Anda di halaman 1dari 31

Konteks-Konteks Komunikasi

Komunikasi tidak berlangsung dalam ruang hampa-sosial, melainkan dalam konteks atau
situasi tertentu. Secara luas konteks di sini berarti semua faktor di luar orang-orang yang
berkomunikasi, yang terdiri dari :

 Aspek bersifat Fisik (iklim, cuaca, suhu udara, bentuk ruangan, warna dinding,
penataan tempat duduk, jumlah peserta komunikasi, dan alat yang tersedia untuk
menyampaikan pesan)
 Aspek Psikologis (sikap, kecenderungan, prasangka, dan emosi para peserta
komunikasi)
 Aspek Sosial (norma kelompok, nilai sosial, karakteristik budaya)
 Aspek Waktu (kapan berkomunikasi)

Banyak pakar komunikasi mengklasifikasikan komunikasi berdasarkan konteksnya. Indikator


paling umum untuk mengklasifikasikan komunikasi berdasarkan konteksnya adalah jumlah
peserta yang terlibat dalam komunikasi. Konteks-konteks tersebut antara lain :

Komunikasi Intrapribadi
Komunikasi intrapribadi (atau bisa disebut intrapersonal) adalah komunikasi dengan diri
sendiri. Contohnya seperti berpikir. Komunikasi ini merupakan landasan komunikasi
antarpribadi dan komunikasi dalam konteks-konteks lainnya. Dengan kata lain, komunikasi
intrapribadi ini melekat pada komunikasi dua-orang, tiga-orang, dan seterusnya, karena
sebelum berkomunikasi dengan orang lain kita biasanya berkomunikasi dengan diri-sendiri
(mempersepsi dan memastikan makna pesan orang lain), hanya saja caranya sering tidak
disadari.

Komunikasi Antarpribadi
Komunikasi antarpribadi (atau bisa disebut antarpersonal atau interpersonal) adalah
komunikasi antara orang-orang secara tatap-muka, yang memungkinkan setiap pesertanya
menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun nonverbal. Bentuk
khusus dari komunikasi ini adalah komunikasi diadik (dyadic communication) yang
melibatkan hanya dua orang.

Komunikasi Kelompok
Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama, yang berinteraksi satu
sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang
mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut, meskipun setiap anggota boleh jadi punya
peran berbeda. Komunikasi kelompok biasanya merujuk pada komunikasi yang dilakukan
kelompok kecil, jadi bersifat tatap-muka. Umpan balik dari seorang peserta dalam
komunikasi kelompok masih bisa diidentifikasi dan ditanggapi langsung oleh peserta lainnya.

Komunikasi Publik
Komunikasi publik adalah komunikasi antar seorang pembicara dengan sejumlah besar orang
(khalayak), yang tidak bisa dikenali satu persatu. Komunikasi demikian sering juga disebut
pidato, ceramah, atau kuliah (umum). Tidak seperti komunikasi antarpribadi yang melibatkan
pihak-pihak yang sama-sama aktif, satu pihak (pendengar) dalam komunikasi publik
cenderung pasif. Umpan balik yang mereka berikan terbatas, terutama umpan balik bersifat
verbal. Ciri-ciri komunikasi publik adalah terjadi di tempat umum (publik), merupakan
peristiwa sosial yang biasanya telah direncanakan alih-alih peristiwa relatif informal yang
tidak terstruktur, terdapat agenda, beberapa orang ditunjuk untuk menjalankan fungsi-fungsi
khusus, acara-acara lain mungkin direncanakan sebelum atau sesudah ceramah disampaikan
pembicara. Komunikasi publik sering bertujuan memberikan penerangan, menghibur,
memberikan penghormatan, atau membujuk.

Komunikasi Organisasi
Komunikasi organisasi terjadi dalam suatu organisasi, bersifat formal dan juga informal, dan
berlangsung dalam jaringan yang lebih besar daripada komunikasi kelompok. Oleh karena
itu, organisasi dapat diartikan sebagai kelompok dari kelompok-kelompok. Komunikasi
formal adalah komunikasi menurut struktur organisasi, sedangkan komunikasi informal tidak
bergantung pada struktur organisasi.

Komunikasi Massa
Komunikasi massa adalah komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak atau
elektronik, berbiaya relatif mahal, yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang
dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar di banyak tempat,
anonim, dan heterogen.

http://belajar-ilmukomunikasi.blogspot.com/2015/09/konteks-konteks-komunikas.html

Komunikasi tidak berlangsung dalam ruang hampa-sosial, melainkan dalam konteks


atau situasi tertentu. Secara luas konteks disini nerarti semua faktor di luar orang-
orang yang berkomunikasi, yang terdiri dari: pertama, aspek bersifat fisik seperti
iklim, cuaca, suhu udara, bentuk ruangan, warna dinding, penataan tempat duduk,
jumlah peserta komunikasi, dan alat yang tersedia untuk menyampaikan pesan; kedua,
aspek psikologis, seperti: sikap, kecenderungan, prasangka, dan emosi para peserta
komunikasi; ketiga, aspek sosial, seperti: norma kelompok, nilai sosial, dan
karakteristik budaya; dan keempat, aspek waktu, yakni kapan berkomunikasi (hari
apa, jam berapa, pagi, siang, sore, malam).
Banyak pakar komunikasi mengklasifikasikan komunikasi berdasarkan konteksnya.
Sebagaimana juga definisi komunikasi, konteks komunikasi ini diuraikan secara
berlainan. Istilah-istilah lain juga digunakan untuk merujuk pada konteks (context)
yang lazim, situasi (situation), keadaan (setting), arena, jenis (kind), cara (mode),
pertemuan (encounter), dan kategori. Menurut Verderber misalnya, konteks
komunikasi terdiri dari: konteks fisik, konteks sosial, konteks historis, konteks
psikologis, dan konteks kultural.
Indikator paling umum untuk mengklasifikasikan komunikasi berdasarkan konteksnya
atau tingkatnya adalah jumlah peserta yang terlibat dalam komunikasi. Maka
dikenallah komunikasi intrapribadi, komunikasi diadik, komunikasi antarpribadi,
komunikasi kelompok (kecil), komunikasi publik, komunikasi organisasi, dan
komunikasi massa.
KOMUNIKASI INTRAPRIBADI
Komunikasi intrapribadi (intrapersonal comunication) adalah komunikasi dengan diri-
sendiri. Contohnya berpikir. Komunikasi ini merupakan landasan komunikasi
antarpribadi dan komunikasi dalam konteks-konteks lainnya, meskipun dalam disiplin
komunikasi tidak dibahas secara rinci dan tuntas. Dengan kata lain komunikasi
intrapribadi ini melekat pada komunikasi dua-orang, tiga-orang, dan seterusnya,
karena sebelum berkomunikasi dengan orang lain kita biasanya berkomunikasi dengan
diri-sendiri (mempersepsi dan memastikan makna pesan orang lain), hanya saja
caranya sering tidak disadari. Keberhasilan komunikasi kita dengan orang lain
bergantung pada keefektifan komunikasi kita dengan diri-sendiri.
KOMUNIKASI ANTARPRIBADI
Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) adalah komunikasi antara
orang-orang secara tatap-muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap
reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun nonverbal. Bentuk
khusus dari komunikasi antarpribadi ini adalah komunikasi diadik (dyadic
comunication) yang melibatkan hanya dua orang, seperti suami-istri, dua sejawat, dua
sahabat dekat, guru-murid, dan sebagainya. Ciri-ciri komunikasi diadik adalah pihak-
pihak yang berkomunikasi berada dalam jarak yang dekat, pihak-pihak yang
berkomunikasi mengirim dan menerima pesan secara simultan dan spontan baik
secara verbal maupun nonverbal. Keberhasilan komunikasi menjadi tanggung jawab
para peserta komunikasi. Kedekatan pihak-pihak yang berkomunikasi akan tercermin
pada jenis-jenis pesan atau respons nonverbal mereka, seperti sentuhan, tatapan mata
yang ekspresif, dan jarak fisik yang sangat dekat.
KOMUNIKASI KELOMPOK
Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama, yang
berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan yang bersama (adanya saling
ketergantungan ), mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai
bagian dari kelompok tersebut, meskipun setiap anggota boleh jadi punya peran yang
berbeda. Kelompok ini misalnya adalah keluarga, tetangga, kawan-kawan terdekat,
kelompok diskusi, kelompok pemecah suatu permasalahan, atau suatu komite yang
tengah rapat untuk mengambil suatu keputusan. Dengan demikian komunikasi
kelompok biasanya merujuk pada komunikasi yang dilakukan kelompok kecil (small
group communication), jadi bersifat tatap-muka. Umpan balik (feedback) dari seorang
peserta komunikasi kelompok masih bisa diidentifikasikan dan ditanggapi langsung
oleh peserta lainnya. Komunikasi kelompok dengan sendirinya melibatkan juga
komunikasi antarpribadi, karena itu kebanyakan teori komunikasi antarpribadi berlaku
juga bagi komunikasi kelompok.
KOMUNIKASI PUBLIK
Komunikasi publik (public comunication) adalah komunikasi antara seorang
pembicara dengan sejumlah besar orang (khalayak), yang tidak bisa dikenali satu
persatu. Komunikasi demikian sering juga disebut pidato, ceramah atau kuliah umum.
Beberapa pakar komunikasi menggunakan istilah komunikasi kelompok besar (large
group communication) untuk komunikasi ini.
Komunikasi Publik biasanya berlangsung lebih formal dan lebih sulit daripada
komunikasi antarpribadi atau komunikasi kelompok, karena komunikasi publik
menuntut persiapan pesan yang cermat, keberanian, dan kemampuan menghadapi
sejumlah orang besar. Daya tarik fisik pembicara bahkan sering merupakan faktor
penting yang menentukan efektivitas pesan, selain keahlian dan kejujuran pembicara.
Tidak seperti komunikasi antarpribadi yang melibatkan pihak-pihak yang sama-sama
aktif, satu pihak (pendengar) dalam komunikasi publik cenderung pasif. Umpan balik
yang diberikan terbatas, terutama umpan balik bersifat verbal. Umpan balik nonverbal
lebih jelas diberikan orang-orang yang duduk di jajaran depan, karena merekalah yang
paling jelas terlihat. Sesekali pembicara menerima umpan balik bersifat serempak,
seperti tertawa atau tepuk tangan. Ciri komunikasi publik adalah terjadi di tempat
umum (publik).
KOMUNIKASI ORGANISASI
Komunikasi organisasi (organizational communication) terjadi dalam suatu organisasi,
bersifat formal dan juga informal, dan berlangsung dalam jaringan yang lebih besar
daripada komunikasi kelompok. Oleh karena itu, organisasi dapat diartikan sebagai
kelompok dari kelompok-kelompok. Komunikasi organisasi seringkali melibatkan
juga komunikasi diadik, komunikasi antarpersonal, dan ada kalanya juga komunikasi
publik. Komunikasi formal adalah komunikasi menurut struktur organisasi, yakni
komunikasi ke bawah, komunikasi ke atas, dan komunikasi horisontal, sedangkan
komunikasi informal tidak bergantung pada struktur organisasi, seperti komunikasi
antarsejawat, juga termasuk selentingan dan gosip.
KOMUNIKASI MASSA
Komunikasi massa (mass communication) adalah komunikasi yang menggunkan
media massa, baik cetak (surat kabar, majalah) atau elektronik (radio, televisi),
berbiaya relatif mahal, yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang
dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar di banyak
tempat, anonim, dan heterogen. Pesan-pesannya bersifat umum, disampaikan secara
cepat, serentak, dan selintas (khususnya media elektronik). Meskipun khalayak ada
kalanya menyampaikan pesan kepada lembaga (dalam bentuk saran-saran yang sering
tertunda), proses komunikasi didominasi oleh lembaga, karena lembagalah yang
menentukan agendanya. Komunikasi antarpribadi, komunikasi kelompok, komunikasi
publik, dan komunikasi organisasi berlangsung juga dalam proses untuk
mempersiapkan pesan yang disampaikan media massa ini.
KONTEKS-KONTEKS KOMUNIKASI LAINNYA
Konteks komunikasi lain dapat dirancang berdasarkan kriteria tertentu, misalnya
berdasarkan derajat keterlibatan teknologi dalam komunikasi. Mary B. Cassata dan
Molefi K. Asante membandingkan tiga cara (mode) komunikasi antara komunikasi
antarpribadi, komunikasi media, dan komunikasi massa.

