Anda di halaman 1dari 11

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah ini yang
berjudul “ Konsep Tentang Audience “. Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal
dan mendapatka bantuan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan
makalh ini. Untuk itu kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepnuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata, kami berharap semoga makalah ilmiah ini dapat memberikan manfaat maupun
inspirasi bagi pembaca.

Jakarta, 11 April 2018

Penyusun,
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Proses sederhana dari komunikasi meliputi komnikator yang mengirimkan pesan
melalui saluran kepada komunikan (penerima). Perbedaan komunikasi massa dengan
komunikasi pada umunya lebih berdasar pada jumlah pesan yang berlipat-lipat ayng sampai
kepada penerima. Terkadang mereka menerimanay secara serentak seperti halnya melalui
media televisi yang dilakukan secara langsung (live). Adajuga yang menerima secara
individu seperti dalam film, atau bahkan puluhan abad seperti yang dilakukan dalam buku
seperti Alqur’an, injil dan kitab suci lainnya,
Kata audience menjadi mengemuka ketika diidentikkan dengan “receivers” dalam
model proses komunikasi massa (source, channel, message, receiver, effect) yang
dikemukakan oleh Wilbur Schramm (1955). Audiene adalah sekumpulan orang yang
menjadi pembaca, pendengar, dan pemirsa dari berbagai media atau komponen brserta
isinya, seperti radio atau penonton televisi.
Dengan demikian, audience daat didefinisikan dalam beberapa aspek; aspek lokasi (
seperti dalam kasus media lokal); aspek personal ( seperti ketika media dicirikan dengan
mengacu pada kelompok usia tertentu, jenis kelamin, keyakinan, politik atau pendapatan);
aspek jenis media yang dipakai ( teknologi dan organisasi gabungan); aspek isi pesan (
genre, materi pelajaran, gaya); aspek waktu (prime time, penonton dan juga lama
menonton).
Sebelum media massa ada, audience adalah sekumpulan penonton drama, permainan,
ceramah atau tontonan. Setelah ada kegiatan komunikasi massa, audiens sering diartikan
sebagai penerima pesan-pesan media massa.

B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dimakalah ini adalah :
1. Apa pengertian dari audiens itu?
2. Bagaimanakah karakteristik dari audiens itu?
3. Bagaimanakah konsep serta peran audiens itu?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui serta memahami pengertian dari audiens
2. Untuk mengetahui bagaimana karakteristik dari audiens itu sendiri
3. Untuk mengetahui serta memahami konsep serta peran dari audiens
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Audiens
Secara harfiah audiens (audience) disebut juga dengan khalayak. Audiens
merupakan sekumpulan orang yang menjadi pembaca, pendengar, atau pemirsa dihadapan
berbagai media atau komponen-komponen beserta isinya, seperti halnya pendengar radio
dan penonton televisi. Kata audiens sendiri lebih dikenal oleh masyarakat luas sebagai
“receivers”, dalam model proses komunikasi massa yang disebut juga (source, channel,
message, receiver, effect), Wilbur Schramm 1955.
Pada dasarnya, audiens merupakan sekumpulan orang yang membaca, mendengar,
menonton berbagai media massa, baik cetak maupun elektronik. Audiens juga merupakan
kehidupan sosial yang dilayani oleh media dengan menyampaikan suatu informasi yang
dibutuhkan.
Sebelum media massa ada, audiens adalah sekumpulan penonton drama, cerama,
atau hiburan lainnnya. Dan setelah ada kegiatan komunikasi massa, audiens sering diartikan
sebagai penerima pesan-pesan dari berbagai media.
Pada hakikatnya, audiens bersifat dualitas, maksudnya adalah suatu kolektivitas
yang terbentuk baik sebagai tanggapan terhadap isi media dan didefinisikan berdasarkan
perhatian pada isi media itu, sekaligus merupakan sesuatu yang sudah ada dalam kehidupan
sosial yang kemudian berhubungan dengan media tersebut.
Dengan demikian, penggemar dari para penulis, kelompok musik, atau seria televisi
tentu disebut audiens. Akan tetapi yang tidak mudah dilokalisasikan menurut waktu dan
tempat mungki tidak memiliki eksistensi selain disbeut kelompok sosial. Pada eksterm yang
lain, anggota suatu masyarakat kecil mungkin meliki surat kabar dilokalnya sendiri yang
memenuho kebutuhan mereka, tetapintidak memainkan peran dalam mewujudkan
komunitas atau dalam menetapkan batasnya.
Audiens sendiri terbentuk karen adanya media, secara perlahan-lahan masyarakat
membentuk suatu hal yang kita sebut dengan audiens. Secara historis, karena adanya
gagasan tentang public yang pada akhirnya berkembang hingga sekarang. Media
membentuk audiens menjadi beberapa bagian berdasarkan minat, pendidikan, umur, sosial,
agama, dan juga politik. Seringkali audiens digunakan sebagai alat dalam membangun
pamor politik.
Konsep tentang audiens memang terus berkembang. Ada yang tercipta karena
respon masyarakat terhadap isi media yang disampaikan. Audiens juga tercipta karena ada
kesengajaan media massa untuk melayani sejumlah individu atau kelompok audiens yang
tersebar dikalangan masyarakat. Dengan pola terbentuknya audiens seperti itu, maka secara
teoritis terjadi proses yang menyatukan kelompok masyarakat menjadi suatu audiens, ada
juga yang dipecah menjadi kelompok-kelompok yang mempunyai kecenderungan yang
sama.
Menurut Nightingale (2003) ada 4 pengertian audiens, diantaranya :
1) Audiens yaitu “ orang-orang yang berkumpul”
2) Audiens yaitu “ orang-orang yang dituju”. Berarti suatu grup yang terdiri dari
orang-orang yang dikirim pesan.
3) Audiens yatu “ yang terjadinya”. Pengalaman akan menerima pesan, apakah
sendiri atau dengan orang lain sebagai kejadian interaksi di kehidupan.
4) Audiens yaitu “mendengar” atau “audisi”.

