Anda di halaman 1dari 11

SINOPSIS PENELITIAN

Nama Mahasiswa : Nur Rahmat


NIM : STK419035
Program Studi : Budidaya Perairan
Pengaruh Pengunaan Onggok Dengan Hasil
Judul Penelitian : Fermentasi Limbah Sotong Cair terhadap
pertumbuhan Cacing Tanah (Lumbricus Rubellus)

A. Latar Belakang
Cacing tanah adalah salah satu jenis fauna kelompok hewan tingkat
rendah, yang tidak bertulang belakang (invertebrata) yang merupakan
kelompok annelid atau cacing bersegmen di mana hewan ini ditemukan pada
lingkungan terrestrial basah di Indonesia. Di dunia ini terdapat kira-kira 1800
spesies cacing tanah yang telah diidentifikasi dan diklasifikasikan (Novita et.al.,
2021). Ketersediaan cacing tanah di lapangan juga cukup banyak (Curry,
1998). Menurut Edwards dan Bohlen (1996), populasi cacing tanah menurun
sampai dengan 70% setelah tanah dibudidayakan selama 5 tahun dan tersisa
hanya 11-16% pada tahun ke 25. Jumlah populasi cacing tanah lebih tinggi
pada lahan yang dikelola secara organik dibandingkan lahan alami dan
terintegrasi (Kohler 2014). Beberapa jenis cacing tanah yang banyak
dikembangbiakkan adalah Pheretima sp, Perionyx sp, dan Lumbricus sp. Ketiga
jenis cacing tanah ini menyukai bahan organik yang berasal dari pupuk
kandang dan sisa-sisa tumbuhan. Cacing tanah dapat dimanfaatkan sebagai
salah satu sumber pakan alternatif bagi hewan ternak seperti unggas, ikan, dan
udang karena cacing tanah mengandung protein hewani yang cukup tinggi.
Menurut Santoso dan Agusmansyah (2011), pakan merupakan komponen
produksi terbesar 60-70% dari biaya produksi budidaya ikan. Saat ini harga
pakan terus meningkat tanpa diiringi dengan kenaikan harga ikan. Pemberian
pakan buatan yang dikombinasikan dengan cacing tanah diharapkan dapat
menjadi solusi untuk mengatasi mahalnya biaya yang dikeluarkan untuk
pembelian pakan karena cacing tanah diketahui memiliki keunggulan mudah
dibudidayakan dengan memanfaatkan limbah organik yang tidak termanfaatkan
(Suminto dan Sudarono 2014). Menurut Pucher et.al., (2012), cacing tanah
dapat dijadikan sebagai pakan alternatif pengganti tepung ikan. Hal ini juga
diperkuat dengan pendapat Istiqomah et.al., (2009), tepung cacing tanah dapat
menjadi protein utama untuk rasum pakan ikan dan menjadi substitusi tepung
ikan yang makin sulit dijumpai. Menurut Umaya (2010), tepung cacing tanah
lebih unggul daripada tepung ikan karena kadar proteinnya sebesar 72% jauh
lebih tinggi daripada kadar protein tepung ikan sebesar 22,65%, di samping itu,
tepung cacing tidak berlemak, mudah dicerna, dan mengandung beberapa
asam amino yang lebih tinggi daripada tepung ikan.
Cacing tanah merupakan salah satu pakan alami yang paling disukai oleh
ikan air tawar (Irwanto dan Lesti 2021). Salah satu pakan alami sebagai pakan
alternatif bagi ikan dengan kandungan protein tinggi adalah cacing tanah
(Lumbricus rubellus) (Pucher et.al., 2012; Istiqomah et.al., 2009). Cacing tanah
relatif mudah dan murah untuk dibudidayakan karena hanya membutuhkan
tanah dan kompos sebagai medianya, oleh karena itu kombinasi pakan buatan
dengan cacing tanah sangat cocok dijadikan solusi untuk meminimalisasi
pengeluaran untuk pembelian pakan. Selain itu, menurut Ernawati et.al., (2017),
budidaya cacing tanah belum banyak dikembangkan sehingga memiliki potensi
yang baik untuk dikembangkan sebagai peluang usaha.
Cacing tanah mudah dalam mendapatkannya namun untuk saat ini belum
termanfaatkan secara optimal, keunggulan lainnya yaitu dapat dikonsumsi ikan
secara keseluruhan, karena tidak mempunyai tulang belakang sehingga mudah
dicerna oleh usus ikan. Cacing tanah juga mudah diperoleh karena dapat
dikultur sendiri. Cacing tanah (Lumbricus rubellus) adalah salah satu hewan
yang memiliki protein yang sangat tinggi. Menurut palungkun (1999), cacing
tanah Lumbricus rubellus sangat potensial untuk dikembangkan karena
kandungan gizinya cukup tinggi, yaitu protein (64−76%), lemak (7−10%),
kalsium (0,55%), fosfor (1%) dan serat kasar (1,08%). Selain itu cacing tanah
(Lumbricus rubellus) mengandung asam amino esensial dan non esensial.
Cacing tanah (Lumbricus rubellus) merupakan salah satu spesies yang
biasa dibudidayakan dan diperjual belikan karena manfaatnya sebagai pakan
ternak dan ikan dan harganya juga murah (Yulius et al. 2015). Cacing tanah ini
mempunyai banyak kelebihan dibanding cacing jenis lain. Kelebihan dari
cacing ini adalah tidak berbau, cepat berkembang biak, tumbuh subur,
mempunyai ketahanan hidup yang tinggi, mudah beradaptasi dengan berbagai
media yang dipergunakan, dan sangat mudah dibudidaya (Rusmini et.al.,
2016). Kelebihan dari cacing tanah oleh faktor lingkungan (media). Faktor-
faktor yang mempengaruhi kehidupan cacing tanah di habitat alami adalah
antara lain suhu (temperatur), kelembaban (rH), keasaman (pH) dan
ketersediaan bahan organik (Hanafiah et al. 2010). Bahan organik yang sering
digunakan sebagai media budidaya cacing tanah adalah kotoran ternak dan