Antarpribadi Massa Media

Individu
Organisasi
Komunikator Independen atau
Kompleks
Organisasi
Pribadi atau Pribadi atau
Pesan Umum
Terbatas Terbatas

Elektronik Vokal dan


Saluran Vokal
dan Cetak Elektronik

Individu
Individu atau atau
Khalayak Kelompok Massa Kelompok
Kecil Kecil atau
Massa

Segera atau
Umpan Balik Segera Tertunda
Tertunda

Primer atau
Kontak Primer Sekunder
Sekunder

Diskusi
Contoh Berita TV Telepon
Keluarga

Konteks komunikasi lainnya dapat diklasifikasikan berdasarkan bidang, kejuruan atau


kekhususan, komunikasi pertanian, komunikasi bisnis, komunikasi instruksional,
komunikasi pembangunan, komunikasi antarbudaya, komunikasi internasional, dan
bahkan komunikasi antargalaksi. Bidang komunikasi yang terakhir memang belum
masuk dalam disiplin ilmu, namun boleh jadi kita akan melakukan komunikasi
tersebut dengan makhluk-makhluk luar angkasa seperti yang dilukiskan dalam film-
film fiksi ilmiah.

https://nisanisii.wordpress.com/2016/06/03/konteks-konteks-komunikasi/

Hakikat, Definisi Dan Konteks-Konteks Komunikasi


A. Hakikat, Definisi dan Konteks Komunikasi
Apakah yang anda pikirkan bila mendengar kata “Komunikasi” ? Jawaban atas pertanyaan ini
amat beraneka ragam, mulai dari berdoa (yang merupakan komunikasi dengan Tuhan), bersenda
gurau, berpidato, hingga penggunaan alat-alat elektronik atau komputer yang canggih.
Komunikasi adalah suatu topik yang amat sering diperbincangkan, bukan hanya dikalangan
ilmuwan komunikasi, melainkan juga di kalangan awam, sehingga kata komunikasi itu sendiri
memiliki terlalu banyak arti yang berlainan. Dalam wacana publik, kita sering mendengar kalimat
atau frase yang mengandung kata komunikasi atau turunannya, seperti “Hewan pun
berkomunikasi dengan cara mereka masing-masing”, “Kita harus mengkomunikasikan maslah ini
kepada mahasiswa pada saat kuliah nanti”, “Komputer adalah sarana komunikasi yang
tercanggih”, “Kami belum menerima komunikasi dari perusahaan itu”, “Orangnya tidak
komunikatif”, dan sebagainya. Pendeknya istilah komunikasi sudah sedemikian lazim di kalangan
kita semua, meskipun masing-masing orang mengartikan istilah itu secara berlainan. Oleh karena
itu, kesepakatan dalam mendefinisikan istilah komunikasi merupakan langkah awal untuk
memperbaiki pemahaman atas fenomena yang rumit ini.

Kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasal dari kata Latin communis
yang berarti “sama”, communico, communicatio, atau communicare yang berarti “membuat
sama” (to make common). Istilah pertama (communis) adalah istilah yang paling sering disebut
sebagai asal-usul kata komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata Latin lainnya yang mirip.
Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara
sama. Akan tetapi definisi-definisi kontemporer menyarankan bahwa komunikasi merujuk pada
cara berbagi hal-hal tersebut, seperti dalam kalimat “Kita berbagi pikiran”, Kita mendiskusikan
makna”, dan “Kita mengirimkan pesan”.

Kata lain yang mirip dengan komunikasi adalah komunitas (community) yang juga menekankan
kesamaan atau kebersamaan. Komunitas merujuk pada sekelompok orang yang berkumpul atau
hidup bersama untuk mencapai tujuan tertentu, dan mereka berbagi makna dan sikap. Tanpa
komunikasi tidak akan ada komunitas. Komunitas bergantung pada pengalaman dan emosi
bersama, dan komunikasi berperan dan menjelaskan kebersamaan itu.

Berbicara tentang definisi komunikasi, tidak ada definisi yang benar ataupun yang salah. Seperti
juga model atau teori, definisi harus dilihat dari kemanfaatannya untuk menjelaskan fenomena
yang didefinisikan dan mengevaluasinya. Beberapa definisi mungkin terlalu sempit dan dapat kita
lihat dibawah ini :

1. Everett M. Rogers : “Komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber
kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka"
2. Harold Lassewell : “Cara terbaik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan
menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut : Who Says What In Which Channel To Whom
With What Effect"
3. Carl I. Hovland : “ Komunikasi adalah proses yang memungkinkan seseorang
(komunikator) menyampaikan rangsangan (biasanya lambang-lambang verbal) untuk
mengubah perilaku orang lain (komunikate)."
4. Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss : “ Komunikasi adalah proses pembentukan makna di
antara dua orang atau lebih.”

Dari beberapa pengertian tersebut jika dianalisis pada prinsipnya dapat disimpulkan bahwa
komunikasi mengacu pada tindakan, oleh satu orang atau lebih, yang mengirim dan menerima
pesan yang terdistorsi oleh gangguan (noise), terjadi dalam suatu konteks tertentu, mempunyai
pengaruh tertentu, dan ada kesempatan untuk melakukan umpan balik. Gambar berikut
menggambarkan apa yang dapat kita namakan model universal komunikasi. Ini mengandung
elemen-elemen yang ada dalam setiap tindak komunikasi, terlepas dari apakah itu bersifat
intrapribadi, antarpribadi, kelompok kecil, pidato terbuka, atau komunikasi massa.
Konteks-Konteks Komunikasi
Komunikasi tidak berlangsung dalam suatu ruang hampa-sosial, melainkan dalam suatu konteks
atau situasi tertentu. Secara luas konteks disini berarti semua faktor di luar orang-orang yang
berkomunikasi, yang terdiri dari :

1. Aspek bersifat fisik seperti iklim, cuaca, suhu udara, bentuk ruangan, warna dinding,
penataan tempat duduk, jumlah peserta dan lain-lain.
2. Aspek psikologis, seperti : sikap, kecenderungan, prasangka, dan emosi para peserta
komunikasi
3. Aspek sosial, seperti : norma kelompok, nilai sosial dan karakteristik budaya
4. Aspek waktu, yakni kapan berkomunikasi (hari apa, jam berapa, pagi, siang, sore, malam)

Banyak pakar komuniaksi mengklasifikasikan komunikasi berdasarkan konteksnya. Sebagaimana


juga definisi komuniaksi, konteks komunikasi ini diuraikan secara berlainan. Istilah-istilah lain juga
digunakan untuk merujuk kepada konteks ini.

Indikator paling umum untuk mengklasifikasikan komunikasi berdasarkan konteksnya atau


tingkatnya adalah jumlah peserta yang terlibat dalam komunikasi. Maka dikenallah :
1. Komunikasi intrapribadi
2. Komunikasi diadik
3. Komunikasi antarpribadi
4. Komunikasi kelompok (kecil)
5. Komunikasi publik
6. Komunikasi organisasi
7. Komunikasi massa.

Salah satu pendekatan untuk membedakan konteks-konteks komunikasi adalah pendeketan


situasional (situational approach) yang dikemukakan oleh G.R.Miller.

Komunikasi massa melibatkan banyak komunikator, berlangsung melalui sistem bermedia


dengan jarak fisik yang rendah (artinya jauh), memungkinkan penggunaan satu atau dua saluran
indrawi (penglihatan, pendengaran) dan biasanya tidak memungkinkan umpan balik segera.
Sebaliknya, komunikasi antarpribadi melibatkan sejumlah komunikator yang relatif kecil,
berlangsung dengan jarak fisik yang dekat, bertatap-muka, memungkinkan jumlah maksimum
saluran indrawi, dan memungkinkan unpan balik segera. Komunikasi kelompok kecil, publik dan
organisasi berada diantara kedua kategori tadi.

B. Prinsip-prinsip dasar berkomunikasi


Dalam pembahasan yang lalu kita mendefinisikan komunikasi dan menjelaskan beberapa
komponen komunikasi. Selanjutnya kita akan menggali sifat atau hakikat atau karakteristik
komunikasi dengan menyajikan delapan prinsip komunikasi. Memahami prinsip-prinsip ini sangat
penting untuk memahami komunikasi dalam segala bentuk dan fungsinya :

1. Komunikasi Adalah Paket Isyarat


Perilaku komunikasi, apakah ini melibatkan pesan verbal, isyarat tubuh, atau kombinasi dari
keduanya, biasanya terjadi dalam "paket". Biasanya, perilaku verbal dan nonverbal saling
memperkuat dan mendukung. Semua bagian dari sistem pesan biasanya bekerja bersama-sama
untuk mengkomunikasikan makna tertentu. Kita tidak mengutarakan rasa takut dengan kata-kata
sementara seluruh tubuh kita bersikap santai. Kita tidak mengungkapkan rasa marah sambil
tersenyum. Seluruh tubuh baik secara verbal maupun nonverbal-bekerja bersama-sama untuk
mengungkapkan pikiran dan perasaan kita. Dalam segala bentuk komunikasi, apakah
antarpribadi, kelompok kecil, pidato di muka umum, atau media masa, kita kurang
memperhatikan sifat paket dari komunikasi. Ia berlalu begitu saja. Tetapi bila ada ketidakwajaran
bila jabatan tangan yang lemah menyertai salam verbal, bila gerak-gerik gugup menyertai
pandangan yang tajam, bila kegelisahan menyertai ekspresi nyaman dan santai kita
memperhatikannya. Selalu saja kita mulai mempertanyakan ketulusan, dan kejujuran orang yang
bersangkutan.

2. Komunikasi Adalah Proses Penyesuaian


Komunikasi hanya dapat terjadi bila para komunikatornya menggunakan sistem isyarat yang
sama. Ini jelas kelihatan pada orang-orang yang menggunakan bahasa berbeda. Anda tidak akan
bisa berkomunikasi dengan orang lain jika sistem bahasa anda berbeda. Tetapi, prinsip ini
menjadi sangat relevan bila kita menyadari bahwa tidak ada dua orang yang menggunakan
sistem isyarat yang persis sama. Orang tua dan anak, misalnya, bukan hanya memiliki perbedaan
kata yang berbeda, melainkan juga mempunyai arti yang berbeda untuk istilah yang mereka
gunakan. Sebagian dari seni komunikasi adalah mengidentifikasikan isyarat orang lain, mengenali
bagaimana isyarat-isyarat tersebut digunakan, dan memahami apa artinya. Mereka yang
hubungannya akrab akan menyadari bahwa mengenali isyarat-isyarat orang lain memerlukan
waktu yang sangat lama dan seringkali membutuhkan kesabaran. Jika kita ingin benar-benar
memahami apa yang dimaksud seseorang, bukan sekadar mengerti apa yang dikatakan atau
dilakukannya, kita harus mengenal sistem isyarat orang itu.

