Disabilitas Sosial
HAM
Dosen Pengampu: Jamil Suprihatiningrum, S.Pd.Si., M.Pd.Si., Ph.D.
Kelompok 3
01 02 03
Universality and Inalienability Inter-dependence and Inter-
Indivisibility
relatedness
Prinsip-Prinsip HAM
04 05 06
Non-discrimination and Accountability and Rule of
Participation and Inclusion
Equality Law
03
Perlindungan HAM Kelompok
Disabilitas
Mari kita simak…
Mummy!
● Untuk menerapkan beberapa prinsip itu, dalam praktiknya, negara harus mengadobsi CRPD dan berkomitmen
penuh untuk membuat kebijakan yang berpihak pada kelompok penyandang disabilitas dengan cara
memaksimalkan berbagai sumber daya yang ada dan membangun koordinasi dengan dunia internasional dalam
rangka memajukan HAM kelompok disabilitas
● Persamaan dan nondiskriminasi adalah prinsip yang mutlak harus diterapkan. Negara harus melarang segala
bentuk diskriminasi berbasis disabilitas.
● Tentang aksesibilitas, negara harus mengambil kebijakan yang relevan untuk menjamin akses bagi penyandang
disabilitas terhadap lingkungan fisik, transportasi, informasi, dan komunikasi, termasuk teknologi dan sistem
informasi dan komunikasi, serta terhadap fasilitas dan layanan lainnya yang terbuka untuk publik
● Kebijakan tersebut, secara teknis berupa penghapusan kendala serta halangan terhadap aksesibilitas berbagai
sarana seperti gedung, jalan, sarana transportasi, dan fasilitas dalam dan luar ruang lainnya, termasuk sekolah,
perumahan, fasilitas medis, dan tempat kerja, juga sarana Informasi, komunikasi, dan layanan lainnya,
termasuk layanan elektronik dan layanan gawat darurat. Harus dipastikan berbagai sarana tersebut dapat
diakses oleh kelompok penyandang disabilitas tanpa kendala.
04
Hak-Hak Kelompok Disabilitas
Hak-Hak Kelompok Disabilitas?
Hak Atas Perlindungan dan Keselamatan Hak Untuk Bebas dari Penyiksaan dan Perlakuan atau
Dalam Situasi Berrisiko dan Darurat Penghukuman Lain yang Kejam, Tidak Manusiawi,
Kemanusiaan atau Merendahkan Martabat Manusia
● Hak Untuk Bebas dari Segala Bentuk Eksploitasi, Kekerasan, dan Pelecehan
● Hak Untuk Mendapatkan Penghormatan Atas Integritas Mental dan Fisik
● Hak Atas Kebebasan bergerak, Kebebasan Memilih Tempat Tinggal dan
Kewarganegaraan
● Hak Atas Kebebasan Berekspresi dan Berpendapat, Serta Akses Terhadap Informasi
● Hak Atas Penghormatan Terhadap Keleluasaan Pribadi
● Hak Atas Penghormatan Terhadap Rumah dan Keluarga
● Hak Atas Pendidikan
● Hak Atas Kesehatan
● Hak Atas Habilitasi dan Rehabilitasi
● Hak Atas Pekerjaan dan Lapangan Kerja
● Hak Untuk Mendapatkan Standar Kehidupan dan Perlindungan Sosial Yang Layak
● Hak Untuk Berpartisipasi dalam Kehidupan Politik dan Publik, Kegiatan Budaya,
Rekreasi, Hiburan, dan Olah Raga.
05
Perkembangan HAM dan
Disabilitas
Penyandang disabilitas merupakan salah satu kelompok minoritas terbesar di dunia, yang dua-
per-tiga dari keseluruhan berada di negara berkembang. Pada tahun 1970-an, dengan
diundangkannya Deklarasi Orang dengan Terbelakangan.
Mental (1971) dan Deklarasi Hak-hak Penyandang Disabilitas (1975), membuat penyandang
disabilitas menjadi subyek dari deklarasi HAM. Namun, instrumen awal itu masih
mencerminkan gagasan disabilitas sebagai model medis.
