NIM : 23201392B
BAB 1
PENDAHULUAN
a) Latar Belakang
Cacing tanah adalah hewan yang pasti kita kenal. Bagi Anda yang suka berkebun tentu
tidak jarang bertemu dengan hewan yang satu ini. Saat belajar biologi dulu kita mengenal
bahwa Cacing tanah termasuk ke dalam kingdom Animalia.
Manfaat cacing tanah bagi kesehatan memang masih belum banyak diketahui dan
beberapa orang masih sangat berpikir mengkonsumsinya. Jika kita perhatikan informasi
sebelumnya, diketahui bahwa cacing tanah memiliki sistem kekebalan tubuh yang “canggih”
dalam membunuh bakteri tanpa merusak jaringan tubuhnya. Selain itu Cacing tanah
mengandung banyak sekali protein yang memiliki peran penting dalam melakukan aktivitas
biologis dalam tubuh. Berikut manfaat cacing tanah yang baik untuk tubuh kita.
Penyembuhan tifus. Tifus di akibatkan dari pertumbuhan bakteri salmonella dalam organ
pencernaan kita. Dengan mengkonsumsi cacing tanah ternyata mampu untuk menghambat
pertumbuhan bakteri tersebut. Cara mengkonsumsinya bisa di rebus dahulu lalu di buat
bubuk cacing tanah yang nantinya di minum bersama madu. Cara pengobatan tersebut di
afirmasi oleh ahli farmakologi.
Obat Diare. Diare adalah penyakit yang cukup lazim di alami setiap orang. Cacing tanah
sebagai salah satu obat tradisional bisa menyembuhkan penyakit ini. Sifat cacing tanah
menjadi antibakteri bagi bakteri E.Coli dan shigella yang menjadi penyebab diare.
Melancarkan Sirkulasi darah. Cacing tanah memiliki enzim yang mampu untuk
menghancurkan lemak jahat di system sirkulasi darah kita. Sehingga system peredaran darah
kita akan menjadi lebih lancar. Itulah mengapa cacing tanah juga digunakan untuk mengobati
penyakit tekanan darah tinggi dan srtoke.
Melancarkan Pencernaan. Cacing tanah seperti diketahui mengandung banyak protein
yang membantu proses aktivitas biologis tubuh. Kandungan enzim, seluosa, dan katalisator
yang di butuhkan tubuh untuk proses metabolism banyak terdapat di dalam tubuh cacing
tanah. Oleh sebab itu secara tidak langsung, cacing tanah mampu membantu melancarkan
system pencernaan.
Antipiretik. Ekstrak cacing tanah mengandung nitrogen dengan sifat basa. Kandungan
tersebut dapat membantu mengurangi demam tinggi pada penyakit seperti tifus. Bahkan, riset
IPB menunjukkan bahwa dengan menggunakan cacing tanah lebih efektif untuk mengurangi
demam daripada menggunakan bahan kimia seperti parasetamol yang ada efek sampingnya.
Menenangkan syaraf. Pheretima yang terdapat dalam cacing tanah mempengaruhi system
saraf manusia. Efeknya, kita akan merasa tenang, rasa sakit berkurang, dan kejang-kejang
bisa dihentikan. Sehingga, konsumsi cacing tanah cukup tepat saat dalam kondisi sakit gigi,
pusing, atau kondisi rematik yang mana kita merasa sakit luar biasa di bagian tubuh tertentu.
Meningkatkan energy. Cacing tanah mengandung taurin yang mampu meningkatkan proses
metabolism lemak yang kemudian di ubah menjadi ATP atau energy. Efek tersebut berlaku
bagi siapa saja termasuk bagi wanita yang sedang menjalani program diet.
Protein Cacing Tanah, Protein yang di miliki cacing tanah berbeda dengan manusia
dalam urusan fungsi perlindungan tubuh dari mikrobakteria. System kekebalan tubuh kita
sering disebut antibiotic namun pada cacing tanah ini disebut antimikroba. Apa perbedaanya?
