Anda di halaman 1dari 14

OPTIMALISASI PEMANFAATAN KOTORAN KELELAWAR (GUANO)

SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN PUPUK ORGANIK UNTUK


MENINGKATKAN PEREKONOMIAN WARGA GUNUNGKIDUL

Disusun oleh :
Nama : Rina Puspasari
NIM : 16312244017
Kelas : Pendidikan IPA C

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunianya sehingga, saya dapat menyelesaikan paper
yang berjudul “Optimalisasi Pemanfaatan Kotoran Kelelawar
(Guano) sebagai Bahan Pembuatan Pupuk Organik untuk
Meningkatkan Perekonomian Warga Gunung Kidul”.
Adapun maksud dan tujuan dari pembuatan paper ini adalah
untuk memenuhi tugas Ilmu Lingkungan. Penulis juga mengucapkan
terimakasih kepada teman-teman yang telah membantu dalam
penyelesaian paper ini.dan kepada bapak Prof. Dr. I Gusti Putu
Suryadarma, MS yang telah mendukung dalam pembuatan paper ini.
Saya menyadari masih banyak kekurangan yang terdapat dalam
karya tulis ini. Oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran
kepada berbagai pihak untuk kami jadikan sebagai bahan evaluasi
guna meningkatkan kinerja untuk kedepannya.
Yogyakarta , 7 Mei 2017
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara agraris, sebagian besar lahan
daratan digunakan untuk aktifitas pertanian dan mayoritas masyarakat
mempunyai mata pencaharian sebagai petani yang mendukung lahan
pertanian tanaman pangan. Salah satu komponen jalannaya pertanian
adalah pupuk. Disamping itu kebijakan pemerintah yang mendukung
terhadap berbagai upaya pengelolaan sumber daya lokal mendapat
sambutan baik dari berbagai komponen strategik seperti lembaga
penelitian dan perguruan tinggi. Hal ini merupakan suatu peluang
bagi upaya pengelolaan dan penyediaan pupuk organik.
Kondisi Indonesia sekarang membuat kita untuk dapat mencari
dan menggali potensi kekayaan hayati untuk dikelola sebagai
penghasil devisa negara sekaligus dapat memenuhi permintaan dalam
negeri. Indonesia mempunyai banyak kekayaan hayati, baik flora
maupun fauna, namun sebagian masyarakat Indonesia belum
mengetahui, atau belum dapat mengelola sumber daya tersebut
sebagai pemenuhan berbagai kebutuhan hidup manusia. Pada
akhirnya sumber daya tersebut banyak dieksploitasi oleh orang asing
dengan harga murah dan dijual kembali ke Indonesia dengan berbagai
kemasan dengan harga yang lebih mahal. Seperti halnya dengan
pupuk organik, Indonesia mengimpor total bahan tersebut padahal
dalam negara sendiri mempunyai banyak potensi pupuk organik salah
satunya yaitu kotoran kelelawar dan gua sebagai habitatnya dalam
menghasilkan pupuk guano (Wiyatna Fatah, 2002).

Dalam Pertanian selain pupuk organik adapun pupuk anorganik.


Akan tetapi pengunaan pupuk anorganik (kimia) secara terus menerus
dan cenderung dalam jumlah yang berlebihan, mengakibatkan bahan-
bahan kimia pada pupuk kimia tersebar dan menimbulkan dampak
negatif terhadap lingkungan (Udiyani dan Setiawan, 2003). Pupuk
organik kotoran kelelawar (Guano) dapat menjadi alternatif pengganti
pupuk anorganik. Guano memiliki tingkat nitrogen terbesar setelah
kotoran merpati. Namun menduduki urutan pertama dalam kadar
unsur fosfat, dan menduduki urutan tiga terbesarbersama kotoran sapi
perah dalam kadar kalium (Prasetyo, 2006). Berdasarkan hasil uji
analisis, diketahui bahwa kotoran kelelawar secara umum,
mengandung Nitrogen 8,32%, Phospor 2,06%, Kalium 0,54%, C
organik 21,94%, rasio C/N 3 dan bahan organik.
Kotoran kelelawar yang sering disebut guano, menyimpan
potensi besar sebagai pupuk organik. Sekitar 140 gua di Gunungkidul
diprediksi berpotensi menjadi salah satu solusi atas kesulitan pupuk di
negara kita saat ini. Ratusan bahkan lebih kelelawar sudah sejak lama
menjadikan Gua sebagai tempat tinggalnya. Gua ini berada di
kawasan perbukitan karst yang ada di Gunung Kidul.
Selain sebagai solusi dari masalah kesulitan pupuk di Indonesia
pemanfaatan guano sebagai bahan pupuk cair dapat meningkatkan
tingkat perekonomian masyarakat gunung kidul. Apabila industri
pupuk dari kotoran kelelawar ini berkembang maka dapat membuka
lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat gunung kidul.