kompos tanaman.

Pakan utama cacing tanah adalah bahan organik yang dapat berasal dari
serasah daun (daun yang gugur), kotoran ternak atau bagian tanaman dan
hewan yang sudah mati (Suin, 1997). Saat ini limbah peternakan, limbah
pertanian, limbah rumah tangga dan industri terdapat dalam jumlah yang
sangat melimpah. Hal ini akibat dari pengembangan usaha pada sektor
peternakan dan pertanian. Apabila limbah ini tidak dimanfaatkan secara

optimal, maka akan mengganggu lingkungan. Menurut Palungkun (2010),


dengan memanfaatkan cacing tanah sebagai dekomposer, maka akan
mengurangi volume limbah dan sekaligus menjadi sumber pakan bagi cacing
tanah.
Pada umumnya sotong dimanfaatkan tanpa kepala atau tanpa kepala dan
tulang bagian dalam. Hal itu menyebabkan limbah yang berasal dari sotong
juga bervariasi berkisar antara 65-85 % dari berat sotong, tergantung dari
jenisnya. Limbah sotong padat biasanya dimanfaatkan sebagai campuran
pakan ternak dan sebagian lagi belum dimanfaatkan. Limbah padat molusca
ini merupakan salah satu masalah yang harus dihadapi oleh pabrik
pengolahan. Selama ini limbah tersebut dikeringkan dan dimanfaatkan
sebagai pakan dan pupuk dengan nilai ekonomi yang rendah. Seiring dengan
semakin majunya ilmu pengetahuan kini limbah sotong dapat dijadikan bahan
untuk membuat kitin dan kitosan (Siregar et al., 2017). Pada penelitian ini
limbah sotong yang digunakan adalah limbah sotong yang telah difermentasi
terlebih dahulu dan telah diuji di laboratorium penguji Balai Besar Standarisasi
dan Pelayanan Jasa Industri Hasil Perkebunan, Mineral, Logam dan Maritim
(BBIHPMM) Makassar memliki kandungan C-Organik 5,32%, Nitrogen 0,62%,
Posfor 0,48% dan Kalium 0,12%.

Indonesia merupakan salah satu penghasil ubi kayu terbesar didunia.


