Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI

“UJI EKOSISTEM BAWAH TANAH”

Disusun oleh : Kelompok 3 :

1. Anatasya Agustina P2.31.33.0.17. 003

2. Dio Rida Ramadhani P2.31.33.0.17. 008

3. Miftah Dian Pratiwi P2.31.33.0.17. 024

4. Muhammad Rizki Nugraha P2.31.33.0.17. 025

5. Ni Putri Aryati Rahadi P2.31.33.0.17. 029

6. Rointan Novitasari P2.31.33.0.17. 033

TINGKAT I KELAS DIII-A JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN

POLTEKKES KEMENKES JAKARTA II

Jl. Hang Jebat III/F3 KebayoranBaru, Jakarta 12120 Telp. 021.7397641, 7397643

Fax. 021.7397769 E-mail: info@poltekkesjkt2.ac.id Website: http://poltekkesjkt2.ac.id

TahunAkademik 2017/2018

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Latar belakang dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengevaluasi
praktikum mata kuliah ekologi kesehatan yaitu tentang kehidupan bawah tanah
yang di lakukan pada cacing tanah. Percobaan ini dilakukan karena keingintahuan
kami mengenai kehidupan cacing di bawah tanah yang berfungsi sebagai dasar
aplikasi kepada lingkungan dalam proses pembusukan. Populasi cacing tanah
akan berhubungan dengan pembentukan porositas makro tanah sebagai mata
rantai peranan cacing dalam menjaga system hidrologis pada ekosistem tanah.
Cacing adalah suatu makhluk makro yang berada dalam tanah, sebagai
pengurai jasad lain, mulai dari hewan yang mati, daun gugur, akar yang mati
hingga jasad manusia yang telah tutup usia hingga batu kapur. Cacing yang
dimaksud adalah cacing tanah. Cacing tanah (Lumbricus rubellus) sering disebut
“perut bumi” karena semua mikroorganisme menguntungkan ada di perut cacing
tanah. Karenanya, cacing tanah berperan penting dalam mempercepat proses
pelapukan bahan organik sisa. Dengan kemampuannya memakan bahan organik
seberat badannya sendiri setiap 24 jam, cacing tanah mampu mengubah semua
bentuk bahan organik menjadi tanah subur.

2
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara cacing berkembangbiak?
2. Faktor apa saja yang dibutuhkan cacing untuk bertahan hidup?
3. Bagaimana kehidupan cacing dibawah tanah?
4. Bagaimanakah peran cacing dalam tanah?

C. Tujuan
1. Dapat mengetahui cara perkembangbiakan cacing dibawah tanah.
2. Dapat mengetahui faktor-faktor apa saja yang dibutuhkan cacing untuk
bertahan hidup.
3. Dapat dapat mengetahui kehidupan cacing dibawah tanah.
4. Dapat mengetahui peran cacing dalam tanah.

3
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Cacing Tanah
Cacing tanah jenis Lumbricus mempunyai bentuk tubuh pipih. Jumlah
segmen yang dimiliki sekitar 90 - 195 dan klitelum yang terletak pada segmen 27-
32.Sebagaian besar cacing tanah hidup bebas. Jenis lainnya hidup sebagai parasit
yang menempel sementara pada tubuh vertebrata, termasuk manusia. Cacing tanah
umumnya hidup di dasar laut dan perairan tawar. Beberapa jenis lainnya hidup di
tanah dan tempat – tempat lembab.Cacing tanah hidup di perairan dan tanah di
dalam liang yang di buatnya.
Sistem pencernaan cacing tanah adalah sudah lengkap, terdiri dari mulut,
faring, esofagus (kerongkongan), usus, dan anus. Cacing ini sudah memiliki
pembuluh darah sehingga memiliki sistem peredaran darah tertutup. Darahnya
mengandung hemoglobin sehingga berwarna merah. Pembuluh darah yang
melingkari esofagus memiliki struktur berotot. Pembuluh darah berfungsi
memompa darah ke seluruh tubuh.