1.2 Tujuan
1. Mengetahui teknik pembuatan pupuk dari kotoran kelelawar
(guano).
2. Mengetahui alasan pembuatan pupuk dari kotoran
kelelawar(guano),
3. Mengetahui dampak adanya pupuk dari kotoran kelelawar
(guano) terhadap masyarakat Gunung Kidul.

1.3 Rumusan Masalah


1. Bagaimana teknik pembuatan pupuk dari kotoran kelelawar
(guano) ?
2. Mengapa dilakukan pembuatan pupuk dari kotoran kelelawar
(guano) ?
3. Bagaimana dampak adanya pupuk dari kotoran kelelawar
(guano)
terhadap masyarakat Gunung Kidul?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pupuk Guano


Kotoran kelelawar yang sering disebut Guano, ternyata
menyimpan potensi besar sebagai pupuk organik. Sekitar 1.000
gua di Indonesia diprediksi berpotensi menjadi salah satu solusi
atas masalah kekurangan pasokan pupuk di negara kita saat ini
(Data PT. Petrokimia Gresik, 2007). Salah satu penelitian yang
mampu membuktikan kegunaan Guano sebagai bahan dasar pupuk
organik adalah penelitian Universitas Cornell di New York-
Amerika Serikat (Delik, 2010).

Gambar 2.1 Guano dalam gua


Sumber : Dokumentasi pribadi

Hasil penelitian yang dilansir dalam situs


http://www.css.Cornell menyatakan bahwa Guano memiliki
tingkat Nitrogen terbesar setelah kotoran merpati. Namun,
menduduki urutan pertama dalam bagian kadar unsur Fosfat dan
menduduki urutan ketiga terbesar bersama kotoran sapi perah
dalam kadar Kalium (Delik, 2010).
Dari keterangan tersebut Guano kelelawar mengandung
paling banyak Fosfat. Fosfat merupakan bahan utama penyusun
pupuk di samping Nitrogen dan Potasium. Di samping tiga unsur
utama tersebut, Guano mengandung semua unsur atau mineral
mikro yang dibutuhkan tanaman. Tidak seperti pupuk kimia
buatan, Guano tidak mengandung zat pengisi. Guano yang
dibiarkan tinggal lebih lama dalam jaringan tanah, meningkatkan
produktivitas tanah dan menyediakan makanan bagi tanaman lebih
lama dari pada pupuk kimia buatan.
Banyaknya gua kapur di Kabupaten Gunungkidul yang
berpotensi menyimpan Fosfat dan Guano selama ratusan, bahkan
ribuan tahun, sehingga memiliki Fosfat dan Guano berkualitas
tinggi. Salah satu gua penghasil Fosfat dan Guano adalah Gua
Senen yang terletak di Padukuhan Duwet, Desa Purwodadi, Tepus,
Gunungkidul.

Gambar 2.2 Letak Gua Senen


Sumber : Google maps

Gambar 2.3 Kelelawar dalam gua


Sumber : Dokumentasi pribadi
2.2 Proses Produksi
Proses Pembuatan Pupuk Guano cukup sederhana yakni
menggunakan proses fermentasi, akan tetapi membutuhkan
ketelitian yang tinggi dalam mementukan takaran bahan baku
yang sesuai dengan perbandingan bahan dalam formula yang
sudah ditentukan, berikut ini merupakan proses produksi pupuk
Guano:

2.2.1 Operation Prosess Chart (OPC)


Peta proses operasi adalah diagram yang menggambarkan
langkah-langkah proses yang akan dialami bahan-bahan baku
sejak awal sampai produk jadi (belajar-industri.blogspot.com).
Bahan baku berupa kotoran kelelawar mengalami proses mulai
dari penyiapan bahan baku, pengayakan, pencampuran dengan
bahan baku pendukung, bahan baku kotoran kelelawar
mengalami proses fermentasi hingga akhirnya masuk dalam
proses packing yang bisa disebut sebagai proses terakhir dari
pengolahan kototran kelelawar menjadi pupuk organik. Berikut
ini merupakan peta proses operasi dari pembuatan Pupuk
Guano:

Gambar 2.1 Operation Prosess Chart (OPC)


Sumber: Pupuk Guanoku
2.2.2 Flow Proses Chart
Peta aliran proses adalah suatu diagram yang menunjukkan
urutan-urutan dari operasi, pemeriksaan, transportasi, dan
penyimpanan yang terjadi selama suatu proses atau prosedure
berlangsung, serta didalamnya memuat pula informasi-informasi
yang diperlukan untuk analisa waktu yang dibutuhkan dan jarak
perpindahan. Berikut ini merupakan peta aliran proses
pembuatan Pupuk Guano:

