Anda di halaman 1dari 19

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Cacing tanah merupakan hewan tidak bertulang belakang (inverebrata)

yang digolongkan ke dalam filum Annelida, ordo Oligochaeta, dan kelas

Chaetopoda yang hidup dalam tanah. Cacing tanah dalam berbagai hal

mempunyai arti penting, misalnya bagi lahan pertanian. Lahan yang banyak

mengandung cacing tanah akan menjadi subur, sebab kotoran cacing tanah

yang bercampur dengan tanah telah siap untuk diserap akar tumbuh-

tumbuhan. Cacing tanah juga dapat menigkatkan daya serap air permukaan.

Lubang-lubang yang dibuat oleh cacing tanah meningkatkan konsentrasi

udara dalam tanah. Disamping itu pada saat musim hujan lubang tersebut

akan melipatgandakan kemampuan tanah menyerap air. Secara singkat dapat

dikatakan cacing tanah berperan memperbaiki dan mempertahankan struktur

tanah agar tetap gembur. Kemelimpahan cacing tanah paa suatu lahan

dipengaruhi oleh ketersediaan bahan organik, keasaman tanah, kelembaban

dan suhu, atau temperature. Cacing tanah juga akan berkembang dengan baik

bila factor lingkungan tersebut sesuai dengan kebutuhannya.


Dalam penelitian ini akan dibahas lebih lanjut mengensi kehidupan

ekosistem bawah tanah..

1.2 Rumusan Masalah

40
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, masalah tersebut dapat

diidentifikasikan sebagi berikut :


1. Apakah cacing tanah mngalami perkembangan selama praktek

berlangsung?
2. Apakah cacing tanah mengalami pertambahan panjang tubuh?
3. Bagaimana pengaruh jenis tanah terhadap kehidupan cacing tanah?
4. Apakah cacing tanah mengalami perkembangbiakan selama praktek

berlangsung?

1.3 Tujuan
Tujuan penelitian dalam semiskripsi ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui pengaruh jenis tanah terhadap pertumbuhan dan

perkembangan cacing tanah


2. Mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pertumbuhan dan

perkembangbiakan cacing tanah.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Cacing Tanah

A. Pengertian Cacing Tanah


Cacing tanah termasuk binatang invertebrata (tidak bertulang belakang). Ia

hidup di dalam tanah yang gembur dan lembab. Cacing tanah mengandung kadar

protein tinggi, sekitar 76%, jauh lebih tinggi daripada kadar protein pada daging

mamalia (65%) dan ikan (50%). Cacing tanah mempunyai banyak khasiat untuk

41
menyembuhkan penyakit dan menjaga kesehatan. Cacing tanah, ternyata bukanlah

hewan yang asing bagi masyarakat kita, Hewan ini tampak begitu lunak dan bagi

sebagian orang menganggap sangat menjijikan. Akan tetapi hewan ini mempunyai

potensi yang sangat besar bagi kehidupan manusia. Cacing tanah termasuk hewan

tingkat rendah karena tidak mempunyai tulang belakang (invertebrata).

Manfaat cacing tanah masih sangat terbatas, yaitu sebagai pakan ternak

atau ikan. Akan tetapi, di negara-negara lain cacing tanah juga bermanfaat sebagai

bahan obat, bahan kosmetik, pengurai sampah dan sebagai makanan manusia.

Lahan pertanian yang mengandung cacing tanah pada umumnya akan lebih subur

karena tanah yang bercampur dengan kotoran cacing tanah sudah siap untuk

diserap oleh akar tanaman. Cacing tanah yang ada di dalam tanah akan

mencampurkan bahan organik pasir ataupun bahan antara lapisan atas dan bawah.

Aktivitas ini juga menyebabkan bahan organik akan tercampur lebih merata.

