Komunikasi tidak berlangsung dalam ruang hampa-sosial, melainkan dalam konteks atau
situasi tertentu. Secara luas konteks di sini berarti semua faktor di luar orang-orang yang
berkomunikasi, yang terdiri dari :
Aspek bersifat Fisik (iklim, cuaca, suhu udara, bentuk ruangan, warna dinding,
penataan tempat duduk, jumlah peserta komunikasi, dan alat yang tersedia untuk
menyampaikan pesan)
Aspek Psikologis (sikap, kecenderungan, prasangka, dan emosi para peserta
komunikasi)
Aspek Sosial (norma kelompok, nilai sosial, karakteristik budaya)
Aspek Waktu (kapan berkomunikasi)
Komunikasi Intrapribadi
Komunikasi intrapribadi (atau bisa disebut intrapersonal) adalah komunikasi dengan diri
sendiri. Contohnya seperti berpikir. Komunikasi ini merupakan landasan komunikasi
antarpribadi dan komunikasi dalam konteks-konteks lainnya. Dengan kata lain, komunikasi
intrapribadi ini melekat pada komunikasi dua-orang, tiga-orang, dan seterusnya, karena
sebelum berkomunikasi dengan orang lain kita biasanya berkomunikasi dengan diri-sendiri
(mempersepsi dan memastikan makna pesan orang lain), hanya saja caranya sering tidak
disadari.
Komunikasi Antarpribadi
Komunikasi antarpribadi (atau bisa disebut antarpersonal atau interpersonal) adalah
komunikasi antara orang-orang secara tatap-muka, yang memungkinkan setiap pesertanya
menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun nonverbal. Bentuk
khusus dari komunikasi ini adalah komunikasi diadik (dyadic communication) yang
melibatkan hanya dua orang.
Komunikasi Kelompok
Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama, yang berinteraksi satu
sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang
mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut, meskipun setiap anggota boleh jadi punya
peran berbeda. Komunikasi kelompok biasanya merujuk pada komunikasi yang dilakukan
kelompok kecil, jadi bersifat tatap-muka. Umpan balik dari seorang peserta dalam
komunikasi kelompok masih bisa diidentifikasi dan ditanggapi langsung oleh peserta lainnya.
Komunikasi Publik
Komunikasi publik adalah komunikasi antar seorang pembicara dengan sejumlah besar orang
(khalayak), yang tidak bisa dikenali satu persatu. Komunikasi demikian sering juga disebut
pidato, ceramah, atau kuliah (umum). Tidak seperti komunikasi antarpribadi yang melibatkan
pihak-pihak yang sama-sama aktif, satu pihak (pendengar) dalam komunikasi publik
cenderung pasif. Umpan balik yang mereka berikan terbatas, terutama umpan balik bersifat
verbal. Ciri-ciri komunikasi publik adalah terjadi di tempat umum (publik), merupakan
peristiwa sosial yang biasanya telah direncanakan alih-alih peristiwa relatif informal yang
tidak terstruktur, terdapat agenda, beberapa orang ditunjuk untuk menjalankan fungsi-fungsi
khusus, acara-acara lain mungkin direncanakan sebelum atau sesudah ceramah disampaikan
pembicara. Komunikasi publik sering bertujuan memberikan penerangan, menghibur,
memberikan penghormatan, atau membujuk.
Komunikasi Organisasi
Komunikasi organisasi terjadi dalam suatu organisasi, bersifat formal dan juga informal, dan
berlangsung dalam jaringan yang lebih besar daripada komunikasi kelompok. Oleh karena
itu, organisasi dapat diartikan sebagai kelompok dari kelompok-kelompok. Komunikasi
formal adalah komunikasi menurut struktur organisasi, sedangkan komunikasi informal tidak
bergantung pada struktur organisasi.