Cacing tanah pada umumnya bereproduksi secara seksual dengan


pembentukan gamet. Beberapa jenis dapat bereproduksi secara aseksual dengan

4
fragmentasi, kemudian beregenerasi. Organ kelamin jantan testir dan organ
kelamin betina ovarium ada yang terdapat pada satu individu (hermafrodit) dan
ada yang terpisah pada individu yang berbeda (gonokoris)
Berdasarkan hasil penelitian modern, seperti yang dilaporkan dalam
publikasi Dr. Ni Luh Kartini, mengungkapkan bahwa lahan pertanian yang
mengandung cacing tanah pada umumnya memang lebih subur. Pasalnya, tanah
yang bercampur dengan kotoran cacing memberikan banyak manfaat bagi
tanaman. Proses perubahan kondisi tanah dapat dijelaskan secara ilmiah.
Awalnya, cacing tanah membuat lubang dengan cara mendesak massa tanah atau
memakan langsung massa tanah (Minnich 1977). Setelah dicerna, sisa-sisa bahan
tersebut dilepaskan kembali sebagai buangan padat (kotoran).Edwards dan Lofty
(1977), penulis buku yang mengupas biologi tentang cacing tanah, “Biology of
Earthworms” di New York 1977 yang menyatakan, sebagian besar bahan tanah
mineral yang dicerna cacing tanah dikembalikan ke dalam tanah dalam bentuk
nutrisi yang mudah dimanfaatkan oleh tanaman. Namun, produksi alami kotoran
cacing tanah di alam bergantung pada spesies, musim, dan kondisi populasi yang
sehat.
Selain itu, kotoran cacing tanah juga kaya unsur hara. Pasalnya, aktivitas
cacing tanah mampu meningkatkan ketersediaan unsur hara N, P, dan K di dalam
tanah. Unsur-unsur tersebut merupakan unsur pokok bagi tanaman. Penelitian
terhadap tanah-tanah gundul di bekas tambang di Ohio, Amerika Serikat,
menunjukkan, cacing tanah dapat meningkatkan kadar K tersedia 19% dan P
tersedia 165%
Di samping menyuburkan tanah, lubang bekas jalan cacing tanah berada
juga berfungsi memperbaiki aerasi dan drainase di dalam tanah sehingga tanah
menjadi gembur. Cacing tanah juga membantu pengangkutan sejumlah lapisan
tanah dari bahan organik dan memperbaiki struktur tanah.
Richard (1978), seorang ahli tanah yang pernah merangkum penelitiannya
dalam buku berjudul “Introduction to the Soil Ecosystem” menyatakan, cacing
tanah mampu melakukan penggalian lubang hingga kedalaman satu meter
sehingga dapat meresapkan air dalam volume yang lebih besar, serta mengurangi

5
aliran permukaan dan erosi tanah. Dengan begitu, selain mencegah erosi, cacing
tanah juga mampu meningkatkan ketersediaan air tanah.
Cacing tanah akan makan apa saja yang bersifat organik yang dapat
diuraikan dan harus lembab. Cacing tanah tidak bisa makan makanan kering.
Makanan dicerna dalam ampela, yang bertindak seperti gigi untuk menggiling
makanan. Usus memecahnya lebih lanjut dan keluar sebagai kotoran (castings)
yang sangat bermanfaat bagi tanaman.
Berikut adalah makanan kesukaan cacing tanah:
 Kardus atau koran yang sudah disobek-sobek dan dilembabkan
 Dedaunan mati
 Kulit telur hancur
 Sabut kelapa
 Potongan sayur
 Sisa kupasan kulit kentang, apel, pisang dan kulit sayuran/buah lain
 Faktor yang mempengaruhi cacing bertahan hidup yaitu:
a. Kemasaman (pH) Tanah