B. Kasiat Kotoran pada Cacing Tanah

Kotoran cacing tanah juga kaya akan unsur hara. Ahli-ahli pertanian di

luar negeri dari tahun ke tahun tertarik oleh gerak-gerak cacing tanah. Mereka

menyatakam bahwa kadar kimiawi kotoran cacing dan tanah aslinya banyak

perbedaannya. Pada tahun 1941 hasil penelitian T.C. Puh menyatakan, bahwa

karena aktivitas cacing tanah, maka N, P, K tersedia dan bahan organik dalam

tanah dapat meningkat. Unsur-unsur tersebut merupakan unsur pokok bagi

tanaman. Tahun 1949 Stockli dalam penelitiannya menjelaskan, bahwa humus dan

mikroflora kotoran cacing tanah lebih tinggi dari tanah aslinya. Demikian juga

42
percobaan pada tanah-tanah gundul bekas tambang di Ohio (Amerika Serikat)

menunjukan, bahwa cacing tanah dapat meningkatkan kadar K tersedia 19% dan P

tersedia 165%. Tahun 1979, Wollny juga menyatakan bahwa cacing tanah

mempengaruhi kesuburan dan produktivitas tanah. Dengan adanya cacing tanah,

kesuburan dan produkvitas tanah akan meningkat. Selain itu cacing tanah juga

dapat meningkatkan daya serap air permukaan. Liang cacing tanah yang ditinggal

dalam tanah berfungsi memperbaiki aerasi dan drainase. Keduanya sangat penting

dalam pembentukan tanah. Cacing tanah juga membantu pengangkutan sejumlah

lapisan tanah dari bahan organik. Lapisan bawah permukaan dan mencampurkan

tanah dari bahan organik dengan bahan organik. Cacing tanah juga dapat

memperbaiki dan mempertahankan struktur tanah. Lubang-lubang cacing dan

humus secara langsung menjadikan tanah gembur. Kotoran yang dikeluarkan oleh

cacing tanah banyak mengandung unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman

seperti nitrogen, fosfor, mineral, dan vitamin. Karena mengandung unsur hara

yang lengkap, apalagi nilai C/N nya kurang dari 20 maka kotoran cacing yang

biasa disebut casting dapat digunakan sebagai pupuk.

C. Kasiat Cacing Tanah di Dunia Pengobatan Tradisional

Dalam dunia pengobatan tradisional Tiongkok, cacing tanah digunakan

dalam ramuan untuk menyembuhkan berbagai penyakit, antara lain meredakan

demam, untuk penderita tekanan darah tinggi, bronchitis, reumatik sendi, sakit

gigi, dan juga dapat menyembuhkan tifus. Di negara-negara industri maju, cacing

tanah sudah dimanfaatkan dalam bidang kosmetika. Minyak hasil ekstraksi cacing

43
tanah dapat digunakan sebagai pelembab. Penggunaan cacing tanah sebagai

makanan manusia pada umumnya dicampur dengan makanan lain. Di Filipina,

cacing tanah digunakan sebagai bahan untuk membuat perkedel. Di Negara itu

cacing tanah sudah mulai disukai sebagai santapan yang lezat. Mungkin saja bagi

anda yang belum pernah mencoba hidangan atau pengobatan yang berasal dari

cacing tanah ini, ada yang merasa risi atau jijik. Sama halnya dengan

mengkonsumsi air kencing, kecoa, cicak, empedu binatang melata, dan

sebagainya. Tapi apa salahnya apabila mencobanya, dari pada kita mengkonsumsi

obat- obatan kimia, yang tentunya punya risiko terhadap kerusakan/ penyakit

ginjal.

D. Cacing Tanah sebagai Media Pengobatan

Beberapa penelitan juga membuktikan adanya daya antibakteri dan protein

hasil ekstrasi cacing tanah, yang sanggup menghambat pertumbuhan bakteri gram

negarif Escherichia coli, Shigella dysenterica, Staphylococcus aureus dan

Salmonelllathypus. Tidak mengherankan jika cacing tanah bisa dimanfaatkan

sebagai media pengobatan. Ia mampu mengobati berbagai infeksi saluran

pencernaan seperti typus, disentri, diare, serta gangguan perut lainnya seperti

maag. Bisa juga untuk mengobati penyakit infeksi saluran pernapasan seperti

batuk, asma, influenza, dan TBC. Bahkan, cacing tanah dapat dimanfaatkan untuk

menurunkan kadar kolesterol, menurunkan tekanan darah pada penderita

hipertensi, serta menurunkan kadar gula darah pagi penderita diabetes. Selain itu,