Dengan demikian, konsep audiens harus bbisa menggambarkan proses hubungan


sosial antara media massa dengan lingkungan yang menjadi berdirinya lembaga disuatu
media. Oleh karena itu, konsep media uses and gratification dan kehidupan sehari-hari
merupakan konsep-konsep yang akan merajut agar konsep audiens lebih manusiawi, tidak
membatasi individu denga lingkungan sosialnya maupun dengan media massanya. Sehingga
bisa mempertemukan konsep-konsep yang berbeda teruma tentang apakah audiens itu
terbentuk karena repon masyarakat terhadap isi media atau desain awal media untuk
melayani keinginan dari masyarakat itu sendiri.

B. Karakteristik Audience
Dalam komunikasi masssa, yang dimaksud dengan audiens disin sangatlah beragam,
mulai dari jutaan penonton televisi sampai ke ribuan pembaca buku, majalah, koran serta
lainnya. Masing-masing diantaranya sangatlah berbeda, dalam hal berpakaian, berfikir,
menanggapi dari pesan yang diterimanya, pengalamannya serta orientasi didalam hidupnya.
Akan tetapi, masing-masing dari individu itu sendiri bis saling mereaksi pesan yang
diterimanya.
Sebagai contoh, ketika kita sama-sama menonton acara televisi sbut saja program
acara “Rumah Uya” di trans 7 yang tayang pada hari tertentu, tentu saja masing-masing dari
penonton akan memiiki komentar yang berbeda-beda terhadap program acara tersebut.
Dalam hal ini, kita sebagai audiens yang saling berkomentar tentang program acara
tersebut tentunya jelas dalam program televisi tersebut bisa menjadi topik pembiraan kita
dalam sehari-hari. Pesan yang disampaikan tersebut mampu memperluas pengetahuan dari
para pemirsa. Dan bagi mereka yang yang jarang memanfaatkan media massa sebagai
sumber pengetahuan akan jauh lebih kuper dibandingkan dengan mereka yang selalu
menjadikan media massa sebagai referensi utama dalam hidupnya.
Menurut Hiebert dan kawan-kawannya, audiens dalam komunikasi massa memiliki
lima karakteristik, antara lain;
1) Audiens cenderung berisi individu-individu yang condong untuk untuk berbagi
pengalaman dan dipengaruhi oleh hubungan sosial diantara mereka. Dalam hal ini
para individu tersebut lebih memilih produk media yang mereka gunakan seleksi
kesadaran.
2) Audiens cenderung besar. Besar disini berarti tersebar ke berbagai wilayah
jangkauan sasaran komunikasi massa. Mesikpun begitu, ukuran dari luas ini
sifatnya bisa jadi relatif. Hal ini dikarenakan ada media tertentu yang khalayaknya
mencapai ribuan bahkan sampai jutaan. Keduanya tetap disebut audiens meskipun
jumlahnya berbeda, perbedaan ini bukanlah sesuatu yang prinsip, jadi tidak ada
ukuran yang pasti tentang luasnya dari audiens itu.
3) Audiens cenderung heterogen. Dalam hal ini berarti audiens yang terdiri dari
beragam lapisan dan kategori sosial.
4) Audiens cenderung anonim, yaitu tidak mengenal antara satu sama lain.
Keseluruhan audiens media tidak bisa saling mengenal satu sama lain secara
keseluruhan, dalam pengertian yang menekankan kepada semua audiens sebuah
media yang jumlahnya bisa mencapai jutaan.
5) Audiens secara fisik dipisahkan oleh komunikator. Seperti halnya ketika kita
sedang berada di Papua yang sedang menikmati stasiun televisi di Jakarta.
Bukankah ini dipashkan dengan jarak ribuan kilometer? Dapat juga dikatakan
audiens dipisahkan dalam ruang dan waktu.
C. Konsep Audience