3. Komunikasi Mencakup Dimensi Isi Dan Hubungan


Komunikasi, setidak-tidaknya sampai batas tertentu, berkaitan dengan dunia nyata atau sesuatu
yang berada di luar (bersifat ekstern bagi) pembicara dan pendengar. Tetapi, sekaligus,
komunikasi juga menyangkut hubungan di antara kedua pihak. Sebagai contoh, seorang atasan
mungkin berkata kepada bawahannya, "Datanglah ke ruang saya setelah rapat ini." Pesan
sederhana ini mempunyai aspek isi (kandungan, atau content) dan aspek hubungan (relational).

Aspek isi mengacu pada tanggapan perilaku yang diharapkan—yaitu, bawahan menemui atasan
setelah rapat. Aspek hubungan menunjukkan bagaimana komunikasi dilakukan. Bahkan
penggunaan kalimat perintah yang sederhana sudah menunjukkan adanya perbedaan status di
antara kedua pihak Atasan dapat memerintah bawahan. Ini barangkali akan lebih jelas terlihat
bila kita membayangkan seorang bawahan memberi perintah kepada atasannya. Hal ini akan
terasa janggal dan tidak layak karena melanggar hubungan normal antara atasan dan bawahan.

4. Ketidakmampuan Membedakan Dimensi Isi dan Hubungan


Banyak masalah di antara manusia disebabkan oleh ketidakmampuan mereka mengenali
perbedaan antara dimensi isi dan hubungan dalam komunikasi. Perbedaan/perselisihan yang
menyangkut dimensi isi relatif mudah dipecahkan: Relatif mudah untuk memeriksa fakta yang
dipertengkarkan. Sebagai contoh, kita dapat memeriksa buku atau bertanya kepada seseorang
tentang apa yang sesungguhnya terjadi. Tetapi, pertengkaran yang menyangkut dimensi
hubungan jauh lebih sulit diselesaikan, sebagian karena kita jarang sekali mau mengakui bahwa
per tengkaran itu sesungguhnya menyangkut soal hubungan, bukan soal isi.

5. Komunikasi Melibatkan Transaksi Simetris dan Komplementer


Hubungan dapat berbentuk simetris atau komplementer. Dalam hubungan simetris dua orang
saling bercermin pada perilaku lainnya. Perilaku satu orang tercermin pada perilaku yang lainnya.
Jika salah seorang mengangguk, yang lain mengangguk, jika yang satu menampakkan rasa
cemburu, yang lain memperlihatkan rasa cemburu; jika yang satu pasif, yang lain pasif. Hubungan
ini bersifat setara (sebanding), dengan penekanan pada meminimalkan perbedaan di antara
kedua orang yang bersangkutan.

Cara lain melihat hubungan simetris adalah dalam bentuk persaingan dan perebutan pengaruh di
antara dua orang. Masing-masing orang dalam hubungan simetris perlu menegaskan
kesebandingan atau keunggulannya dibanding yang lain. Hubungan simetris bersifat kompetitif;
masing-masing pihak berusaha mempertahankan kesetaraan atau keunggulannya dari yang lain.
Jika, misalnya, salah satu pihak mengatakan bahwa sesuatu itu harus dilakukan dengan cara
tertentu, pihak yang lain akan menangkapnya sebagai pernyataan bahwa ia tidak cukup
kompeten untuk memutuskan bagaimana sesuatu itu harus dilakukan. Terjadilah perebutan
pengaruh. Tentu saja, kericuhan ini sebenarnya tidak menyangkut tentang bagaimana sesuatu itu
harus dilakukan. Kericuhan lebih menyangkut tentang siapa yang berhak memutuskan. Kericuhan
ini lebih menyangkut siapa pihak yang lebih kompeten. Seperti dapat dengan mudah dipahami,
tuntutan pengakuan akan kesetaraan (atau keunggulan) seringkali menimbulkan pertengkaran
dan permusuhan.

6. Rangkaian Komunikasi Dipunkuasi


Peristiwa komunikasi merupakan transaksi yang kontinyu. Tidak ada awal dan akhir yang jelas.
Sebagai pemeran serta atau sebagai pengamat tindak komunikasi, kita membagi proses kontinyu
dan berputar ini ke dalam sebab dan akibat, atau ke dalam stimulus dan tanggapan. Artinya, kita
mensegmentasikan arus kontinyu komunikasi ini ke dalam potongan-potongan yang lebih kecil.
Kita menamai beberapa di antaranya sebagai sebab atau stimulus dan lainnya sebagai efek atau
tanggapan.

7. Komunikasi adalah proses transaksional


Komunikasi adalah transaksi. Dengan transaksi dimaksudkan bahwa komunikasi merupakan suatu
proses, hahwa komponen-komponennya saling terkait, dan bahwa para komunikatornya beraksi
dan bereaksi sebagai suatu kesatuan atau keseluruhan.

8. Komunikasi adalah Proses


Komunikasi merupakan suatu proses, suatu kegiatan. Walaupun kita mungkin membicarakan
komunikasi seakan-akan ini merupakan suatu yang statis, yang diam, komunikasi tidak pernah
seperti itu. Segala hal dalam komunikasi selalu berubah kita, orang yang kita ajak berkomunikasi,
dan lingkungan kita.

9. Komponen-komponen Komunikasi Saling Terkait


Dalam setiap proses transaksi, setiap komponen berkaitan secara integral dengan setiap
komponen yang lain. Komponen komunikasi saling bergantung, tidak pernah independen:
Masing-masing komponen dalam kaitannya dengan komponen yang lain. Sebagai contoh, tidak
mungkin ada sumber tanpa penerima, tidak akan ada pesan tanpa sumber, dan tidak akan
umpan balik tanpa adanya penerima. Karena sifat saling bergantung ini, perubahan pada
sembarang komponen proses mengakibatkan perubahan pada komponen yang lain. Misalnya,
anda sedang berbincang-bincang dengan sekelompok teman, kemudian ibu anda datang masuk
ke kelompok. Perubahan "khalayak" ini akan menyebabkan perubahan-perubahan lain.
Barangkali anda atau teman-teman anda akan mengubah bahan pembicaraan atau mengubah
cara membicarakannya. Ini juga dapat mempengaruhi berapa sering orang tertentu berbicara,
dan seterusnya. Apa pun perubahan yang pertama, perubahan-perubahan lain akan menyusul
sebagai akibatnya.

10. Komunikator bertindak sebagai satu kesatuan


Setiap orang yang terlibat dalam komunikasi beraksi dan bereaksi sebagai satu kesatuan yang
utuh. Secara biologis kita dirancang untuk bertindak sebagai makhluk yang utuh. Kita tidak dapat
bereaksi, misalnya, hanya pada tingkat emosional atau intelektual saja, karena kita tidak demikian
terkotak-kotak. Kita pasti akan bereaksi secara emosional dan intelektual, secara fisik dan
kognitif. Kita bereaksi dengan tubuh dan pikiran. Barangkali akibat terpenting dari karakteristik ini
adalah bahwa aksi dan reaksi kita dalam komunikasi ditentukan bukan hanya oleh apa yang
dikatakan, melainkan juga oleh cara kita menafsirkan apa yang dikatakan. Reaksi kita terhadap
sebuah film, misalnya, tidak hanya bergantung pada kata-kata dan gambar dalam film tersebut
melainkan pada semua yang ada pada kita pengalaman masa lalu kita, emosi kita saat itu,
pengetahuan kita, keadaan kesehatan kita, dan banyak lagi faktor lain. Jadi, dua orang yang
mendengarkan sebuah pesan seringkali menerimanya dengan arti yang sangat berbeda.
Walaupun kata-kata dan simbol yang digunakan sama, setiap orang menafsirkannya secara
berbeda.

11. Komunikasi Tak Terhindarkan


Anda mungkin menganggap bahwa komunikasi berlangsung secara sengaja, bertujuan, dan
termotivasi secara sadar. Dalam banyak hal ini memang demikian. Tetapi, seringkali pula
komunikasi terjadi meskipun seseorang tidak merasa berkomunikasi atau tidak ingin
berkomunikasi. Dalam situasi interaksi, anda tidak bisa tidak berkomunikasi. Tidaklah berarti
bahwa semua perilaku merupakan komunikasi; misalnya, jika sang murid melihat ke luar jendela
dan guru tidak melihatnya, komunikasi tidak terjadi.

Selanjutnya, bila kita dalam situasi interaksi, kita tidak bisa tidak menanggapi pesan dari orang
lain. misalnya, jika kita melihat seseorang melirik ke arah kita, kita pasti bereaksi dengan cara
tertentu. Seandainyapun kita tidak bereaksi secara aktif atau secara terbuka, ketiadaan reaksi ini
sendiri pun merupakan reaksi, dan itu berkomunikasi. Kita tidak bisa tidak bereaksi. Sekali lagi,
jika kita tidak menyadari lirikan itu, jelas bahwa komunikasi tidak terjadi.

12. Komunikasi Bersifat Tak Reversibel


Anda dapat membalikkan arah proses beberapa sistem tertentu. Sebagai contoh, anda dapat
mengubah air menjadi es dan kemudian mengembalikan es menjadi air, dan anda dapat
mengulang-ulang proses dua arah ini berkali-kali sesuka anda. Proses seperti ini dinamakan
proses reversibel. Tetapi ada sistem lain yang bersifat tak reversibel (irreversible). Prosesnya
hanya bisa berjalan dalam satu arah, tidak bisa dibalik. Anda, misalnya, dapat mengubah buah
anggur menjadi minuman anggur (sari anggur), tetapi anda tidak bisa mengembalikan sari
anggur menjadi buah anggur. Komunikasi termasuk proses seperti ini, proses tak reversibel.
Sekali anda mengkomunikasikan sesuatu, anda tidak bisa tidak mengkomunikasikannya. Tentu
saja, anda dapat berusaha mengurangi dampak dari pesan yang sudah terlanjur anda sampaikan;
anda dapat saja, misalnya, mengatakan, "Saya sangat marah waktu itu; saya tidak benar-benar
bermaksud mengatakan seperti itu." Tetapi apa pun yang anda lakukan untuk mengurangi atau
meniadakan dampak dari pesan anda, pesan itu sendiri, sekali telah dikirimkan dan diterima,
tidak bisa dibalikkan. (Ada pepatah Indonesia yang mengatakan, nasi telah menjadi bubur.)

Prinsip ini mempunyai beberapa implikasi penting komunikasi dalam segala macam bentuknya.
Sebagai contoh, dalam interaksi antarpribadi, khususnya dalam situasi konflik, kita perlu hati-hati
untuk tidak mengucapkan sesuatu yang mungkin nantinya ingin kita tarik kembali. Pesan yang
mengandung komitmen pesan "aku cinta kepadamu" dengan segala macam variasinya juga perlu
diperhatikao , lika tidak, kita mungkin terpaksa mengikatkan diri kita pada suatu posisi yang
mungkin nantinya kitt sesali. Dalam situasi komunikasi publik atau komunikasi masa, di mana
pesan-pesan didengar oleli ratusan, ribuan, bahkan jutaan orang, sangatlah penting kita
menyadari bahwa komunikasi kita bersifat tak reversibel.

C. Pengertian-pengertian Komunikasi Bisnis


Sebelum membahas tentang bentuk dasar komunikasi, terlebih dahulu kita perlu memahami
tentang apa yang dimaksud dengan komunikasi dan komunikasi bisnis itu sendiri.