Sepanjang tahun 1970-an dan 1980-an, Majelis Umum PBB menghasilkan sejumlah resolusi
yang berdampak pada dilaksanakannya Program Aksi Dunia Penyandang Disabilitas tahun
1982. Dua tujuan awal dari program aksi itu adalah pencegahan dan rehabilitasi. Baru setelah
itu, tujuan berikutnya adalah persamaan kesempatan, yang kemudian membuat perubahan
paradigma di tingkat internasional.
pada 1993, Majelis Umum PBB mengadopsi Peraturan Standar PBB tentang Standard Rules on the
Equalization of Opportunities for Persons with Disabilities (STRE) sebaiagai alternatif yaitu prinsip yang
menyiratkan hak yang sama, dan menyatakan bahwa kebutuhan setiap individu adalah sama pentingnya.
General Comment No. 5, yang diadopsi oleh Komite PBB pada 1994, adalah satu-satunya dokumen PBB yang
secara umum mendefinisikan diskriminasi berbasis disabilitas. Walaupun begitu, perlu diketahui bahwa
secara de jure dan de facto, diskriminasi terhadap penyandang disabilitas memiliki sejarah panjang dan
dilakukan dalam berbagai bentuk. Dalam instrumen itu, diskriminasi dilihat dari lingkup yang luas, seperti
pengabaian kesempatan pendidikan, dan Kemudian terus berkembang menuju diskriminasi yang "halus"
seperti pemisahan dan isolasi dengan alasan pembatasan fisik dan halangan sosial.
Instrumen tersebut juga menekankan pendekatan HAM disabilitas dengan memasukkan rekomendasi yang
jelas untuk pembentukan undang-undang anti-diskriminasi. Dalam nada yang sama, Komite Penghapusan
Diskriminasi terhadap Perempuan telah mengadopsi
Rekomendasi Umum yang meminta Negara pihak untuk memasukkan informasi spesifik mengenai status
perempuan dengan disabilitas. Dalam perkembangannya, perjanjian tentang HAM baru-baru ini, seperti
Konvensi Internasional tentang Hak-hak Anak dan ketentuan-ketentuan khusus tentang penyandang
disabilitas, mencerminkan pendekatan HAM yang kuat.
Disabilitas dalam
berbagai Perspektif?
Menurut Aliran Positivisme
Pihak yang konsep kebenarannya dibangun dari aliran
positivisme beranggapan bahwa sesuatu yang dianggap
normal adalah yang sesuai dengan keadaan kebanyakan
orang. Sebaliknya, sesuatu yang dianggap tidak sesuai
dengan keadaan kebanyakan orang akan dianggap
sebagai sesuatu yang tidak normal, atau berkembang
dengan menyebutnya abnormal, cacat, luar biasa,
berkelainan, tidak sempurna, dan lain sebagainya.
Sebutan-sebutan diberikan kepada orang-orang yang
memiliki kondisi fisik tidak seperti keadaan kebanyakan
orang, termasuk penyandang disabilitas.
Menurut Kaum Kapitalis Liberal
Dari pemikiran lain, kaum kapitalis liberal selalu berusaha melakukan
proses akumulasi modal dengan menggunakan manusia sebagai
sumberdaya (human resource), investasi (human investment) atau
sebagai modal (human capital). Dalam pemikiran tersebut, maka
pemberian fasilitas kepada orang-orang yang memiliki berbedaan
kondisi fisik semacam ini harus diperhitungkan dulu untung dan ruginya.
Apalagi bagi yang beranggapan bahwa kehidupan ini adalah medan
persaingan.
Kondisi tersebut mengakibatkan para penyandang disabilitas tidak
mendapatkan perlindungan yang layak. Selanjutnya, penyandang
disabilitas rentan untuk dijadikan alat produksi yang murah, misalnya
menjadi pekerja anak dan buruh perempuan yang selalu dibayangi
tindakan pelanggaran HAM.
Menurut Kelompok Konservatif
Kelompok 3