McQuail (1987) menyebutkan beberapa konsep alternatif tentang audiens sebagai berikut :

1. Audience sebagai kumpulan penonton, pembaca, pendengar dan pemirsa.


Kumpulan inilah yang disebut sebagai audiens dalam bentuk yang paling
dikenal dan menjadi perhatian seluruh penelitian media. Fokusnya dalah pada jumlah
total orang yang dapat dijangkau oleh satuan isi media tertentu dan jumlah orang dalam
karakterisitik demografi tertentu yang penting bagi pengirim.
Dalam praktek, penerapan konsp tersebut tidaklah sesederhana itu dan akhirnya
menimbulkan pertimbangan yang melebihi sola kuantitatif semata. Clausse telah
menyebut beberapa kelemahan untuk membedakan berbagai kadar keikutsertaan dan
keterlibatan audiens. Auidens yang pertama dan yang terbesar adalah populasi yang
tersedia untuk menerima tawaran komunikasi tertentu. Denga demikian, semua yang
meliki pesawat televisi adalah audiens televisi dalam artian tertentu.
Kedua, terdapat audiens yang benar-benar menerima hal-hal yang ditawarkan
dengan kadar yang berbeda-beda seperti pemirsa televisi reguler, pembeli surat kabar,
dan sebagainya.
Ketiga, ada bagian audiens sebenarnya yang mencatat penerimaan isi, dan yang
terakhir ada bagian yang lebih kecil yang mengedepankan hal-hal yang ditawarkan dan
diterima.
Clausse mengemkakan hal ini dengan mengacu pada serangkaian penyusutan,
dari populasi masyarakat secara menyeluruh, kemudan publik potensial bagi suatu
pesan hingga publik efektif yang benar-benar mengikut, sampai dengan publik pesan
tertentu, dan akhirnya publik yang benar-benar terpengaruh oleh komunikasi.
2. Audiens sebagai massa
Massa seringkali sangat besar, lebih besar dari kebanyakan kelompok,
keturunan atau publik. Para anggota massa tersebar luas dan biasanya tidak saling
mengenal satu sama lain. Massa kurang memiliki kesadaran diri dan identitas diri, serta
tidak mampu bergerak secara serentak dan terorganisasi untuk mencapai tujuan
tertentu. Massa ditandai oleh komposisi yang selalu berubah dan berada dalam batas
wilayah yang selalu berubah pula. Ia tidak bertindak untuk dirinya snediri, tetapi
‘disetir’ untuk melakukan suatu tindakan.
Audiens sebagai massa lebih menekankan pada ukurannya yang besar,
heterogenitas penyebaran, dan anonimitasnya serta lemahnya organisasi sosial dan
komposisi yang selalu berubah dengan cepat dan tidak konsisten.
Massa tidak memiliki keberadaan atau eksistensi yang berlanjut kecuali dalam
pikiran mereka yang ingin memperoleh perhatian dari dan memanipulasi orang-orang
sebanyak mungkin.
Menurut Raymond William, tidak ada massa masyarakat, yang ada hanya cara
pandang orang-orang sebagai massa. Meskipun demikian, hal ini telah cenderung
menjadi standar untuk memutuskan audiens, semakin mendekati pengetian massa, telah
menyamakan massa dengan audiens bagi media massa.
3. Audiens sebagai publik atau kelompok sosial
Unsur penting dalam versi audiens ini adalah pra-eksistensi dari kelompok
sosial yang aktif, interaktif, dan sebagian besar otonom yang sebagian besar dilayani
oleh media tertentu, tetapi keberadaannya tidak tergantung pada media.
Gagasan tentang publik telah dibahas melalui sosiologi dan teori demokrasi
liberal. Misalnya, gagasan telah didefinisikan oleh Dewey sebagai pengelompokan
orang-orang secaa politis yang terwujud sebagai unit sosial melalui pengakuan bersama
atas masalah bersama yang perlu ditanggulangi. Pengelompokkan seprti ini
memerlukan berbagai sarana komunikasi bagi pengembangan dan kesinambungannya.
Meskipun demikian, kita melihat adanya bukti tentang eksistensi berbagai
bentukan audiens yang berciri publik. Hampir seluruh masyarakat memiliki publik
yang mengetahui, yaitu bagian audiens yang palig aktif dalam kehiidupan politik dan
sosial serta memiliki banyak sumber nformasi, khusunya golonga elit, pembentukan
opini, dan pers spesialis. Bukti kedua, banyak negara menguasai beberapa pers partai
tertentu atau pers yang memang memiliki hubungan politik dengan kelomopok
pembacanya. Disini keanggotaan atau pendukung partai tertentu membentuk publik
yang juga adalah audiens.
Bukti terakhir, terdapat sangat banyak audiens tertentu yang terbentuk atas
dasar isu, minat, atau bidang keahlian yang mungkin memliki bentuk interaksi lainnya
dan bukan sekdar penciptaan pasokan media.
4. Audiens sebagai pasar
Audiens sebagai pasar berati sekumpulan calon konsumen denga profil sosial
ekonomi yang diketahui yang merupakan sasaran suatu media atau pesan. Konsep
audiens sebagai pasar ini mirip dengan audiens sebagai massa, dalam arti jumlahnya
yang besar. Yang perlu diperhatkan adalah soal selera dalam kaitannya dengan produk
media yang akan menjadi minat mereka.
Audiens dipandang memiliki signikansi rangkap bagi media, sebagai perangkat
calon konsumen produk dan sebagai audiens jenis iklan tertentu, yang merupakan
sumber pendapatan media yang penting.
Denga demikian, pasar bagi produk media juga meungkin merupakan pasar bagi
produk lainnya. Meskipun media komersial perlu memandang audiensnya sebagai
pasar, dalam arti itu dan adakalanya mencirikan audiens tertentu dalam hubungannya
dengan gaya hidup dan pola konsumsi, ada sejumlah konsekuensi pendekatan ini
terhadap cara memandang auidens.
Sedangkan Allor (1988) menyebutkan bahwa audiens tu berada dimana-mana
dan tidak mempunyai tempat yang real atau sesungguhnya.
D. Hal-hal Yang di Inginkan Audience
1. Konten yang mengedukasi
Dengan memberikan konten edukasi yang tepat kepada target audiens, mereka
akan tertarik untuk mengikuti bisinis atau brand anda dan melihat konten-konten
selanjutnya dari media yang anda kelola.
2. Konten yang menghibur
Konten yang menghibur bisa dalan bentuk GIF maupun meme, paling sering
disebarluaskan di sosial media. Namun, konten ini tidak harus lucu, konten yang
menghibur bisa mencakup kategori-kategori dibawah ini:
 Konyol
 Lucu
 Menyentuh
 Menyejukkan hati
 Menginspirasi