Berdasarkan data dari departemen pertanian (2022) data ekspor ubi kayu 5
tahun terakhir mencapai 863 juta ton , ekspor tertinggi dicapai tahun 2021
sebesar 291, 6 juta ton. Ubi kayu dikenal sebagai salah satu bahan pangan
berserat yang banyak diolah menjadi tepung tapioka. Dari produksi tepung
tapioka dihasilkanlah limbah padat, salah satunya yaitu onggok. Onggok terus
meningkat sejalan dengan produksi tapioka. Salah satu manfaat onggok selam
ini untuk makanan ternak dan pupuk (Maulina, 2013). Nutrisi yang terdapat
pada onggok adalah karbohidrat sebesar 72,49 – 85,99%, protein 1,57%, lemak
0,26% dan serat kasar 20% (Asngad 2005). Onggok memiliki kadar abu dan
kadar air yang rendah yaitu dengan kadar abu maksimal 5,9% dan kadar air
maksimal 1,6% (Jerry et,al, 2019).
Cacing tanah (Lumbricus rubellus) adalah hewan berdarah dingin dan
tidak bertulang belakang. Cacing tanah jenis ini memiiliki tubuh berbentuk pipih
dan berwarna coklat kemerah-merahan. Cacing tanah dapat mendegradasi
limbah organik yaitu dengan cara memakan limbah tersebut. Metode penelitian
menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) non faktorial dengan faktor
yang yang di uji adalah pemberin onggok dengan fermentasi limbah sotong
dengan dosis yang berbeda (Surianti et,al, 2020).
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dianggap perlu untuk
melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Pengunaan Onggok Dengan
Hasil Fermentasi Limbah Sotong Cair terhadap pertumbuhan Cacing Tanah
(Lumbricus Rubellus)”.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah : Bagaimana Pengaruh
Pengunaan Onggok dengan Fermentasi Limbah Sotong Terhadap
Pertumbuhan Cacing Tanah (Lumbricus Rubellus)

C. Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh Pengunaan
Onggok dengan Fermentasi Limbah Sotong Terhadap Pertumbuhan Cacing
Tanah (Lumbricus Rubellus) dan Mengetahui pertumbuhan mutlak cacing tanah
(Lumbricus Rubellus)

D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi yang bermanfaat
untuk pengembangan budidaya Cacing Tanah (Lumbricus Rubellus) dengan
menggunakan onggok dan campuran fermentasi limbah sotong sebagai pakan.
Hasil Penelitian ini juga diharapkan menjadi referensi budidaya ramah
lingkungan, khususnya pada sistem budidaya teritegrasi.

E. Desain Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Jenis
penelitian ini merupakan penelitian eksperimen sesungguhnya (True
Eksperimental Research), karena pada penelitian ini terdapat kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol. Pada penelitian ini digunakan desain
Posttest–Only Control Group Design dengan pengukuran yang dilakukan
setelah perlakuan pada penelitian.

1. Tahap Persiapan

a. Persiapan Media Tumbuh


Media tumbuh cacing tanah yaitu tanah dan kotoran sapi. Kotoran
sapi yang digunakan yaitu kotoran sapi yang telah kering. Kotoran sapi
tersebut di komposkan selama 7 hari dan dicampur tanah kemudian
dijadikan sebagai media tu mbuh dalam budidaya cacing tanah.

b. Persiapan Pakan
1) Onggok sebanyak 100 g dicampur dengan fermentasi limbah sotong
sebanyak 10 ml
2) Onggok sebanyak 100 g dicampur dengan fermentasi limbah sotong
sebanyak 15 ml
3) Onggok sebanyak 100 g dicampur dengan fermentasi limbah sotong
sebanyak 20 ml
c. Persiapan Bibit Cacing
Cacing tanah yang digunakan adalah spesies (Lumbricus rubellus)
yang sudah dewasa sebanyak 1 kg yang barasal dari kabupaten pinrang,
Lalu di tebar di wadah pemeliharaan sebanyak 80 gram per wadah
sebanyak 9 wadah.