dapat digunakan untuk mengobati wasir, eksim, alergi, luka, sakit gigi,

44
mengurangi pegal linu akibat keletihan atau akibat reumatik. Cacing tanah juga

dapat dimanfaatkan untuk menjaga kesehatan, terutama meningkatkan daya tahan

tubuh, meningkatkan nafsu makan, bahkan menambah vitalitas seksual kaum

lelaki. Tak mengherankan pula jika sekarang banyak dipasarkan kapsul herbal

yang berisi ekstrak cacing tanah. Bukan rahasia lagi jika sebagian prosuk

kosmetik juga menggunakan cacing tanah sebagai bahan bakunya, terutama

pelembab kulit dan lipstik. Bahkan di beberapa negara maju, cacing tanah diolah

menjadi makanan spesial yang nikmat dan kaya nutrisi. Tak hanya itu, cacing

tanah juga dapat diolah untuk berbagai keperluan seperti pembuatan pakan ayam

dan pellet ikan. Selain diekstrak untuk keperluan pembuatan obat herbal, cacing

tanah juga dapat diolah menjadi pakan unggas dan pakan ikan (pellet). Mengingat

banyaknya peternak unggas dan pemubudidaya ikan di Indonesia, pengolahan

cacing menjadi bahan pakan ini memiliki prospek cerah. Di samping kaya protein

(50 – 72%), cacing tanah juga mengandung beberapa asam amino yang sangat

penting bagi unggas seperti arginin (10,7%), tryptophan (4,4%) dan tytosin

(2,25%). Ketiga asam amino ini jarang ditemui pada bahan pakan lainnya. Oleh

karena itu, cacing tanah memiliki potensi baik untuk mengganti tepung ikan

dalam ransum unggas dan dapat menghemat pemakaian bahan dari biji-bijian

sampai 70%. Meski demikian, penggunaan cacing tanah dalam ransum unggas

disarankan tidak lebih dari 20% total ransum. Pemanfaatan cacing tanah untuk

ransum unggas relatif mudah. Bisa diberikan dalam bentuk segar atau dijadikan

tepung cacing untuk dicampurkan bersama bahan-bahan penyusun ransum unggas

lainnya seperti jagung, dedak, konsentrat, dan sebagainya.

45
E. Siklus Hidup Cacing Tanah

Cacing yang telah dewasa bisa kawin sekali dalam sepuluh hari, dan dalam

perkawinan tersebut, mereka bisa menghasilkan dua kepompong. Dalam satu

kepompong tersebut biasanya terdapat sepuluh butir telur. Hanya saja, Cuma

empat telur yang berhasil menetas menjadi cacing muda.

Setelah 3 minggu, telur cacing tanah bisa menetas asalkan

cuacanya sedang hangat. Namun bisa saja molor sampai 3 bulan apabila cuaca

sedang dingin. Pada saat si anak cacing sudah waktunya keluar, maka warna

kepompong akan berubah menjadi kemerahan dan ukurannya juga membesar

seperti biji anggur. Anak cacing tanah yang baru saja keluar dari kepompong

memiliki ukuran 1,2cm. cacing muda ini memiliki alat reproduksi.warnanya

sedikit keputihan dengan gradasi warna merah yang sebenarnya adalah pembuluh

darah merah.

Cacing tanah mulai menunjukkan kematangan secara seksual

apabila citellum-nya terbentuk sempurna. Biasanya tanda ini muncul pada siklus

hidup cacing tanah pada usia 10 sampai 55 minggu. Di tahapan ini, pertambahan

berat tubuh si cacing tanah perlahan akan melambat. Hal ini menandakan si cacing

sudah masuk ke dalam fase dewasa.

Cacing tanah ini lazimnya tidak berusia panjang. Bahkan

kebanyakan dari mereka mati di tahun yang sama dengan kelahiran. Meski begitu,

ada juga beberapa cacing tanah yang mampu hidup hingga 5 tahun bahkan lebih.