Hiburan memberikan nilai yang dapat meninggalkan jejak memori pada orang
yang melihatnya. Di samping itu, menggunakan konten hiburan dalam bentuk visual
dapat memudahkan bisnis atau brand untuk mendekatkan diri kepada target audiens
mereka karena konten tersebut dapat menyentuh emosi atau hati audiens tersebut.

3. Konten yang memberikan instruksi atau tips-tips


Konten ini akan membantu audiens anda untuk memecahkan masalah,
melakukan sesuatu atau menentukan keputusan. Konten ini akan membantu audiens
anda beranjak dari satu titik ketitik lainnya yang lebih luas. Konten seperti ini
biasanya berbentuk sebuah buku atau juga video yang lebih menarik dan mudah
dipahami. Contohnya seperti tutorial-tutorial video bermain musik, memasak,
membuat cenderamata dan sebagainya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Audiens merupakan sekumpulan orang yang membaca, mendengar, menonton
berbagai media massa, baik cetak maupun elektronik.
Audiens dalam komunikasi massa memiliki beberapa karakteristik, antara lain;
audiens cenderung berisi individu-individu yang condong untuk berbagi pengalaman dan
dipengaruhi oleh hubungan sosial diantara mereka, audiens cenderung besar, audiens
cenderung heterogen, audiens cenderung anonim, audiens secara fisik dipisahkan dari
komunikator.
Konsep serta peran audiens di antaranya; audiens sebagai kumpulan penonton,
pembaca, pendengar, dan pemirsa; audiens sebagai massa; audiens sebagai publik atau
kelompok sosial, seerta audiens sebagai pasar.
B. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, maka penulis menyarankan
agar pembaca dapat mencari wawasan yang lebih luas lagi. kedepannya penulis akan ebih
fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber-sumber yang
lebih banyak yang tentunya dapat dipertanggungjawabkan .
DAFTAR PUSTAKA

Denis, McQuail 1996, Teori Komunikasi Massa. Jakarta; Erlangga


Jalaluddin Rahkmat, 1994, Psikologi Komunikasi, Bandung; Remaja Rosdakarya
McQuail 1987, Teori Komunikasi Massa edisi 2, Jakarta; Erlangga
Nurudin, 2000, Mass Communication Theory, London; SAGE Publication
Nurudin, 2007, Pengantar Komunikasi Massa, Jakartka; PT. Raja Grafindo

Anda mungkin juga menyukai