Komunikasi Massa
Komunikasi massa adalah komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak atau
elektronik, berbiaya relatif mahal, yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang
dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar di banyak tempat,
anonim, dan heterogen.
http://belajar-ilmukomunikasi.blogspot.com/2015/09/konteks-konteks-komunikas.html
Individu
Organisasi
Komunikator Independen atau
Kompleks
Organisasi
Pribadi atau Pribadi atau
Pesan Umum
Terbatas Terbatas
Individu
Individu atau atau
Khalayak Kelompok Massa Kelompok
Kecil Kecil atau
Massa
Segera atau
Umpan Balik Segera Tertunda
Tertunda
Primer atau
Kontak Primer Sekunder
Sekunder
Diskusi
Contoh Berita TV Telepon
Keluarga
https://nisanisii.wordpress.com/2016/06/03/konteks-konteks-komunikasi/
Kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasal dari kata Latin communis
yang berarti “sama”, communico, communicatio, atau communicare yang berarti “membuat
sama” (to make common). Istilah pertama (communis) adalah istilah yang paling sering disebut
sebagai asal-usul kata komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata Latin lainnya yang mirip.
Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara
sama. Akan tetapi definisi-definisi kontemporer menyarankan bahwa komunikasi merujuk pada
cara berbagi hal-hal tersebut, seperti dalam kalimat “Kita berbagi pikiran”, Kita mendiskusikan
makna”, dan “Kita mengirimkan pesan”.
Kata lain yang mirip dengan komunikasi adalah komunitas (community) yang juga menekankan
kesamaan atau kebersamaan. Komunitas merujuk pada sekelompok orang yang berkumpul atau
hidup bersama untuk mencapai tujuan tertentu, dan mereka berbagi makna dan sikap. Tanpa
komunikasi tidak akan ada komunitas. Komunitas bergantung pada pengalaman dan emosi
bersama, dan komunikasi berperan dan menjelaskan kebersamaan itu.
Berbicara tentang definisi komunikasi, tidak ada definisi yang benar ataupun yang salah. Seperti
juga model atau teori, definisi harus dilihat dari kemanfaatannya untuk menjelaskan fenomena
yang didefinisikan dan mengevaluasinya. Beberapa definisi mungkin terlalu sempit dan dapat kita
lihat dibawah ini :
1. Everett M. Rogers : “Komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber
kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka"
2. Harold Lassewell : “Cara terbaik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan
menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut : Who Says What In Which Channel To Whom
With What Effect"
3. Carl I. Hovland : “ Komunikasi adalah proses yang memungkinkan seseorang
(komunikator) menyampaikan rangsangan (biasanya lambang-lambang verbal) untuk
mengubah perilaku orang lain (komunikate)."
4. Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss : “ Komunikasi adalah proses pembentukan makna di
antara dua orang atau lebih.”
Dari beberapa pengertian tersebut jika dianalisis pada prinsipnya dapat disimpulkan bahwa
komunikasi mengacu pada tindakan, oleh satu orang atau lebih, yang mengirim dan menerima
pesan yang terdistorsi oleh gangguan (noise), terjadi dalam suatu konteks tertentu, mempunyai
pengaruh tertentu, dan ada kesempatan untuk melakukan umpan balik. Gambar berikut
menggambarkan apa yang dapat kita namakan model universal komunikasi. Ini mengandung
elemen-elemen yang ada dalam setiap tindak komunikasi, terlepas dari apakah itu bersifat
intrapribadi, antarpribadi, kelompok kecil, pidato terbuka, atau komunikasi massa.
Konteks-Konteks Komunikasi
Komunikasi tidak berlangsung dalam suatu ruang hampa-sosial, melainkan dalam suatu konteks
atau situasi tertentu. Secara luas konteks disini berarti semua faktor di luar orang-orang yang
berkomunikasi, yang terdiri dari :
1. Aspek bersifat fisik seperti iklim, cuaca, suhu udara, bentuk ruangan, warna dinding,
penataan tempat duduk, jumlah peserta dan lain-lain.