Mekanisme antimikroba cacing tanah mampu untuk membunuh mikroba tersebut tanpa
merusak jaringan tubuh.
Sistem kekebalan tubuh cacing tanah membuat sitoplasma sel bakteri terkapar dengan
kondisi luar dan mengganggu system internal sel bakteri tersebut dan menyebabkan kematian
bakteri dari dalam. Sedangkan system kekebalan tubuh kita perlu merusak jaringan tubuh
untuk membunuh mikroorganisme bakteri tertentu. Oleh sebab itu jika di bandingkan,
sejatinya system kekebalan tubuh cacing tanah lebih “canggih” daripada antibiotic yang
ditemukan.
Cacing tanah termasuk hewan yang tidak memiliki tulang belakang atau biasa disebut
invertebrate. Hidupnya dalam tanah yang gembur dan bersuhu lembab. Cacing tanah selain
mengandung banyak protein hingga 76% juga mengandung nutrisi lainnya yang dibutuhkan
tubuh seperti asam amino sebanyak 17%, karbohidrat 45%, serta kandungan lemak dan abu
yang hanya 1,5%.
Maka dari itu saya mengangkat judul “Kandungan dan Pemanfaatan Cacing Tanah
(Lumbricus rubellus) untuk kesehatan manusia” yang bertujuan untuk menjelaskan pada
masyarakat bahwa cacing tanah sangat bermanfaat bagi kesehatan manusia.
b) Rumusan Masalah
1. Apa saja manfaat yang dihasilkan cacing tanah (Lumbricus rubellus) untuk kesehatan
manusia?
2. Apa saja kandungan nutrisi cacing tanah (Lumbricus rubellus) yang dapat berguna untuk
kesehatan manusia ?
3. Bagaimana cara pengolahan cacing tanah sehingga dapat menjadi obat untuk kesehatan
manusia?
c) Tujuan Penelitian
1.Untuk mengetahui manfaat cacing tanah dibidang kesehatan manusia.
2.Untuk mengetahui apa saja kandungan nutrisi dalam cacing tanah yang berguna untuk
kesehatan manusia.
3.Untuk mengetahui cara mengolah cacing tanah agar dapat dikonsumsi sebagai obat untuk
kesehatan manusia.
d) Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah menambah wawasan dan pengetahuan pembaca dalam bidang
kesehatan terkait dengan cacing tanah dan para pembaca dapat mengetahui obat alternatif untuk
berbagai penyakit pada manusia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a) Morfologi Cacing Tanah
Cacing tanah L. rubellus tergolong ke dalam kelompok binatang Avertebrata (tidak
bertulang belakang) sehingga sering disebut binatang lunak. Seluruh tubuhnya tersusun atas
segmen-segmen yang berbentuk cincin sehingga digolongkan dalam filum Annelida. Disetiap
segmen terdapat rambut yang keras dan berukuran pendek yang juga disebut seta. Oleh karena
jumlah seta pada tubuh cacing L. rubellus sangat sedikit maka cacing ini dimasukkan ke dalam
kelas Oligochaeta. Istilah cacing tanah (earthworm) sendiri hanya ditujukan pada binatang kelas
Oligochaeta ini (Edwards dan Bohlen, 1996:4).
Cacing tanah hidup di tempat atau tanah yang terlindung dari sinar matahari, lembap,
gembur, dan mengandung banyak serasah. Habitat ini sangat spesifik bagi cacing tanah untuk
tumbuh dan berkembang biak dengan baik. Marga Lumbricus ini sangat menyukai bahan organik
yang berasal dari kotoran ternak dan sisa-sisa tumbuhan.Untuk bergerak, cacing tanah harus
menggunakan otot-otot tubuhnya yang panjang dan tebal yang melingkari tubuhnya. Adanya
kelenjar pada tubuhnya yang dihasilkan oleh kelenjar epidermis dapat mempermudah
pergerakannya ditempat-tempat yang padat dan kasar . (Palungkun, 2010:10).
Cacing tanah dewasa memiliki klitelium yang merupakan alat untuk membantu
perkembangbiakan. Organ ini merupakan bagian dari tubuh yang menebal dan warnanya lebih
terang dari warna tubuhnya. Pada cacing yang masih muda, organ ini belum tampak karena
hanya terbentuk saat cacing mencapai dewasa, sekitar 2-3 bulan (Edwards dan Bohlen, 1996:6).
Cacing tanah tidak memiliki mata, tetapi pada tubuhnya terdapat prostomium.
Prostomium ini merupakan organ saraf perasa dan berbentuk seperti bibir. Prostomium terdapat
di bagian depan tubuhnya. Adanya prostomium ini membuat cacing tanah peka terhadap benda-
benda di sekelilingnya (Edwards dan Bohlen, 1996:25).
Morfologi cacing tanah :
g) Landasan Teori
Cacing tanah L. rubellus tergolong ke dalam kelompok binatang Avertebrata (tidak
bertulang belakang) sehingga sering disebut binatang lunak. Cacing tanah hidup di tempat atau
tanah yang terlindung dari sinar matahari, lembap, gembur, dan mengandung banyak serasah.
Untuk bergerak, cacing tanah harus menggunakan otot-otot tubuhnya yang panjang dan tebal
yang melingkari tubuhnya.Cacing tanah mengandung banyak sekali nutrisi sehingga dapat
dijadikan obat berbagai macam penyakit antara lain penyakit tifus,obat diare,masalah
metabolisme,membantu menyembuhkan luka dan melancarkan sirkulasi darah.
h) Hipotesis
• Cacing tanah dapat digunakan untuk obat tifus,diare,masalah metabolism,membantu
penyembuhan luka dan melencarkan sirkulasi darah.
• Kandungan dari cacing tanah yang berguna ialah protein,karbohidrat,lemak,alfatekoferol
dan vitamin f.
• Pengolahan cacing tanah dapat dilakukan dengan membersihkannya terlebih dahulu,lalu
direbus dan disaring,kemudian diminum.
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Autoclove
2. Batang pengaduk
3. Beaker glass
4. Blender
5. Bunsen
6. Cawan petri
7. Corong glass
8. Erlenmeyer
9. Inkubator
11. Kompor
12. Koran
14. Oven
5. Melakukan maserasi dengan menggunkan ethanol 96% hingga terendam selama 3 hari
9. Hasil extrak murni yang di dapatkan adalah 3 ml yang telah didapat dilakukan
pengenceran dengan aquadest agar didapat konsentrasi yang diperlukan
2. Memipet ekstrak cacing tanah 250 ul + 750 ul aquades steril dan di letakkan di capet 1
3. Memipet ekstrak cacing tanah 500 ul + 500 ul aquades steril dan di letakkan di capet 2
4. Memipet ekstrak cacing tanah 750 ul + 250 ul aquades steril dan di letakkan di capet 3
6. Memipet aquades steril sebanyak 1000 ul dan di letakkan ke dalam capet 5 sebagai kontrol
7. Memasukkan kertas saring ke dalam masing-masing cawan petri dan menunggu 2 jam
sambapak ekstrak tersebut meresap dengan sempurna
2. Melarutkan dengan 90ml aquadest di dalam beaker glass di atas hot plate di standarkan
pada pH 7
5. mensterilkan pada autoclave dengan suhu 121ºC selama 15 menit Di masukkan cawan
petri dan biarkankan sampai memadat
2. Melarutkan degan aquades streril sebanyak 5 ml dan di panaskan di atas hotplate sampai
ph 7
3. Memasukkan kedalam tabung reaksi dan di tutup dengan kapan dan aluminiul voil
4. Mensterilisai menggunakan autocave dalam suhu 121°c dengan tekanan 15 psi selama 15
menit
5. Mengambil 1 koloni biakan bakteri menggunakan ose bulan dan di masukkan ke dalam
median NB
3. Menuangkan 100 ul bakteri ke masing-masing capet yang berisi media MHA dan
ditarakan menggunakan katenbat steril
4. menghomogen kemudian kertas cakram yang mengandung ekstrak cacing tanah dengan
konsentrasi 0%, 25%, 50%, 75% dan 100%, ditempelkan di permukaan media agar cawan
petri (metodedifusi kertas cakram).