Menurut William C. Himstreet dan Wayne Murlin Baty dalam Business Communications: Principles
and Methods, komunikasi adalah suatu proses pertukaran informasi antar individu melalui suatu
sistem yang biasa (lazim) baik dengan simbol-simbol, sinyal-sinyal, maupun perilaku atau
tindakan. Pengertian komunikasi ini paling tidak melibatkan dua orang atau lebih dengan
menggunakan cara-cara berkomunikasi yang biasa dilakukan oleh seseorang seperti melalui
lisan, tulisan, maupun sinyal-sinyal nonverbal.

Sementara itu, komunikasi bisnis berbeda dengan komunikasi antarpribadi maupun komunikasi
lintas budaya. Komunikasi antar pribadi (interpersonal communications) merupakan bentuk
komunikasi yang lazim dijumpai dalam kehidupan sehari-hari antara dua orang atau lebih untuk
mencapai tujuan tertentu. Sedangkan komunikasi lintas budaya (intercultural/cross-cultural
communications) merupakan bentuk komunikasi yang dilakukan antara dua orang atau lebih,
yang masing-masing memiliki budaya yang berbeda.

Secara sederhana dapat dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan komunikasi bisnis adalah
komunikasi yang digunakan dalam dunia bisnis yang mencakup berbagai macam bentuk
komunikasi baik komunikasi, verbal maupun nonverbal.

Dalam dunia bisnis, seorang komunikator yang baik tentu saja di samping harus memiliki
kemampuan berkomunikasi yang baik, ia juga harus mampu menggunakan berbagai macam. alat
atau media komunikasi yang ada untuk menyampaikan pesan-pesan bisnis kepada pihak lain
secara efektif dan efisien, sehingga tujuan penyampaian pesan dapat tercapai.
Para komunikator sebaiknya mengetahui bagaimana menempatkan kata yang mampu
membentuk suatu arti atau makna, bagaimana mengubah situasi menjadi lebih menarik dan
menyenangkan, bagaimana mengajak peserta untuk berperan aktif dalam diskusi, bagaimana
menyisipkan humor (lelucon) yang mampu menghidupkan suasana, bagaimana menyiapkan atau
mengatur ruangan yang mampu menghidupkan diskusi, serta bagaimana memilih media
komunikasi secara tepat, apakah melalui media tulisan (written) atau lisan (oral). Di samping itu,
mereka juga dapat menggunakan gerakan-gerakan isyarat ataupun bahasa tubuh untuk
memperkuat penyampaian pesan-pesan bisnis.

http://xerma.blogspot.com/2014/04/hakikat-definisi-dan-konteks-konteks.html

Komunikasi kesehatan

Komunikasi kesehatan adalah Studi yg mempelajari bagaimana cara menggunakan strategi


komunikasi untuk menyebarluaskan informasi kesehatan yang dapat mempengaruhi individu
dan komunitas agar mereka dapat membuat keputusan yang tepat berkaitan dengan
pengelolaan kesehatan. Studi yang menekankan peranan teori komunikasi yang dapat
digunakan dalam penelitian dan praktek yg berkaitan dengan promosi kesehatan dan
pemeliharaan kesehatan. Proses untuk mengembangkan atau membagi pesan kesehatan
kepada audiens dgn maksud mempengaruhi pengetahuan, sikap dan keyakinan mereka
tentang pilihan perilaku hidup sehat. Komunikasi kesehatan meliputi informasi tentang
pencegahan penyakit, promosi kesehatan, kebijaksanaan pemeliharaan kesehatan, regulasi
bisnis dalam bidang kesehatan, yang sejauh mungkin mengubah dan membaharui kualitas
individu dalam suatu komunitas atau masyarakat dengan mempertimbangkan aspek ilmu
pengetahuan dan etika.

Dari berbagai definisi dapat disimpulkan bahwa komunikasi kesehatan meliputi unsur 2 :

1. Proses komunikasi manusia ( human communication ) demi mengatasi masalah


kesehatan. Komunikasi yg sama dgn komunikasi pada umumnya, yaitu ada komunikator
kesehatan, komunikan, pesan, media, efek, ada konteks komunikan kesehatan. Beroperasi
pada level atau konteks komunikasi antar personal, kelompok, organisasi, publik dan
komunikasi masa. Belajar memanfaatkan strategi komunikasi. Belajar tentang peranan
teori komunikasi dalam penelitian dan praktek yang berkaitan dengan promosi kesehatan dan
pemeliharaan kesehatan. Penyebar luasan informasi ttg kesehatan.

2. Keterpengaruhan dari individu dan komunitas dalam pembuatan keputusan yg berkaitan


dgn kesehatan. Pemanfaatan media dan tehnologi komunikasi dan tehnologi informasi dalam
penyebarluasan informasi kesehatan. Pengubahan kondisi yg kondusif yg memungkinkan
tumbuhnya kesehatan manusia dan lingkungannya. Variasi interaksi dalam kerja kesehatan
misalnya komunikasi dgn pasien diklinik, self help groups, mailings,hotlines, kampanye
media massa hingga penciptaan peristiwa. Pendidikan kesehatan.

Cakupan komunikasi kesehatan.

Banyak sekali teori, modal dan perspektif mengenai komunikasi kesehatan. Namun semua
model teoritik maupun praktis itu meliputi :

1. Komunikasi persuasif dan komunikasi yg berdampak pada perubahan perilaku


kesehatan.

2. Faktor2 psikologis individual yg mempengaruhi persepsi terhadap mkesehatan.:

– Stimulus ( objek persepsi ) > sense organ dan pemaknaan stimulus ( respons ).

– Bagaimana mengorganisir stimulus >berdasarkan aturan, skemata dan label.

– Interpretasi dan evaluasi berdasarkan pengetahuan, pengalaman dan lain2

– Memory dan

– Recall.

3. Pendidkan kesehatan ( health education ) yg bertujuan

Memperkenalkan perilaku hidup sehat melalui informasi dan pendidkan kepada individu dgn
menggunakan aktivitas material maupun terstruktur. Cakupan pendidikan kesehatan meliputi
:

– Jenis pendidikan profesional dibidang kesehatan (kurikulum dll ).

– Penjenjangan pendidikan profesi.

– Pelatihan profesional ( jenis, jenjang dan kurikulum)

– Pendidikan masyarakat ( informal ).

4. Pemasaran sosial yg bertujuan utk memperkenalkan

Atau mengubah perilaku positif melalui prinsip2 pemasaran dng mengintervensi informasi
kesehatan yg bermanfaat bagi komunitas.

5. Penyebarluasan informasi kesehatan melalai media

( sosialisasi , informasi, pendidikan, hiburan, opini, pemberitaan dll )

6. Advokasi, pendampingan melalui mkomunitas, kelompok atau media massa yg


bertujuan utk memperkenalkan :

– Kebijakan.
– Peraturan.

– Program 2 utk memperbaharui kesehatan.

7. Resiko komunikasi bertujuan utk menyebar luaskan informasi yg benar mengenai


resiko yg dihadapi oleh masyarakat terhadap informasi mengenai kesehatan termasuk dampak
penggunaan informasi yg salah mengenai kesehatan, dan mengusulkan cara2 utk mengatasi
kesalahan informasi.

8. Komunikasi dgn pasien meliputi informasi utk seorang individu misalnya informasi yg
berkaitan dgn kondisi kesehatan individu, bagaimana memaksimalkan perawatan, pemberian
terapi, atau penyampaian pendekatan alternatif, termasuk dalam tema ini adalah bgm
melayani pasien secara komunikatif.

9. Informasimkesehatan utk para konsumen —- satu aktivitas komunikasi yg ditujukan


kepada para individu- konsumen demi membantu individu utk memahami kesehatan
individu, bgm individu membuat keputusan yg berkaitan dgn kesehatan individu, kesehatan
keluarga, misalnya berhubungan dgn penyedia jasa kesehatan, asuransi kesehatan atau asp;ek
pemeliharaan kesehatan jangka panjang.

10. Merancang health entertain atau hiburan yg didalamnya mengandung informasi


kesehatan, yg meliputi pilihan jenis hiburan yg dijadikan sebagai event
utk mengomunikasikan tema2 mengenai kesehatan individu maupun keshatan masyarakat.

11. Komunikasi kesehatan yg interaktif yakni komunikasi kesehatan yg dilakukan melalui


media intreaktif shg terjadinya dan diskusi antara sumber dgn penerima melalui media massa.

12. Strategi komunikasi yg menjadi desain pilihan :

– Komunikasi kesehatan.

– Pesan2 kesehatan.

– Media kesehatan.

– Komunikasi keshatan ( audiens – sasaran komunikasi)

– Mereduksi hambatan komunikasi.

– Menentukan atau memilih konteks komunikasi kesehatan d l l .

Tujuan komunikasi kesehatan.

1. Tujuan strategis

pada umumnya program-program yg berkaitan dgn komunikasi kesehatan yg dirancang


dalam bentuk paket acara atau paket modul dpt berfungsi utk :
1. Relay information, meneruskan informasi kesehatan dari suatu sumber kpd pihak lain
secara berangkai ( hunting ).

2. Enable informed decision making – memberikan informasi akurat utk memungkinkan


pengambilan keputusan.

3. Promote peer information exchange and emotional support – mendukung pertukaran


pertama dan mendukung secara emosional pertukaran informasi kesehatan.

4. Promote healthy behavior – informasi utk memperkenalkan perilaku hidup sehat.

5. Promote self care – memperkenalkan pemeliharaan kesehatan diri sendiri.

6. Manage demand for health services- memenuhi permintaan layanan kesehatan.

2. Tujuan praktis

secara praktis tujuan khusus komunikasi kesehatan itu meningkatkan kualitas sumber
daya manusia melalui beberapa usaha pendidikan dan pelatihan agar dapat :

1. Meningkatkan pengetahuan yg mencakup :

– Prinsip2 dan proses komunikasi manusia .

– Menjadi komunikator – yg memiliki etos, patos ,logos kredibilitas dll.

– Menyusun pesan verbal dan non verbal dalam komunikasi mkehatan.

– Memilih media yg sesuai dgn konteks komunikasi kesehatan.

– Menentukan segmen komunikasi yg sesuai dgn konteks komunikasi kesehatan.

– Mengelola umpan balik atau dampak pesan kesehatan yg sesuai dgn kehendak
komunikator dan komunikan.

– Mengelola hambatan2 dalam komunikasi kesehatan.

– Mengenal dan mengelola konteks komunikasi kesehatan.

– Prinsip 2 riset.

2. Meningkatkan kemampuan dan ketrampilan

Berkomunikasi efektif. Praktis berbicara, berpidato, memimpin rapat, dialog, diskusi,


negosiasi, menyelesaikan konflik, menulis, membaca, wawancara, menjawab pertanyaan,
argumentasi dll.

3. Membentuk sikap dan perilaku berkomunikasi.


· berkomunikasi yg menyenangkan, empati.

· berkomunikasi dgn kepercayaan pada diri.

· menciptakan kepercayaan publik dan pemberdayaan publik.

· membuat pertukaran gagasan dan informasi makin menyenangkaqn.

· memberikan apresiasi terhadap terbentuknya komunikasi yg baik.

Manfaat mempelajari komunikasi kesehatan

1. Memahami interaksi antara kesehatan dgn perilaku

individu .

2. Meningkatkan kesadaran kita ttg isu keehatan.

Mengelola pesan dalam komunikasi kesehatan.

Hakekat pesan yakni :

1. Isi (content) pesan (message) merupakan basis dari pengaruh komunikator (juga media),
inilah yang paling utk dipelajari.