2. Aspek psikologis, seperti : sikap, kecenderungan, prasangka, dan emosi para peserta
komunikasi
3. Aspek sosial, seperti : norma kelompok, nilai sosial dan karakteristik budaya
4. Aspek waktu, yakni kapan berkomunikasi (hari apa, jam berapa, pagi, siang, sore, malam)
Aspek isi mengacu pada tanggapan perilaku yang diharapkan—yaitu, bawahan menemui atasan
setelah rapat. Aspek hubungan menunjukkan bagaimana komunikasi dilakukan. Bahkan
penggunaan kalimat perintah yang sederhana sudah menunjukkan adanya perbedaan status di
antara kedua pihak Atasan dapat memerintah bawahan. Ini barangkali akan lebih jelas terlihat
bila kita membayangkan seorang bawahan memberi perintah kepada atasannya. Hal ini akan
terasa janggal dan tidak layak karena melanggar hubungan normal antara atasan dan bawahan.
Cara lain melihat hubungan simetris adalah dalam bentuk persaingan dan perebutan pengaruh di
antara dua orang. Masing-masing orang dalam hubungan simetris perlu menegaskan
kesebandingan atau keunggulannya dibanding yang lain. Hubungan simetris bersifat kompetitif;
masing-masing pihak berusaha mempertahankan kesetaraan atau keunggulannya dari yang lain.
Jika, misalnya, salah satu pihak mengatakan bahwa sesuatu itu harus dilakukan dengan cara
tertentu, pihak yang lain akan menangkapnya sebagai pernyataan bahwa ia tidak cukup
kompeten untuk memutuskan bagaimana sesuatu itu harus dilakukan. Terjadilah perebutan
pengaruh. Tentu saja, kericuhan ini sebenarnya tidak menyangkut tentang bagaimana sesuatu itu
harus dilakukan. Kericuhan lebih menyangkut tentang siapa yang berhak memutuskan. Kericuhan
ini lebih menyangkut siapa pihak yang lebih kompeten. Seperti dapat dengan mudah dipahami,
tuntutan pengakuan akan kesetaraan (atau keunggulan) seringkali menimbulkan pertengkaran
dan permusuhan.
Selanjutnya, bila kita dalam situasi interaksi, kita tidak bisa tidak menanggapi pesan dari orang
lain. misalnya, jika kita melihat seseorang melirik ke arah kita, kita pasti bereaksi dengan cara
tertentu. Seandainyapun kita tidak bereaksi secara aktif atau secara terbuka, ketiadaan reaksi ini
sendiri pun merupakan reaksi, dan itu berkomunikasi. Kita tidak bisa tidak bereaksi. Sekali lagi,
jika kita tidak menyadari lirikan itu, jelas bahwa komunikasi tidak terjadi.
Prinsip ini mempunyai beberapa implikasi penting komunikasi dalam segala macam bentuknya.
Sebagai contoh, dalam interaksi antarpribadi, khususnya dalam situasi konflik, kita perlu hati-hati
untuk tidak mengucapkan sesuatu yang mungkin nantinya ingin kita tarik kembali. Pesan yang
mengandung komitmen pesan "aku cinta kepadamu" dengan segala macam variasinya juga perlu
diperhatikao , lika tidak, kita mungkin terpaksa mengikatkan diri kita pada suatu posisi yang
mungkin nantinya kitt sesali. Dalam situasi komunikasi publik atau komunikasi masa, di mana
pesan-pesan didengar oleli ratusan, ribuan, bahkan jutaan orang, sangatlah penting kita
menyadari bahwa komunikasi kita bersifat tak reversibel.
Menurut William C. Himstreet dan Wayne Murlin Baty dalam Business Communications: Principles
and Methods, komunikasi adalah suatu proses pertukaran informasi antar individu melalui suatu
sistem yang biasa (lazim) baik dengan simbol-simbol, sinyal-sinyal, maupun perilaku atau
tindakan. Pengertian komunikasi ini paling tidak melibatkan dua orang atau lebih dengan
menggunakan cara-cara berkomunikasi yang biasa dilakukan oleh seseorang seperti melalui
lisan, tulisan, maupun sinyal-sinyal nonverbal.
