Anda di halaman 1dari 5

192 JURNAL PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN, VOLUME 22, NOMOR 2, OKTOBER 2015

Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)


di SMA Kabupaten Aceh Utara

Jalaluddin
Ibrahim
Azwir
Universitas Serambi Mekkah
jala_usm@yahoo.co.id

Abstract: This study aimed to investigate the implementation of school-based management of a


senior high school in North Aceh Regency. The data was collected using observations, questionnaires,
interviews, and documentations. The subjects were the principal, the vice principal and the school
committees. The data were analysed through the three activities, namely data reduction, data
presentation, and data verification. The result showed that the implementation of school-based
management by the principal of a senior high school in North Aceh Regency ran well and was in
line with the policies, planning, and implementation. In addition, the principal always tried to find
the solutions to the problems faced in the running the school-based management.

Keywords: principals, school - based management, SMA

Abstrak : Manajemen berbasis sekolah merupakan salah satu model manajemen yang memberikan
kewenangan yang luas kepada sekolah untuk pengelolaan sekolah sesuai dengan potensi, tuntutan,
dan kebutuhan sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi manajemen berbasis
sekolah di SMA Kabupaten Aceh Utara. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik
observasi, angket, wawancara, dan studi dokumentasi. Subjek penelitian adalah kepala sekolah,
wakil kepala, guru, dan komite sekolah. Teknik analisis data dilakukan melalui 3 alur kegiatan, yaitu
reduksi data, penyajian data, dan verifikasi data. Hasil analisis data menunjukkan bahwa implementasi
mananajemen berbasis sekolah oleh kepala sekolah di SMA Negeri Kabupaten Aceh Utara telah
berjalan dengan baik dan sesuai dengan kebijakan, perencanaan, dan pelaksanaan. disamping itu
kepala sekolah selalu mencari solusi dalam tiap permasalahan dalam menjalankan MBS.

Kata kunci: kepala sekolah, manajemen berbasis sekolah, SMA

Mutu pendidikan dapat dilihat dalam dua hal, perubahan terhadap peningkatan kinerja sekolah
yakni mengacu pada proses pendidikan dan hasil dalam peningkatan mutu, efesiensi manajemen
pendidikan. Proses pendidikan dianggap atau dinilai keungan, pemerataan kesempatan dan pencapaian
bermutu apabila seluruh komponen pendidikan tujuan politik (demokrasi) suatu bangsa lewat
terlibat dalam proses pendidikan itu sendiri. Faktor- perubahan kebijakan desentralisasi diberbagai aspek
faktor dalam proses pendidikan meliputi berbagai baik politik, edukatif, administratif, maupun aggaran
aspek, seperti bahan ajar, metodologi, sarana sekolah, pembiayaan pendidikan. Manajemen berbasis
dukungan administrasi dan sarana prasarana dan sekolah selain akan meningkatkan kualitas belajar
sumber daya lainnya serta penciptaan suasana yang mengajar dan efisiensi operasional pendidikan, juga
kondusif. Mutu pendidikan dalam konteks hasil tujuan politik terutama demokrasi di sekolah.
pendidikan mengacu pada prestasi yang dicapai Manajemen berbasis sekolah (MBS) merupakan
oleh sekolah pada setiap kurun waktu tertentu. strategi untuk mewujudkan sekolah yang efektif dan
Prestasi sekolah dapat pula berupa kondisi yang produkif. Hal ini disebabkan dalam konsep MBS,
tidak dapat dipegang (intangible) seperti suasana, pengambilan keputusan diletakkan pada posisi yang
disiplin, keakraban, saling menghormati, kebersihan, paling dekat dengan pembelajaran yaitu sekolah,
dan sebagainya (Suryosubroto, 2004). Manajemen meskipun standar pelayanan minimnya ditetapkan
berbasis sekolah secara konsepsional akan membawa oleh pemerintah, akan tetapi sekolah lebih leluasa
dalam mengelola sumber daya, sumber dana, sumber
192
Jalaluddin, Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) di SMA Kabupaten Aceh Utara ... 193