Tabel 2.2 Flow Proses Chart


Sumber: Pupuk Guanoku

2.2.3 Macam – Macam Proses Operasi


1. Menyiapkan Bahan Baku
Pada proses ini bahan baku disiapkan dengan baik sehingga
hasil yang optimal didapatkan dari bahan baku yang memiliki
standart stabil pula. Disini bahan baku utama yang dipakai
adalah bahan baku kotoran kelelawar dengan kadar NPK yang
di inginkan. Sehingga dapat menghasilkan pupuk organik cair
dengan NPK di atas NPK bahan baku.
2. Pengayakan
Pada proses ini bahan baku berupa kotoran kelelawar di ayak
halus dengan ukuran mesh 80 sampai 100. Sehingga bahan
baku dapat dipisahkan dari partikel-partikel yang tidak
dinginkan seperti batu, serangga, kayu dan lain-lain.

3. Penimbangan dan Penentuan Formula


Proses ini sangat penting dimana dalam proses ini diperlukan
ketelitian yang sangat tinggi guna menakar takaran bahan
baku berupa kotoran kelelawar, Bioactiva, gula merah, dan
air. Sehingga dapat diperoleh kandungan NPK yang di
inginkan dengan takaran formula yang sudah ditetapkan.

4. Proses Fermentasi
Setelah bahan baku ditimbang dengan seksama, semua bahan
baku dimasukkan kedalam drum tandon untuk melalui proses
fermentasi. Proses fermentasi bertujuan agar bakteri Bioactiva
bereaksi terhadap kotoran kelelawar, gula merah dan air.
Sehingga dengan mengalami fermentasi diharapkan
kandungan NPK dapat meningkat tinggi.

2.6 Gambar proses fermentasi kotoran


Sumber : Dokumentasi pribadi
5. Proses Packing
Setelah melalui proses fermentasi dengan waktu 10 hari.
Maka pupuk cair disaring untuk memisahkan ampas dan air
hasil fermentasi. Air hasil fermentasi tersebut sudah dapat
disebut pupuk organik cair. Pupuk organik cair kemudian di
kemas dengan jerigen ukuran satu liter.

6. Inspeksi Kandungan NPK


Inspeksi kandungan NPK dilakukan dengan cara mengirim
produk jadi ukuran satu liter dengan memilih acak sebanyak
10 buah kepada laboratorium kebun percobaan PT. Petrokimia
Gresik atau Laboratorium tani terdekat. Proses uji lab
membutuhkan waktu paling cepat 1 minngu.
2.3 Alasan guano digunakan sebagai bahan pupuk organik
Beberapa alasan mengapa guano dapat dimanfaatkan sebagai
bahan pembuatan pupuk cair karena guano memiliki kandungan
fosfat yang tinggi, selain itu guano mengandung beberapa mineral
yang dibutuhkan tanaman untuk tumbuh subur diantaranya adalah
nitrogen, kalium, fosfor, dan karbon.
Jika dibandingkan dengan penggunaan pupuk buatan, guano
akan lebih lama dalam hal menyimpan nutrisi dalam tanah. Selain
itu Indonesia merupakan salah satu negara agraris yang sebagian
bekerja sebagi petani. Dalam pertanian akan diperlukan adanya
pupuk sebagai tambahan nutrisi bagi tanaman. Banyaknya
pegunungan karst di wilayah Gunungkidul mendukung untuk
perindustrian dibidang ini.
Selain guano dapat digunakan langsung begitu saja, guano dapat
diolah terlebih dahulu menjadi pupuk cair yang lebih praktis dalam
penggunaannya. Dengan menggunakan proses fermentasi dengan
tambahan bakteri bioaktiv akan menjadiakan pupuk guano lebih
maksimal nutrisinya.

2.4 Dampak guano digunaka sebagai bahan pembuatan pupuk organik


bagi masyarakat Gunung Kidul
Dalam pengolahan guano menjadi pupuk organik akan ada
dampak yang akan dirasakan bagi masyarakat gunung kidul
diantaranya adalah :

1. Menciptakan lapangan pekerjaan

Dengan adanya pegolahan guano sebagai bahan


pembuatan pupuk organik dapat menciptakan lapangan
pekerjaan baru bagi masyarakat Gunungkidul. Pekerjaan
yang tidak membutuhkan keahlian khusu ini dapat
dilakukan oleh sebagian besar orang, dengan beberapa kali
pelatihan masyarakat Gunungkidul dapat memanfaatkan
guano sebagi industri pupuk organik.