2. Tahap Pemeliharaan
Media yang digunakan adalah rak susun yg terbuat dari bahan bambu dan
kayu yg berbentuk kotak dan di lapisi plastik dan diisi dengan tanah yang sudah
tercampur dengan kotoran sapi. Kemudian Setiap media tumbuh diberikan
cacing tanah selanjutnya dilakukan pemeliharaan media cacing tanah yaitu
dengan cara menjaga kegemburan media. Kegemburan media dilakukan
dengan cara pengadukan dengan sendok yang khusus. Pengadukan ini
bertujuan untuk menjaga pasokan oksigen dan sirkulasi udara dalam media,
selain pengadukan dilakukan pula penyemprotan air untuk menjaga suhu dan
kelembaban media. Pada budidaya cacing tanah, media cacing tanah diberikan
perlakuan yaitu pemberian pakan berupa onggok dengan fermentasi limbah
sotong. Pemberian pakan ini diberikan 1 kali sehari selama seminggu pada
setiap media Masing-masing perlakuan (Yulius et. al., 2015).

3. Tahap Pengumpulan Data


Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data pertumbuhan
cacing tanah (Lumbricus Rubellus). Selama pemeliharaan dilakukan
pengukuran panjang dan bobot pada cacing tanah (Lumbricus Rubellus).

F. Waktu Dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2023 bertempat di Desa
Lassang, Kecamatan Polombangkeng Utara, Kabupaten Takalar, Provinsi
Sulawesi Selatan.

G. Unit Analisa
Unit analisis atau subjek pada penelitian ini adalah Cacing tanah
(Lumbricus Rubellus) yang dipelihara dengan menggunakan metode kokultur
dengan pakan bahan organik berupa onggok dengan fermentasi limbah sotong.

H. Teknik Sampling
Teknik sampling yang dapat dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan
teknik Simple Random Sampling karena populasi bersifat homogen, jadi setiap
individu pada populasi memiliki peluang untuk dijadikan sampel. Pada kegiatan
penelitian, perlu dilakukan suatu pengulangan untuk setiap perlakuan yang
diterapkan. Penelitian menggunakan pola faktorial dengan menggunakan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) non faktorial. Faktor yang yang di uji adalah
pemberin onggok dengan fermentasi limbah sotong dengan dosis yang berbeda
(Surianti et,al 2020)

I. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah pertumbuhan harian cacing tanah yang
dilakukan tiap 1 kali seminggu (7 hari), dan persentase jumlah cacing tanah
yang berhasil hidup di akhir masa pemeliharaan ( servival rate )

Pertumbuhan harian dapat di hitung dengan rumus:

Wt −Wo
SGR= x 100 %
t

Ket :
SGR = Laju pertumbuhan harian
Wt = Bobot rata-rata di akhir pemeliharaan
Wo = Bobot rata-rata di awal pemeliharaan
T = Lama waktu pemeliharaan ( hari )

servival rate dapat dihitung dengan rumus:

Nt
SR= x 100 %
No
Ket:
SR = Tingkat kelangsungan hidup (%)
Nt = Jumlah ikan yang hidup pada akhir pemeliharaan
No = Jumlah ikan yang hidup pada awal pemeliharaan.

J. Analisis Data
Data yang diperoleh adalah data hasil rata–rata pertumbuhan berat dan
panjang cacing. Data hasil penelitian ini dapat dianalisis dengan ANAVA dua
jalur (two–way ANOVA) menggunakan program SPSS 22. Masing–masing
variabel yang diamati dilakukan uji normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov dan
uji homogenitas data dengan Levene test. Jika data telah normal dan homogen
kemudian dilanjutkan dengan uji anava dua jalan dengan tingkat ketelitian yang
digunakan sebesar 0,05 untuk mengetahui adanya pengaruh jenis dan
komposisi pakan terhadap pertambahan berat dan panjang cacing tanah.
Setelah hasil dinyatakan signifikan dengan hasil uji lebih dari 0,05 maka
dilanjutkan dengan uji beda rerata menggunakan uji Duncan untuk mengetahui
pengaruh terbaik perlakuan pakan dalam proses pertambahan panjang dan
berat cacing. Namun jika data diketahui tidak homogen atau tidak normal, maka
akan dilakukan uji non parametrik berupa uji Kruskal–Wallis.
K. KERANGKA BERFIKIR

Pengaruh Pengunaan Onggok Dengan Fermentasi Limbah Sotong


Terhadap Pertubuhan Cacing Tanah (Lumbricus Rubellus)