Sementara itu, komunikasi bisnis berbeda dengan komunikasi antarpribadi maupun komunikasi
lintas budaya. Komunikasi antar pribadi (interpersonal communications) merupakan bentuk
komunikasi yang lazim dijumpai dalam kehidupan sehari-hari antara dua orang atau lebih untuk
mencapai tujuan tertentu. Sedangkan komunikasi lintas budaya (intercultural/cross-cultural
communications) merupakan bentuk komunikasi yang dilakukan antara dua orang atau lebih,
yang masing-masing memiliki budaya yang berbeda.
Secara sederhana dapat dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan komunikasi bisnis adalah
komunikasi yang digunakan dalam dunia bisnis yang mencakup berbagai macam bentuk
komunikasi baik komunikasi, verbal maupun nonverbal.
Dalam dunia bisnis, seorang komunikator yang baik tentu saja di samping harus memiliki
kemampuan berkomunikasi yang baik, ia juga harus mampu menggunakan berbagai macam. alat
atau media komunikasi yang ada untuk menyampaikan pesan-pesan bisnis kepada pihak lain
secara efektif dan efisien, sehingga tujuan penyampaian pesan dapat tercapai.
Para komunikator sebaiknya mengetahui bagaimana menempatkan kata yang mampu
membentuk suatu arti atau makna, bagaimana mengubah situasi menjadi lebih menarik dan
menyenangkan, bagaimana mengajak peserta untuk berperan aktif dalam diskusi, bagaimana
menyisipkan humor (lelucon) yang mampu menghidupkan suasana, bagaimana menyiapkan atau
mengatur ruangan yang mampu menghidupkan diskusi, serta bagaimana memilih media
komunikasi secara tepat, apakah melalui media tulisan (written) atau lisan (oral). Di samping itu,
mereka juga dapat menggunakan gerakan-gerakan isyarat ataupun bahasa tubuh untuk
memperkuat penyampaian pesan-pesan bisnis.
http://xerma.blogspot.com/2014/04/hakikat-definisi-dan-konteks-konteks.html
Komunikasi kesehatan
Dari berbagai definisi dapat disimpulkan bahwa komunikasi kesehatan meliputi unsur 2 :
Banyak sekali teori, modal dan perspektif mengenai komunikasi kesehatan. Namun semua
model teoritik maupun praktis itu meliputi :
– Stimulus ( objek persepsi ) > sense organ dan pemaknaan stimulus ( respons ).
– Memory dan
– Recall.
Memperkenalkan perilaku hidup sehat melalui informasi dan pendidkan kepada individu dgn
menggunakan aktivitas material maupun terstruktur. Cakupan pendidikan kesehatan meliputi
:
Atau mengubah perilaku positif melalui prinsip2 pemasaran dng mengintervensi informasi
kesehatan yg bermanfaat bagi komunitas.
– Kebijakan.
– Peraturan.
8. Komunikasi dgn pasien meliputi informasi utk seorang individu misalnya informasi yg
berkaitan dgn kondisi kesehatan individu, bagaimana memaksimalkan perawatan, pemberian
terapi, atau penyampaian pendekatan alternatif, termasuk dalam tema ini adalah bgm
melayani pasien secara komunikatif.
– Komunikasi kesehatan.
– Pesan2 kesehatan.
– Media kesehatan.
1. Tujuan strategis
2. Tujuan praktis
secara praktis tujuan khusus komunikasi kesehatan itu meningkatkan kualitas sumber
daya manusia melalui beberapa usaha pendidikan dan pelatihan agar dapat :
– Mengelola umpan balik atau dampak pesan kesehatan yg sesuai dgn kehendak
komunikator dan komunikan.