2. Meningkatkan penghasilan

Pembuatan pupuk organik dengan bahan dasar guano


akan menambah nilai jual dari guano. Selain itu masyarakat
gunung kidul yang bermata pencaharian sebagai seorang
petani dengan adanya pengolahan guano ini akan dapat
menambah pendapatannya karena pengolhan ini dapat
dijadikan sebagai pekerjaan sampingan, selain bercocock
tanam.
3 Solusi kelangkaan pupuk di Indonesia
Seringkali petani Indonesia mengalami kelangkaan pupuk
yang menghambat perkembangan pertanian di Indonesia.
Karena, selama ini Indonesia mengandalkan pupuk impor.
Setelah adanya pengolahan pupuk organik dari guano maka
masalah kelangkaan pupuk dapat tertasi karena guano
merupakan sumber daya yang tidak akan habis.
4. Wisata Industri
Setelah industri pupuk maju akan dapat menambah
peluang untuk membuka wisata. Wisatawan dapat ikut serta
membuat pupuk organik dari guano. Selain itu dapat
dikembangkan wisata pertanian.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Pembuatan pupuk cair organik dari bahan guano dapat
dilakukan dengan cara mempersiapkan bahan baku, mengayak
kotoron kaelelawar dengan menggunakan mesin, menimbang
dan menambahan bahan lain (gula merah, bioaktiva, dan air),
kemudian difermentasi dalam tandon selama 10 hari. Kemudian
pupuk cair dari guano di packing dan siap untuk dipasarkan dan
digunkan.
2. Beberapa alasan mengapa guano dimanfaatkan sebagai bahan
pembuatan pupuk cair organik karena guano memiliki
kandungan nutrisi yang dibutuhkan tanaman. Wilayah gunung
kidul yang banyak memiliki guan menjadikan guano sebagai
bahan baku yang mudah ditemukan. Karena bahan yang
digunakan merupakan bahan alami maka pupuk dari guano
ramah lingkungan. Pengolahan yang sederhana menjadikan
pupuk ini dapat dibuat oleh siapapun, menjadikan industri pupuk
guano dapat dikembangkan.

4. Dampak positif dari pemanfaatan guano sebagai bahan


pembuatan pupuk yaitundapat membuka lapangan pekerjaan
barun bagi masyarakat Gunungkidul. Pengolahan ini akan
menambah penghasilan dari masyarakat Gunungkidul yang
menjadikan industri ini sebagai pekerjaan sampingan. Sebagai
solusi dalam kelangkaan pupuk di Indonesia. Selai itu
dapatdijadikan dayatarik pariwista industri.
3.2 Saran

Terlepas dari keterbatasan yang dimiliki, hasil karya ini


diharapkan mempunyai implikasi yang luas untuk karya-karya
selanjutnya dengan topik serupa. Adapun saran dari hasil
penelitian ini untuk penelitian selanjutnya yaitu:
1. Penelitian selanjutnya sebaiknya memperluas area survey,
tidak hanya di wilayah Yogyakarta, tetapi juga di Wilayah
lain.
2. Peneliti mempraktekan langsung tentang apa yang akan
diteliti agar hasilnya lebih tepat dan akurat.
3. Mencari lebih banyak sumber dan referensi tentang topik
yang dikaji.
4. Melakukan uji kandungan secara akurat di laboratorium.
DAFTAR PUSTAKA

Delik, 2010. Langkah Jitu Membuat Kompos Dari Kotoran Ternak


Dan Sampah. Jakarta: Agromedia
Hanafiah, Kemas Ali. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. PT. Raja
Grafindo Persada : Jakarta
Setyorini D, Saraswati R, Anwar EK, 2006. Pupuk Organik dan
Pupuk Hayati: Kompos
http://balittanah.litbang.deptan.go.id/dokument
asi/juknis/pupuk%20organik.pdf. Diunduh tanggal 12 Mei 2017.
Soemeinaboedhy IN, Tejowulan RS, 2007. Pemanfaatan Berbagai
Macam Arang Sebagai Sumber Unsur Hara P dan K serta Sebagai
Pembenah Tanah. Jurnal Agroteksos.17: 2.
Sumarno.1986. Teknis Budidaya Kacang Tanah. Bogor: Penerbit
Sinar Baru.
Sutedjo M, 1996. Pupuk dan Cara Pemupukan. Jakarta: PTRineka
Cipta.
Sutedjo, Mul Mulyani. 1989. Analisa Tanah, Air dan Jaringan
Tanaman. Rineka Cipta : Jakarta
Udiyani, dan Setiawan. 2003. Dasar-Dasar Kimia Tanah. Gadjah
Mada University Press : Jogjakarta.
Wiyatna, Fatah. 2002. Kesuburan dan Pemanfaatan Tanah.
Bayumedia Publishing : Malang.

Anda mungkin juga menyukai