Anda di halaman 1dari 3

a.

Pengertian Diskriminasi
Diskriminasi seringkali diawali dengan prasangka. Dengan prasangka kita membuat
pembedaan antara kita dengan orang lain. Pembedaan ini terjadi karena kita adalah makhluk
sosial yang secara alami ingin berkumpul dengan orang yang memiliki kemiripan dengan kita.
Menurut Theodorson & Theodorson, diskriminasi adalah perlakuan yang tidak seimbang
terhadap perorangan atau kelompok berdasarkan sesuatu. Biasanya bersifat kategorikal atau
atribut-atribut khas, seperti berdasarkan ras, kesukubangsaan, agama atau keanggotaan kelas-
kelas sosial. Istilah tersebut biasanya untuk melukiskan suatu tindakan dari pihak mayoritas yang
dominan dengan minoritas yang lemah, sehingga dapat dikatakan bahwa perilaku mereka itu
bersifat tidak bermoral dan tidak demokratis. Jadi dapat disimpulkan diskriminasi adalah suatu
sikap, perilaku, dan tindakan yang tidak adil atau tidak seimbang yang dilakukan oleh individu
atau kelompok terhadap individu atau kelompok lainnya.

b. Basis – Basis Diskriminasi


Pada umumnya basis – basis diskriminasi ada dua yaitu diskriminasi ras dan diskriminasi
etnis
- Diskriminasi ras adalah istilah yang mengacu kepada diskriminasi terhadap seseorang atau
sekelompok orang atas dasar ras (mengacu pada karakteristik fisik seseorang, seperti struktur
tulang dan kulit, rambut, atau warna mata) mereka.
- Diskriminasi ras adalah istilah yang mengacu kepada diskriminasi terhadap seseorang atau
sekelompok orang atas dasar etnis (mengacu pada faktor budaya, termasuk kewarganegaraan,
budaya daerah, keturunan, dan bahasa) mereka.
Dasar hukum UU Nomor 40 tahun 2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis

Penjelasan Umum UU tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis

Kondisi masyarakat Indonesia, yang berdimensi majemuk dalam berbagai sendi


kehidupan, seperti budaya, agama, ras dan etnis, berpotensi menimbulkan konflik.
Kerusuhan rasial yang pernah terjadi menunjukkan bahwa di Indonesia sebagian warga
negara masih terdapat adanya diskriminasi atas dasar ras dan etnis, misalnya, diskriminasi
dalam dunia kerja atau dalam kehidupan sosial ekonomi. Akhir-akhir ini di Indonesia
sering muncul konflik antar ras dan etnis yang diikuti dengan pelecehan, perusakan,
pembakaran, perkelahian, pemerkosaan dan pembunuhan. Konflik tersebut muncul
karena adanya ketidakseimbangan hubungan yang ada dalam masyarakat, baik dalam
hubungan
Fulthoni, Buku Saku Untuk Kebebasan Beragama Memahami Diskriminasi, (Jakarta: The Indonesian Legal Resource
Center, 2009), hlm, 3.
Ibid
sosial, ekonomi, maupun dalam hubungan kekuasaan. Pancasila sebagai falsafah dan
pandangan hidup bangsa Indonesia dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 sebagai hukum dasar yang menjunjung tinggi harkat dan martabat
manusia yang tercermin dalam sila kedua, kemanusiaan yang adil dan beradab. Asas ini
merupakan amanat konstitusional bahwa bangsa Indonesia bertekad untuk menghapuskan
segala bentuk diskriminasi ras dan etnis.
c. Diskriminasi terhadap perempuan

diskriminasi terhadap perempuan” berarti setiap pembedaan, pengucilan, atau


pembatasan yang dibuat atas dasar jenis kelamin yang
mempunyai pengaruh atau tujuan untuk mengurangi atau menghapuskan pengakuan,
penikmatan atau penggunaan hak asasi manusia dan kebebasan-kebebasan pokok di
bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, sipil atau apapun lainnya bagi kaum perempuan,
terlepas dari status perkawinan mereka atas dasar persamaan hak laki-laki dan
perempuan.
d. Unsur – unsur dari definisi diskriminasi terhadap perempuan

