Anda di halaman 1dari 45

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Jamur telah dikenal sebagai mikroorganisme yang dapat merugikan atau menguntungkan makhluk hidup lain. Jamur dapat bersifat parasit, dimana cara hidupnya menumpang pada makhluk hidup lain, sehingga dapat merugikan makhluk yang ditumpangi karena kehadirannya menjadi penyakit. Selain itu, terdapat juga beberapa jamur yang bersifat saprofit, di mana cara hidupnya menumpang pada sisa-sisa makhluk hidup lain sehingga tidak merugikan makhluk hidup yang ditumpanginya. Di antara berbagai jenis jamur yang bersifat saprofit, terdapat jamur yang dapat dimakan karena memiliki kelezatan rasa dan gizi yang tinggi. Kelompok jamur tersebut disebut sebagai jamur pangan, seperti jamur kuping, jamur kancing, jamur shitake, jamur merang, dan jamur tiram putih. Jamur merang dan tiram putih merupakan contoh jamur pangan yang sudah cukup dikenal luas oleh masyarakat. Kedua jamur ini hidup dari hasil dekomposisi limbah tumbuhan, di mana jamur merang memerlukan media tumbuh jerami padi sedangkan jamur tiram putih memerlukan serbuk gergaji kayu. Jerami padi merupakan salah satu limbah yang banyak tersedia di desa-desa. Limbah jerami hasil panen padi di banyak tempat umumnya belum banyak dimanfaatkan. Setiap selesai panen padi, limbah tersebut lebih banyak dibakar karena cara ini dianggap lebih praktis tanpa menyadari bahwa cara tersebut dapat menyumbangkan polusi dan meningkatkan kadar CO2 penyebab meningkatnya suhu bumi. Di samping jerami, beberapa tempat di Indonesia khususnya di tempat-tempat penggergajian kayu juga banyak tersedia limbah serbuk gergaji kayu yang selama ini belum banyak dimanfaatkan pula. Jerami padi dan serbuk gergaji kayu masing-masing merupakan media tumbuh yang sangat bagus bagi jamur pangan jenis jamur merang dan tiram putih. Potensi limbah sangat melimpah di beberapa tempat, terlebih lagi jerami padi yang potensi limbahnya hampir merata di desa-desa. Namun minimnya pengetahuan dan pengusaan teknik budidaya jamur pangan oleh masyarakat menyebabkan masih jarangnya pemanfaatan kedua macam limbah tersebut sebagai media tumbuh jamur pangan yang sesungguhnya dapat menjadi mata pencaharian alternatif untuk meningkatkan pendapatan masyarakat. Pemanfaatannya oleh masyarakat selama ini masih terbatas sebagai bahan pembuatan kompos. Budidaya jamur merang dan tiram putih sebenarnya sudah dikembangkan di beberapa daerah, namun informasi teknik budidayanya masih jarang yang sampai ke masyarakat sehingga budidaya kedua jenis jamur ini belum banyak dilakukan masyarakat di daerah lain. Kalau pun ada yang sudah memulainya, umumnya belum memberikan hasil optimal akibat belum dikuasainya teknik budidaya jamur dengan baik. Ketika teknik budidaya sudah dikuasai dengan baik pun, terkadang masih terbentur kendala kebutuhan bibit jamur, karena selama ini hanya bergantung pada pusat pembibitan jamur yang letaknya jauh dari pembudidaya jamur. Untuk itu perlu dibuatkan sebuah manual yang menginformasikan secara lengkap tentang teknik budidaya jamur merang dan tiram putih mulai dari cara pembuatan bibit hingga produksi jamur. 1.2 Tujuan Pembuatan manual ini bertujuan untuk memberikan informasi lengkap tentang budidaya jamur merang dan tiram putih.
1

BAB II MENGENAL JAMUR PANGAN


Jamur telah dikenal luas oleh masyarakat baik sebagai jenis-jenis yang merugikan maupun yang bermanfaat bagi makhluk hidup lain. Terkait dengan sifatnya yang dapat merugikan atau bermanfaat bagi makhluk hidup lain, maka secara sederhana dampak kehadiran jamur terhadap tumbuhan dan manusia dapat dikelompokkan sebagai berikut : (1) Jamur merugikan tumbuhan sehingga merugikan manusia Jamur ini bersifat sebagai penyakit (patogen) yang menyebabkan gangguan fisiologi tanaman sehingga pertumbuhan tanaman terganggu hingga mematikan tanaman. Jika hal ini terjadi pada tanaman budidaya, maka menyebabkan penurunan hingga kegagalan produksi sehingga merugikan manusia. (2) Jamur merugikan tumbuhan namun menguntungkan manusia Jamur yang menyebabkan penyakit pada tumbuhan, tetapi menghasilkan nilai ekonomi tinggi bagi manusia, hal ini misalnya terjadi pada pohon gaharu. Infeksi jamur pada pohon gaharu merupakan salah satu faktor penyebab terbentuknya gubal gaharu yang wangi jika dibakar. Gubal gaharu dengan berbagai kualitas telah dikenal luas memiliki nilai jual yang sangat tinggi sehingga menguntungkan manusia, namun di lain pihak infeksi yang disebabkan oleh jamur tersebut telah menyebabkan gangguan pertumbuhan hingga kematian pohon yang terinfeksi jamur sehingga kehadirannya merugikan tumbuhan. (3) Jamur menguntungkan tumbuhan sehingga menguntungkan manusia Jamur ini merupakan jamur yang hidup di tanah dan mengkolonisasi perakaran tanaman. Infeksi jamur ke dalam sistem perakaran tidak merugikan tanaman karena jamur kelompok ini hanya menggunakan sisa-sisa karbohidrat sederhana di perakaran tanaman dan tidak merusak jaringan tanaman. Di lain pihak kehadiran jamur ini justru memberikan manfaat bagi tanaman, antara lain : (a) meningkatkan serapan hara penting bagi tanaman khususnya fosfor sehingga tanaman tumbuh lebih subur, (b) miselia jamur yang menyelimuti perakaran tanaman justru melindung tanaman dari serangan patogen akar, (c) jamur menghasilkan hormon perangsang akar sehingga merangsang pertumbuhan akar tanaman, (d) membantu penyerapan air melalui hifa-hifa jamur. Beberapa manfaat tersebut menyebabkan peningkatan pertumbuhan dan kemampuan daya adaptasi tanaman terhadap kondisi lingkungan yang ekstrim sehingga pada gilirannya memberi manfaat bagi manusia. Beberapa jamur lain bersifat saprofit dimana dalam memenuhi kebutuhan makanannya diperoleh dari sisa-sisa pelapukan tanaman. Proses pelapukan itu sendiri (dekomposisi) dapat dilakukan oleh jamur maupun bakteri. Hasil pelapukan dari bahan organik yang telah mati pada gilirannya akan menghasilkan pupuk organik. Ketersediaan pupuk organik sangat bermanfaat bagi tumbuhan yang pada gilirannya juga memberi manfaat bagi manusia. (4) Jamur tidak merugikan tumbuhan namun menguntungkan manusia Jamur yang bersifat saprofit kehadirannya tidak merugikan tumbuhan karena hidup dari proses pelapukan sisa-sisa bahan organik. Beberapa jamur saprofit bahkan dapat dimakan oleh manusia karena selain rasanya yang lezat, kandungan gizinya cukup tinggi sehingga memberi berbagai manfaat bagi kesehatan manusia. Jamur ini termasuk dalam kelompok jamur pangan, antara lain : jamur merang, jamur tiram, jamur kancing, dan jamur kuping.
2

2.1 Jenis Jamur Pangan


Di dunia ada sekitar 2000 jenis jamur dan lebih kurang 25%-nya adalah jenis jamur pangan atau jamur konsumsi yang bisa dimakan. Jamur pangan atau jamur konsumsi merupakan sebutan untuk berbagai jenis jamur yang biasa dijadikan bahan makanan, enak dimakan, bisa berupa produk hasil budidaya atau panen dari alam bebas karena teknik budidaya belum diketahui. Beberapa jenis jamur pangan yang sudah dikenal antara lain : Tabel 1. Beberapa Jenis Jamur Pangan No. Jenis jamur 1 Jamur kancing atau champignon (Agaricus bisporus) Keterangan Jenis jamur yang paling banyak dibudidayakan di dunia, sekitar 38% dari total produksi jamur dunia. Jamur kancing sering juga disebut dengan champignon. Bentuknya memang menyerupai kancing sehingga disebut dengan jamur kancing. Warnanya kecokelatan dengan permukaan licin. Tekstur dagingnya kenyal, lezat diolah menjadi isi sup, ditumis, dipepes maupun dimasak dengan campuran sayuran, daging, ayam maupun seafood. Sekitar 25% dari total produksi jamur dunia berupa jamur tiram. Tiongkok merupakan produsen jamur tiram yang utama. Bentuknya mirip dengan cangkang tiram, teksturnya lunak dengan warna putih bersih. Jamur jenis ini sangat cocok diolah menjadi tumisan, dimasak ala oriental maupun campuran sapo dan sup bening. Dipasaran jamur tiram dikenal juga dengan sebutan jamur hiratake. Sekitar 16% dari total produksi jamur dunia berupa jamur merang. Jamur merang berwarna abu-abu dan ada semburat kehitaman. Biasanya jamur merang dipanen sebelum mekar sehingga bentuknya menyerupai kuncup terbungkus oleh selongsong berwarna kecoklatan. Tekstur jamur merang lunak dan kenyal. Lezat dimasak menjadi masakan Cina, tumisan, isi sup dan pepes jamur. Paling banyak dikonsumsi dan diproduksi di Jepang, Tiongkok, dan Korea Selatan. Sekitar 10% dari total produksi jamur dunia berupa jamur shiitake. Biasanya diolah menjadi bahan sapo jamur, diolah sebagai bahan tumisan dengan saus tiram, isi sup maupun menjadi hidangan panggang. Tekstur jamur shiitake kenyal dan memiliki daging yang tebal. Jamur shiitake memiliki aroma yang khas seperti bau jengkol dan warna hitam pekat pada bagian bawah jamur
3

2.

Jamur tiram atau hiratake (Pleurotus sp)

Jamur merang (Volvariella volvaceae)

Jamur shiitake (Lentinus edodes)

Jamur kuping putih (Tremella fuciformis), jamur kuping hitam (Auricularia polytricha) dan jamur kuping merah (Auricularia auriculajudae)

Jamur yang banyak dipakai untuk masakan Tionghoa. Bentuknya berkerut menyerupai telinga, karenanya orang menyebut dengan sebutan jamur kuping. Teksturnya kenyal dan agak liat. Di pasaran dijual dalam keadaan kering maupun segar. Jamur kuping kering harus direndam terlebih dahulu dengan air hingga teksturnya lunak baru diolah menjadi masakan. Warna jamur kuping kehitaman. Lezat diolah menjadi campuran sup bening seperti sup kimlo, tumisa. Masakan Cina paling banyak menggunakan jenis jamur kuping. Mengeluarkan aroma harum kalau dimasak, dikenal dalam bahasa Inggris sebagai hen of the woods.

Jamur maitake (Grifola frondosa)

BAB III BUDIDAYA JAMUR MERANG


3.1 Mengenal Jamur Merang
Jamur merang atau dikenal dengan nama ilmiah Volvariella volvacea merupakan salah satu jenis jamur pangan yang banyak dibudidayakan di Asia Timur dan Asia Tenggara yang beriklim tropis atau sub-tropis, termasuk di Indonesia. Saat masih muda tubuh buahnya berbentuk bulat telur berwarna cokelat gelap hingga abu-abu dan dilindungi selubung. Pada tubuh buah jamur merang dewasa, tudung berkembang seperti cawan berwarna coklat tua keabu-abuan dengan bagian batang berwarna coklat muda. Untuk keperluan konsumsi atau pasar maka dipilih tubuh buah yang masih muda yang tudungnya belum berkembang. Jamur merang termasuk jamur kompos artinya tumbuh pada media hasil pengomposan. Sesuai namanya maka jamur ini tumbuh baik pada media jerami padi yang telah dikomposkan. Jamur ini dikenal sebagai Jamur Hangat karena mampu bertahan hidup pada suhu relatif tinggi, yaitu 30-38oC, suhu terbaik bagi pertumbuhannya adalah 35oC. Jamur merang memiliki beberapa kandungan nutrisi bermanfaat, yaitu : (a) mandungan protein sangat tinggi, (b) mengandung mineral penting bagi tubuh, seperti : fosfor, kalium, zat besi, kalsium, dan magnesium, (c) mengandung zat antibiotik yang berguna bagi tubuh, (d) mengandung serat, (e) mengandung vitamin B komplek dan C. Karena kandungan nutrisi tersebut maka jamur merang memiliki beberapa manfaat, antara lain : (a) Menurunkan tekanan darah tinggi dan penyakit stroke, (b) mengurangi resiko penyakit jantung dan kanker, (c) kandungan protein yang tinggi sangat baik untuk membantu metabolisme dalam tubuh, (d) kandungan vitamin menyebabkan meningkatknya daya tahan tubuh terhadap penyakit, (e) kandungan zat eritadenin mampu menawarkan racun dalam tubuh, (f) kandungan zat antibiotik mampu mengurangi resiko terkena berbagai penyakit, (g) kandungan seratnya baik untuk sistem pencernaan, (h) berguna untuk diet, dan (i) kandungan enzim tripsin bermanfaat untuk proses pencernaan.

Gambar 1. Bentuk tubuh buah jamur merang


5

3.2 Cara Budidaya Jamur Merang


Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, bahwa media tumbuh utama jamur merang adalah jerami padi. Pada kondisi lingkungan yang mendukung, secara alami jamur merang sebenarnya dapat tumbuh pada tumpukan jerami hasil limbah pemanenan padi, namun tubuh buah jamur yang dihasilkan tidak melimpah, beberapa tumpukan limbah jerami malah terkadang tidak menghasilkan tubuh buah jamur merang. Agar diperoleh hasil jamur yang optimal maka perlu dilakukan budidayanya dengan tetap memperhatikan pemenuhan kebutuhan persyaratan kondisi lingkungan tumbuh jamur. 3.2.1 Penyiapan Sarana dan Prasarana A. Rumah Jamur (Kumbung) (a) Ruang pertumbuhan jamur : dapat dibuat dengan ukuran 4 m x 7 m dan tinggi 4 m, seluruh bagian baik dinding maupun atapnya dilapisi plastik PE (polyethylene) ketebalan 0,12 mm, rangka dibuat dari jenis bambu tali, sebaiknya bambu yang digunakan sudah kering agar kuat dan tahan lama. Ruang pertumbuhan memiliki pintu dan jendela yang dapat dibuat di bagian depan dan belakang, lantai ruang pertumbuhan jamur cukup dari tanah, namun bisa juga lantai dapat dibuat dari semen (periksa Gambar 2). (b) Penaung : dapat dibuat dari bahan yang teduh dan tidak tembus air, misalnya bonet/karpet/rumbia. Digunakan untuk menaungi rumah pertumbuhan jamur baik dari bagian atas, namun beberapa kumbung juga ada yang menjadikannya sebagai penaung dari samping; (c) Dinding : digunakan untuk melapisi bagian luar dari ruang pertumbuhan jamur, dapat dibuat dari steroform, geribik, ada juga yang menggunakan terpal (periksa Gambar 3)

Gambar 2. Pembuatan rumah kumbung (A), seluruh ruang pertumbuhan dilapisi plastik PE (B), model atap dari bonet (C), dan model pintu dan jendela kumbung (D)
6

Gambar 3. Model dinding rumah jamur : dilapisi terpal (A), dilapisi steroform (B), penaung samping dari bonet (C), dan dilapisi geribik (D) B. Rak Pertumbuhan Jamur Sebenarnya rak pertumbuhan jamur dibuat menyatu dengan ruang pertumbuhan jamur, maksudnya ketika dalam pembuatan rumah pertumbuhan juga sekaligus dengan pembuatan rak pertumbuhan jamur. Rak dibuat dari jenis bambu tali yang sudah kering sehingga lebih kuat dan awet. Diamater bambu sebaiknya berkisar 6-7 cm dengan ukuran lebar 1 m x panjang 6 m. Satu rumah kumbung terdiri dari dua rak yang dibuat bertingkat sebanyak : (a) 5 tingkat, dimana tinggi dari atas tanah 70 cm, tinggi tingkat I : 65 cm, tingkat II : 60 cm, tingkat III : 55 cm, tingkat IV : 50 cm, dan jarak tingkat V ke atap atas : 90 cm, atau (b) 6 tingkat, maka tinggi dari atas tanah 70 cm, tinggi tingkat I : 60 cm, tingkat II : 55 cm, tingkat III : 50 cm, tingkat IV : 45, tingkat V : 40 cm, dan jarak tingkat VI ke atap atas : 90 cm. Tiang rak didirikan di atas tembok semen, selain dipaku setiap bagian sudut bambu juga diikat dengan tali plastik agar lebih kokoh (Lihat Gambar 4).

Gambar 4. Model rak pertumbuhan jamur (A), sudut bambu dipaku dan diikat (B)
7

Gambar 5. Tata letak rumah jamur C. Alat Sterilisasi/Penyetiman Alat sterilisasi dibuat dari drum bekas, untuk satu kumbung diperlukan 3-4 drum bekas. Untuk sekali sterilisasi memerlukan 2 m3 kayu bakar atau dapat menggunakan semawar dengan gas elpiji ukuran 3 kg. Dalam hal ini yang disterilkan adalah bagian dalam kumbung/rumah pertumbuhan jamur dan kompos media tumbuh jamur yang sudah diletakkan pada rak pertumbuhan. Proses sterilisasi menggunakan uap panas dari air mendidih dalam drum yang dialirkan ke kumbung dengan menggunakan bambu atau selang besi (Gambar 6).

Gambar 6. Alat sterilisasi drum (A) dan bambu untuk mengalirkan uap panas (B)
8

D. Rumah Penyimpanan Jerami Selama ini para pembudidaya jamur merang lebih menggantungkan jerami padi sebagai bahan utama dalam pembuatan jamur merang. Oleh sebab itu agar jerami padi tetap tersedia meskipun di luar musim panen, maka perlu disediakan rumah penyimpanan jerami. Rumah penyimpanan jerami dibuat secara sederhana, prinsipnya rumah diberi atap agar jerami tetap kering saat musim hujan, untuk menghindari aliran air ke jerami yang disimpan, maka perlu dibuat aliran air di sekitar rumah penyimpanan tersebut. Dengan demikian keberlanjutan proses pembuatan jamur merang tidak terhambat oleh musim panen padi, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 7.

A Gambar 7. Potensi jerami (A) dan tempat pengumpulan jerami (B)

E. Bak Perendam Semua bahan media tumbuh jamur merang harus dikomposkan terlebih dahulu sebelum digunakan untuk pertumbuhan jamur merang. Agar proses pengomposan dapat berjalan, maka salah satu syarat yang harus dipenuhi adalah meningkatkan kondisi kadar air media (sekitar 30%), karena umumnya jerami atau media tambahan lain (limbah kapas, ampas aren, kardus) dalam kondisi kering. Untuk itu jerami maupun bahan media lain seperti limbah kapas sebelum pengomposan perlu direndam air terlebih dahulu pada tempat perendaman sebagaimana disajikan pada Gambar 8.

A Gambar 8. Tempat perendaman jerami (A) dan limbah kapas (B)

3.2.2 Penyiapan Alat dan Bahan


Untuk membuat jamur merang menggunakan kumbung ukuran 4 m x 7 m, maka bahan-bahan yang diperlukan adalah : (a) Jerami kering (300 ikat @ 5 kg/ikat =1500 kg), (b) Limbah kapas (300 kg), (c) Dedak halus (150 kg), (d) Kapur pertanian/bangunan (3 karung @ 25 kg = 75 kg), (e) Kayu bakar (2 m3), dan (f) Bibit jamur merang (75 baglog). Adapun alat-alat yang dibutuhkan antara lain : handsprayer, terpal, tali plastik, sekop, ember, cangkul, garpu/garuk, dan termometer ruangan.

A Gambar 9. Bahan media tumbuh : kapas bekas (A) dan jerami (B)

3.2.3 Tahap Pembuatan Jamur Merang


A. Pengomposan Media Tumbuh Media tumbuh jamur merang harus dikomposkan dahulu dengan cara sebagai berikut : Pengomposan Tahap I : Jerami kering dikumpulkan dalam bak penampung air, proses perendaman dilakukan dengan cara menginjak-injak atau membiarkan dalam air rendaman hingga basah merata. Hal yang sama dilakukan terhadap limbah kapas. Setelah seluruh bagian jerami basah, maka ditumpuk pada suatu tempat hingga membentuk gundukan. Untuk kumbung 4 m x 7 m, maka jerami basah akan membentuk gundukan dengan ukuran sekitar 3 m x 4 m dan tinggi 1,5 m. Jerami yang telah direndam tersebut sebelum ditumpuk dibuat bulatan-bulatan bola agar memadat, baru ditumpuk. Agar tetap padat, maka jerami ditata membentuk gundukan sambil diinjak-injak. (Periksa Gambar 10). Untuk limbah kapas/kardus/ampas aren dibuat gundukan secara terpisah dari jerami. Setelah seluruh jerami membentuk gundukan, maka Gambar 10. Pembuatan gundukan jerami tutup seluruh gundukan secara rapat menggunakan terpal dan diikat
10

dengan tali plastik. Hal yang sama juga dilakukan pada media tumbuh lain seperti limbah kapas. Biarkan gundukan tertutup terpal selama 5 hari. Pada tahap ini gundukan jerami maupun limbah kapas tidak perlu ditambahkan dedak maupun kapur, di samping itu sejak dimulainya pengoposan Tahap I, pemesanan bibit jamur merang juga sudah bisa mulai dilakukan.

A Gambar 11. Proses pengomposan Tahap I untuk jerami (A) dan limbah kapas (B)

Pengomposan Tahap II : Setelah lima hari pengomposan tahap I berakhir, maka buka terpal yang telah menutup jerami. Buatkan tempat gundukan baru, bisa berdampingan dengan tempat gundukan pertama. Sebelum jerami hasil pengomposan tahap I dibuatkan gundukan baru, maka lantai tanah ditaburi secara tipis kapur dan dedak terlebih dahulu. Selanjutnya letakkan jerami setinggi 10 cm-an, kemudian taburi dedak dan kapur kembali, lalu tumpuk jerami kembali di atasnya, dan taburi kapur dan dedak kembali, demikian seterusnya dengan cara yang sama hingga seluruh jerami tertumpuk. Hal yang sama dilakukan pada kompos limbah kapas atau media jamur lainnya.

A Gambar 12. Penaburan dedak pada jerami (A) dan kapur pada limbah kapas (B)

Total kebutuhan dedak dan kapur untuk pengomposan Tahap II pada jerami masing-masing adalah 100 kg dedak dan 50 kg kapur, adapun untuk limbah kapas masing-masing adalah 50 kg dedak dan 25 kg kapur. Setelah dedak dan kapur tersebar merata pada setiap lapisan
11

jerami maupun kapas, maka tutup kembali masing-masing kompos jerami dan kapas dengan terpal, kemudian diikat tali plastik. Biarkan proses pengomposan berjalan selama 5 hari. Seperti halnya pada pengomoposan Tahap I, maka pengomposan jerami dan kapas Tahap II juga dilakukan secara terpisah. Dengan demikian seluruh proses pengomposan memerlukan waktu selama 10 hari. B. Meletakkan Media Tumbuh pada Rak Setelah proses pengomposan Tahap II selesai (10 hari), maka kompos jerami dan limbah kapas siap diletakkan dan ditata di rak pertumbuhan. Kegiatan penataan media tumbuh dilakukan pada hari ke-11. Pada kondisi ini, media tumbuh hasil pengomposan Tahap II masih menunjukkan suhu yang cukup tinggi ( 50 oC). Proses penataan dilakukan sebagai berikut : - Buka terpal pengomposan jerami dan kapas, kemudian angkut ke dalam rumah jamur, gunakan garpu/garuk untuk membantu proses pemindahannya. - Letakkan terlebih dahulu kompos jerami pada rak pertumbuhan hingga setebal 30 cm/satu jengkal. - Letakkan kompos limbah kapas atau media lainnya di atas kompos jerami hingga setebal 5 cm

Gambar 13. Memasukkan kompos jerami ke kumbung (A), menata media jerami rak bawah (B) dan rak atas (C), kompos limbah kapas di atas kompos jerami (D)

12

C. Sterilisasi/Penyetiman Penyetiman dilakukan pada hari ke-12 setelah seluruh media diletakkan di rak dan dapat dilakukan mulai pukul 07.00-14.00. Penyetiman dimaksudkan untuk mematikan semua jenis mikroba yang tidak diinginkan agar tidak menjadi pesaing bagi pertumbuhan jamur merang. Tumbuhnya mikroba pesaing tersebut dapat menghambat pertumbuhan jamur merang sehingga berakibat pada penurunan produksi tubuh buah. Pada tahap awal proses penyetiman, maka drum diisi air hingga penuh lalu rebus drum menggunakan kayu bakar (sebanyak 2 m3) hingga menghasilkan uap panas. Penyetiman cara ini menggunakan uap panas dari air mendidih yang direbus dalam drum. Uap panas tersebut dialirkan melalui pipa besi atau bambu sehingga memanasi seluruh ruangan kumbung termasuk media kompos jerami dan kapas yang telah ditata pada rak. Pada saat penyetiman maka jendela dan pintu ditutup rapat. Pasang termometer dengan cara memasukkan dari luar kumbung agar mudah dalam mengecek suhu ruang yang disterilkan. Proses penyetiman memerlukan total waktu sekitar 7 jam yang dimulai sejak pembakaran kayu. Suhu dalam kumbung akan terus meningkat sejalan dengan berjalannya proses perebusan air dalam drum. Ketika suhu kumbung sudah mencapai 70o C, maka pertahankan suhu tersebut selama 3 jam, kemudian api baru dimatikan. Jika suhu mencapai 75oC atau lebih tinggi, maka perlu diturunkan kembali hingga mendekati suhu 70o C dengan cara mengurangi api.

Gambar 14. Pengisian air pada drum (A), Pemanasan air dalam drum (B), sterilisasi rumah kumbung (C), pengontrolan suhu dari luar kumbung (D) Penyetiman dengan uap panas secara terus-menerus akan menyebabkan plastik kumbung mengembang dan jika dibiarkan dapat pecah, oleh sebab itu kurangi api pemanas drum jika suhu mencapai 75o C atau lebih. Pada suhu yang sangat tinggi (> 80o C), panas hasil proses
13

penyetiman dapat menyebabkan keringnya media tumbuh jamur yang pada gilirannya bisa menyebabkan terbakarnya media jamur. Uap yang dialirkan ke kumbung pada proses penyetiman ini sangat panas, oleh sebab itu jangan sekali-kali membuka pintu kumbung saat proses sterilisasi karena uap panas akan menyembur keluar dan dapat melukai tubuh. Setelah sterilisasi selesai, maka biarkan kumbung selama 24 jam. Pada pukul 14.00 keesokan harinya, buka jendela hingga membuka bagian selama 1 jam, lalu lakukan penaburan bibit pada pukul 15.00. D. Pengadaan Bibit Jamur Pengadaan bibit jamur merang sudah dapat mulai dilakukan saat proses pengomposan jerami Tahap I dimulai. Bibit yang dipesan jangan sampai termasuk bibit kadaluarsa, artinya umur miselia yang terlalu tua atau sebaliknya masih terlalu muda karena hal ini menyebabkan pertumbuhan miselia jamur pada media dalam rak tidak berjalan optimal, bahkan bisa tidak tumbuh sama sekali. Oleh sebab itu pemesanan bibit harus hati-hati, berdasarkan pengalaman bibit yang dibeli sebaiknya berumur antara 10 17 hari ketika akan dilakukan penaburan bibit. Jika pada hari pertama pengomposan Tahap I kita sudah memesan bibit jamur, maka bibit jamur saat ditabur akan berumur sekitar 13 hari sehingga umur bibit tersebut masih masuk pada interval umur bibit jamur yang disarankan.

Gambar 15. Bibit jamur merang dalam kemasan baglog (A) dan tanggal pembuatan bibit (B) Gambar 15B memperlihatkan bahwa bibit jamur merang pada baglog tertulis 27 artinya bibit tersebut dibuat pada tanggal 27 (misalkan 27 Januari 2012), hal ini berarti bibit tersebut masih baik untuk dilakukan penaburan pada media tumbuh jamur di dalam rak pertumbuhan pada tanggal 6 13 Februari 2012 (yaitu 10-17 hari setelah pembuatan bibit). Sebaliknya, bibit sebaiknya tidak ditabur sebelum tanggal 6 Februari atau setelah tanggal 13 Februari. Demikian seterusnya bahwa penandaan tanggal akan selalu dituliskan pada baglog oleh pembuat bibit jamur sebagai dasar informasi penggunaan bibit jamur. E. Penanaman Bibit Jamur Penanaman bibit dilakukan di hari ke-13 yaitu sekitar 24 jam setelah proses penyetiman selesai, tepatnya kira-kira pada pukul 15.00-an pada keesokan harinya. Bibit yang diperlukan adalah 1 baglog/m2 media. Untuk kumbung ukuran 4 m x 7 m diperlukan bibit jamur merang
14

sekitar 70-75 baglog. Sebelum penanaman bibit, baglog-baglog bibit jamur merang dapat dikumpulkan dan dibuka/disobek lalu dikumpulkan dalam satu wadah ember bersih. Hal ini untuk memudahkan saat proses penaburan bibit di rak (Gambar 16).

Gambar 16. Pengumpulan bibit jamur merang dalam wadah ember Penanaman bibit dilakukan dengan cara menabur bibit jamur secara merata di atas media tumbuh. Diperkirakan setiap 1m2 media memerlukan 1 baglog bibit jamur. Bibit jamur juga dapat ditanam pada media tumbuh di bagian bawah rak, yaitu dengan cara menyelip-nyelipkan bibit jamur pada media tersebut. Penanaman bibit jamur pada model rak bambu seperti ini memungkinkan tubuh buah tidak hanya tumbuh pada bagian atas media tetapi dapat juga tumbuh pada bagian bawah maupun samping media pada rak. Lakukan penaburan bibit secara cepat. Diperlukan 3-4 orang/kumbung agar penaburan dapat selesai dalam waktu 1 jam. Lakukan penaburan bibit jamur secara merata. Bibit jamur yang bagus jika masih putih dan Gambar 17. Penanaman bibit jamur sebaiknya sudah dipesan pada saat dimulai pengomposan Tahap I. Segera tutup kembali seluruh ventilasi (jendela dan pintu) setelah penaburan bibit selesai. Selanjutnya biarkan proses pertumbuhan miselia jamur berlangsung.
15

F. Pemeliharaan Empat hari setelah penaburan bibit (hari ke-17), perlu lakukan pengkabutan, hal ini disebabkan biasanya media kompos jerami dan limbah kapas menunjukkan tanda-tanda kekeringan. Penyiraman dilakukan secara pengkabutan, yaitu penyiraman air secara halus, hal ini dapat dilakukan menggunakan alat pengkabutan atau handsprayer halus dengan cara menyemprotkan kabutnya saja. Prinsipnya pengkabutan adalah untuk menjaga media agar tetap lembab. Setelah pengkabutan selesai tutup kembali kumbung dan biarkan selama 2 hari. Dua hari kemudian (hari ke-19) jendela kumbung dibuka bagian. Pada periode ini miselia jamur akan terus tumbuh dan menghasilkan tubuh buah jamur yang belum siap dipanen. Pertumbuhan misalia jamur merang ditandai oleh munculnya warna putih seperti kapas secara menyeluruh pada media tumbuh. Beberapa waktu kemudian miselia putih akan terlihat menggumpal dan membentuk tubuh buah jamur merang dengan ukuran yang makin membesar.

Gambar 18. Proses pengkabutan kumbung dan media tumbuh jamur G. Pemanenan Jamur mulai dipanen kira-kira pada 10 hari setelah penaburan (sekitar hari ke-23). Panen dapat dilakukan setiap hari hingga persediaan makanan dalam media habis, hal ini ditunjukkan oleh makin menurunnya produksi jamur. Setiap hari dalam satu kumbung dapat dipanen 20-40 kg jamur dan untuk satu periode dapat diproduksi sekitar 200-250 kg jamur. Pemanenan harus dilakukan secara hati-hati, yaitu dengan cara cukup memotong bagian kepala tubuh buah jamur saja, bagian batang apalagi miselia di bawahnya jangan sampai tercabut, karena akan mengganggu proses pertumbuhan miselia tersebut yang seharusnya akan menjadi bakal tubuh buah.

16

Gambar 19. Kondisi tubuh buah jamur tepat waktu panen (A) dan telat waktu panen (B) Jika kegiatan pemanenan terlambat, maka tubuh buah yang terus tumbuh tersebut akan mekar membentuk seperti payung, namun kondisi tubuh buah semacam ini telah dinilai sebagai tubuh buah berkualitas afkir/BS. Jamur merang yang telah dipanen, sebaiknya dapat segera dipasarkan karena jamur yang dibiarkan terlalu lama maka tubuh buahnya akan terbelah dan membentuk payung. Pada kondisi seperti ini, jamur merang akan masuk kriteria afkir atau dikenal dengan istilah BS. Umumnya jamur-jamur BS memiliki harga lebih rendah bahkan kadang turun hingga 50% dari harga jamur kualitas utama. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 20.

Gambar 20. Jamur kualitas utama/belum mekar (A), jamur afkir/BS, tubuh buah mekar (B) Namun terkadang beberapa usaha budidaya jamur ini juga mengalami kegagalan, kegagalan produksi dapat disebabkan oleh : (a) Proses sterilisasi yang kurang optimal, (b) Kualitas bibit yang tidak bagus/bibit kadaluarsa, (c) Penempatan jerami di rak kurang padat, (e) Penggunaan kembali media tumbuh jamur.

17

3.3 Analisis Usaha Jamur Merang


Tabel 2. Analisis Usaha Jamur Merang No A 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 Uraian Modal Tetap Bambu Plastik PE 0,12 mm Tambang plastik ukuran 3 mm Paku (ukuran 12, 10, 7, 5) Drum Pipa besi 3 inch Semen Batu bata Pasir Garpu besi Termometer ruang Handsprayer Ember plastik (5 liter) Timbangan duduk (15 kg) Pompa air kecil Selang plastik Bonet/karpet Tukang pembuatan kumbung 300 batang 1 gulung 3 gulung 12 kg 3 5 3 500 1 2 1 1 2 1 1 50 100 14 buah m sak buah colt buah buah buah buah buah buah m m HOK 5.000 400.000 50.000 20.000 150.000 40.000 75.000 500 150000 50.000 30.000 400.000 30.000 100.000 500.000 3.000 10.000 50.000 1.500.000 400.000 150.000 240.000 450.000 200.000 225.000 250.000 150.000 100.000 30.000 400.000 60.000 100.000 500.000 150.000 1.000.000 700.000 6.605.000 Volume Satuan Harga Satuan (Rp) Jumlah (Rp)

Sub-total A (Modal Tetap) B B.1 1 2 3 4 5 6 Biaya Variabel Bahan Jerami kering Dedak halus Limbah kapas Kapur kaptan Bibit jamur merang dan paket Kayu bakar

1,5 150 300 75 75

ton kg kg kg log

300.000 1.500 1.000 1.000 3.000 125.000 Sub-total B1

450.000 225.000 300.000 75.000 225.000 250.000 1.525.000


18

2 m3

B.2 1 2 3 4 5 6 7

Tenaga Kerja Proses pengomposan Penataan media dalam rak Proses sterilisasi kumbung Penaburan bibit jamur Pemeliharaan Pembongkaran media Pembersihan kumbung

7 HOK 3 HOK 2 HOK 2 2 2 1 HOK HOK HOK HOK

50.000 50.000 50.000

350.000 150.000 100.000 100.000 100.000 100.000 50.000 950.000 2.475.000

50.000 50.000 50.000 50.000 Sub-total B2 Sub-Total B (Biaya Variabel)

C 1 2

Hasil Produksi Hasil produksi Super Hasil produksi BS

175 kg 18.000 35 kg 12.000 Sub-Total C (Penerimaan) Pendapatan (C-B)

3.150.000 420.000 3.570.000 1.095.000

Keterangan : Satu periode produksi memerlukan waktu 40 hari, sehingga dalam 1 tahun dapat melakukan 9 kali produksi.

19

BAB IV BUDIDAYA JAMUR TIRAM


4.1 Mengenal Jamur Tiram Putih
Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) yang sering dikenal dengan sebutan King Oyster Mushroom adalah jamur pangan dari kelas Homobasidiomycetes dengan ciri-ciri umum tubuh buah berwarna putih hingga krem dan tudungnya berbentuk setengah lingkaran mirip cangkang tiram dengan bagian tengah agak cekung. Jamur ini memiliki miselia berwarna putih yang bisa tumbuh dengan cepat. Miselia dan tubuh buah tersebut berkembang baik pada suhu 26 30o C, namun pada suhu lebih dingin sekitar 22o C, miselia dan tubuh buah masih dapat tumbuh. Jamur tiram termasuk salah satu jamur kayu sehingga di alam bebas jamur jenis ini banyak kita jumpai pada batang-batang kayu yang telah lapuk baik di pekarangan maupun hutan. Berdasarkan cara pertumbuhan alami inilah, maka untuk membudidayakan jamur tiram memerlukan media tumbuh yang mirip dengan media tumbuh alaminya yaitu kayu lapuk. Beberapa media utama untuk pertumbuhan jamur tiram pada dasarnya Gambar 21. Jamu Tiram Putih banyak dijumpai di sekitar kita, antara lain : serbuk gergaji kayu, sekam padi, jerami, hingga ampas tebu. Berbagai media utama tersebut tentu akan menghasilkan produksi jamur yang bervariasi. Dewasa ini penggunaan serbuk gergaji sebagai media utama pertumbuhan lebih banyak digunakan oleh para pembudidaya jamur tiram. Di samping media utama, untuk merangsang dan menghasilkan pertumbuhan optimal, maka masih ditambahkan bahan-bahan lain seperti : dedak, kapur, dan gips. Penambahan bahanbahan ini memiliki manfaat sebagai berikut : Dedak/bekatul : kaya karbohidrat, karbon, nitrogen dan vitamin B kompleks yang bisa mempercepat pertumbuhan miselium dan mendorong perkembangan tubuh buah jamur. Kapur : selain sebagai sumber kalsium, kapur berfungsi meningkatkan pH media tanam jamur agar sesuai untuk pertumbuhan jamur. Gips (CaSO4) : untuk memperkokoh campuran media jamur sehingga tidak mudah pecah Saat ini jamur tiram telah dikenal luas sebagai makanan, namun di samping itu jamur tiram memiliki beberapa manfaat lain, seperti : anti tumor, anti bakterial, antioksidan, anti kanker, anti virus, membunuh nematoda, menurunkan kolesterol, mengurangi lemah jantung, obat penyakit lever, diabetes, dan anemia. Budidaya jenis jamur tiram memiliki beberapa keunggulan, antara lain : budidayanya cukup mudah, dapat dilaksanakan mulai dari skala rumah tangga hingga industri, bersifat mandiri,
20

maksudnya bahan baku yang disediakan tidak tergantung pada pelaku produsen lain tetapi cukup dengan memanfaatkan limbah di sekitar kita (serbuk gergaji, sekam padi, ampas tebu, dll.), cepat memberikan hasil (dalam 6 minggu jamur sudah bisa dijual), menciptakan lapangan kerja, sedikit limbah (limbah bag log dapat dimanfaatkan untuk kompos), dan budidayanya tidak mengenal musim. Oleh sebab itu, budidaya jamur tiram merupakan salah satu usaha ramah lingkungan dan dapat dilakukan oleh semua lapisan masyarakat.

4.2 Pembuatan Bibit Jamur


Untuk memproduksi jamur tiram putih tentu harus tersedia bibit jamur. Bibit jamur tersebut diharapkan dapat menghasilkan tubuh buah, karena kesalahan menggunakan sumber bibit dapat menyebabkan jamur yang berkembang hanyalah miselia saja (kumpulan benangbenang hifa jamur) tanpa menghasilkan tubuh buah. Hal ini tentu tidak kita inginkan, karena budidaya jamur tentu bertujuan untuk menghasilkan tubuh buah jamur. Untuk itu perlu diketahui tingkatan pembibitan jamur mulai dengan sumber dari tubuh buah langsung yang kemudian dilanjutkan melakukan perbanyakan menggunakan miselia-miselia jamur yang telah tumbuh dari hasil pembiakan dari tubuh buah (isolasi) tersebut. Tingkatan pembibitan jamur tiram dapat dijelaskan sebagai berikut : Tubuh buah jamur tiram dipilih, kemudian diiris bagian tudungnya yang banyak mengandung spora, selanjutnya irisan diletakkan pada media PDA (Potato Dextros Agar) dalam cawan petri dan dibiarkan dalam beberapa hari. Dari irisan tubuh buah tersebut akan berkembang membentuk miselia jamur warna putih mirip kapas yang semakin banyak memenuhi seluruh media dalam cawan petri. Semua proses ini dilakukan secara steril. Miselia yang telah tumbuh tersebut selanjutnya kita sebut sebagai bibit F0 (Tingkat I atau keturunan I) Dari bibit F0, selanjutnya miselia jamur tiram dapat diperbanyak atau ditumbuhkan kembali dengan cara mengambil miselia F0 untuk ditumbuhkan pada media shorgum atau jagung pipilan. Setelah beberapa hari, miselia akan tumbuh dan berkembang pada media baru tersebut hingga memenuhi seluruh media. Miselia yang tumbuh selanjutnya kita sebut sebagai bibit F1 (Tingkat II atau keturunan II). Dari bibit F1, selanjutnya miselia jamur tiram dapat diperbanyak atau ditumbuhkan kembali dengan cara mengambil miselia F1 untuk ditumbuhkan pada media campuran serbuk gergaji 79%, dedak 15%, jagung 5%, dan kapur 1%. Setelah beberapa hari, miselia akan tumbuh dan berkembang pada media baru tersebut hingga memenuhi seluruh media. Miselia yang tumbuh selanjutnya kita sebut sebagai bibit F2 (Tingkat III atau keturunan III). Jika miselia pada F2 kita perbanyakan atau tumbuhkan kembali pada media baru menjadi F3, maka jika F3 ditumbuhkan pada media produksi tidak bisa menghasilkan tubuh buah jamur atau yang tumbuh hanyalah sebatas miselia saja. Tubuh buah masih dapat diproduksi jika bibit jamur diambil dari F0, F1, dan F2. Meskipun F0 dan F1 juga dapat menghasilkan tubuh buah, namun sayang jika penggunaan bibit tersebut untuk langsung ditumbuhkan pada media produksi, karena bibit tersebut masih dapat diperbanyak menjadi tingkatan bibit berikutnya.

Dengan demikian secara ringkas dapat disimpulkan sebagai berikut : F0 adalah bibit jamur yang dibuat langsung dari tubuh buah jamur
21

F1 adalah bibit jamur yang diperbanyak dari F0 F2 adalah bibit jamur yang diperbanyak dari F1 F3 adalah miselia jamur yang dalam pertumbuhannya dapat menghasilkan tubuh buah jamur baru yang ditularkan dari F2 atau langsung dari F0 dan F1. Secara sederhana tingkat pembibitan jamur tiram putih disajikan pada gambar berikut :

Tubuh Buah

F2

F0 F1

Gambar 22. Alur perbanyakan bibit jamur tiram putih

Pembuatan Bibit F0 Untuk membuat media tumbuh F0 diperlukan peralatan sterilisasi yang cukup lengkap (misalnya : autoclave, laminar air flow, ruang isolasi, perlatan isolasi, dll.) dan keterampilan tersendiri. Proses pembuatan F0 biasanya dilakukan oleh laboratorium-laboratorium mikrobiologi yang melakukan perbanyakan bibit jamur tiram putih, antara lain yang dikembangkan oleh Laboratorium Jamur SEAMEO-BIOTROP, Bogor. Sedangkan pada
22

tingkat masyarakat, perbanyakan jamur minimal dapat dilakukan untuk membuat bibit F1 dan F2, serta jamur pada media produksi (F3). Cara pembuatan bibit jamur F0 adalah sebagai berikut : Siapkan air aquadestilata 1 liter Kupas 200 gram kentang, diiris-iris kecil, kemudian direbus dalam satu liter air hingga mendidih menjadi liter. Biarkan hasil rebusan dingin, kemudian saring agar sisa air rebusan terpisah dari kentang Sisa air rebusan tersebut merupakan ekstrak kentang yang akan digunakan sebagai campuran media Campurkan air ekstrak kentang dengan 1 bungkus agar swallow, ditambah gula pasir sedikit (1 sendok teh) lalu tambahkan air aqua hingga volumenya menjadi 1 liter, kemudian aduk secara merata. Larutan ini disebut larutan PDA. Masukkan campuran tersebut ke dalam botol gelas lalu ditutup alumunium foil dan dilapisi plastik wrap. Botol yang berisi larutan PDA selanjutnya disterilkan untuk membunuh semua mikroorganisme dengan alat autoclave. Proses sterilisasi dengan autoclave dilakukan selama 20 menit pada suhu 121oC tekanan 1 atm. Setelah proses sterilisasi selesai, keluarkan media PDA dalam botol dan bisa disimpan jika tidak langsung digunakan, tetapi jika langsung digunakan, maka saat botol sudah tidak terlalu panas, namun larutan belum mengental, segera tuangkan larutan PDA yang telah steril tersebut ke cawan petri dengan volume setebal dari ketebalan cawan petri. Proses ini dilakukan dalam Laminar Air Flow. Biarakan media PDA yang telah diisikan ke dalam cawan-cawan petri tetap berada pada Laminar Air Flow hingga media telah memadat (media PDA yang telah diautoclave setelah dingin akan memadat) Siapkan peralatan dan bahan seperti lampu bunsen, pisau scalpel, kapas, alkahol 70%, dan media PDA yang telah steril dalam cawan petri Setelah alat Laminar Air Flow dinyalakan pekerjaan membuat bibit F0 dapat dimulai Siapkan tubuh buah jamur tiram putih, oles bagian bawah tubuh buah (bagian dalam payung) dengan kapas yang telah disemprot dengan alkohol 70%, lalu siapkan pisau scalpel yang juga telah disemprot Gambar 23. Stok Media PDA alkohol dan telah dibakar api dengan lampu bunsen (Gambar A) Potong bagian tubuh buah jamur yang akan dibibitkan lalu secara hati-hati masukkan ke media cawan petri. Dalam cawan petri selanjutnya tubuh buah dipotong-potong lebih kecil lagi, sekitar cm (Gambar B). Siapkan media PDA yang telah memadat dalam cawan petri, lalu sebelum dibuka lalukan pemanasan bagian bibir cawan dengan cara membakar pada api lampu bunsen (Gambar C). Dengan tetap mendekatkan di sekitar api lampu bunsen, lalu pindahkan potonganpotongan tubuh buah sebelumnya telah dipotong di cawan petri steril (Gambar D)
23

Setelah potongan tubuh buah dimasukkan ke media PDA, cawan petri dibungkus dengan plastik wrap (Gambar E) Dalam beberapa hari dari potongan tubuh buah akan muncul miselia putih yang terus berkembang memenuhi seluruh media PDA. Miselia jamur yang tumbuh tersebut selanjutnya disebut sebagai bibit F0 (Gambar F)

Alur pembuatan bibit F0 disajikan pada gambar berikut :

Gambar 24. Alur pembuatan bibit F0

24

Pembuatan Bibit F1 Bibit F1 diperbanyak/dibuat dari miselia yang tumbuh di F0. pembuatan bibit F1 adalah sebagai berikut : Secara sederhana tahap

Siapkan botol gelas Siapkan biji shorgum atau jagung pipilan dan tambahkan kapur sekitar 1 % (jika 1 kg biji, maka tambahkan kapur 10 gram) Masukkan biji yang telah dicampur kapur ke dalam botol gelas Botol yang telah diisi biji selanjutnya disterilkan menggunakan autoclave atau alat sterilisasi drum. Jika menggunakan alat steril drum, maka proses sterilisasi dilakukan selama 3 jam dengan sumber bahan bakar gas elpiji ukuran tabung 3 kg Setelah proses sterilisasi selesai, dinginkan media dalam botol, biasanya biarkan selama 24 jam Siapkan bibit F0 dan borer untuk mengambil miselia dalam bibit F0 (Gambar A) Siapkan media F1 yang telah disterilkan (Gambar B) Semprot borer dengan alkohol 70% lalu dipanaskan dengan api pada lampu bunsen. Setelah agak dingin borer dapat digunakan untuk memotong dan mengambil miselia dalam media F0 (Gambar C) Pindahkan potongan mislia dari F0 ke dalam media F1 (Gambar D) Tutup kembali botol dengan menggunakan kapas, jangan lupa sebelum menutup bagian ujung kapas dipanaskan terlebih dahulu dengan api pada lampu bunsen untuk tetap menjaga kapas steril Biarkan bibit F0 tumbuh dalam media F1, miselia jamur yang tumbuh selanjutnya disebut sebagai bibit F1

C
Gambar 25. Alur pembuatan bibit F1

25

Pembuatan Bibit F2 Bibit jamur F2 inilah yang banyak digunakan untuk produksi jamur tiram putih. Bibit F2 diperbanyak dari bibit jamur F1. Secara sederhana tahap pembuatan bibit jamur F2 adalah sebagai berikut : Siapkan botol gelas, botol sale, atau plastik PP (polipropelin) Siapkan dedak 15%, jagung 5%, kapur 1%, dan serbuk gergaji 79% (dalam 1 kg, maka terdiri : dari 150 gram dedak, 50 gram jagung, 10 gram kapur, dan 790 gram serbuk gergaji) Masukkan campuran media tersebut ke dalam botol gelas atau plastik polipropelin (PP), kemudian sterilkan. Sterilisasi bisa menggunakan autoclave atau drum. Dinginkan media yang telah disterilkan tersebut, atau kira-kira dibiarkan selama 1 hari Secara steril selanjutnya pindahkan F1 sebanyak 3 sendok spatula ke dalam botol yang telah berisi media steril tersebut/media F2 (Gambar A). Tutup kembali botol atau plastik PP yang telah ditulari bibit F1 dengan kapas yang ujungnya telah dipanaskan dulu dengan api pada lampu bunsen (Gambar B). Dalam beberapa hari miselia pada media F2 akan tumbuh (Gambar C). Miselia akan terus tumbuh dan memenuhi media F2, jamur yang tumbuh selanjutnya disebut bibit jamur F2 (Gambar D).

C Gambar 26. Alur pembuatan bibit F2

26

4.3 Sarana dan Prasarana Budidaya Jamur Tiram


1. Ruang Isolasi Ruang isolasi digunakan untuk melakukan pembuatan bibit jamur secara steril. Ruang ini dibuat jika kapasitas sumberdaya manusia dan peralatan maupun bahan yang dibutuhkan untuk membuat bibit jamur mulai dari F0 hingga F2 dapat disediakan. Sehingga pada dasarnya pengadaan ruangan isolasi dilakukan jika bibit jamur F0, F1, dan F2 akan dibuat sendiri. Namun jika bibit tersebut tidak dibuat sendiri, maka ruangan isolasi tidak diperlukan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan ruangan isolasi antara lain : Ruangan sebaiknya dibangun dari tembok, berlantai keramik, tidak banyak ventilasi, dan harus selalu steril. Akan lebih baik jika ruangan menggunakan AC sehingga tidak memerlukan banyak ventilasi untuk menghindari banyaknya kontaminan. Sterilisasi ruangan dilakukan dengan menggunakan desinfektan atau jika memungkinkan menggunakan formalin. Peralatan dan bahan yang perlu disiapkan dalam ruangan ini antara lain : Laminar Air Flow, autoclave, cawan petri, sendok spatula, pisau scalpel, lampu bunsen, alkohol 70%, kapas, plastik wrap, alumunium foil, agar swalow atau agar batang, ekstrak kentang, aquadestilata.

A Gambar 27. Contoh ruang isolasi (A) dan alat Laminar Air Flow (B)

2.

Ruang Penyiapan Media F3

Ruang penyiapan media F3 dugunakan untuk menyiapkan media yang akan dugunakan sebagai tempat pertumbuhan jamur hingga menghasilkan tubuh buah, oleh sebab itu dalam ruangan ini disiapkan bahan-bahan media F3 yang terdiri dari : serbuk gergaji, dedak, jagung, kapur, dan jika perlu gipsum. Kegiatan yang dapat dilakukan pada ruang penyiapan media adalah : penyaringan serbuk gergaji, pencampuran komponen-komponen media F3, dan pengomposan. Ruang ini dapat dibuat secara sederhana menggunakan tiang bambu beratap terpal, atau jika permanen tiang dapat dibuat dari balok kayu dan beratap seng. Ruang penyiapan media F3 disajikan pada Gambar berikut :

27

Gambar 28. Ruang penyiapan media model semi permaanen (A) dan permanen (B)

3.

Ruang Pengantongan Media F3

Ruang pengantongan media F3 modelnya dapat dibuat seperti ruang penyiapan media yaitu berupa semi permanen atau permanen. Di samping itu ruang pengantongan dapat dilakukan di dalam gedung. Ruang ini digunakan untuk memasukkan adonan media F3 yang telah dikomposkan sebelumnya (3-5 hari) ke dalam plastik Polipropilena (plastik PP) ukuran 18 x 35 cm. Jika ruang penyiapan media dibuat ukuran lebih besar, maka kegiatan penyiapan media dan pengantongan dapat dilakukan pada satu ruangan. 4. Alat Sterilisasi Media

Alat sterilisasi media yang dimaksud merupakan alat yang digunakan untuk membunuh mikroorganisme (jamur, bakteri, dasn mikroba lainnya) yang terdapat di dalam media sehingga media tersebut benar-benar steril dari mikroorganisme yang tidak diinginkan. Dengan demikian hanya mikroorganisme yang nanti diinginkan saja yang diharapkan tumbuh dalam media tersebut. Dalam hal ini mikroorganisme yang diinginkan tumbuh adalah jamur tiram putih, sehingga mikroorganisme selain jamur tiram putih diharapkan tidak tumbuh dalam media yang telah disterilkan tersebut. Jika masih tumbuh mikroorganisme lain, maka itu disebut kontaminan. Kehadiran kontaminan tentu akan mengganggu pertumbuhan jamur tiram putih mulai dari menghambat pertumbuhan hingga menghentikan pertumbuhannya. Alat sterilisasi yang akan digunakan harus memeperhatikan tingkat sterilisasi yang akan diterapkan, khusus untuk media F0, maka proses sterilisasi harus menggunakan autoclave.

28

Gambar 29. Salah satu model Autoclave kapasitas 20 liter

Berbeda dengan alat sterilisasi untuk pembuatan media F0, untuk pembuatan media F1, F2, dan F3 dapat menggunakan alat sterilisasi rakitan menggunakan drum. Cara membuat alat sterilisasi drum adalah sebagai berikut : Siapkan drum bekas Pastikan drum tidak bocor Buka bagian tutupnya, sedangkan bagian bawah drum dibiarkan tertutup rapat Satu drum memiliki kapasitas 80 buah bag log untuk disterilisasikan

29

Pada bagian dalam drum, buat balok penyangga setinggi 20 cm. Air akan diisikan setinggi 10 cm dari dasar drum untuk setiap proses steriliasi sehingga dengan tinggi balok 20 cm, air tidak merendam seluruh balok. Proses sterilisasi yang diterapkan menggunakan uap panas seperti pengukusan, sehingga tinggi air 10 cm tidak merendam bagian bag log yang akan disterilkan Balok penyangga berguna sebagai tempat kedudukan alas bambu yang nantinya digunakan untuk meletakkan bag log-bag log. Buat tutup bagian atas menggunakan plastik tempat sampah warna hitam ukuran besar sedemikian rupa sehingga bisa membungkus bagian atas drum Jika drum sudah diisi bag log yang akan disterilkan, maka plastik hitam penutup drum diikat dengan tali plastik Uap panas yang dihasilkan dari porses pengukusan dalam drum akan terus menekan tutup plastik sehingga akan menggelembung, agar plastik tidak pecah maka perlu dibuat saluran pembuang uap panas dengan menggunakan paralon ukuran inc atau bambu kecil diameter 1 cm. Untuk mendidihkan air dalam drum maka perlu pemanas. Pemanas dapat menggunakan kompor semawar (kompor yang biasa dipakai oleh pedagang nasi goreng) dengan bahan bakar gas elpiji ukuran 3 kg. Ruang pembakaran dibuat dengan cara meletakkan batu bata di bagian bawah drum dengan tinggi sekitar 2 buah batu bata Media F1 dan F2 dapat disterilkan dengan alat sterilisasi drum selama 3
30

jam Media F3 disterilisasi dengan alat sterilisasi drum selama 6 jam (sekitar 1 tabung gas elpiji ukuran 3 kg)

Model alat semawar yang digunakan sebagai alat pembakaran untuk sterlisasi model drum

5.

Ruang Inokulasi

Ruang inokulasi adalah ruangan yang digunakan untuk proses memindahkan miselia jamur dari bibit jamur (dalam hal ini bibit F2) ke dalam media produksi (F3). Seperti halnya ruang isolasi, maka ruang inokulasi juga harus steril, tidak banyak lalu-lalang orang, tidak banyak ventilasi. Ruangan dapat dibuat dengan ukuran 4 m x 6 m, menggunakan lantai keramik agar mudah dibersihkan dan dipel, bagian atap dilapisi terpal agar tidak banyak debu atau kotoran berjatuhan ke lantai, bisa dipasang kipas angin agar suhu tidak panas. Ruang inokulasi disajikan pada gambar berikut :

31

Gambar 30. Kondisi ruang inokulasi (A) dan bagian atap ruang inokulasi (B)

6.

Ruang Inkubasi/Ruang Pertumbuhan

Setelah proses inokulasi selesai, maka jamur dalam F3 dipindahkan ke ruang inkubasi. Ruang ini digunakan untuk berjalannya proses pertumbuhan miselia jamur tiram putih pada media produksi (F3). Adakalanya ruang inkubasi dibuat terpisah dari ruang pertumbuhan, hal ini dilakukan jika ruang inkubasi digunakan untuk menyeleksi jamur dalam bag log yang benar-benar tumbuh bagus atau tanda tanda pertumbuhan bagus nampak dalam bag log. Selanjutnya jamur yang tumbuh bagus dipindahkan kedalam ruang pertumbuhan, sedangkan jamur yang terkontaminasi dibuang. Sehingga dalam ruang pertumbuhan hanya akan terdapat bag log yang ditumbuhi miselia jamur yang bagus. Proses pemindahan bag log dari ruang inkubasi ke ruang pertumbuhan dilakukan sebelum jamur mengisi seluruh bag log atau sebelum tubuh buah muncul. Namun pada umumnya ruang inkubasi sekaligus dijadikan sebagai ruang pertumbuhan sehingga setelah jamur diinokulasi akan diletakkan dalam ruangan inkubasi hingga menghasilkan produksi tubuh buah. Ruang inkubasi atau pertumbuhan dapat dibuat menggunakan ukuran tertentu sesuai target jumlah bag log yang akan dibuat. Sebagai gambaran dalam ruang ukuran 7 m x 8 m akan menampung sekitar 5000 bag log sehingga untuk target 10.000 bag log diperlukan ruangan seluas 14 m x 16 m. Ruang inkubasi /pertumbuhan dibuat dengan atap menggunakan asbes dengan tinggi runagan sekitar 5 m dan dinding bangunan dari anyaman bambu (geribik), cahaya yang masuk ke ruangan diatur tidak terlalu banyak dan suhu ruangan tidak terlalu panas (< 30oC). Untuk lebih jelasnya gambar ruangan disajikan sebagai berikut :

32

A Gambar 31. Ruang pertumbuhan beratap asbes (A) dan berdinding geribik (B)

7.

Rak Pertumbuhan

Rak dibuat dari bambu dengan ukuran panjang 3 m x lebar 0,5 m. Rak dibuat empat tingkat dengan tinggi rak 2 m, jarak antar tingkat dalam rak 40 cm, dan tinggi rak dari tanah sekitar 40 cm. Setiap tingkat akan diisi bag log sebanyak 68 buah, sehingga dalam 4 tingkat terdapat 272 bag log, ini adalah jumlah dalam satu sisi rak saja. Dalam satu rak bag log tersusun dua sisi yang saling sebelah menyebelah, sehingga total jumlah dalam satu rak sekitar 544 bag log. Jika dalam ruang ukuran 13 m x 16 m dapat dibuat 20 rak, maka total bag log yang tertampung adalah 20 x 544 = 10.880 buah. Namun demikian penataan rak sedemikian rupa dengan jarak antar rak yang lebih sempit akan memerlukan luasan ruangan yang lebih sempit untuk menampung 10.000 bag log. Model rak dapat dilihat pada gambar berikut :

A Gambar 32. Rak tampak depan (A) dan posisi bag log dalam satu tingkat (B)

33

Gambar 33. Model rak pertumbuhan jamur

4.4 Tahap Pembuatan Jamur Tiram Putih


1. Penyiapan Media Tumbuh Jamur

Sebagaimana telah disebutkan pada uraian sebelumnya, bahwa media yang akan digunakan merupakan media produksi atau media F3, secara ringkas langkah-langkah penyiapan media produksi disajikan sebagai berikut : Pemilihan bahan serbuk gergaji Salah satu media utama dalam budidaya jamur tiram putih adalah serbuk gergaji. Serbuk gergaji yang digunakan sebaiknya dari bukan jenis pohon bergetah seperti pinus, serbuk yang bagus adalah dari kayu lunak seperti sengon. Sebaiknya dari serbuk gergaji dari jenis kayu yang homogen. Serbuk gergaji dari kayu keras, seperti jati, pada dasarnya dapat digunakan untuk media jamur tiram namun perlu dilakukan pengurangan kadar tektokinonnya dengan cara direndam dalam air mengalir selama 1-3 hari. Penyaringan serbuk gergaji Pada umumnya serbuk gergaji masih bercampur dengan serpihan kayu atau bagian kayu lainnya, oleh sebab itu perlu dilakukan penyaringan. Alat penyaringan dapat dibuat sendiri dengan menggunakan saringan kawat ukuran 5 mm.

34

Gambar 34. Model alat penyaring serbuk gergaji Pencampuran adonan media F3 Seluruh komponen media yang diperlukan untuk pertumbuhan jamur (media F3) dicampur secara merata dengan komposisi : serbuk gergaji (79%), dedak (15%), jagung (2%), kapur (2%), dan gips (2%) sehingga dalam 100 kg media dibutuhkan serbuk gergaji 79 kg, dedak 15 kg, jagung 2 kg, kapur 2 kg, dan gips 2 kg. Untuk mencampur diperlukan alat : cangkul, sekop, ember wadah air, dan terpal

Gambar 35. Bahan untuk pembuatan media F3/media baglog Pengomposan media F3 Seluruh campuran media F3 selanjutnya diberi air hingga kadar air cukup, hal ini ditunjukkan jika media dikepal tidak meneteskan air tetapi jika kepalan dibuka media tetap menggumpal/tidak pecah. Jika kondisi ini sudah terpenuhi, maka campuran tersebut siap untuk dikomposkan dengan cara ditutup terpal selama 5 hari. Lima hari setelah pengomposan media siap untuk dikemas/dimasukkan ke plastik PP.
35

A Gambar 36. Proses penyaringan serbuk gergaji (A) dan media hasil dikomposkan (B)

2.

Pengemasan Media Tumbuh Jamur

Media yang telah dikomposkan selanjutnya dimasukkan ke dalam plastik PP. Tahap pengemasan media tumbuh jamur tiram disajikan sebagai berikut : Siapkan campuran media tumbuh jamur yang telah dikomposkan Siapkan kantong plastik (PP ukuran 18 cm x 35 cm dan tebal 0,5 mm), botol gelas, dan tali rafia (10 cm). Media dimasukkan ke dalam plastik sambil dipadatkan, hal ini bertujuan agar kandungan media yang dikemas cukup banyak. Cara memadatkan media dapat dilakukan dengan cara media dalam plastik dibentur-benturkan ke lantai atau ditekantekan dengan botol. Setelah media cukup padat, bungkus media dalam plastik tersebut lalu diikat dengan tali rafia

Gambar 37. Media dalam plastik PP (A), media diikat rafia (B), media siap disterilkan (C)

3.

Sterilisasi Media

Media sebelum digunakan untuk inokulasi atau menularkan bibit jamur, harus disterilkan terlebih dahulu. Proses sterilisasi dimaksudkan agar seluruh mikroorganisme yang ada di
36

dalam media dapat dimatikan sebelum media digunakan. Pada prinsipnya sterilisasi dilakukan menggunakan uap panas. Cara sterilisasi dilakukan sebagai berikut : Siapkan alat sterilisasi drum atau autoclave, tergantung peralatan yang tersedia. Sterilisasi dengan drum untuk media F1 dan F2 memerlukan waktu 3 jam (1/2 tabung gas ukuran 3 kg) sedangkan media F3 memerlukan waktu 6 jam atau sekitar 1 tabung gas ukuran 3 kg. Isi air ke dalam drum hingga tingginya dari balok penyangga atau sekitar 10 cm dari tinggi total balok penyangga (20 cm). Media F3 yang telah dikemas dalam plastik PP dan telah diikat tali rafia (bag log), dimasukkan dan ditata di dalam drum dengan posisi berdiri. Penataan bag log tidak terlalu padat tetapi masih menyisakan rongga agar uap panas untuk sterilisasi media dapat menyebar secara rata keseluruh bag log sehingga proses sterilisasi dapat berjalan sempurna, sebagai gambaran dalam satu drum idealnya diisi sekitar 80 bag log. Setelah bag log tertata rapi, tutup drum dengan plastik hitam, lalu diikat dengan tali ke drum secara rapat. Pada bagian ujung plastik telah disiapkan cerobong kecil dari bambu kecil (diameter 1 cm) atau paralon. Lubang bambu/paralon sebelumnya disumbat dengan kain, pada saat proses pemanasan berjalan plastik akan menggelembung, agar plastik tidak pecah maka sumbat dapat dibuka sehingga uap panas akan keluar dan gelembung plastik tidak menyebabkan plastik pecah. Biarkan proses sterilisasi media F3 ini selama 6 jam atau hingga gas dalam tabung ukuran 3 kg habis Sebagai tambahan beberapa peralatan/bahan lain seperti : kapas bekas, sendok spatula, pisau, dapat ikut disterilkan bersama media F3 dalam alat drum tersebut. Sterilisasi dengan menggunakan alat steamer, waktu untuk sterilisasi dihitung setelah suhu ruangan mencapai 100oC selama 3 jam, namun jika suhu di bawah 80oC ke atas, memerlukan waktu sterilisasi selama 5 jam. Setelah proses sterilisasi selesai, biarkan bag log dalam alat sterilisasi drum hingga dingin (sekitar 12-24 jam). Jangan membuka plastik penutup segera setelah sterilisasi mencapai waktu yang ditentukan, karena uap panas akan berhembus keluar

A Gambar 38. Bag log tertata rapi dalam drum (A) dan drum ditutup plastik (B)

37

4.

Proses Inokulasi

Inokulasi adalah menanam inokulan (bahan yang mengandung mikroba, dalam hal ini jamur tiram) secara aseptik (bebas dari mikroba lain) kedalam media steril. Cara kerja secara aseptik dilakukan dengan bekerja di antara nyala dua api lampu bunsen dengan jarak 20 cm, hal ini dilakukan untuk meminimalkan kontaminasi. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa proses inokulasi yang dimaksud di sini adalah proses menumbuhkan bibit jamur F2 dengan cara memindahkan sebagian kecil bibit F2 ke dalam media produksi jamur tiram (F3) dalam ruangan inokulasi yang dilakukan secara steril sehingga diharapakan miselia jamur akan tumbuh dan berkembang hingga menghasilkan tubuh buah. Langkah proses inokulasi dilakukan sebagai berikut : Ruang inokulasi sudah dalam keadaan steril. Masukkan bag log-bag log yang telah disetrilkan dengan alat drum ke dalam ruangan inokulasi, tata posisinya sedemikian rupa secara rapi dengan posisi terbaring, ditumpuk tiga tumpuk, dan diberi celah antar tumpukan agar cepat dingin.

Siapkan bahan dan alat yang telah steril : sendok spatula, kapas bekas, pisau, pinset cincin paralon. Siapkan pula 2 buah lampu bunsen, alkohol 70%, korek api, karet gelang, dan bibit jamur tiram F2.

Ambil bag log yang telah dingin, lalu bag log padatkan kembali sebelum dibuka dengan cara dibentur-benturkan ke lantai Nyalakan dua buah api dalam lampu bunsen. Letakkan lampu bunsen di antara ruang kerja bag log yang akan diinokulasi dengan jarak 20 cm dari bag log Jangan lupa alat dan tubuh kita, terutama tangan juga harus selalu steril. Oleh sebab itu setiap sebelum proses inokulasi, semprot tangan dengan alkohol 70%. Demikian juga peralatan
38

yang akan digunakan perlu disemprot alkohol, lalu dibakarkan ke api pada lampu bunsen. Hati-hati saat membakar alat pastikan alkohol yang disemprotkan ke tangan telah kering sebelum mendekat ke api, karena dapat membakar tangan. Buka tali bag log, kemudian buka juga bibit F2. Masukkan bibit F2 ke dalam media produksi (F3). Bibit F2 yang dipindahkan cukup permukaannya saja sekitar 4-5 sendok spatula.

Bibit F2 yang telah dipindahkan ke media produksi siap ditutup kembali

Ambil kapas bekas yang telah disterilkan, Sebelum digunakan untuk menyumbat/menutup media F3, bagian ujung kapas sebaiknya dibakarkan ke api lampu bunsen, namun tidak sampai membakar kapas

39

Setelah bagian ujung media F3 disumbat kapas steril, lalu ikat dengan karet gelang.

Namun tutup media produksi (F3) juga dapat diberikan cincin paralon sehingga tidak perlu diikat karet. Cincin paralon berkuran diameter inch dan tinggi 2-3 cm. Pemberian sumbat kapas bekas pada media F3 bertujuan : (1) sebagai filter sirkulasi udara ke media produksi, (2) memberi kebutuhan oksigen bagi pertumbuhan jamur Media yang telah diinokulasi selanjutnya siap dipindahkan ke ruang inkubasi

40

5.

Proses Inkubasi

Media produksi yang telah ditulari bibit jamur F2 selanjutnya diletakkan ke ruang inkubasi selama 40 hari, suhu ruang inkubasi 25 30 oC. Pada prinsipnya ruang inkubasi adalah ruang pertumbuhan jamur tiram, jika bagus, maka miselia akan tumbuh dan merambat ke bawah dan media bag log akan menjadi putih karena berisi miselia jamur tiram. Pada ruang inkubasi kapas belum dilepas dari bag log.

Gambar 39. Ruang inkubasi (A) dan bag log siap dipindah ke ruang pertumbuhan (B) Bag log yang gagal diinokulasi akan menunjukkan tanda-tanda kegagalan antara lain : (1) tumbuh jamur kontaminan berwarna hitam, (2) tumbuh jamur kontaminan berwarna hijau, (3) tidak ada perubahan warna (warna media tidak berubah). Bag log-bag log jamur yang gagal tumbuh harus dikeluarkan dari ruang inkubasi lalu diganti oleh bag log lain yang baru diinokulasi. Kegagalan atau kontaminasi disebabkan oleh proses sterilisasi tidak sempurna atau saat inokulasi peralatan kurang steril atau ruangan tidak steril.

B Gambar 40. Pertumbuhan jamur tiram berwarna putih (A) dan pertumbuhan jamur kontaminan berwarna hitam (B)

Oleh sebab itu akan lebih baik jika ruang inkubasi dan ruang pertumbuhan merupakan ruang yang terpisah, namun jika tidak terpisah maka ruang inkubasi sekaligus akan berfungsi sebagai ruang pertumbuhan. Jika ruangan terpisah, maka bag log yang telah memutih dan tidak terdapat kontaminan dapat dipindah ke ruang pertumbuhan. Jika miselia dalam bag log
41

telah memutih, tunggu hingga miselia menerobos kapas. Enam minggu setelah inokulasi biasanya akan muncul tubuh buah jamur. Setelah jamur muncul menembus kapas, jamur akan tumbuh terus hingga dapat dipanen. Jamur dipanen ketika tudung telah tumbuh sempurna. Setelah panen pertama, maka sebaiknya plastik bagian ujung disobek agar jamur menjadi lebih leluasa dan cepat tumbuh.

Gambar 41. Petumbuhan jamur sebelum plastik disobek (A) dan setelah disobek (B)

6.

Pemeliharaan

Kegiatan pemeliharaan jamur bertujuan untuk menghasilkan produksi tubuh buah jamur yang optimal dan mengurangi/mencegah tingkat kegagalan produksi. Beberapa kegiatan pemeliharaan yang dapat dilakukan antara lain : Ruang inkubasi/pertumbuhan harus selalau bersih, jangan ada air tergenang karena akan banyak nyamuk Kondisi media harus selalu lembab, hal ini dapat dilakukan dengan cara menyiram air memggunakan sprayer pada pagi hari. Media kering menyebabkan jamur sulit membentuk tubuh buah Kurangi banyaknya penyiraman pada bag log yang telah tumbuh tubuh buah, penyiraman pada kondisi tubuh buah telah muncul diusahakan mengenai media, bukan tubuh buahnya karena genangan air pada tubuh buah bisa menyebabkan busuk. Bag log diletakkan berbaring, sehingga penyiraman air tidak menyebabkan genangan karena air akan menetes sehingga tidak menyebabkan media busuk atau tubuh buah busuk Jika terdapat serangan lalat buah atau ulat, lakukan penyemprotan dengan menggunakan pestisida organik, antara lain : larutan bawang putih atau nikorak (campuran biji mahoni, tembakau, dan daun jarak) Media jamur akan menyusut dan bobotnya berkurang seiring dengan berkurangnya nutrisi dalam media jamur

42

A Gambar 42. Kondisi ruangan selalu bersih (A), penyiraman media untuk menjaga kelembaban (B) 7. Panen

Panen dilakukan ketika tubuh buah telah muncul. Tubuh buah rata-rata muncul setelah 40 hari. Selanjutnya panen dilakukan sebanyak 4 6 kali, dengan masa panen 2-3 bulan. Tubuh buah tidak akan muncul ketika nutrisi dalam bag log berkurang yang ditandai oleh menyusutnya bag log dan berkurangnya berat bag log. Beberapa kegiatan yang perlu diperhatikan terkait dengan pemanenan tubuh buah jamur adalah sebagai berikut : Jika bakal tubuh buah telah muncul, maka setelah 3 hari jamur sudah dapat dipanen Setiap bag log dalam plastik PP ukuran 18 x 35 cm rata-rata akan menghasilkan 3 4 ons jamur. Lalukan penyiraman setiap setelah panen agar media tumbuh tetap lembab, karena media yang kering tidak akan menumbuhkan jamur. Jika dalam satu bag log terdapat beberapa rumpun jamur, pada saat panen rumpun-rumpun yang ada harus dihilangkan/dipanen semua. Jika rumpun-rumpun lain tetap dipertahankan, maka rumpun tersebut tidak akan besar, sehingga akan menghabiskan waktu Pemanenan semua rumpun yang ada akan memberikan kesempatan tumbuh rumpun tubuh buah berikutnya

43

Setiap kali panen, media bekas tempat tumbuh dan seluruh bagian permukaan yang lain sebaiknya dikerik dengan sendok atau pisau karena biasanya media tersebut telah kering dan keras. Dengan dikerik maka akan memudahkan kesempatan miselia di bagian dalam untuk membentuk tubuh buah berikutnya

Tubuh buah yang telah dipanen dibersihkan dari media bekas tumbuhnya dengan cara dipotong menggunakan pisau. Umumnya media tumbuh terbawa akar tubuh buah saat panen jamur.

Lakukan pengepakan jamur dengan cara menata dalam kantong plastik bening secara menarik Jamur harus segera dipasarkan karena daya tahannya tidak lama (24 jam) akan cepat membusuk, kecuali diletakkan dalam lemari es. Jamur siap dipasarkan

44

4.5 Analisis Usaha Jamur Tiram


Secara sederhana analisis usaha jamur tiram dapat dijelaskan sebagai berikut : Sarana dan prasarana termasuk kumbung (ruang pertumbuhan) dianggap merupakan investasi Biaya produksi per bag log : Rp 1.100 Kegagalan sekitar 10%, jadi biaya produksi : Rp 1.100 + 110 = Rp 1.210 atau 1.250 Produksi tubuh buah/bag log : 0,3 kg Harga jamur segar/kg : Rp 8.000 Hasil penjualan jamur/bag log : 0,3 kg x Rp 8.000 = Rp 2.400 Keuntungan per bag log : Rp 2.400 Rp 1.250 = Rp 1.150 Kapasitas rumah pertumbuhan 13 m x 16 m : 10.000 bag log Keuntungan 1 rumah pertumbuhan : 10.000 x Rp 1.150 = Rp 11.500.000

Gambar 43. Sate jamur (A) dan keripik jamur (B)

45

Anda mungkin juga menyukai