– Prinsip 2 riset.
individu .
1. Isi (content) pesan (message) merupakan basis dari pengaruh komunikator (juga media),
inilah yang paling utk dipelajari.
2. Isi pesan dirancang secara cermat oleh perancang, produser, penulis,editor utk
mempengaruhi audiens.
3. Isi pesan tidak selalu terikat pada hal yg benar tetapi juga pada isu yg tidak benar.
4. Studi ttg isi pesan mendorong kita utk meramalkan dampak terhadap audiens.
1. Content/isi adalah kelengkapan jumlah (kuantitas) dan kualitas informasi verbal dan
visual mengenai kesehatan yg didistribusikan oleh komunikator atau media.
2. Jumlah/kuantitas isi itu merujuk pada jumlah waktu yg digunakan dalam detik, menit,
jam utk memuat berita, film dan lain2. Atau jumlah kolom surat kabar/majalah yg memuat
berita, opini, gambar, cerpen, berita daerah, kolom, feature, dalam satu kali terbitan.
3. Kualitatif merujuk pada mutu,kualitas isi, penampilan faktual, pemerolehan berita, daya
guna sebuah berita, fakta, keabsahan, metode dan tehnik pengolahan.
Kategori fungsi – isi pesan
4. Hiburan, manusia normal berpikir bahwa mereka butuh hiburan, santai, humor. Isi
pesan bisa dirancang sedemikian rupa utk menampilkan juga aspek hiburan agan audiens
menikmati.
Dalam komunikasi verbal artinya pesan2 disampaikan dlm bentuk verbal berupa kata2 yg
diucapkan(vokal), dfitulis (visual).
Dalam komunikasi kesehatan, apalagi dalam situasi antar budaya, hendaklah kita
memperhatikan beberapa variasi berbahasa yg bersumber pada :
· dialek.masing2 daerah mempunyai dialek utk menerangkan kata atau istilah lokal.
3. Struktur pesan.
Ditunjukan dgn :
– Argumentasi (yang disenangi atau tidak disenangi), pola obyektivitas (satu sisi atau
dua sisi).
– Pengulangan.
– Mudah dimengerti.
– Perbendaharaan kata.
Yg dimaksud dengan daya tarik pesan (message appeals) mengacu pada motif2 psikologi yg
dikandung pesan yakni :
· rasional emosional.
Rasional emosional.
Rasional adalah rancangan pesan yg menjelaskan suatu informasi secara rasional sesuai dgn
syarat2 yg seharusnya. Misalnya syarat ilmum kesehatan dll. Contoh karena penyakit ini
disebabkan oleh virus maka tdk bisa diobati.penyakit ini akan sembuh sendiri yg dalam
istilah medis disebut self limited disease ujar aman.menurut dia yg bisa dilakukan terhadap
penyakit ini adalah melakukan pengobatan sesuai dgn gejalah2 penyakit atau simthomatis.
Misalnya ketika penderita mengalami batuk diberi obat batuk dsbnya.
Misalnya bgm hubungan pembantu dgn anak2 ketika orang tua tdk berada dirumah. Hal ini
akan mendorong para orang tua sibuk utk meluangkan waktu lebih banyak utk anak2nya.
Misalnya pasta gigimembertikan iming2 bagi pembeli dgn hadiah jutaan rupiah setelah
mengumpulkan sejumlah bungkus tertentu. Jadi orang dipersuasi utk membeli produk bukan
karena dia butuh produk tsb tetapi krn dia ingin mendapatkan hadiah karena membeli produk
itu.
Mengacu pada teori Blum tentang peran “empat faktor” untuk mewujudkan derajat kesehatan
masyarakat, terlihat bahwa:
1. Faktor lingkungan
2. Faktor perilaku
4. Faktor heredity
1. Apakah ia akan “dipengaruhi” lingkungan yang berarti manusia menerima apa saja
yang berlaku dalam lingkungan dimana ia berada, hidup dan berinteraksi.