Kemasaman tanah sangat mempengaruhi populasi dan aktifitas cacing


sehingga menjadi faktor pembatas penyebaran dan spesiesnya. Umumnya
cacing tanah tumbuh baik pada pH sekitar 7,0 namun L.terrestris dan A.
caliginose dijumpai pada pH 5,2 – 5,4; beberapa spesies tropis
genus megascolex hidup pada tanah masam ber pH 4,5 – 4,7 dan Bimastos
lonnbergi pada pH 4,7 – 5,1 bahkan Dendrobaena Octaedra tanah pada pH
dibawah 4,3 sehingga dianggap spesies yang tahan masam. Dilain
pihak, Eiseinia foetida lebih menyukai pH 7,0 – 8,0

b.  Kelengasan Tanah

Sekitar 75 – 90% bobot cacing tanah hidup adalah air (Gran cit. Anas


1990) sehingga dehidrasi (pengeringan) merupakan hal yang sangat
menentukan bagi cacing tanah. Secara alamiah, cacing akan bergerak
ketempat yang lebih basah atau diam jika terjadi kekeringan tanah. Apabila

6
tidak terhindar dari tanah kering, ia tetap dapat bertahan hidup meskipun
banyak kehilangan air tubuhnya. Sebagian besar Lumbrisidae dapat
hidup[ meski tubuhnya telah kehilangan hingga 50% air bahkan L.
Terrestris hingga 70% dan A. Chlorotica hingga 75%.

c. Temperatur

Aktifitas, pertumbuhan, metabolism, respirasi dan reproduksi cacing


tanah dipengaruhi perbedaan temperature sebagai berikut :

a. Jumlah kokon produksi A Caliginosa dan beberapa spesies


lumbridae lainya berlipat 4 kali pada temperature 6 – 16oC.
b. Penetasan kokon A. chlorotica hanya berlangsung 36 hari pda
temperature 20oC, lebih cepat ketimbang 49 hari pada 15oC dan 112
hari pada 10oC.
c. Priode dewasa lebih cepat,yaitu 13 minggu pada 18oC ketimbang
28-42 minggu pada ruang tanpa pemanasan dan 17-19 minggu pada
15oC; E foetida perlu 6,5 pada 28oC ketimbang 9,5 minggu pada
18oC.
d. Temperature permukaan tanah optimum untuk aktifitas cacing
tanah di malam hari adalah 10,5oC,berselisih minimal 2oCdi atas
rumput dan ada hujan 4 hari sebelumnya. Limit atas temperature
kematian cacing tanah selah terpapar 48 jam adalah
28o untuk L.terretris, 26o CuntukA.caliginosa 25o C untuk E
foetida (50%mati pada 24,7o C) dan pheretima hupiensis (50%mati
pada 24,9oC) serta 29,7o C untuk E. rosea (50%mati pada
26,3oC),dan 34-38,5oC untuk H.africanus.

e. Aerasi dan CO2


Tekanan CO2 mempengaruhi distribusi cacing tanah meskipun
distribusi spesies seperti E.eiseni danD.octaedra pada beberapa tempat

7
lebih di batasi oleh minimalnya tekanan oksigen yang terjadi pada
musim-musim tertentu,tetapi penemuan Satchell ini rancu dengan
beberapa faktor seperti Ph,kelengasan tanah,jumlah bahan organik
segar,penutupan tanah oleh tanaman,dan status mikroba.E eiseni ini
terlihat berkorelasi dengan potensial reduksi oksidas. Pendapat ini juga
terbantah oleh penemuan Boyton dan Rompton Bahwa tekanan O 2pada
kedalaman tanah di bawah 150 cm selama 6 bulan / pertahun dan
kedalaman 90 cm selama 11 minggu/tahun hanya kurang dari 10% dan
ternyata ada beberapa spesies yang masih tetap hidup dalam waktu yang
lama (Hanafiah,2003).

