politik yang lebih mementingkan diri sendiri dibanding nasib jutaan anak SMA. Hingga yang terjadi
adalah adanya ketidakpastian peluang kerja anak-anak Sekolah Menengah Atas dan sederajat.

2. Sikap tidak toleran

Sikap tidak toleran aparat yang kerap menggunakan cara represif dibandingkan dialogis dan kultural
dalam menghadapi demo mahasiswa.

> Faktor Eksternal

1. Penyalahgunaan kekuasaan
Sistem politik yang tidak dijalankan sesuai dengan sistem Pancasila dan demokrasi. Kebijakan pusat yang
dinilai kurang adil terhadap daerah. Hal itu, diperburuk dengan cara aparat menangani problem di
daerah yang kerap menggunakan cara represif.

2. Kesenjangan ekonomi

Pertumbuhan ekonomi yang melambat menyebabkan adanya pengurangan peluang kerja hingga
berkurangnya penghasilan masyarakat. Situasi ini memicu kemarahan masyarakat.

> Nilai dasar dalam butir butirnya

Sila 1

Butir 4 "Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan berkepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa." Pada kasus ini melanggar butir 4 karena demonstrasi yang dilakukan
menyebabkan kerusuhan hingga kekerasan.

Sila 2

Butir 2 "Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban asasi setiap manusia, tanpa
membeda-bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial warna kulit
dan sebagainya."

Butir 5 "Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain."

Butir 6 "Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan."

Butir 8 "Berani membela kebenaran dan keadilan."

Peristiwa ini bertentangan pada sila ke 2 butir ke 2, 5, 6 dan 8 karena adanya pelanggaran prosedur
tetap (protap) polisi yang meliputi penggunaan kekerasan pada para mahasiswa, pembatasan akses
terhadap terduga pelaku, lambannya penanganan medis dan terbatasnya akses bantuan hukum.

Sila 3

Butir 1 "Mempu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangasa dan
negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi atau golongan."

Butir 5 "Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan
sosial."

Pada kasus ini berkaitan dengan sila 3 butir 1 karena adanya persatuan dan kesatuan antar kelompok
yang ikut berdemonstrasi dan bertentangan dengan sila 3 butir ke 5 karena tidak ada nya ketertiban
dalam demonstrasi yang dilakukan untuk mencari keadilan sosial."

Sila 4
Butir 1 "Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai kedudukan,
hak dan kewajiban yang sama."

Butir 3 "Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama."

Butir 7 "Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi atau
golongan."

Butir 9 "Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang
Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilan,
mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama."

Pada kasus ini berkaitan dengan sila 4 butir ke 1, 3, 7 dan 9 karena keputusan pengesahan revisi
Undang-Undang KPK dan penundaan pengesahan RKUHP tidak berdasarkan kesepakatan bersama
rakyat.

Sila 5

Butir 2 "Mengembangkan sikap adil terhadap sesama."

Butir 3 "Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban."

Butir 4 "Menghormati hak orang lain."

Kasus ini berkaitan dengan sila 5 butir ke 2, 3 dan 4 karena pemerintahan dan masyarakat seharusnya
bisa menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban dan bisa menghargai hak untuk berdemonstrasi.

> Nilai Instrumental

Beberapa pelanggaran HAM yang terjadi pada demonstrasi 24 September 2019-30 September 2019
yaitu:

1. Pada kasus ini kekerasan menyebabkan beberapa mahasiswa tewas. Ini termasuk pelanggaran
hak untuk hidup yang terdapat pada UUD 1945 Pasal 28A “Setiap orang berhak untuk hidup
serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.” dan Pasal 28I Ayat 1 "Hak untuk
hidup, hak untuk tidak disiksa, hak untuk kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak beragama,
hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi dihadapan hukum, dan hak untuk
tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat
dikurangi dalam keadaan apapun."
2. Beberapa anak juga menjadi korban kekerasan dari aksi demonstrasi. Ini termasuk pelanggaran
hak anak yang terdapat pada UUD 1945 Pasal 28B Ayat 2 "Setiap anak berhak atas kelangsungan
hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi."
3. Demonstrasi ini dilakukan untuk mencari kepastian hukum yang adil maka kasus ini berkaitan
dengan UUD 1945 Pasal 28D Ayat 1 "Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan,
perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum."
4. Kasus ini terjadi karena adanya penggunaan hak masyarakat untuk berdemonstrasi
mengeluarkan pendapat maka berkaitan dengan UUD 1945 Pasal 28E Ayat 3 "Setiap orang
berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat."
5. Demonstrasi yang berujung kerusuhan dan terjadinya aksi kekerasan melanggar hak atas rasa
aman yang terdapat pada UUD 1945 Pasal 28G Ayat 1 "Setiap orang berhak atas perlindungan
diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda yang di bawah kekuasaannya,
serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak
berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi."
6. Beberapa korban telat atau bahkan tidak mendapatkan layanan kesehatan. Ini bertentangan
dengan dengan hak layanan kesehatan yang terdapat pada UUD 1945 Pasal 28H Ayat 1 "Setiap
orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan
hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan."
7. Pelanggaran atas hak perlindungan yang bersifat diskriminatif, terdapat pada UUD 1945 Pasal
28I Ayat 2 "Setiap orang bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apapun dan
berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu." Ayat 4
"Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia adalah tanggung
jawab negara, terutama pemerintah." dan Ayat 5 "Untuk menegakkan dan melindungi hak asasi
manusia sesuai dengan prinsip negara hukum yang demokratis, maka pelaksanaan hak asasi
manusia dijamin, diatur, dan dituangkan dalam peraturan perundang-undangan."

> Klasifikasi

Kasus ini merupakan pelanggaran hak asasi manusia berat karena kekerasan yang terjadi memakan
korban jiwa.

> Solusi/Penanganan

Beberapa penanganannya atau solusi yang dapat dilakukan untuk mencegah kekerasan ini terjadi
kembali:

1. Menegakkan supremasi hukum dan demokrasi. Pendekatan hukum dan pendekatan diagolis
harus dikemukakan dalam rangka melibatkan partisipasi masyarakat dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Para pejabat penegak hukum harus memenuhi kewajiban dengan
memberikan pelayanan yang baik dan adil kepada masyarakat, memberikan perlindungan
kepada setiap orang dari perbuatan melawan hukum dan menghindari tindakan kekerasan yang
melawan hukum dalam rangka menegakkan hukum.
2. Polisi harus menjalankan tugasnya sesuai prosedur tetap yang berlaku, hingga tidak adanya
pelanggaran HAM dan bersikap transparan dan terbuka terhadap proses yang dijalankan oleh
mereka dalam melakukan penegakan hukum terhadap anggotanya yang terbukti melanggar
HAM.
3. Melakukan koordinasi dengan aparat penegak hukum untuk fasilitas layanan kesehatan saat
unjuk rasa dan mendorong proses pemulihan trauma pada korban, khususnya anak.
Mempercepat penanganan medis pada korban, baik korban jiwa maupun korban luka-luka.
Memproses siapa saja yang terlibat dan bersalah atas meninggalnya korban, baik korban jiwa
maupun korban luka-luka.

Anda mungkin juga menyukai