belajar dalam mengalokasikannya sesuai dengan tindakan, yang harus dilakukan untuk membantu
prioritas kebutuhan di sekolah (Jalaluddin, 2015). mengenalkan MBS ini ke staf sekolah. Visi misi
Berdasarkan kenyataan tersebut di atas, perlu dan tujuan sekolah telah dipahami dan diketahui
dilakukan upaya-upaya perbaikan manajemen betul oleh para kepala sekolah karena mereka turut
pendidikan. Salah satunya adalah memberikan menyusun dan mengoreksinya serta membantu
otonomi yang luas kepada sekolah untuk pengambilan menyosialisasikannya. Kekuatan MBS di sekolah
keputusan secara partisiatif dengan melibatkan sampel berbeda-beda. Ada yang mengandalkan sarana
masyarakat secara secara langsung. Diyakini prasarana, sementara ada juga yang mengandalkan
bahwa Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah perangkat pembelajaran.
(MBS) merupakan suatu model pelaksanaan Kelemahannya adalah sebagian besar
kebijakan desentralisasi bidang pendidikan, sehingga perilaku masyarakat Aceh tidak mendukung, selain
dapat dijadikan suatu konsep inovatif dalam pemerintah juga belum maksimal memberikan dana
penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Penelitian dan menyediakan tenaga pengajar. Bentuk partisipasi
ini bertujuan mendeskripsikan implementasi MBS masyarakat selain moril dan materiil juga keamanan
di SMA Kabupaten Aceh Utara. Sekolah sebagai siswa, masyarakat hadir dalam rapat namun seluruh
institusi yang memiliki otonomi perlu diberikan kepala sekolah sepakat bahwa bantuan dalam bentuk
peluang untuk mengelolah dalam proses koordinastif biaya tidak bisa diandalkan dari para masyarakat.
untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan (Soebagio Sistem pengelolaan manajemen dan kurikulum
Atmodiwirio, 2000). Konsep pemikiran tersebut dijalankan sesuai standar, tupoksi, dan mengacu pada
telah mendorong munculnya pendekatan baru, yakni faktor pendukung dan dasar hukum.
pengelolaan peningkatan mutu pendidikan yang Kerjasama yang dilakukan oleh para kepala
berbasis sekolah sebagai institusi paling depan dalam sekolah dan guru dilakukan dengan baik dalam
kegiatan pendidikan. Pendekatan inilah yang dikenal bentuk kerja sama, musyawarah dan dukungan serta
dengan manajemen peningkatan mutu pendidikan kesempatan kepada para guru untuk lebih kreatif dan
berbasis sekolah (Suryosubroto, 2004). inovatif. Bentuk kemandirian program kesiswaaan
dilakukan dengan cara melibatkan siswa dengan
METODE PENELITIAN tetap mengacu pada visi misi sasaran dan tujuan
Penelitian ini menggunakan pendekatan sehingga terbentuk PICK, KRR, PMR, OSIS, Seni
kualitatif dengan metode deskriptif. Data kualitatif bahkan unit kewirausahaan.
yang diperoleh dari hasil penelitian dapat dijadikan Pengelolaan program dan kurikulum sebagian
sebagai sumber dari deskriptif yang luas dan sudah akuntabel, sisanya sedang ditindaklanjuti dan
berlandasan kokoh, serta memuat penjelasan tentang tidak akuntabel. Untuk kuantitas pekerjaannya telah
proses-proses yang terjadi di lingkungan setempat. dilaksanakan sesuai dengan harapan. Hal tersebut
Data yang diperoleh secara kualitatif dapat mengikuti terjadi karena kemampuan guru, dana, masyarakat
dan memahami alur peristiwa secara kronologis, yang tidak pernah diperhatikan oleh pemerintah.
serta menilai sebab akibat dalam lingkup pikiran Solusi yang diharapkan oleh para kepala sekolah
orang-orang setempat. Penelitian kualitatif dianggap tersebut adalah dengan meningkatkan disiplin,
tepat untuk meneliti kondisi objektif subjek peneliti kemampuan guru (SDM) dan siswa serta kepeduliaan
sehingga prosedur dan pendekatan dari luar dan dari dari para stakeholders.
dalam sebagai bagian dari penelitian kualitatif dapat Seluruh hasil itu tentunya berdampak positif
berlangsung sebagaimana mestinya. terhadap sekolah walaupun juga menimbulkan
Pengumpulan data dilakukan dengan cara ekses negatif yaitu tanggung jawab sekolah dalam
observasi, wawancara, angket dan dokumentasi. segala hal menjadi penuh. Namun secara umum hal
Angket yang digunakan adalah skala Likert dengan tersebut tetap memberikan respon yang baik, positif
4 pilihan yaitu SS, dengan skala bobot 4, S dengan dan menyenangkan bagi kepala sekolah, bahkan
skala 3, TS dengan skala 2 dan STS dengan skala 1 tidak merasa MBS ini mengganggu kewenangan
(Arikunto, 2002). mereka para kepala sekolah. Kesejahteraan personil
juga meningkat karena ada banyak insentif dan
HASIL PENELITIAN penghargaan bagi para personil yang bermutu dan
Sosialisasi yang dilakukan oleh para atasan kreatif. Mereka pun bereaksi positf dengan semakin
untuk memperkenalkan MBS ini berupa pertemuan, bertanggung jawab dan berkompetensi.
dan dimasukkan dalam rapat, tidak ada juknis atau Pola sosialisasi yang dilakukan para kepala
194 JURNAL PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN, VOLUME 22, NOMOR 2, OKTOBER 2015