Hidup sehat berwawasan ramah lingkungan merupakan harapan ideal. Para ahli sepakat
bahwa “sekiranya lingkungan dapat diatur semau kita sehingga upaya hidup sehat menjadi
mudah terlaksanya”. Sayangnya hal itu tidak mungkin berlangsung, olehnya untuk hidup
sehat diperlukan kemampuan mengelola keseimbangan “ekosistem, nilai budaya dan
pengamalan perilaku” yang bermanifestasi sebagai keseimbangan “agent, host and
environment”.
Guna mewujudkan pelaksanaan health education berazas pada proses Belajar-Mengajar, bagi
seorang health educator diperlukan baginya pengetahuan tentang penyusunan tujuan
instruksional sesuai syarat-syaratnya serta kemampuan menilai faktor pendukung dan
penghambat pada pelaksanaan proses Belajar-Mengajar tersebut, termasuk tersedianya
kurikulum dan pemilihan jenis pendidikan.
Komunikator adalah orang atau lembaga yang menyampaikan pesan, misalnya berisikan
himbauan untuk melakukan 3M dalam mencegah dan memberantas penyebaran dan
perkembangan nyamuk aedes agyphti yang menyebabkan penyakit DBD.
Pesan adalah pernyataan yang didukung oleh lambang yang mempunyai arti, contohnya bias
berupa slogan tentang hidup sehat dan lain-lain.
Komunikan adalah orang yang menerima pesan. Komunikan bias berupa manyarakat maupun
lembaga tertentu yang bertanggung jawab atas peningkatan derajat kesehatan masyarakat.
Media adalah sarana atau saluran yang mendukung proses penyampaian pesan. Media
dimaksud bias berupa media cetak maupun elektronik yang dahulu biasa dilakukan dengan
kegiatan penyuluhan.
Efek adalah dampak atau akibat yang ditimbulkan oleh pesan . efek atau dampak ialah nilai
ketercapaian kita dalam penyanpaian pesan. Nilai baik maupun sebaliknya tergantung cara
kita dalam menyampaikan pesan tersebut.
Dengan kurang jelasnya manajemen kesehatan diwaktu lampau, maka kebutuhan informasi
dan datanya pun menjadi tidak jelas pula.
Oleh karena itu, tahun 2001 yang merupakan awal pelaksanaan Otonomi Daerah dapat
dianggap sebagai momentum yang tepat untuk mulai mengembangkan kembali Sistem
Informasi Kesehatan. Mendukung hal tersebut maka pada tahun tersebut di terbitkan Surat
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 551/Menkes/SK/V/2002 tentang Kebijakan dan
Strategi Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS). Seiring dengan
pesatnya perkembangan di bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (ICT) maka pada
tahun 2003 dikeluarkan Instruksi Presiden RI Nomor 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan
Strategi Nasional Pengem-bangan egovernment. Kemudian dijabarkan lagi melalui
Komunikasi Kesehatan menjadi semakin populer dalam upaya promosi kesehatan selama 20
tahun terakhir. Contoh, komunikasi kesehatan memegang peranan utama atau pengontribusi
dalam pemenuhan 219 dari 300 tujuan khusus dalam Healthy People 2010. Apabila
digunakan secara tepat, komunikasi kesehatan dapat mempengaruhi sikap, persepsi,
kesadaran, pengetahuan dan norma sosial yang kesemuanya berperan sebagai precursor dapa
perubahan prilaku. Komunikasi kesehatan sangat efektif dalam mempengaruhi prilaku karena
didasarkan pada psikologi sosial, pendidikan kesehatan, komunikasi massa, dan pemasaran
untuk mengembangkan dan menyampaikan promosi kesehatan dan pesan pencegahan –
pencegahan.