Cacing tanah tua ini bisa dilihat dari bagian ekornya yang cenderung pipih dan

46
terdapat warna kuning yang di telah mencapai bagian punggung. Apabila cacing

tanah masih produktif maka hal tersebut terlihat pada warna kuning

2.2 Tanah Pasir

Tanah pasir merupakan tanah yang terbentuk dari batuan beku serta batuan

sedimen yang memiliki butir kasar dan berkerikil. Kapasitas serap air pada tanah

pasir sangat rendah, ini disebabkan karena tanah pasir tersusun atas 70% partikel

tanah berukuran besar (0,02-2mm). Tanah pasir bertekstur kasar, dicirikan adanya

ruang pori besar diantara butir-butirnya. Kondisi ini menyebabkan tanah menjadi

berstruktur lepas dan gembur. Melihat dari ciri-ciri tanah pasir tersebut dapat

dengan mudah dijelaskan bahwa tanah pasir memiliki kemampuan mengikat air

yang sangat rendah.

Tanah pasir sangat tidak cocok digunakan sebagai media tanam

disebabkan tanah ini memiliki partikel besar kurang dapat menahan air. Air dalam

tanah akan berinfiltrasi, bergerak ke bawah melalui rongga tanah. Akibatnya

tanaman kekurangan air dan menjadi layu. Kondisi semacam ini apabila

berlangsung terus menerus dapat mematikan tanaman.

2.3 Tanah Kompos

A. Pengertian Kompos

Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran

bahan-bahan organic yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai

macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembap, dan aerobik atau

anaerobik Kompos terbuat daripada penguraian bahan-bahan organik seperti daun

47
kering, habuk kayu, dan juga sisa-sisa tanaman. Proses penguraian ini dinamakan

pengkomposan. Bahan utama di dalam kompos yang membuatkan tanah elok

adalah humus. Humus bertindak sebagai pemegang nutrien di dalam tanah

daripada larutresap (hilang). Kehadiran oksigen adalah penting untuk penghasilan

kompos yang baik. Ini kerana proses pengkomposan adalah proses aerobik yiaitu

melibatkan oksigen. Jika tiada oksigen, mikroorganisma yang memproses kompos

akan melakukan proses anaerobik iaitu proses penguraian dalam keadaan

kekurangan oksigen. Proses anaerobik tidak akan menghasilkan bahan kompos

yang baik. Ini kerana proses anaerobic akan menghasilkan alkohol sebagai hasil

terakhir. Ini secara langsung merosakkan kompos itu.

B. Manfaat Kompos

Kompos memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan

bahan organik tana dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk

mempertahankan kandungan air tanah. Aktivitas mikroba tanah yang bermanfaat

bagi tanaman akan meningkat dengan penambahan kompos. Aktivitas mikroba ini

membantu tanaman untuk menyerap unsur hara dari tanah. Aktivitas mikroba

tanah juga d iketahui dapat membantu tanaman menghadapi serangan penyakit .

Tanaman yang dipupuk dengan kompos juga cenderung lebih baik kualitasnya

daripada tanaman yang dipupuk dengan pupuk kimia, seperti menjadikan hasil

panen lebih tahan disimpan, lebih berat, lebih segar, dan lebih enak.

Kompos memiliki banyak manfaat yang ditinjau

dari beberapa aspek:

48
Aspek Ekonomi :

1. Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah


2. Mengurangi volume/ukuran limbah
3. Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya

Aspek Lingkungan :

1. Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah dan pelepasan gas

metana dari sampah


1. organik yang membusuk akibat bakteri metanogen di tempat pembuangan

sampah
2. Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan

Aspek bagi tanah/tanaman:

1. Meningkatkan kesuburan tanah


2. Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah
3. Meningkatkan kapasitas penyerapan air oleh tanah
4. Meningkatkan aktivitas mikroba tanah
5. Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen)
6. Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman
7. Menekan pertumbuhan/serangan penyakit tanaman
8. Meningkatkan retensi/ketersediaan hara di dalam tanah

49
BAB III
METODE KERJA

Waktu dan Tempat Penelitian :