sekolah yaitu dengan rapat-rapat rutin maupun meningkatkan mutu, dan partisisipasi positif. Para
briefing pada waktu tertentu. Para guru pun dilibatkan komite telah diakomodasi dengan pertemuan,
penuh pada penyusunan visi misi tujuan sasaran tanya jawab, rapat bahkan dengan kotak saran yang
sekolah dan tentu saja program yang diusulkan dan disediakan. Monev dilakan dengan mengajukan
dijalankan sudah sesuai dengan keinginan sekolah pertanyaan, tinjauan langsung, memantau dan
secara umum dan kearifan lokal (kultur masyarakat) intervensi secara efektif. Dampak positif dari
serta melewati tahap SWOT dan didukung oleh MBS ini adalah target dan sistem pendidikan lebih
transparansi sistem pengelolaan baik manajemen dipahami dan diterima oleh masyarakat. Secara
sekolah maupun kesiswaan. umum masyarakat dan komite sangat medukung dan
Program-program tersebut dilaksanakan memberikan respon positif pada MBS ini.
dengan jadwal dan waktu yang telah dijadwalkan
sebelumnya, dan jika terjadi perubahan maka akan PEMBAHASAN
disesuaikan kembali pelaksanaanya dan itu menjadi Kepala sekolah merupakan motor penggerak,
tanggung jawab masing-masing kepala program. penentu arah kebijakan sekolah, yang akan
Monev yang dilakukan dalam bentuk pemantauan menentukan bagaimana tujuan-tujuan sekolah
secara kualitatif dan berjangka 1 bulan. Untuk dan pendidikan pada umumnya direalisasikan.
bidang akademik dan nonakademik, sejalan dengan Sehubungan dengan MBS, kepala sekolah dituntut
kepala sekolah, seluruh guru sepakat hasilnya untuk senantiasa meningkatkan efektivitas kinerja.
sangat meningkat dan membanggakan. Tidak ada Dengan demikian, MBS sebagai paradigma
guru yang tertekan dengan adanya MBS ini, bahkan baru pendidikan dapat memberikan hasil yang
kesejahteraan personil meningkat karena tersedianya memuaskan. Kinerja kepala sekolah dalam kaitannya
dana lebih dan secara garis besar seluruh guru dengan MBS adalah segala upaya yang dilakukan
sepakat MBS ini berdampak positif. dan hasil yang dapat dicapai oleh Kepala Sekolah
Pola sosialisasi yang diterima komite/ dalam mengimplementasikan MBS di sekolahnya
masyarakat dalam bentuk rapat (gabungan atau untuk mewujudkan tujuan pendidikan secara efektif
rutin) yang dilakukan oleh sekolah. Serupa dengan dan efisien.
guru para komite juga dilibatkan dalam penyusunan Mulyasa (2002) mengemukakan tiga macam
visi misi tujuan sasaran sekolah sehingga mereka keterampilan yang harus dimiliki oleh kepala
berpendapat program-program tersebut secara umum sekolah untuk menyukseskan kepemimpinannya.
baik, sesuai dan bisa dijalankan. Untuk bidang Ketiga keterampilan tersebut adalah keterampilan
keuangan, hanya beberapa anggota komite yang konseptual, yaitu keterampilan untuk memhami
tahu secara lengkap laporannya, sedangkan sebagian dan mengoperasikan organisasi. Keterampilan
besar tidak tahu tentang laporan keuangan lengkap manusiawi yaitu keterampilan untuk bekerjasama,
sekolah tiap tahunnya. memotivasi dan memimpin. Keterampilan
Para anggota komite dan masyarakat hanya bisa teknik ialah keterampilan dalam menggunakan
memberikan bantuan dalam bentuk tenaga, material pengetahuan, metode, teknik, serta pelengkapan
dan moril, walaupun ada sebagian yang memberikan untuk menyelesaikan tugas tertentu.
bantuan dana. Walaupun begitu mereka tetap berniat Kepala sekolah harus memiliki kemampuan,
dan ingin bekerjasama dengan tetap mendukung terutama keterampilan konsep. Para kepala sekolah
sekolah, menganalisis kebutuhan sekolah serta diharapkan (1) senantiasa belajar dari pekerjaan
ikut dalam setiap rapat yang diadakan. Sedikit sehari-hari terutama dari cara kerja para guru dan
kejanggalan, seluruh komite sekolah sepakat adanya pegawai sekolah lainnya, (2) melakukan observasi
transparasi di sekolah, padahal sebelumnya mereka kegiatan manajemen secara terencana, (3) membaca
menjawab tidak mengetahui secara rinci dana yang berbagai hal yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan
masuk dan keluar, sehingga terdapat inkonsistensi yang sedang dilaksanakan, (4) memanfaatkan hasil
pada jawaban ini. Menurut mereka, anggaran telah penelitian orang lain, (5) berpikir untuk masa yang
sistematis dan teratur, dapat dipertanggung jawab akan datang, dan (6) merumuskan ide-ide yang dapat
kan dan dikelola dengan akuntabilitas yang tinggi. diujicobakan. Selain itu, kepala sekolah harus dapat
Kemandirian penyusunan program dilakukan menerapkan gaya kepemimpinan yang efekfif sesuai
dengan membentuk sebuah tim kerja, selanjutnya tim dengan situasi dan kebutuhan serta motivasi para
ini diarahkan untuk menyusun dan mengembangkan guru dan pekerja lain.
program sehingga hasilnya diharapkan dapat Guru merupakan ujung tombak dalam
Jalaluddin, Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) di SMA Kabupaten Aceh Utara ... 195