2. Isi pesan dirancang secara cermat oleh perancang, produser, penulis,editor utk
mempengaruhi audiens.

3. Isi pesan tidak selalu terikat pada hal yg benar tetapi juga pada isu yg tidak benar.

4. Studi ttg isi pesan mendorong kita utk meramalkan dampak terhadap audiens.

Yang dimaksud dgn content/isi informasi (pesan) kesehatan :

1. Content/isi adalah kelengkapan jumlah (kuantitas) dan kualitas informasi verbal dan
visual mengenai kesehatan yg didistribusikan oleh komunikator atau media.

2. Jumlah/kuantitas isi itu merujuk pada jumlah waktu yg digunakan dalam detik, menit,
jam utk memuat berita, film dan lain2. Atau jumlah kolom surat kabar/majalah yg memuat
berita, opini, gambar, cerpen, berita daerah, kolom, feature, dalam satu kali terbitan.

3. Kualitatif merujuk pada mutu,kualitas isi, penampilan faktual, pemerolehan berita, daya
guna sebuah berita, fakta, keabsahan, metode dan tehnik pengolahan.
Kategori fungsi – isi pesan

1. Fungsi mengawasi lingkungan, memperingatkan ancaman dan bahaya ttg dunia


disekeliling kita , memperingatkan bahaya penyakit menular, bahasa hiv/aids dll.

2. Fungsi korelasi, melalui tajuk dan propaganda sehingga membuat audiens


menghubungkan peringatan tsb dgn pengawasan lingkungan diatas.

3. Transmisi, isi mengalihkan norma masyarakat dalam pelbagai cara.

4. Hiburan, manusia normal berpikir bahwa mereka butuh hiburan, santai, humor. Isi
pesan bisa dirancang sedemikian rupa utk menampilkan juga aspek hiburan agan audiens
menikmati.

Memahami dan memakai pesan verbal dalam komunikasi kesehatan.

Dalam komunikasi verbal artinya pesan2 disampaikan dlm bentuk verbal berupa kata2 yg
diucapkan(vokal), dfitulis (visual).

1. Penggunaan bahasa secara pragmatis.

Seorang komunikator kesehatan hendaklah memperhatikan kebiasaan dan kepraktisan bahasa


dikalangan ibu2 desa yg berkunjung dipuskesmas, bapak2 nelayan dipantai, para gadis
dipasar umum, orang2 yg berada dalam perjalanan dll.

2. Ingat variasi berbahasa

Dalam komunikasi kesehatan, apalagi dalam situasi antar budaya, hendaklah kita
memperhatikan beberapa variasi berbahasa yg bersumber pada :

· dialek.masing2 daerah mempunyai dialek utk menerangkan kata atau istilah lokal.

· aksen. Menunjukan kehasan tekanan dalam ucapan bahasa lisan.

3. Struktur pesan.

Ditunjukan dgn :

– Pola penyimpulan (tersirat atau tersurat).

– Pola urutan argumentasi (mana yg lebih dahulu).

– Argumentasi (yang disenangi atau tidak disenangi), pola obyektivitas (satu sisi atau
dua sisi).

3. Gaya pesan (bahasa).


Gaya pesan merupakan variasi linguistik dalam penyampaian pesan dgn :

– Pengulangan.

– Mudah dimengerti.

– Perbendaharaan kata.

– Kemampuan menggunakan gaya bahasa.

4. Daya tarik pesan.

Yg dimaksud dengan daya tarik pesan (message appeals) mengacu pada motif2 psikologi yg
dikandung pesan yakni :

· rasional emosional.

· fear appeals (daya tarik ketakutan)

· reward appeals (daya tarik ganjaran.

Rasional emosional.

Rasional adalah rancangan pesan yg menjelaskan suatu informasi secara rasional sesuai dgn
syarat2 yg seharusnya. Misalnya syarat ilmum kesehatan dll. Contoh karena penyakit ini
disebabkan oleh virus maka tdk bisa diobati.penyakit ini akan sembuh sendiri yg dalam
istilah medis disebut self limited disease ujar aman.menurut dia yg bisa dilakukan terhadap
penyakit ini adalah melakukan pengobatan sesuai dgn gejalah2 penyakit atau simthomatis.
Misalnya ketika penderita mengalami batuk diberi obat batuk dsbnya.

Emosional adalah rancangan pesan yg menjelaskan suatu informasi secara emosional


sehingga menggugah emosi audiens. Contoh merokok dapat menyebabkan kanker, serangan
jantung, impotensi, gangguan kehamilan dan janin. Jika bapak tetap merokok berarti bapak
membunuh diri. Itukan kasihan anak2 dan istri apalagi kalau bapak jadi impoten, maka rumah
tangga bapak bakal tdk bahagia.

Fear appeals (daya tarik ketakutan)

Misalnya bgm hubungan pembantu dgn anak2 ketika orang tua tdk berada dirumah. Hal ini
akan mendorong para orang tua sibuk utk meluangkan waktu lebih banyak utk anak2nya.

Reward appeals (daya tarik ganjaran).

Misalnya pasta gigimembertikan iming2 bagi pembeli dgn hadiah jutaan rupiah setelah
mengumpulkan sejumlah bungkus tertentu. Jadi orang dipersuasi utk membeli produk bukan
karena dia butuh produk tsb tetapi krn dia ingin mendapatkan hadiah karena membeli produk
itu.
Mengacu pada teori Blum tentang peran “empat faktor” untuk mewujudkan derajat kesehatan
masyarakat, terlihat bahwa:

1. Faktor lingkungan

2. Faktor perilaku

3. Faktor pelayanan kesehatan

4. Faktor heredity

Dari pengalaman lapangan didapatkan pengaruh lingkungan merupakan pengaruh terbesar


pada upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Manusia di dalam menghadapi faktor
lingkungan itu, tertantang dalam dua hal;

1. Apakah ia akan “dipengaruhi” lingkungan yang berarti manusia menerima apa saja
yang berlaku dalam lingkungan dimana ia berada, hidup dan berinteraksi.

2. Ataukah ia “mempengaruhi” lingkungan yang berarti manusia bersangkutan mampu


mengelola lingkungan dimana ia berada, hidup dan berinteraksi.

Hidup sehat berwawasan ramah lingkungan merupakan harapan ideal. Para ahli sepakat
bahwa “sekiranya lingkungan dapat diatur semau kita sehingga upaya hidup sehat menjadi
mudah terlaksanya”. Sayangnya hal itu tidak mungkin berlangsung, olehnya untuk hidup
sehat diperlukan kemampuan mengelola keseimbangan “ekosistem, nilai budaya dan
pengamalan perilaku” yang bermanifestasi sebagai keseimbangan “agent, host and
environment”.

Guna mewujudkan pelaksanaan health education berazas pada proses Belajar-Mengajar, bagi
seorang health educator diperlukan baginya pengetahuan tentang penyusunan tujuan
instruksional sesuai syarat-syaratnya serta kemampuan menilai faktor pendukung dan
penghambat pada pelaksanaan proses Belajar-Mengajar tersebut, termasuk tersedianya
kurikulum dan pemilihan jenis pendidikan.

Komponen Komunikasi Kesehatan

Komunikator adalah orang atau lembaga yang menyampaikan pesan, misalnya berisikan
himbauan untuk melakukan 3M dalam mencegah dan memberantas penyebaran dan
perkembangan nyamuk aedes agyphti yang menyebabkan penyakit DBD.

Pesan adalah pernyataan yang didukung oleh lambang yang mempunyai arti, contohnya bias
berupa slogan tentang hidup sehat dan lain-lain.

Komunikan adalah orang yang menerima pesan. Komunikan bias berupa manyarakat maupun
lembaga tertentu yang bertanggung jawab atas peningkatan derajat kesehatan masyarakat.
Media adalah sarana atau saluran yang mendukung proses penyampaian pesan. Media
dimaksud bias berupa media cetak maupun elektronik yang dahulu biasa dilakukan dengan
kegiatan penyuluhan.

Efek adalah dampak atau akibat yang ditimbulkan oleh pesan . efek atau dampak ialah nilai
ketercapaian kita dalam penyanpaian pesan. Nilai baik maupun sebaliknya tergantung cara
kita dalam menyampaikan pesan tersebut.

Landasan Komunikasi Kesehatan

Dalam Undang-undang Kesehatan nomor 23 tahun 1992 pasal 63 dijelaskan perlunya


pengembangan Sistem Informasi Kesehatan yang mantap agar dapat menunjang sepenuhnya
pelaksanaan manajemen dan upaya kesehatan dengan menggunakan teknologi dari yang
sederhana hingga yang mutakhir disemua tingkat administrasi kesehatan. Sistem Informasi
Kesehatan dikembangkan terutama untuk mendukung manajemen kesehatan. Pendekatan
sentralistis di waktu lampau menyebabkan tidak berkembangnya manajemen kesehatan di
unit-unit kesehatan dan di Daerah. Manajemen memang akan berkembang dengan baik pada
saat suatu unit atau Daerah diberi kewenangan untuk mengurus dirinya sendiri (otonom).

Dengan kurang jelasnya manajemen kesehatan diwaktu lampau, maka kebutuhan informasi
dan datanya pun menjadi tidak jelas pula.

Oleh karena itu, tahun 2001 yang merupakan awal pelaksanaan Otonomi Daerah dapat
dianggap sebagai momentum yang tepat untuk mulai mengembangkan kembali Sistem
Informasi Kesehatan. Mendukung hal tersebut maka pada tahun tersebut di terbitkan Surat
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 551/Menkes/SK/V/2002 tentang Kebijakan dan
Strategi Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS). Seiring dengan
pesatnya perkembangan di bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (ICT) maka pada
tahun 2003 dikeluarkan Instruksi Presiden RI Nomor 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan
Strategi Nasional Pengem-bangan egovernment. Kemudian dijabarkan lagi melalui

Surat Keputusan Menteri Informasi & Komunikasi nomor 56/KEP/M.KOMINFO/12/2003


tentang Panduan Manajemen Sist Dokumen Elektronik (versi 1.0) dan Surat Keputusan
Kepala Badan Administrasi Negara Nomor 239/IX/6/8/ 2003 tentang Pedoman Penyusunan
Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.

Perlunya Komunikasi Kesehatan di Bidang Kesehatan

Komunikasi Kesehatan menjadi semakin populer dalam upaya promosi kesehatan selama 20
tahun terakhir. Contoh, komunikasi kesehatan memegang peranan utama atau pengontribusi
dalam pemenuhan 219 dari 300 tujuan khusus dalam Healthy People 2010. Apabila
digunakan secara tepat, komunikasi kesehatan dapat mempengaruhi sikap, persepsi,
kesadaran, pengetahuan dan norma sosial yang kesemuanya berperan sebagai precursor dapa
perubahan prilaku. Komunikasi kesehatan sangat efektif dalam mempengaruhi prilaku karena
didasarkan pada psikologi sosial, pendidikan kesehatan, komunikasi massa, dan pemasaran
untuk mengembangkan dan menyampaikan promosi kesehatan dan pesan pencegahan –
pencegahan.

Karya awal yang mempengaruhi perkembangan komunikasi kesehatan di susun oleh National
Cancer Institute (NCI) dan diberi judul Making Health Communication Programs Work: A
Planner’s Guide. Panduann ini menyatakan bahwa bidang ilmu seperti pendidikan kesehatan,
pemasaran sosial, dan komunikasi massa secara bersama mendefinisikan komunikai
kesehatan. Bukan hal luar biasa apabila mendengar peryataan bahwa komunikasi kesehatan
bahkan merupakan nama yang lebih baik untuk profesi daripada promosi kesehatan atau
pendidikan kesehatan bahwa segala sesuatu yang dilakukan dalam promosi kesehatan
melibatkan komunikasi untuk kesehatan. Kenyataannya, komunikasu kesehatan telah
didefinisikan secara luas oleh Everett Rogers, seorang pelopor dalam bidang komunikasi,
sebagai segala jenis komunikasi manusia yang berhubungan dengan kesehatan.