LATAR BELEKANG Cacing tanah merupakan salah satu pakan alami yang paling disukai
oleh ikan air tawar (Irwanto dan Lesti 2021). Salah satu pakan alami
sebagai pakan alternatif bagi ikan dengan kandungan protein tinggi
RUMUSAN MASALAH adalah cacing tanah (Lumbricus rubellus) (Pucher et.al., 2012;
Istiqomah et.al., 2009). Cacing tanah relatif mudah dan murah untuk
dibudidayakan karena hanya membutuhkan tanah dan kompos sebagai
Rumusan masalah pada medianya, oleh karena itu kombinasi pakan buatan dengan cacing
penelitian ini adalah : tanah sangat cocok dijadikan solusi untuk meminimalisasi pengeluaran
Bagaimana Pengaruh untuk pembelian pakan. Cacing tanah juga mudah diperoleh karena
penggunaan onggok dengan dapat dikultur sendiri. Cacing tanah (Lumbricus rubellus) adalah salah
fermentasi limbah sotong satu hewan yang memiliki protein yang sangat tinggi Menurut
terhadap pertumbuhan cacing palungkun (1999), cacing tanah Lumbricus rubellus sangat potensial
tanah (Lumbricus Rubellus). untuk dikembangkan karena kandungan gizinya cukup tinggi, yaitu
protein (64−76%), lemak (7−10%), kalsium (0,55%), fosfor (1%) dan
serat kasar (1,08%). Selain itu cacing tanah (Lumbricus rubellus)
mengandung asam amino esensial dan non esensial.

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi yang


MANFAAT PENELITIAN
bermanfaat untuk pengembangan budidaya Cacing Tanah (Lumbricus
Rubellus) dengan menggunakan Pakan onggok dengan fermentasi
limbah sotong.Hasil Penelitian ini juga diharapkan menjadi referensi
budidaya ramah lingkungan, khususnya pada sistem budidaya
teritegrasi.

DESAIN PENELITIAN Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif.
Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimen sesungguhnya
(True Eksperimental Research), karena pada penelitian ini terdapat
kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Pada penelitian ini
digunakan desain Posttest–Only Control Group Design dengan
Teknik sampling yang dapat pengukuran yang dilakukan setelah perlakuan pada penelitian.
dilakukan dalam penelitian ini
adalah dengan teknik Simple
Random Sampling karena Prosedur Penelitian
populasi bersifat homogen,
1. Tahap persiapan, yaitu pengambilan bibit cacing (Lumbricus
jadi setiap individu pada
Rubellus).
populasi memiliki peluang 2. Tahap pelaksanaan, yaitu melakukan fermentasi kotoran sapi,
untuk dijadikan sampel. Pada media dan bibit cacing (Lumbricus Rubellus).
kegiatan penelitian, perlu 3. Tahap analisis data,yaitu menggunakan yang diperoleh dari
dilakukan suatu pengulangan data hasil rata–rata pertambahan berat dan panjang cacing,
untuk setiap perlakuan yang Data hasil penelitian ini dapat dianalisis dengan ANOAVA dua
diterapkan. jalur (two–way ANOVA) menggunakan program SPSS 22.
DAFTAR PUSTAKA

Curry JP. 1990. Factors Affecting Earthworm Abundance in Soils, In Edwards.,


C.A. (editor) 37-64. Earthworm ecology. St. Boca Raton.

Edward, C.A & P.J. Bohlen. 1996. Biology and Ecology of Earthworm. London:
Chapman and Hall.

Ernawati, N.M., P.G.S. Julyantoro, E.W. Suryaningtyas A.H.W. Sari, G.R.A.


Kartika, S.A. Saraswati, D.A.A. Pebriani. 2017. Pelatihan Budidaya
Cacing Lumbricus rubellus Sebagai Alternatif Pakan Lele Berprotein
Tinggi pada Pembudidaya Lele di Kec. Abiasemal, Kab. Bandung. Buletin
Udayana Mengabdi. Vol. 16 : 2, 179-183

Hanafiah, K.A., A. Napoleon., N. Ghofar. 2010. Biologi tanah: Ekologi dan


Makrobiologi Tanah. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Irwanto, R., Lesti, N. 2021. Pengaruh Pemberian Pakan Cacing Tanah


(Lumbricus rubellus) dan Pellet Terhadap Pertumbuhan dan
Perkembangan Benih Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus)

Istiqomah, A.L., Sofyan, A., Damayanti, dan Julendra, H. 2009. Amino Acid
Profile of Earthworm and Eartworm Meal for Animal Feedstuff. J.
Indonesian Trop. Anim. Agric, 34 (4), 253-257.