pelaksanaan proses belajar mengajar di sekolah. pendidikan dan merupakan pelengkap dari
Dikatakan demikian karena guru merupakan individu pengaturan sekolah yang telah ada yaitu Manajemen
yang berhadapan langsung dengan para siswanya. Berbasis Sekolah (MBS). Dalam otonomi pendidikan
Tinggi rendahnya prestasi siswa berkaitan erat sekarang ini peranan sebagai stakeholder akan
dengan kinerja guru yang sehari-hari mendampingi tersebar kapada pihak yang berkepentingan, tidak
siswanya. Oleh karena itu guru yang memiliki kinerja hanya di tangan aparat pemerintah pusat. Salah satu
yang baik merupakan guru yang diharapkan oleh model pengelolaan pendidikan yang sedang digagas
lembaga maupun siswanya untuk terus melakukan Departemen Pendidikan Nasional adalah apa yang
tugasnya dengan baik. disebut manajemen barbasis sekolah, yang memberi
Kinerja lebih menekankan pada hasil kerja otonom kepada kemandirian sekolah. Keberhasilan
seseorang. Hasil kinerja yang diperoleh diukur dalam pelaksanaan MBS sangat ditentukan oleh
dengan melihat standar aturan yang telah ditetapkan perwujudan kemandirian manajemen pendidikan
pada suatu organisasi. Standar kerja yang ditetapkan pada tingkat kabupaten atau kota.
organisasi merupakan dasar dalam melakukan Selama pembentukan MBS, komite sekolah telah
penilaian kinerja seseorang. Setiap organisasi menjalankan berbagai peran dan fungsinya meskipun
mempunyai standar tersendiri, sesuai dengan belum begitu optimal. Situasi ini berdasarkan
objek kerja yang dilakukan. Standar kerja guru pengamatan di lapangan diketahui bahwa tidak
di sekolah dapat ditetapkan berdasarkan jumlah jarang Komite Sekolah hanya melaksanakan tugas
materi yang diajarkan dalam periode tertentu, jam dan tanggung jawabnya, hanya pada hal-hal tertentu
mengajar, serta hasil belajar yang diperoleh siswa. saja misalnya realisasi dana bantuan operasional
Kinerja mempunyai hubungan erat dengan masalah sekolah (BOS), namun setelah itu tidak ada lagi
produktivitas karena merupakan indikator dalam wujud keterlibatannya. Selain itu terjadinya komplik
menentukan bagaimana usaha untuk mencapai antara pengurus komite sekolah dengan pihak
tingkat produktivitas yang tinggi dalam suatu sekolah, vakumnya komite sekolah dan berbagai
organisasi Sehubungan dengan hal itu, maka upaya persoalan lainnya.
untuk mengadakan penilaian terhadap kinerja di Secara terperinci berdasarkan Keputusan
suatu organisasi merupakan hal penting. Mendiknas Nomor 044/U/2002, keberadaan
Menurut Byars and Rue (2003) ukuran kinerja komite sekolah berperan sebagai: (1) pemberi
adalah kualitas kerja, kuantitas kerja, pengetahuan pertimbangan dalam penentuan dan pelaksanaan
akan kerja, inisiatif, perencanaan, kontrol harga, kebijakan pendidikan di satuan pendidikan, (2)
hubungan dengan sejawat, hubungan kerja dengan pendukung baik yang berwujud finansial, pemikiran,
kerja yang dapat dicapainya. Tanpa disiplin guru maupun tenagadalam penyelenggaraan pendidikan
yang baik, sulit bagi organisasi mencapai hasil di satuan pendidikan, (3) pengontrol dalam rangka
yang optimal. Hal itu sesuai pendapat Hasibuan transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan
(2002:193), kedisiplinan adalah kesadaran dan pendidikan di satuan pendidikan, dan (4)
kesediaan seseorang mentaati semua peraturan mediator antara pemerintah dengan masyarakat di
perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku. satuan pendidikan.
Kesadaran adalah sikap seseorang yang secara
sukarela menaati peraturan dan sadar akan tugas dan KESIMPULAN
tanggung jawab. Kepala sekolah, pengawas sekolah, konselor,
Komite Sekolah memiliki posisi yang amat guru dan tenaga kependidikan adalah agen perubahan,
strategis dalam mengemban tanggung jawab untuk sedangkan objek perubahan adalah, institusi,
kemajuan pendidikan. Aspek penting dari peran kurikulum, dan pembelajaran. Model manajemen
serta masyarakat melalui komite sekolah berkaitan sekolah menggunakan MBS menawarkan tersedianya
dengan membangun sikap sadar mutu pendidikan pendidikan yang lebih baik dan memadai bagi para
pada masyarakat dan mengetahui arti dan pentingnya siswa di SMA kabupaten Aceh Utara.
keberadaan sekolah bagi anak-anaknya. Kepala sekolah dengan jeli dan tepat
Dewan Pendidikan dan komite Sekolah telah mengoptimalkan kemampuan para guru dan tenaga
mengubah pendekatan pengelolaan pendidikan ke lain untuk memelihara dan meningkatkan kegiatan
arah apa yang disebut school governance, di mana sekolah yang dianggap sebagai aktivitas unggulan.
masyarakat sebagai stakeholder pendidikan memiliki Sekolah membina hubungan yang baik dengan
peran yang sangat penting dalam pengelolaan masyarakat sekitarnya dan masyarakat kelompok
196 JURNAL PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN, VOLUME 22, NOMOR 2, OKTOBER 2015