1. Waktu : Rabu, 24 September 2014 sampai dengan 17

Desember 2014
2. Tempat :Kampus Poltekkes Kemenkes Jakarta II Jurusan

Kesehatan Lingkungan

Alat :

1. Toples
2. Penggaris
3. Kain Kassa
4. Tali rapia
5. Koran

Bahan:

1. Tanah Merah
2. Tanah Kompos
3. Cacing
4. Tanah Berpasir
5. Cacing Tanah 25 ekor
6. Tanaman Kering
7. Tanaman Basah
8. Air

Langkah Kerja :

1. Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan


2. Meletakkan Koran di lantai untuk alas toples
3. Mengukur 25 ekor cacing menggunakan penggaris, lalu catat

pangjang cacing.
4. Masukkan tanah merah setiggi 2cm dari dasar permukan toples.
5. Masukkan tanah kompos setinggi 2cm di atas tanah merah.

50
6. Masukkan tanah berpasir setinggi 3cm di atas tanah kompos.
7. Masukkan kembali tanah merah setinggi 2cm di atas tanah

berpasir.
8. Kemudian masukkan 25 ekor cacing yang sudah diukur

panjangnya.
9. Setelah itu masukkan tanah kompos setinggi 2cm.
10. Lalu masukkan tanah berpasir setinggi 3cm.
11. Masukkan daun kering dan daun basah yang sudah dicaca.
12. Beri percikkan air.
13. Tutup bodol dengan menggunakan kain kasa dan ikat dengan

menggunakan tali rapia.

BAB IV

HASIL PENGAMATAN

4.1 Jumlah Cacing Tanah

1. Jumlah pada awal praktek (24 September 2014): 25 ekor cacing tanah
2. Jumlah pada akhir praktek (17 Desember 2014): 14 ekor cacing tanah

4.2 Perubahan Ukuran Panjang Cacing Tanah

Panjang awal cacing ketika diukur pada saat memulai praktek sampai

dengan akhir praktek adalah sebagai berikut :

CACING PANJANG AWAL CACING PANJANG AKHIR CACING

(24 September 2014) (17 Desember 2014)

51
1 8 CM 9 CM
2 7 CM 8 CM
3 8 CM 9 CM
4 9 CM 10 CM
5 10 CM 13 CM
6 8 CM 9 CM
7 6 CM 8 CM
8 9 CM 10 CM
9 4 CM 8 CM
10 5 CM 8 CM
11 10 CM 13 CM
12 9 CM 11 CM
13 11 CM 13 CM
14 11 CM 14 CM
15 18 CM -
16 15 CM -
17 11 CM -
18 7 CM -
19 8 CM -
20 10 CM -
21 9 CM -
22 10 CM -
23 4 CM -
24 5 CM -
25 13 CM -

4.3 Keadaan Tanah


1. Susunan tanah pada awal memulai praktek yaitu sebagai berikut :
a. Tanah Merah
b. Tanam Kompos
c. Tanah Berpasir
d. Tanah Merah
e. Cacing
f. Tanah Kompos
g. Tanah Berpasir
2. Susunan Tanah setelah akhir praktek
Susunan tanah setelah dilakukan pembongkaran pada tanggal 17

Desember 2014 ternyata semua jenis tanah telah tercampur menjadi satu.

52
BAB V

PEMBAHASAN

Dalam penelitian ini cacing tanah dimasukkan kedalam sebuah toples yang

didalamnya terdapat susunan jenis-jenis tanah. Pada saat akhir praktek yaitu pada

tanggal 17 Desember 2014 semua tanah sudah tercampur menjadi satu, hal ini

dikarenakan cacing tanah yang ada di dalam tanah mencampurkan bahan organik

pasir ataupun bahan antara lapisan atas dan bawah. Aktivitas ini juga

menyebabkan bahan organik akan tercampur lebih merata.

53
Pengukuran dan perhitungan ulang jumlah dan panjang tubuh cacing

tanah dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh jenis tanah

(lingkungan) terhadap pertumbuhan dan perkembangan cacing tanah ini.