Komunikasi kesehatan juga dapat mencerminkan bagaimana persoalan kesehatan diterima


oleh audiens tertentu. Contoh, NCI mendefinisikan komunikasi kesehatan sebagai seni dan
teknik menyampaikan informasi, mempengaruhi, dan memotivasi individu, institusi, dan
audiens public tentang pentingnya persoalan kesehatan. The Centers of Disease Control and
Prevention (CDC) mendefinisikan komunikasi kesehatan sebagai suatu ilmu dan sebagai
penggunaan strategi komunikasi untuk menyampaikan informasi dan mempengaruhi
keputusan individu dan masyarakat yang dapat meningkatkan kesehatan. Walau begitu, masih
ada orang yang membicarakan konsep tersebut dengan menekankan berbagai bentuk
aplikasinya , termasuk advokasi media, komunikasi resiko, pendidikan hiburan, materi cetak,
dan komunikasi interaktif.

Ada dua perspektif utama yang diambil ketika mempertimbangkan komunikasi kesehatan
dalam praktik promosi kesehatan saat ini. Beberapa praktisi memandang komunikasi massa
sebagai proses menyeluruh yang membingkai penerapan intervensi promosi kesehatan.
Praktisi ini memandang komunikasi kesehatan sebagai strategi atau aktifitas sempit seperti
publikasi informasi atau sejenis komunikasi. Antar personal yang mungkin berlangsung
antara pendidik kesehatan dan kliennya. Kedua pemikiran itu menyebabkan komunikasi
kesehatan rentan terhadap penafsiran yang luas dan kesalahpahaman.

Jadi,komunikasi kesehatan diperlukan di bidang kesehatan karena komunikasi dalam


kesehatan merupakan kunci pencapaian peningkatan tarap atau tingkat kesehatan masyarakat.
Sejauh ini komunikasi senantiasa berkembang seiring berkembangnya dunia teknologi
komunikasi. komunikasi yang dulunya biasa dilakukan dengan penyuluhan yang secara
langsung berhadapan dengan masyarakat dan dilakukan dengan media audio/radio sekarang
lebih popular dengan penyampaian pesan atau informasi kesehatan melalui media internet
maupun media cetak dan elektronik. Tidak hanya bernilai praktis namun mempunyai nilai
ekonomis dan tampilannya lebih menarik. Media yang berkembang tersebut sangat
membantu dalam ketercapaian komunikasi kesehatan karena tercapai atau tidaknya
komunikasi kesehatan lebih dikarenakan penggunaan media informasi yang tepat, pesan yang
sistematis dan mudah dimengerti.

https://nursyaifahhaslim.wordpress.com/2013/11/11/komunikasi-kesehatan/

Peranan Komunikator Dalam Komunikasi Kesehatan


Abstraksi : Dalam bidang informasi dari bagian komunikasi, seseorang penyampai pesan
yang aktif dan lebih mempunyai kredibilitas tinggi akan lebih disukai bagi penerima pesan.
Dimana para penerima pesan akan dapat dengan mudah memahami dan mengikuti apa yang
di informasikan oleh pengirim pesan, namun bukan berarti seorang pengirim pesan yang
aktif akan banyak disenangi, melainkan pengirim pesan tersebut haruslah menguasai bidang-
bidangnya dalam kajian yang akan di informasikan. Dalam komunikasi kesehatan, seorang
komunikator atau yang disebut penyuluh kesehatan perlulah mempunyai kredibilitas tinggi,
yang akan membawanya lebih mudah menghadapi dan menangani penyampaian penyuluhan
tersebut kepada pasien.beberapa hal seperti kedekatan psikologis, motorik, sosial diperlukan
untuk seorang komunikator kesehatan, sebab dari apa yang disampaikan oleh pengirim
pesan akan mempengaruhi dari kondisi pasien.

Komunikasi antar personal, kelompok, organisasi, maupun publik merupakan salah


satu aktivitas komunikasi manusia termasuk komunikasi kesehatan, hal itu membutuhkan
peranan komunikator yang memprakarsai komunikasi. Peranan utama seorang komunikator
adalah mempengaruhi sikap penerima. Peran tersebut yang dalam ilmu psikologi komunikasi
disebut komunikasi persuasif dapat diartikan sebagai prosesa untuk mengubah sikap,
kepercayaan, pendapat, perilaku, suatu kemauan yang disadari dari seorang
komunikatoruntuk memodifikasi pikiran dan tindakan komunikan melalui manipulasi motif
dari komunikan agar komunikan dapat berubahpikiran dan tindakan sebagaimana yang
dikehendaki oleh sumber.

Persuasif dapat terjadi karena hubungan antara komunikator dengan komunikan,


dalam artian bahwa persuasi dapat terjadi hanya karena adanya kerjasama antara sumber
dengan penerima pesan. Namun kerjasama tersebut dapa terjadi jika diprakarsai oleh
komunikator (sumber) dan bukan dari komunikan (penerima pesan). Seorang komunikator
dapat melakukan persuasi dengan baik jika dia dapat memanfaatkan dua taktik untuk
mencapai tujuannya, antara lain : taktik intensify, yakni komunikator melakukan peningkatan
kualitas dan kuantitas pesan sehingga dapat menghasilkan pengaruh tertentu yang meliputi
repetisi, asosiasi, komposisi. Disambung dengan taktik downplay yang merupakan teknik
untuk menurunkan kualitas maupun kuantitas pesan sehingga mendapat pengaruh yang terdiri
atas omisi, diversi, dan konfusi.

Komunikasi kesehatan termasuk juga dalam jenis komunikasi pembangunan


(development communication) yang mempunyai fungsi seorang komunikator dalam
pembangunan kesehatan masyarakat adalah merancang suatu proses komunikasi yang tepat
sesuai dengan program tertentu. Secara umum para komunikator komunikasi pembangunan
yang diharapkan adalah komunikator yang dapat berperan ganda serentak untuk beberapa
program. Beberapa syarat untukmenjadi komunikator yang mampu beretorika adalah melalui
tiga tahap :
Etos : karakter seoranga komunikator yang dicirikan oleh intelegence, karakter, dan
goodwill.
Patos : berkaitan dengan emosi, bagaimana seorang komunikator mampu menampilkan
daya tarik emosional melalui: making a calming-anger, love-hate, fear-confidence, shame-
shamelessness, indignation-envy, admiration-envy.
Logos : berkaitan dengan kekuatan komunikator secara intelek (cerdik maupun pandai)
mengatakan sesuatu secara rasional dan argumentatif. Logos meliputi invention, arrangement,
style, memory, dan delivery.

Image atau gambaran audience mengenai kepribadian komunikator disebut dengan


kredibilitas. Dimana seorang pendengar atau komunikan akan mendengarkan komunikator
yang dinilai mempunyai tingkat kredibilitas tinggi yang dicirikan oleh variabel-variabel
atractiveness, motives, similarity, trustworthiness, expertness, dan origin of the message,
studi mengenai kredibilitas sumber selalu memperhatikan beragam variabel tersebut, karena
peranan retorika komunikator sangat menentukan jenis perubahan komunikan apakah tujuan
komunikasi hanya sekedar mengubah kognitif, afektif, ataupun psikomotorik (what force do
the communicators themselves bring to bear on the impact of the message?).

Beberapa dimensi dan tipe kredibilitas yaitu : competence (kemampuan


komunikator yang diperlihatkan melalui kewenangan, pangkat, jabatan, kepakaran diatas
suatu subjek yang sedang dibicarakan), character (yang diperlihatkan oleh moral
komunikator), intention (motif atau maksud yang mendorong komunikator mengatakan
sesuatu), personality (perasaan kedekatan atau proximity antara komunikan dan komunikator
baik secara psikologis, sosiologis, antropologis). Tiga tipe kredibilitas komunikator antara
lain :
Initial credibility : kredibilitas yang sudah ada dalam diri komunikasi sebelum dia
melakukan komunikasi, misalnya pangkat, gelar, jabatan.
Derived credibility : kredibilitas komunikator disaat komunikasi itu berlangsung (etos,
patos, dan logos).
Terminal credibility : perubahan yang dialami audience setelah komunikasi berlangsung.
Komunikasi antar personal merupakan dasar dari komunikasi konteks atau
komunikasi level lain, maka dasar-dasar peran dan kredibilitas komunikator dalam
komunikasi antar personal yang ditunjukkan dalam suatu percakapan dapat dijadikan dasar
bagi perlakuan terhadap peranan dan kredibilitas komunikator dalam kontesks komunikasi
lainnya.

http://irmaprasetya.blogspot.com/2014/10/peranan-komunikator-dalam-komunikasi.html

PENGELOLAAN PESAN DALAM KOMUNIKASI


KESEHATAN
November 08, 2018

Dalam ilmu komunikasi, yang dimaksud dengan komunikasi verbal tidak hanya lisan
namun meliputi komunikasi lisan dan tertulis. Karena bahasa dapat disampaikan secara lisan
atau tulisan maka komunikasi verbal didefinisikan sebagai komunikasi yang menggunakan
bahasa lisan maupun tertulis. Dengan kata lain, dapat diungkapkan bahwa komunikasi verbal
merupakan proses penyampaian pikiran oleh komunikator kepada komunikan dengan
menggunakan bahasa secara lisan atau tulisan. Dalam komunikasi lisan atau tulisan terdapat
komunikasi sebagai pembicara atau penulis, dan komunikan sebagai pendengar atau
pembaca. Melalui komunikasi lisan atau tuliasan seorang pembicara atau penulis tentu
berharap apa yang disampaikannya dapat dipahami secara tepat oleh pendengar atau pernbaca
sesuai dengan maksud pembicara atau penulis.
Komunikasi nonverbal merupakan salah satu bentuk komunikasi yang paling mendasar
dalam komunikasi bisnis. Selain menggunakan kata-kata, ketika berkomunikasi digunakan
pula gerakan-gerakan tubuh atau lebih dikenal dengan bahasa isyarat atau body
language. Pesan yang disampaikan dalam komunikasi nonverbal berbeda dengan komunikasi
verbal. Pesan yang disampaikan dalam komunikasi verbal biasanya berlangsung secara
terencana dan tersusun dengan teratur, sedangkan komunikasi nonverbal terjadi secara
spontan dan bersifat alami serta tidak pernah direncanakan terlebih dahalu. Sebagai contoh,
ketika seseorang mengatakan “sebaiknya berkas laporan ini disimpan di dalam lemari!”,
maka orang yang bersangkutan dengan sadar telah mempunyai tujuan tertentu. Berbeda
halnya dalam komunikasi nonverbal, seseorang sering melakukannya dengan tidak sadar.
Sebagai contoh, seseorang menggaruk-garuk kepala, padahal tidak gatal, hal ini berlangsung
tidak sengaja atau bersifat otomatis (menggaruk-garuk kepala merupakan ekspresi
ketidakpahaman atas sesuatu hal).