pemerhati pendidikan, agar pengembangan sekolah Aceh: CV. Natural


tersebut sejalan dengan kebutuhann masyarakat Jalaluddin. 2015, Implementation of Scool-Based
sekitar. Manajement at SMA on District of North Aceh.
Journal of Arts, Science and Commerce, Indian.
DAFTAR RUJUKAN Vol.VI:35-42.
Arikunto, S., 2002. Evaluasi Program Pendidikan. Jalaluddin. 2014. Implementasi Manajemen Berbasis
Jakarta: Bina Aksara. Sekolah di SMA Kabupaten Aceh Utara. Laporan
Anwar. 2012, Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Hasil Penelitian Hibah Bersaing. Universitas
Meningkatkan Kinerja Guru, Laporan Penelitian Serambi Mekkah Aceh
Fundamental. Universitas Serambi Mekah Aceh Mukhtar & Suparto, W., 2003. Manajemen Berbasis
Bedjo, S., 2007. Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah. Jakarta: CV. Fijamas.
Sekolah, Jakarta: CV. Sagung Seto. Fattah, N,. 2005, Manajemen Berbasis Sekolah School
Depertemen Pendidikan Nasional. 2001. Manajemen Based Management. Bandung: CV. Aditra
Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Buku 1 Bandung.
Jakarta. Depdiknas. Nurkolis. 2003. Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional. 2001. Manajemen PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.
Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Buku 2. Permadi, D., 2001. Manajemen Berbasis Sekolah Dan
Kepemimpinan Mandiri Kepala Sekolah, Bandung:
Jakarta. Depdiknas.
PT. Sara Panca Karya Nusa.
Departemen Pendidikan Nasional. 2001. Manajemen
Supriadi, dkk, 2001, Reformasi Pendidikan Dalam Kontek
Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Buku 3. Otonomi Daerah, Adcita Karya Nusa,Yokyakarta.
Jakarta. Depdiknas.. Sujanto, B., 2007. Manajemen Pendidikan Berbasis
Huberman. 2012, Analisis Data Kualitatif, Terjemahan Sekolah, Jakarta: CV. Sagung Seto.
Tjetjeb Rohindi, Jakarta: Ui Press Undang-Undang Pendidikan Nasional, 2003. Sistem
Jalaluddin. 2015, Manajemen Berbasis Sekolah, Banda Pendidikan Nasional .Pasal 56. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai