Anda di halaman 1dari 4

Spesies : Lumbricus rubellus

Klasifikasi Ilmiah Gambar :

Kingdom : Animalia
Filum : Annelida
Kelas : Oligochaeta
Ordo : Haplotaxida
Famili : Lumbricidae
Genus : Lumbricus
Spesies : Lumbricus rubellus

Deskripsi Commented [L1]: Judul poin (Deskripsi sd sumber) cetak tebal,


Cacing tanah Lumbricus rubellus tergolong ke dalam hewan avertebrata (tidak bertulangtetapi untuk isinya tidak dicetak tebal.
belakang) sehingga sering disebut binatang lunak. Cacing tanah Lumbricus rubellus ini bukan asli
dari Indonesia melainkan dari Eropa, sehingga sering disebut cacing Eropa atau cacing introduksi. Di
Indonesia, cacing ini disebut juga dengan nama cacing Jayagiri.
Lumbricus rubellus adalah cacing tanah epi-endogeik menengah yang berasal dari Eropa. Ini
adalah salah satu penyerbu cacing tanah yang paling luas di dunia dan telah menginvasi beberapa
bagian Kanada, Amerika Serikat, Amerika Selatan, Federasi Rusia, dan beberapa pulau sub-
Antartika. Dampak gabungan dari spesies ini dan cacing tanah eksotis lainnya memiliki efek
mendalam pada ekosistem hutan di Amerika Utara, terutama di daerah yang tidak memiliki cacing
tanah asli. Cacing tanah eksotis dengan cepat mengonsumsi serasah daun, sehingga mengubah siklus
hara dan ketersediaan dan sifat-sifat tanah lainnya. Ini memiliki efek berjenjang pada komunitas
mikroba, invertebrata, vertebrata dan pembentukan bibit, dan dapat mengubah seluruh komunitas
tanaman dan mengancam spesies tanaman langka.
Habitat
Lumbricus rubellus secara alami hidup di tanah yang kaya akan bahan organik, lebih disukai
kotoran dan tinja. Cacing membutuhkan tanah longgar untuk menggali dan tanah cukup lembab untuk
pertukaran gas. Persyaratan lebih lanjut meliputi faktor abiotik seperti pH dan suhu.
Berbagai faktor abiotik signifikan terhadap Lumbricus rubellus . pH sangat penting;kisaran
5,5 hingga 8,7 dapat diterima dengan preferensi untuk tanah netral. Temperatur juga signifikan,
dengan implikasi untuk pertumbuhan, respirasi, metabolisme, dan reproduksi di antara hal-hal
lainnya. Suhu ideal adalah 51 derajat Fahrenheit (10,6 derajat Celcius). Faktor abiotik selanjutnya
adalah kelembaban, yang penting untuk pernapasan. .Substratum untuk Lumbricus rubellus terkait
dengan sumber makanan spesies dan persyaratan pH dan kelembaban. Kotoran adalah pilihan
spesies. Sehubungan dengan intensitas cahaya, sebagian besar cacing tanah bersifat fotonegatif
terhadap sumber cahaya yang kuat dan fotopositif terhadap sumber cahaya yang lemah. Ini
disebabkan oleh efek cahaya yang kuat, seperti pengeringan dan kurangnya sumber makanan yang
ditemukan di atas tanah untuk cacing tanah.

Kharakteristik
Lumbricus rubellus memiliki panjang tubuh Lumbricus rubellus antara 8 cm – 14 cm dengan
jumlah segmen antara 95 – 100 segmen. Warna tubuh bagian dorsal cokelat cerah sampai ungu
kemerah-merahan, warna tubuh bagian ventral krem, dan bagian ekor kekuning-kuningan. Bentuk
tubuh dorsal membulat dan ventral memipih. Klitelium terletak pada segmen ke-27-32. Jumlah
segmen pada klitelium antara 6-7 segmen. Lubang kelamin jantan terletak pada segmen ke-14 dan
lubang kelamin betina pada segmen ke 13. Gerakannya lamban dan kadar air tubuh cacing tanah
berkisar antara 70%-78%. Secara umum cacing tanah memiliki lender, prostamium, tidak bergigi,
mengandalkan kulit sebagai alat pernafasan, bersifat hermaprodit biparental, nocturnal, serta peka
terhadap cahaya, sentuhan, getaran minyak dan deterjen.

Morfologi

 Tubuh cacing tanah terbagi menjadi lima bagian, yakni bagian depan (anterior), bagian
tengah, bagian belakang (posterior), bagian punggung (dorsal), dan bagian bawah atau perut
(ventral).
 Segmen pertama cacing tanah adalah peristomium, di dalam peristomium ada mulut yang
berfungsi untuk makan.
 Prostomium banyak digunakan untuk mengidentifikasi spesies melalui karakter sistemiknya.
Prostomium memiliki sel-sel sensor yang berfungsi sebagai lensa menggantikan fungsi mata.
Selain itu prostomium juga mampu membedakan material berbahaya selama proses makan.
 Seta memiliki sel-sel yang fungsinya seperti sel folikel yang berada di bagian eksterior tubuh.
Seta bisa dipanjangkan dan dipendekkan. Fungsi seta seperti otot protraktor dan retraktor. Seta
biasanya digunakan untuk menggenggam dan memegang subtrat. Fungsi utama seta sebagai
lokomosi tubuh.
 Seta tersusun di dalam sebuah cincin tunggal yang melingkari segmen tubuhnya. Berdasarkan
jumlah dan penyebarannya, bentuk seta dibagi dua yaitu lumbricine dan perichaetine.
 Mulut. Yang ada dibawah prostomium
 Faring. Faring cacing berotot untuk dapat menarik dan menelan makanannya.
 Esophagus(kerongkongan). Yaitu sebuah saluran sempit yang menghubungkan faring dengan
tembolok.
 Tembolok. Merupakan penyimpanan sementara bagi makanan.
 Ampela atau empedal. Untuk menggiling makanan dengan bantuan butiran-butiran tanah.
 Anus. Merupakan alat pelepasan sisa makanan.
 Kelenjar-kelenjar. Ada tiga pasang yang duduk berhadapan disepanjang esophagus yang
fungsinya untuk menetralkan makanan yang mengandung asam.
 Usus. Disinilah pencernaan makanan berlangsung dan penyerapan sari-sari makanan.

Fisiologi
Reproduksi
L. rubellus adalah hermafrodit, dengan penyilangan yang diwajibkan. Kopulasi terjadi di
tanah, di mana sperma dipertukarkan antara individu dan disimpan dalam spermathecae
penerima. Pemupukan terjadi kemudian, setelah kapsul telur (kepompong) terbentuk pada
clitellum. Berkembangnya kepompong disuplai dengan bahan nutrisi untuk mendukung pertumbuhan
embrio.Ova cukup kecil, dan ketika kepompong meluncur menuju ujung kepala, ova disimpan dalam
kepompong melalui pori-pori perempuan pada segmen 14, dan kemudian sperma yang disimpan
dalam spermathecae ditempatkan di kepompong. Pemupukan terjadi di dalam kepompong, dan
kepompong itu disimpan di sebuah bilik kecil di tanah. Setelah beberapa minggu, cacing-cacing muda
muncul dan mulai makan di tanah.Pada awal masa remaja cacing tidak membentuk karakteristik
lubang vertikal orang dewasa. Kedewasaan mungkin membutuhkan pertumbuhan minimum satu
tahun, dengan kematangan reproduksi dicapai pada tahun kedua.

Peranan
Cacing jenis ini mempunyai peran yang penting bagi manusia. Selain sebagai obat-obatan,
cacing juga dijadikan campuran kosmetik, campuran dalam makanan ternak seperti ayam, kambing,
sapi dan banyak lagi (Azamagrotech, 2008). Cacing juga berperan sebagai dekomposer dan
membantu pengolahan tanah dan taman. Sebagai obat-obatan, cacing ini diyakini ampuh
menyembuhkan berbagai macam penyakit seperti tifus, demam, antitrombosis, hipotensi,
hiperlipidemia, diabetes, hipertensi, antipiretik, dan analgesik (Setiawan, 2008).
Pemanfaatan cacing tanah untuk antipiretik lebih aman karena komponen kimia cacing tanah
tidak menimbulkan efek toksik bagi manusia sehingga aman dikonsumsi. Satu-satunya efek toksik
cacing tanah adalah cacing tanah dapat mengakumulasi logam berat yang ada pada tanah dalam
tubuhnya. Cacing tanah dapat menoleransi logam berat dalam konsentrasi yang cukup tinggi. Dari
hasil pengujian kimia diketahui bahwa senyawa aktif sebagai antipiretik dari ekstrak cacing tanah
adalah golongan senyawa alkaloid.
Kandungan protein cacing tanah jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan lemaknya.
Komposisi asam amino cacing tanah terdiri atas 9 asam amino esensial dan 4 asam amino non
esensial. Selain itu, cacing tanah juga mengandung fosfor, kalsium, dan serat kasar. Lumbricus
rubellus mengandung peroksidase, katalase, ligase, dan selulase. Enzim-enzim ini sangat berkhasiat
untuk pengobatan. Selain itu, cacing tanah juga mengandung asam arachidonat yang dikenal dapat
menurunkan panas tubuh yang disebabkan oleh infeksi. Menurut beberapa sumber, tepung cacing
tanah dapat mengobati penyakit tifus karena mengandung beberapa senyawa aktif, diantaranya enzim
lysozyme ( Hegner, 2005), agglutinin (Cooper, 1985). Kozak et. al. (2000) menyebutkan bahwa
dalam tepung cacing tanah dapat digunakan sebagai obat antipiretik (pengobatan demam), antipirin
(obat pereda sakit kepala), juga terdapat zat penawar racun (antidot), namun belum ada identifikasi
mengenai senyawa antidot tersebut. Penggunaan cacing tanah sebagai antipiretik karena adanya
mekanisme penghambatan oksigen dari asam arakidonat yang berperan dalam sistem homeostatik
untuk mengontrol tingginya demam.
Dalam tubuh cacing tanah terdapat berbagai kandungan yang sangat bermanfaat bagi manusia,
diantaranya asam arakidonat yang berkhasiat untuk menurunkan suhu tubuh yang demam akibat
infeksi. Enzim lumbrokinase berkhasiat membantu menurunkan penyakit tekanan darah tinggi, enzim
selulase dan lignase berkhasiat membantu proses pencernaan makanan, sedangkan enzim peroksidase
dan katalase berkhasiat membantu mengatasi penyakit degeneratif seperti diabetes mellitus, kolesterol
tinggi, dan reumatik. Hal ini diduga karena enzim katalase dapat menghambat produksi darah
sehingga dapat digunakan untuk menurunkan rasa nyeri yang timbul pada penyakit-penyakit
degeneratif tersebut (Watkins. 1999). Berdasarkan dari penelitian, larutan cacing tanah mempunyai
daya antibakteri yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Kemampuan cacing tanah dalam
menghambat pertumbuhan bakteri karena kandungan zat antibakteri yang terdapat pada cacing tanah.
Kandungan tersebut yaitu protein yang sangat tinggi pada cacing tanah. Dengan hasil penelitian ini
diharapkan dapat menjadi acuan oleh masyarakat dalam menggunakan obat berbahan alami.

Sumber:
 Wikipedia
 Lumbricus rubellus – Ejournal UMM-Universitas Muhammadiyah Malang
 Invasive Species Specialist Group (ISSG)
 (CABI) Kompendium Spesies Invansif

Oleh
Nama : Shella Suttari
NIM : 180384205022
MK : Taksonomi Invertebrata
Kelompok : 4
Kelas : 18 B

Anda mungkin juga menyukai