PENGELOLAAN PESAN DALAM KOMUNIKASI KESEHATAN


A. SIMBOL PESAN KOMUNIKASI NON VERBAL
1. 1. Kinesik
Kinesik adalah pesan non verbal yang diimplementasikan dalam bentuk bahasa isyarat tubuh
atau anggota tubuh. perhatikan bahwa para penyuluh kesehatan tidak saja menggunakan kata-
kata verbal tetapi juga memperkuat pesan-pesan itu dengan bahasa isyarat. Beberapa jenis
kinesik atau bentuk isyarat tubuh antara lain :
a. Gesture
Bahasa isyarat yang ditampilkan oleh gerakan anggota tubuh. Seorang komunikator
kesehatan mungkin memaksudkan acungan jempol ke bawah artinya kegagalan.
b. Ekspresi Wajah
Banyak orang memahami informasi dari orang lain hanya karena mereka memandang
ekspresi wajah orang tersebut.
c. Bersalaman atau hand shake
Bersalaman merupakan sesuatu yang lazim dilakukan ketika bertemu seseorang. Perbedaan
budaya dari audiens akan memberikan makna yang berbeda atas salaman tersebut.
d. Kontak Mata
Kontak mata merupakan simbol non verbal yang sangat penting dalam beberapa kebudayaan
namun tidak begitu penting bagi kebudayaan lain. Misalnya : Penyuluhan kesehatan yang
dilakukan di pedesaan NTT, maka perlu di ingat bahwa komunikan lebih suka mendengarkan
sambil melakukan kontak mata. Hal ini berbeda dengan orang Jawa, yang lebih
mengutamakan telinga untuk mendengar daripada mata untuk menatap komunikator.
2. Proksemik
Proksemik adalah komunikasi non verbal yang ditunjukkan dengan ruang dan jarak antara
individu dengan orang lain. Proksemik dibagi atas:
a. Proksemik Jarak
Proksemik jarak merupakan bahasa sebagai simbol komunikasi yang paling sensitif. Contoh:
jarak sahabat, jarak keluarga, jarak sosial, jarak pribadi, dll. Umumnya jarak fisik
menunjukkan pula kedekatan psikologis dan sosiologis dengan lawan bicara.
b. Proksemik Ruang
Proksemik ruang yang dimaksud dalam komunikasi non verbal dimana situasi ruang/tempat
untuk mempengaruhi dalam berkomunikasi. Contoh:
- Ukuran ruang.
Ukuran ruang yang kecil dengan audiens yang sangat banyak, pesan bisa tidak tersampaikan
karena audien tidak nyaman ruangan penuh sesak.
- Hawa/udara dalam ruang. Hawa ruangan yang panas hanya membuat audiens gaduh dan
kepanasan sehingga tidak konsentrasi dalam pemberian informasi.
- Warna. Warna ruangan yang gelap hanya membuat audiens tidur sehingga tidak
mendengarkan komunikator dalam penyampaian pesan.
- Pencahayaan. Pencahayaan di dalam suatu ruang komunkasi seperti rapat, proses belajar
mengajar baiknya membuat semangat komunikan, yaitu gunakan warna-warna yang lembut
seperti putih, kream, dll
c. Proksemik Waktu
Waktu menggambarkan sebuah peristiwa yang dapat memberikan makna tertentu, maksud
dan tujuan tertentu. Bahasa waktu meliputi simbol:
- Kebiasaan orang Jepang harus datang terlebih dahulu 10 menit sebelum acara dimulai.
- Orang Indonesia? Tidak on time atau terlambat sudah menjadi kebiasaan.
3. Haptik
Haptik (sentuhan) adalah ilmu mengaplikasikan sensasi sentuhan ke dalam interaksi
manusia. Haptik berasal dari bahasa Yunani haptesthai yang artinya ‘menyentuh’. Haptik
sering kali disebut zero proxemics, artinya tidak ada lagi jarak di antara dua orang ketika
berkomunikasi.
Atas dasar itulah maka ada ahli komunikasi non verbal yang mengatakan haptik itu sama
dengan menepuk-nepuk, meraba-raba, memegang, mengelus dan mencubit. Haptik
mengomunikasikan relasi anda dengan seseorang. Liliweri (2008) menjelaskan bahwa,
Haptik ditentukan oleh tiga faktor berikut:
a. Derajat atraksi dan kesukaan.
Anda lebih cenderung atau suka memegang seseorang atau suatu objek yang Anda sukai,
Anda pun lebih suka memegang atau mengambil suatu barang yang menarik. Sebaliknya,
Anda akan menjauhkan diri dari objek atau orang yang tidak disukai atau yang tidak menarik.
b. Derajat kekeluargaan/ kekerabatan
Anda juga lebih sering menghiraukan jarak fisik dengan seseorang yang sangat dekat dengan
Anda, yang dianggap sebagai anggota keluarga atau sahabat karib. Karena kedekatan
psikologis itulah, maka Anda lebih berani mencubit, menepuk lengan dan bahu, mencium
dahi atau pipi.
c. Kekuasaan dan status.
Haptik juga ditentukan oleh faktor kekuasaan dan status, misalnya hubungan antara atasan
dan bawahan. Mereka yang tergolong pada kelompok atasan sering menghindari diri dari
pegangan bawahannya.
4. Paralinguistik
Paralinguistik meliputi setiap penggunaan suara hingga bermanfaat kalau kita hendak
mengintepretasikan simbol verbal.
Contoh: orang Mung Thai mirip dengan orang Yogyakarta dimana mereka tidang
mengungkapkan kemarahannya dengan suara yang keras. Mengkritik orang lain tidak
diungkapkan dengan langsung tetapi dengan anekdot. Ini berbeda dengan orang Timur, orang
Batak yang mengungkapkan sesuatu dengan suara yang keras.
5. Artifak
Dalam komunikasi kesehatan kita tidak mengartikan artifak dalam studi arkeologi. Dalam
komunikasi non verbal dengan berbagai benda material disekitar kita akan menampilkan
pesan tatkala dipergunakan. Contoh mobil, sepeda motor, pakaian, gadget, dll. Dalam situasi
sosial, benda-benda tersebut akan memberikan pesan kepada orang yang melihatnya.
Semakin mahal mobil yang digunakan maka semakin tinggi status sosial orang itu sehingga
cara berkomunikasi pun menjadi berbeda.
6. Logo dan Warna
Menurut Liliweri (2006) kreasi para perancang untuk menciptakan logo dalam penyuluhan
merupakan karya komunikasi bisnis, namun model kerja ini juga dapat diterapkan dilalam
komunikasi kesehatan.
Bentuk logo umumnya berukuran kecil dengan pilihan bentuk, warna dan huruf yang
mengandung visi dan misi organisasi.
Berikut ini ada beberapa unsur yang patut diperhatikan ketika kita menciptakan logo:
a. Penggunaan warna
Warna berkaitan dengan budaya audiens. Oleh karena itu, jika kita memilih warna yang salah
akan memperngaruhi penerimaan pesan oleh komunikan/audiens. Arti warna yang berlaku di
masyarakat pada umumnya:
- Hitam identik dengan warna berkabung
- Putih identik dengan warna berduka/suci/bersih/ketulusan
- Ungu identik dengan penantian dan harapan
- Merah identik dengan keberanian/bahaya/amarah
- Kuning identik dengan kecemburuan
b. Ukuran
Ukuran logo dapat disesuaikan dengan kepentingan. Jika logo tersebut untuk luar ruang
buatlan yang cukup besar karena diharapkan logo itu dapat dilihat oleh orang-orang yang
akan melihatnya.
c. Multimedia
Kini dengan teknologi komputer dan pemanfaatan software yang sesuai cukup mudah dan
cepat dalam membuat/mendesign logo yang dibutuhkan.
d. Animasi
Animasi adalah proses kerja perancang untuk membuat variasi-variasi atas simbol/logo.
Animasi baiknya menunjang isi pesan dalam media yang kita buat.
7. Tampilan Fisik
Kita sering menilai seseorang dari tampilan fisik lawan bicara kita, seperti warna kulitnya,
ukuran tubuhnya, dll. Ingat, keutamaan dari informasi kesehatan adalah persuasif yang
artinya bagaimana kita merancang pesan sedemikian rupa sehingga mampu mempengaruhi
orang lain agar mereka dapat mengetahui informasi, menikmati informasi yang
disebarluaskan oleh sumber informasi.
B. PEMAKAIAN PESAN VERBAL DALAM KOMUNIKASI KESEHATAN
1. 1. Penggunaan Bahasa Secara Pragmatis
Kita memang mengakui bahasa indonesia sebagai bahasa pemersatu, oleh karena itu kita
mempelajari bahasa Indonesia sejak masih duduk di SD sampai ke perguruan tinggi. Ketika
kita menggunakan bahasa sebagai “alat komunikasi”, haruslah disadari bahwa ada perbedaan
penggunaan bahasa tulisan dan bahasa lisan. Perbedaan itu menampak pada aspek
“kepraktisan” semata-mata. Artinya, orang tidak terbiasa berbahasa lisan dengan mengikuti
semua aturan tata bahasa Indonesia. Bagi kita, dalam komunikasi adalah membuat orang lain
cepat mengerti yang dalam istilah komunikasi, memberikan makna yang sama atas apa yang
sama atas apa yang kita ucapkan. Inilah aspek pragmatis suatu bahasa.
Seorang komunikator kesehatan hendaklah memerhatikan kebiasaan dan kepraktisan
bahasa di kalangan ibu-ibu desa yang berkunjung ke Puskesmas, bapak-bapak nelayan di
pantai, para gadis di pasar umum, orang-orang yang berada dalam perjalanan, dan lain-lain.
Kadang-kadang kelompok-kelompok ini menggunakan “jargon” secara khusus yang hanya
dimengerti oleh kalangan mereka. (Liliweri, 2007; 118)
2. Variasi Bahasa
Menurut Liliweri (2007; 116-120)dalam berkomunikasi kesehatan, apalagi dalam situasi
antar budaya, hendaklah kita memperhatikan beberapa variasi berbahasa yang bersumber
pada:
a. Dialek
Dialek merupakan variasi penggunaan bahasa di suatu daerah bahasa. Orang Timor yang
tinggal di Timur Tengah Utara (TTU), Timor Tengah Selatan (TTS) dan sebagian Kabupaten
Kupang (Amfoang, Amarasi) memakai bahasa Dawan namun terdapat variasi penggunaan
bahasa di antar berbagai daerah yang berbeda-beda itu. Demikian pula orang Jawa yang
tinggal di Jawa Timur berbeda dialek jawanya dengan Jawa dari Solo. Hal ini karena di
masing-masing “daerah” pengguna bahasa mempunyai dialek untuk menerangkan kata atau
istilah lokal.
b. Aksen
Aksen menunjukkan kekhasan tekanan dalam ucapan bahasa lisan. Meskipun semua orang
Timor memakai bahasa Dawan, di antara pengguna bahasa Dawan sendiri dapat membedakan
asal usul pembicara berdasarkan aksen Amarasi, aksen Amfoang, aksen Soe, dan aksen Kefa.
Atas alasan yang sama yang sama kita bisa membedakan aksen orang Jawa dari Surabaya
dengan orang Jawa dari Semarang atau dari Yogyakarta.
c. Jargon
Jargon adalah sebuah unit kata-kata atau istilah yang dipertukarkan oleh mereka yang sama
profesi atau pengalamannya. Perhatikan ada istilah-istilah tertentu yang hanya beredar di
kalangan ibu rumah tangga, di kalangan nelayan, atau dikalangan dosen dan mahasiswa.
Istilah SKS hanya dimengerti di kalangan dosen dan mahasiswa (baca: 50 menit). Contoh,
ketika akan memberikan pengarahan kepada ibu-ibu di Puskesmas, seorang teman bertanya