Berikut ini disajikan table dan grafik yang menggambarkan pertambahan

panjang cacing setelah penelitian

1. Tabel Perubahan Ukuran Panjang tubuh Cacing tanah

2. Grafik Perubahan Ukuran Panjang tubuh Cacing tanah

54
Pada grafik dan table diatas terlihat bahwa jumlah cacing tanah mengalami

pengurang dari awal memulai praktek (24 September 2014) dengan jumlah 25

ekor cacing tanah, dan pada saat akhir praktek (17 Desember 2014) hanya

berjumlah 14 ekor cacing tanah. Hal ini merupakan suatu permasalahan,

seharusnya jumlah cacing tidak berkurang, jumlah cacing tanah ini seharusnya

tetap bahkan bisa bertambah karena berkembang biak, karena cacing tanah

tersebut sudah diletakkan di tempat yang sesuai dengan habitatnya dengan sumber

makanan yang memadai. Pengurangan jumlah cacing tanah pada penelitian ini

dapat terjadi karena beberapa hal diantaranya, jenis tanah merah yang digunakan

pada saat praktek terlalu padat dan basah, hal ini tidak memenuhi syarat tanah

yang baik untuk kehidupan cacing tanah, karena cacing tanah itu sendiri dapat

hidup dan berkembang dengan baik di dalam tanah yang memiliki kadar air yang

tidak terlalu basah dan tidak terlalu kering. Jika cacing tanah diletakkan di dalam

tanah yang terlalu kering cacing akan langsung masuk kedalam tanah dan berhenti

makan dan pada akhirnya akan mati. Kemudian apabila cacing tanah diletakkan di

dalam tanah yang terlalu basah dapat menyebabkan cacing tanah menjadi pucat

dan kemudian mati.

Kehidupan hewan tanah juga dipengaruhi oleh suhu tanah. Suhu tanah

yang ekstrim tinggi atau rendah dapat mematikan hewan tanah. Suhu tanah

tersebut mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan cacing tanah. Suhu yang

55
sesuai untuk aktivitas cacing tanah di permukaan tanah pada waktu malam hari

ketika suhu tidak melebihi 10.5°C.

Keasaman tanah sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan

cacing tanah sehingga menjadi factor pembatas penyebaran dan spesiesnya.

Umumnya cacing tanah tumbuh baik pada pH sekitar 4,5-6,6, tetapi dengan

bahan organik tanah yang tinggi mampu berkembang pada pH 3.

Bahan organik tanah sangat besar pengaruhnya terhatab pertumbuhan dan

perkembangan cacing tanah karena bahan organic yang terdapat di tanah sangat

diperlukan untuk melanjutkan kehidupannya. Bahan organic juga mempengaruhi

sifat fisik-kimia tanah dan bahan organik itu merupakan sumber pakan untuk

menghasilkan energi dan senyawa pembentukan tubuh cacing tanah.

Tanah dengan vegetasi dasarnya rapat, cacing tanah akan banyak

ditemukan, karena fisik tanah lebih baik dan sumber mkanan yang banyak

ditemukan berupa serasah. Pada umumnya cacing tanah lebih menyukai serasah

herba dibandingkan dengan serasah pohon gugur dan daun.

Dari pembahasan di atas telah di jelaskan faktor-faktor yng mempengaruhi

pertumbuhan dan perkembangan cacing tanah pada penelitian ekosistem bawah

tanah ini.

56
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Ada banyak factor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan

cacing tanah, diantaranya yaitu kelembaban tanah, suhu tanah, pH tanah, kadar

organik, dan Vegetasi.


Sehingga ada banyak hal yang harus benar-benar diperhatikan dalam

penelitian ekosistem bawah tanah ini.

5.2 Saran

57
1. Memperhatikan jenis tahah pada saaat hendak melakukan praktek,

sehingga tanah yang digunakan sesuai dengan jenis tanah yang dibutuhkan

oleh cacing, yaitu tidak terllu basah dan tidak terllu kering.
2. Tetap menjaga kelembaban didalam toples selama praktek berlangsung.
3. Sebaiknya mengganti serasah daun dengan menggunakan serasah herba,

karena pada umumnya cacing tanah lebih menyukai serasah herba

disbandingkan dengan serasah daun.

58

Anda mungkin juga menyukai