Meningkatan kapasitas penegak hukum dalam memerangi diskriminasi terhadap


perempuan, yakni dengan melahirkan beberapa kebijakan berupa :
a. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Perdagangan
Manusia, yang memberikan perlindungan kepada korban perdagangan manusia,
termasuk perempuan dan anak;
b. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan
Etnis, yang menjamin perlindungan terhadap perempuan dari diskriminasi ras dan etnis;
c. Melalui Peraturan Presiden Nomor 23 tahun 2011, kami juga telah menetapkan
Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia untuk periode 2011- 2014, yang ketiga
dalam serangkaian seperti Rencana Aksi Nasional. Rencana Aksi  Nasional adalah cetak
biru untuk mempromosikan dan melindungi hak asasi manusia yang juga mencakup
promosi dan perlindungan hak-hak perempuan, antara lain hak-hak reproduksi,
kesehatan ibu, TKW, pernikahan dini, dan pelatihan bagi aparat penegak hukum. Salah
satu komponen baru dari Rencana Aksi kami adalah pembentukan layanan pengaduan
masyarakat yang menyediakan kamar bagi perempuan untuk mengajukan pengaduan,
antara lain, mengenai tindakan kekerasan dan diskriminasi.
d. Pada tahun 2009, Indonesia juga turut serta meratifikasi Konvensi PBB dalam
Menentang Tindak Pidana Trans-Nasional yang Terorganisir, serta dua protokol yakni
Protokol Pencegahan, Penuntutan dan Penghukuman Tindak Pidana Perdagangan Orang,
khususnya Perempuan dan Anak; dan juga Protokol terhadap Penentangan
Penyelundupan Buruh Migran melalui Darat, Laut dan Udara.
e. Pada bulan November 2011, Indonesia meratifikasi Konvensi Hak Penyandang Cacat.
Ratifikasi Konvensi ini menyuntikkan momentum baru dalam promosi dan perlindungan
hak-hak perempuan dan anak perempuan penyandang cacat di Indonesia.
f. Setelah proses panjang pada bulan April 2012, akhirnya kami meratifikasi Konvensi
Internasional mengenai Perlindungan Hak Tenaga Kerja Indonesia dan Anggota
Keluarganya. Hal ini menunjukkan komitmen kami untuk menjamin kesejahteraan dan
promosi, perlindungan dan pemenuhan hak- hak TKI kita yang sebagian besar
perempuan.
g. Selanjutnya, bulan lalu, kita meratifikasi Protokol Opsional Konvensi Hak Anak pada
Penjualan Anak, Pelacuran Anak dan Pornografi Anak dan meratifikasi Protokol
Opsional Konvensi Hak Anak pada Keterlibatan Anak-anak dalam Konflik Bersenjata.
Melalui kedua protocol ini, Indonesia akan memiliki kerangka hukum yang lebih kuat
dalam perlindungan anak-anak yang menjadi korban dari kejahatan-kejahatan tersebut.
h. Pemerintah juga terus berupaya dalam penyusunan ratifikasi Protokol Opsional untuk
CEDAW, termasuk melalui penyebaran dan konsultasi yang melibatkan stakeholder
terkait. Langkah-langkah ini diamanatkan dalam Rencana Aksi Nasional Hak Asasi
Manusia 2011-2014. Hal ini mencerminkan komitmen kami untuk memperkuat kerangka
kerja legislatif kami pada hak- hak perempuan.
i. DPR juga saat ini sedang menggodok RUU tentang Kesetaraan Gender. RUU tersebut,
ditujukan untuk memberikan definisi dari diskriminasi berdasarkan gender sejalan
dengan Pasal 1 dalam Konvensi. Dengan demikian, kami yakin bahwa RUU ini akan
memperkuat komitmen kami terhadap pelaksanaan ketentuan dalam Konvensi.

Sumber referensi :
Armiwulan, Hesti.2015. Diskriminasi Rasial Dan Etnis Sebagai Persoalan Hukum Dan
Hak Asasi Manusia.Vol 44(4)
Fulthoni.2009. Buku Saku Untuk Kebebasan Beragama Memahami Diskriminasi,
Jakarta: The Indonesian Legal Resource Center
www.kemenpppa.go.id

Anda mungkin juga menyukai