Karya awal yang mempengaruhi perkembangan komunikasi kesehatan di susun oleh National
Cancer Institute (NCI) dan diberi judul Making Health Communication Programs Work: A
Planner’s Guide. Panduann ini menyatakan bahwa bidang ilmu seperti pendidikan kesehatan,
pemasaran sosial, dan komunikasi massa secara bersama mendefinisikan komunikai
kesehatan. Bukan hal luar biasa apabila mendengar peryataan bahwa komunikasi kesehatan
bahkan merupakan nama yang lebih baik untuk profesi daripada promosi kesehatan atau
pendidikan kesehatan bahwa segala sesuatu yang dilakukan dalam promosi kesehatan
melibatkan komunikasi untuk kesehatan. Kenyataannya, komunikasu kesehatan telah
didefinisikan secara luas oleh Everett Rogers, seorang pelopor dalam bidang komunikasi,
sebagai segala jenis komunikasi manusia yang berhubungan dengan kesehatan.
Ada dua perspektif utama yang diambil ketika mempertimbangkan komunikasi kesehatan
dalam praktik promosi kesehatan saat ini. Beberapa praktisi memandang komunikasi massa
sebagai proses menyeluruh yang membingkai penerapan intervensi promosi kesehatan.
Praktisi ini memandang komunikasi kesehatan sebagai strategi atau aktifitas sempit seperti
publikasi informasi atau sejenis komunikasi. Antar personal yang mungkin berlangsung
antara pendidik kesehatan dan kliennya. Kedua pemikiran itu menyebabkan komunikasi
kesehatan rentan terhadap penafsiran yang luas dan kesalahpahaman.
https://nursyaifahhaslim.wordpress.com/2013/11/11/komunikasi-kesehatan/
http://irmaprasetya.blogspot.com/2014/10/peranan-komunikator-dalam-komunikasi.html
Dalam ilmu komunikasi, yang dimaksud dengan komunikasi verbal tidak hanya lisan
namun meliputi komunikasi lisan dan tertulis. Karena bahasa dapat disampaikan secara lisan
atau tulisan maka komunikasi verbal didefinisikan sebagai komunikasi yang menggunakan
bahasa lisan maupun tertulis. Dengan kata lain, dapat diungkapkan bahwa komunikasi verbal
merupakan proses penyampaian pikiran oleh komunikator kepada komunikan dengan
menggunakan bahasa secara lisan atau tulisan. Dalam komunikasi lisan atau tulisan terdapat
komunikasi sebagai pembicara atau penulis, dan komunikan sebagai pendengar atau
pembaca. Melalui komunikasi lisan atau tuliasan seorang pembicara atau penulis tentu
berharap apa yang disampaikannya dapat dipahami secara tepat oleh pendengar atau pernbaca
sesuai dengan maksud pembicara atau penulis.
Komunikasi nonverbal merupakan salah satu bentuk komunikasi yang paling mendasar
dalam komunikasi bisnis. Selain menggunakan kata-kata, ketika berkomunikasi digunakan
pula gerakan-gerakan tubuh atau lebih dikenal dengan bahasa isyarat atau body
language. Pesan yang disampaikan dalam komunikasi nonverbal berbeda dengan komunikasi
verbal. Pesan yang disampaikan dalam komunikasi verbal biasanya berlangsung secara
terencana dan tersusun dengan teratur, sedangkan komunikasi nonverbal terjadi secara
spontan dan bersifat alami serta tidak pernah direncanakan terlebih dahalu. Sebagai contoh,
ketika seseorang mengatakan “sebaiknya berkas laporan ini disimpan di dalam lemari!”,
maka orang yang bersangkutan dengan sadar telah mempunyai tujuan tertentu. Berbeda
halnya dalam komunikasi nonverbal, seseorang sering melakukannya dengan tidak sadar.
Sebagai contoh, seseorang menggaruk-garuk kepala, padahal tidak gatal, hal ini berlangsung
tidak sengaja atau bersifat otomatis (menggaruk-garuk kepala merupakan ekspresi
ketidakpahaman atas sesuatu hal).