6. Setelah 24 jam di lihat diameter zona hambat bakteri salmonella typhi tersebut
Pengujian Antibakteri.
e) Analisis Hasil
Hasil penelitian uji pada daya hambat ekstrak cacing tanah Lumbricus rubellus terhadap
pertumbuhan bakteri Salmonella typhi ini menunjukkan bahwa ekstrak cacing tanah
Lumbricus rubellus konsentrasi 0%, 25%, 50%, 75% dan 100% belum dapat menghambat
pertumbuhan bakteri Salmonella typhi yang ditandai dengan tidak adanya zona hambat (zona
jernih) pada sekitar disk. Pada bakteri Salmonella typhosa tidak dapat menghambat
pertumbuhannya oleh ekstrak cacing tanah Lumbricus rubellus, sudah dilakukan prosedur
dengan standard yang optimal tetapi hal itu dapat terjadi dikarenakan menggunakan proses
maserasi saat pemanasan yang terlalu lama dan pemanasan yang terlalu tinggi yang berfungsi
untuk menghilangan zat etanol, sehingga dapatmerusaknya zat aktif yang terkandung di
dalam cacing tanah Lumbricus rubellus.
Pada penelitian sebelumnya di nyatakan pada konsentrasi 50% sampai 100% sudah
mampu menghambat pertumbuhan bakteri salmonella tyupi dan bakteri invitro lainnya yang
nilai uji statistikanya menunjukan p = 0.000 (p<0.05) (Shirley fitria 2017). Pemanasan yang
terlalu tinggi dapat merusak struktur kimia dari protein. Terjadinya kerusaknya struktur kimia
protein dapat mengubah sifat protein itu sendiri, perubahan akibat aktivitas enzim atau
hormon berkurang, kelarutan dalam garam-garam atau asam-asam encer menurun,
kemampuan membentuk cristal berkurang, stabilitasnya menurun sehingga terjadi
pengumpalan. Protein sangat peka terhadap perubahan lingkungannya (Edward, 1972). Di
harapkan pada penelitian yang selanjutnya di perhatikan dengan menggunakan metode yang
berbeda mulai dari pembuatan ekstraksi, pembuatan media, menggunakan suspense bakteri
yang berbeda dan di perhatikan. Supaya penelitian menghasilkan hasil yangefektif harus di
perhatikan kebersihan daric acing itu sendiri, pemanasan yang tidak berlebihan sehingga
menyebabkan rusaknya zat aktif suhu tidak boleh suhu lebih dari 72ºC.
Dari hasil penelitian ini dapat di simpulkan bahwa ekstrak cacing tanah mempunyai nilai
probolitas pada uji kruskal-wallish di sebut 1.000 atau (p) >0.05 maka tidak ada perbedaan
zona hambat ekstrak cacing tanah terhadap pertumbuhan bakteri salmonella typhi dengan
kelompok kontrol dan pada kelompok perlakuan. Dengan demikian maka ekstrak cacing
tanah dengan masing-masing konsentrasi, tingginya suhu dan lamanya waktu proses
penghilangan zat etanol belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Salmonella typhi.
f) Jadwal Penelitian
Minggu ke
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Persiapan
penelitian
2 Perencanaan
3 Pelaksanaan
siklus I
4 Pelaksanaan
siklus II
5 Pelaksanaan
Siklus III
6 Pengelolaan
data
7 Penyusunan
Laporan