Keragaman Manusia dan Kesetaraan merupakan masalah yang sangat rumit. Salah
satu pandangan filsafat mengatakan bahwa manusia merupakan makhluk monodualis jiwa
raga. Dari aspek jiwa manusia memiliki cipta, rasa, dan karsa sehinga dalam tingkah lakunya
mampu mempertimbangkan.
Secara relative, sering kali terjadi konflik diantara kelompok yang satu dengan
yang lain.
Adanya dominasi politik oleh suatu kelompok terhadap kelompok yang lain.
Hal-hal yang dapat dilakukan untuk memperkecil masalah yang diakibatkan oleh
pengaruh negatif dari keragaman, yaitu :
a. Semangat religious
b. Semangat nasionalisme
c. Semangat pluralisme
d. Semangat humanism
Kesetaraan berasal dari kata setara atau sederajat. Kesetaraan atau kesederajatan
menunjukkan adanya tingkatan yang sama, kedudukan yang sama, tidak lebih tinggi atau
tidak lebih rendah antara satu sama lain
Kesederajatan berasal dari kata sederajat atau setara yang menurut KBBI artinya
adalah sama tingkatan atau pangkat, kedudukan. Dengan demikian konteks kesederajatan
di sini adalah suatu kondisi dimana dalam perbedaan dan keragaman yang ada manusia
tetap memiliki satu kedudukan yang sama dan satu tingkatan hierarki
Kesetaraan manusia bermakna bahwa manusia sebagai makhluk Tuhan memiliki
tingkat atau kedudukan yang sama. Semua manusia diciptakan dengan kedudukan yang
sama, yaitu sebagai makhluk mulia dan tinggi derajatnya dibanding makhluk lain. Di
hadapan Tuhan, semua manusia sama derajatnya,kedudukan atau tingkatannya. Yang
membedakan adalah tingkat ketakwaan manusia tersebut terhadap Tuhan
a. Adanya persamaan derajat dilihat dari agama, suku bangsa, ras, gender, dan
golongan
b. Adanya persamaan hak dari segi pendidikan, pekerjaan, dan kehidupan yang
layak.
d. Problema yang terjadi dalam kehidupan, umumnya adalah munculnya sikap dan
perilaku untuk tidak mengakui adanya persamaan derajat, hak, dan kewajiban
anatr manusia atau antar warga. Perilaku yang membeda-bedakan orang disebut
diskriminasi.
b. Menerapkan hukum dengan adil melalui perbaikan system hokum yang professional,
bersih, dan berwibawa.
Pengakuan akan prinsip kesetaraan dan kesederajatan itu secara yuridis diakui dan
dijamin oleh Negara melalui UUD 1945. Warga Negara tanpa dilihat perbedaan ras,
suku, agama dan budayanya diperlakukan sama dan memiliki kedudukan yang sama
dalam hukum dan pemerintahan. Hal ini dinyatakan dalam Pasal 27 ayat 1 UUD 1945.
Dengan demikian, secara yuridis maupun politis, segala warga negara memiliki
persamaan kedudukan, baik dalam bidang politik, hokum, pemerintahan, ekonomi, dan
sosial. Negara tidak boleh membeda-bedakan kedudukan warga negara tersebut terutama
dalam hal kesempatan. Kesempatan yang sama bagi semua warga negara tersebut dalam
berbagai bidang kehidupan berlaku tanpa membedakan unsur-unsur primodial dari warga
negara itu sendiri. Primodial artinya hal-hal yang berkaitan dengan asal atau awal
seseorang, misalnya suku, agama, ras, kelompok, sejarah.