kepada Anda: berapa lama Anda bicara? Anda menjawab: ya kira-kira 1 SKS (para ibu tidak
mengerti 1 SKS, hanya Andadsn teman Anda yang tahu lama pembicaraan 50 menit).
d. Argot
Argot adalah bahasa khusus yang digunakan oleh suatu kelompok tertentu untuk
mendefinisikan batas-batas kelompok mereka dengan orang lain. Di kalangan anak-anak
sering menggunakan bahasa khusus yang hanya dimengerti di kalangan mereka. Contoh:
Kapan saya bisa datang ke rumah kamu?
3. Berbahasa Pada Saat yang Tepat
Menurut Liliweri (2007; 120-123) dalam berkomunikasi, terutama dalam situasi antar
budaya, ada beberapa perbedaan yang perlu diperhatikan. Menurut Ohoiwutun (1997;99-107)
dalam Liliweri (2007; 120-123) anda harus memperhatikan:
a. Kapan orang berbicara
Jika kita berkomunikasi antarbudaya perlu diperhatikan bahwa ada kebiasaan (habits) budaya
yang mengajarkan kepatutan kapan seseorang harus atau boleh berbicara. Orang-orang
Timor, Batak,Sulawesi,Ambon,Irian, mewarisi sikap kapan saja bisa bicara, tanpa
membedakan yang tua dan muda, artinya semaunya saja, berbicara tidak mengenal batas usia.
Namun orang Jawa dan Sunda mengenal aturan atau kebiasaan kapan orang berbicara,
misalnya yang lebih muda mendengarkan lebih banyak daripada yang tua, yang tua omong
lebih banyak dari yang muda.
b. Apa yang dikatakan
Laporan studi Eades (1982)menungkapkan bahwa orang-orang Aborigin Australia tidak
pernah mengajukan pertanyaan mengapa ‘mengapa’? Suzanne Scolon (1982) mendapati
orang indian Athabaska jarang bertanya. Terdapat anggapan bahwa pertanyaan dianggap
terlalu keras, karena menuntut jawaban. Dari sisi pendidikan orang akan bertanya-tanya,
apakah mungkin orang dapat belajar bila mereka tidak diperkenankan bertanya? Guna
menghindari bertanya yang dianggap terlalu keras maka ada kebiasaan dalam masyarakat
tertentu yang menempuh strategi ‘bercerita’. Laporan penelitian Tannen (1984-an)
menunjukkan bahwa orang-orang New York keturunan Yahudi lebih cenderung bercerita
dibandingkan dengan teman-temannya di California. Cerita mereka (New York Yahudi)
selalu berkaitan dengan pengalaman dan perasaan pribadi. Masing-masing anggota kelompok
kurang tertarik pada isi cerita yang dikemukakan anggota kelompok lain.
c. Kecepatan dan jeda berbicara
Yang dimaksudkan dengan kecepatan dan jeda berbicara di sini adalah pengaturan kendali
berbicara menyangkut tingkat kecepatan dan ‘istirahat sejenak’ dalam berkomunikasi antara
dua pihak. Orang-orang di Barat sulit berdiam diri terlalu lama dan hanya mendengarkan
orang lain. Di Indonesia, kita semua yang menjadi bawahan selalu berdiam diri di depan
atasan, hanya mendengarkan pengarahan dan perintah.
d. Hal yang perlu diperhatikan
Konsep ini berkaitan erat dengan gaze atau pandangan mata yang diperkenankan waktu
berbicara bersama-sama. Orang-orang kulit hitam biasanya berbicara sambil menatap mata
dan wajah orang lain, hal yang sama terjadi bagi orang Batak dan Timor. Dalam
berkomunikasi ‘memperhatikan’ adalah melihat bukan sekedar mendengarkan. Sebaliknya
Orang Jawa tidak mementingkan ‘melihat’ tetapi mendengarkan. Anda membayangkan jika
seorang Jawa sedang berbicara dengan orang Timor yang terus-menerus menatap mata orang
Jawa, maka si Jawa akan merasa tidak enak dan bahkan menilai orang Timor itu kurang ajar.
Sebaliknya orang Timor merasa dilecehkan karena si Jawa tidak melihat dia waktu dia
memberikan pengarahan.
e. Intonasi
Masalah intonasi cukup berpengaruh dalam pelbagai bahasa yang berbeda budaya. Orang
Kedang di Lembata/Flores memakai kata bua berarti melahirkan, namun kata yang sama
kalau ditekan pada huruf akhir ‘a’ – bua’ (buaq), berarti berlayar.
f. Gaya kaku atau puitis
Ohoiwutun (1997; 105) menulis, jika Anda membandingkan bahasa Indonesia yang
digunakan pada awal berdirinya negara ini dengan gaya yang dipakai dewasa ini, dekade 90-
an, Anda akanmendapati bahwa bahasa Indonesia tahun 1950-an lebih kaku. Gaya bahasa
sekarang lebih dinamis, lebih banyak kata dan frase dengan makna ganda, tergantung dari
konteksnya. Perbedaan ini terjadi sebagai akibat dari perkembangan bahasa. Tahun 1950-an
bahasa Indonesia hanya dipengaruhi secara dominan oleh bahasa Melayu.
g. Bahasa tidak langsung
Setiap bahasa mengajarkan kepada para penuturnya mekanisme untuk menyatakan
sesuatu secara langsung atau tidak langsung. Jika Anda berhadapan dengan orang Timor,
Anda tidak biasanya berbicara secara langsung namun didahului oleh basa basi dan bahsa
simbolik. Ini jelas berbeda kalau Anda berbicara dengan orang Flores atau orang Rote
di Kupang.
4. Struktur Pesan
Menurut Liliweri (2007; 123-125) struktur pesan ditunjukkan dengan :
a. Pola penyimpulan (tersirat atau tersurat)
Banyak anak terserang campak (PK, Rabu 4 November 2004)
Gejalanya:
- Panas 2-3 hari berturut-turut
- Muncul ruam-ruam merah di balik telinga
- Timbul batuk, pilek, dan mencret
- Bagian kulit yang ruam-ruam mengelupas
- Timbul bintik-bintik hitam pada kulit yang mengelupas
b. Pola urutan argumentasi (mana yang lebih dahulu)
Argumentasi yang disenangi (disampaikan terlebih dahulu) misalnya, Anda hendak
mengadakan penyuluhan tetntang usaha mencegah anak-anak mencret karena makan
makanan atau penganan yang tidak bersih. Anda bisa menampilkan pada pamflet foto anak-
anak yang riang gembira bersama kawan-kawannya berebutan membeli jajan di suatu kios di
bilangan daerah kumuh. Beberapa foto berikutnya anda yang dimulai dari anak-anak
memasukkan jajan ke mulut, proses pengolahan dalam perut… sampai terakhir potret anak
yang mulai sakit perut dan terus-menerus ke WC dan akhirnya dibawa ke UGD dalam
keadaan pucat pasi.
Argumentasi yang tidak disenangi (disampaikan terlebih dahulu), dalam model ini anda
menampilkan terlebih dahulu wajah seorang anak yang pucat pasi terbaring tidak berdaya di
UGD…sampai menampilkan alur cerita pertama.
c. Pola objektivitas (satu sisi atau dua sisi)
Satu sisi – Pesan yang terlihat dari dua contoh argument di atas sebenarnya berpola SATU
SISI karena Anda mengambil anak sebagai pusat informasi kesehatan.
Dua sisi – Alur satu sisi di atas dapat diubah menjadi dua sisi karena Anda menampilkan
pula potret seorang dokter atau perawat yang mengingatkan beberapa pesan mengenai
pencegahan penyakit mencret.
5. Gaya Pesan (bahasa)
Gaya pesan menunjukkan variasi linguistic dalam penyampaian pesan dengan perulangan,
mudah mengerti, dan perbendaharaan kata (Liliweri, 2007; hal.125)
a. Perulangan
Perulangan pesan adalah pengungkapan suatu pesan berkali-kali dalam satuan waktu untuk
mengesankan kepada audiens bahwa apa yang disampaikan sangat penting.
Contoh: “Saya ingatkan untuk mencegah demam berdarah lakukan 3M, sekali lagi 3M, 3M,
jangan lupa 3M”.
b. Mudah dimengerti
Suatu pesan yang baik adalah pesan yang menggunakan pilihan kata yang mudah
dimengerti, atau jangan menimbulkan tafsir ganda. Contoh: apabila kata ruam-ruam kurang
dipahami, sehingga sebaiknya gunakan kata bintil-bintil.
c. Perbendaharaan kata
Yang dimaksudkan dengan perberdaharaan kata adalah kata-kata yang lazim digunakan
oleh audiens sehari-hari. Contoh: kata ruam-ruam (jika digunakan dalam bahasa tulisan maka
hendaklah diterangkan dalam kurang).
6. Daya Tarik Pesan
Yang dimaksudkan dengan daya tarik pesan (message appeals) mengacu pada motif-motif
psikologis yang dikandung pesan, yakni rasional-emosional, fear appeals (gaya tarik
ketakutan), dan reward appeals (daya tarik ganjaran). (Liliweri, 2007; 129-131)
a. Rasional – Emosional
Rasional adalah rancangan pesan yang menjelaskan suatu informasi secara rasional sesuai
dengan syarat-syarat yang seharusnya, misalnya syarat ilmu kesehatan, dll. Contoh: “Karena
penyakit ini disebabkan oleh virus maka tidak bias diobati. Penyakit ini akan sembuh sendiri
yang dalam istilah medis disebut self limited disease, yang bisa dilakukan terhadap penyakit
ini adalah melakukan pengobatan sesuai gejala-gejala penyakit. Misalnya, ketika penderita
mengalami batuk, diberi obat batuk, begitu pula penderita pilek atau diare.”
Emosional adalah rancangan pesan yang menjelaskan suatu informasi secara emosional
serta menggugah emosi audiens. Contoh: merokok dapat menyebabkan kanker, serangan
jantung, impotensi dan gangguan kehamilan dan janin; jika bapak tetap merokok, berarti
bapak mau bunuh diri. Itu kan kasian anak-anak dan istri, apalagi kalau bapak jadi impoten,
maka rumah tangga bapak bakal tidak bahagia!
b. Fear Appeals (daya tarik ketakutan)
Untuk memengaruhi audiens, maka sebaiknya sampaikan pesan atau informasi yang
kurang menyenangkan kemudian baru diikuti dengan menampilkan pesan atau informasi
yang menyenangkan. Daya tarik pesan yang menampilkan ketakutan rupanya lebih
ditakutkan daripada pesan yang tidak menakutkan. Fear appeals menampilkan daya tarik
tertentu apalagi jika ketakutan itu berkaitan dengan nyawa manusia.
Atas pertimbangan itu maka dalam penyuluhan kesehatan yang ausiensnya (adalah
manusia-manusia super sibuk) mempercayakan anak-anak mereka kepada para pembantu
perlu ditampilkan kasus-kasus bagaimana hubunghan pembantu dengan anak-anak ketika
orang tua tidak berada di rumah. Hal ini akan mendorong para orang tua sibuk untuk lebih
meluangkan lebih banyak waktu memperhatikan anak-anaknya daripada kepada para
pembantu.
c. Reward Appeals (daya tarik ganjaran)
Ada banyak sekali cara untuk menciptakan daya tarik bagi para pembeli untuk membeli
makanan atau minuman sehat. Semua pasta gigi memberikan iming-iming bagi pembeli
dengan hadiah uang jutaan rupiah setelah mengumpulkan sejumlah tertentu bungkus pasta
gigi. Jadi, orang dipersuasi untuk membeli produk bukan karena dia butuh produk tersebut
tetapi karena dia ingin mendapatkan hadiah karena membeli produk itu.
http://trianapuji98.blogspot.com/2018/11/pengelolaan-pesan-dalam-komunikasi.html

Anda mungkin juga menyukai