Jerry. Febrianto, P. Satria, A.W. 2019. Kajian Awal Pemanfaatan Limbah


Onggok Sebagai Subtitusi Batubara. Jurnal Integrasi Proses, 8(1), 14-18

Kohler, Anna-Sophie, Sebastian Wolfrum, Julia Huber, Kurt-Jurgen Husbergen.


2014. Earthworm abudance and species richness: contribution of farming
system and habitat type. Rahmann G & Aksoy U (Eds). Proc. Of the 4 th
ISOFAR Scientific Conference. ‘Building Organic Bridges’, at the Organic
World Congress 2014, 13-15 Oct., Istanbul, Turkey (eprint ID 23992).

Maulina, A.F., dan Wijaya, D.G.O. 2013. Produksi Bioetanol Dari Onggok
Dengan Enzim Noococ Secara Hidrolisis. Jurnal Ilmiah Teknik
Lingkungan. 6(1)

Novita, E., Antang, E. U., Lautt, B. S., & Surawijaya, P. (2021). Kualitas
Kompos Cacing Tanah Lumbricus Rubellus Pada Pakan dan Media Yang
Berbeda. Jurnal Kaharati, 1(1), 27-35.

Pulungkun, R. 1999. Sukses Beternak Tanah Lumbricusrubellus. Jakarta:


Penerbit Swadaya

Palungkun, R. 2010. Usaha Ternak Cacing Tanah Lumbricusrubellus. Jakarta:


Penerbit Swadaya
Pucher, J., N.N. Tuan., T.T.H. Yen., R. Mayrhoferc, M.E. Matboulic and U.
Fockend. 2012. Earthworm Meal as Alternative Animal Protein Source for
Full and Suplemental Fedds for Common Carp (Cyprinus carpio L.).
University of Hohenheim, Stuttgart, Germany, 167-168 p.

Rusmini, N., Kusumawati, M.A., Prahara, & P.R.Wikandari. 2016. Pelatihan


Budidaya Cacing Tanah (Lumbricus rubellus) Bagi Para Tani Desa
Sumberdukun, Ngariboyo, Magetan. Jurnal ABDI 1(2):114-120.

Santoso, L., dan H. Agusmansyah. 2011. Pengaruh Subtitusi Tepung Kedelai


dan Tepung Biji Karet Terhadap Pertumbuhan Bawal Air Tawar
(Colossoma macropomum)., Berkala Perikanan Terubuk. 39(1):41-50.

Siregar, E. C., Suryati & Hakim, L. 2016. Pengaruh Suhu dan Waktu Reaksi
pada Pembuatan Kitosan dari Tulang Sotong (Sepia officinalis). Jurnal
Teknologi Kimia Unimal. 5(2): 337-44.

Suin, N.M. 1997. Ekologi Hewan Tanah. Bandung: Penerbit Bumi Aksara.

Suminto, Y. T., dan Sudaryono, A., 2014. Pengaruh Kombinasi Pakan Buatan
dan Cacing Tanah (Lumbricus rubellus) Terhadap Efisiensi Pemanfaatan
Pakan, Pertumbuhan dan Kelulushidupan Lele Dumbo (Clarias
gariepinus). Journal of Aquaculture Management and Technology, 3(2),
86-93.

Surianti. Tandipayuk, H. Alamyah, S. 2020. Fermentasi Tepung Ampas Tahu


Dengan Cairan Mikroorganisme Mix. Sebagai Bahan Baku Pakan. Jurnal
Agrokompleks, 9(1), 09-15.

Umaya, S. 2010. Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Cacing Tanah


(Lumbricus rubellus) pada Magenta Farm di Desa Nanggung Bogor.
Bogor. Institut Pertanian Bogor.

Yulius, N. Asmani, I. Alamsyah, L. Husin & H. Malini. 2015. Introduksi Teknik


Budidaya Cacing Lumbricus rubellus Dengan Media Kotoran Ternak untuk
Mendukung Desa Mandiri Lestari Pangan di Desa Pelabuhan Dalam
Kecamatan Pemulutan Kabupaten Ogan Ilir, Jurnal Pengabdian Sriwijaya.
3(1):229-240

Anda mungkin juga menyukai