f. Bahan Organik
Distribusi bahan organic dalam tanah berpengaruh terhadap cacing
tanah karena terkait dengan sumber nutrisinya sehingga pada tanah
miskin bahan organik hanya sedikit jumlah cacing tanah yang di
jumpai. Namun apabilacacing tanah sedikit namun bahan organik segar
banyak,pelapukannya akan terhambat,seperti terlihat Wales, Australia
yang tanpa cacing tanah,akumulasi sisa rumput dapat setebal 4
cm,begitu cacing tanah diintroduksi akumulasi ini tidak lagi terjadi
(Subba Rao, 1994).

g. Jenis Tanah
Hubungan jenis tanah dengan populasi dan spesies cacing tanah
telah diteliti Gulddi Skotlandia. Populasi cacing tanah paling banyak
dijumpai pada tanah lempung ringan, pasir ringan, dan lempung sedang,
kemudian pada alluvial, liat, dan lempung berkerikil serta paling sedikit
pada tanah gambut. Kemudian dari segi keragaman spesies, paling
banyak terdapat pada tanah bertekstur pasir ringan, serta pada tanah
lempung, liat, dan alluvial (Hanafiah, 2003).

8
h. Suplai Pakan
Berdasarkan hasil-hasil penelitian, dalam menyuplai nutrisi atau
pakan berupa sisa-sisa tanaman (serasah bagi cacing tanah perlu
diperhatikan palatabilitas (derajat kesukaan) dedaunan tersebut.
1) ada yang lebih menyukai serasah segar yang berkalsium tinggi,
seperti L.rubellus (yang memiliki alat mekanik pengeksresi
kalsium, sehingga berperan penting dalam perbaikan kejenuhan
basa dan pH) dan ada yang menyukai serasah yang mulai melapuk,
seperti A. caliginosa yang juga memakan miselia jamur.
2) Umumnya lebih menyukai serasah berkarbohidrat-larut, gula dan
berprotein tinggi, L. terrestris lebih menyukai serasah
tanaman Alnus glutinosa yang berkadar N > 1.4% ketimbang
serasah berkadar N < 1%.
3) Umumnya paling tidak menmyukai serasah conivera seperti daun
pinus jarum, cemara, larch, spruce, oak, dan beech, karena (a)
bertanin pekat, (b) berpolifenol larut air atau berfenol polihidrik
tinggi, beralkaloid pahit atau senyawa aromatic noxsions.
4) Urutan palabilitas (kelebihsukaan) terhadap serasah adalah daun
selada, kale, biet, elm, jagung, lime, birch, oak, dan beech.
5) Inokulasi sel-sel bakteri ke daun meningkatkan konsumsi serasah,
sedangkan penyemprotan pestisida kimiawi sebaliknya.

B. Peran Cacing dalam Tanah


1. Kotoran cacing dapat meningkatkan kesuburan tanah atau kadar NPK
pada tanah yang di huninya.

9
Cacing tanah ternyata bisa menjadi bahan baku untuk pembuatan pupuk
kompos (kascing). Karena pupuk kompos yang dihasilkan dari Lumbricus
Rubellus ini memiliki unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman,
diantaranya Kotoran yang dikeluarkan oleh cacing tanah banyak
mengandung unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman seperti nitrogen,
fosfor, mineral, dan vitamin. Karena mengandung unsur hara yang lengkap,
apalagi nilai C/N nya kurang dari 20 maka kotoran cacing yang biasa
disebut casting dapat digunakan sebagai pupuk.
Lahan pertanian yang mengandung cacing tanah pada umumnya akan
lebih subur karena tanah yang bercampur dengan kotoran cacing tanah
sudah siap untuk diserap oleh akar tanaman. Cacing tanah yang ada di
dalam tanah akan mencampurkan bahan organik pasir ataupun bahan antara
lapisan atas dan bawah. Aktivitas ini juga menyebabkan bahan organik akan
tercampur lebih merata.
Pada tahun 1941 hasil penelitian T.C. Puh menyatakan, bahwa karena
aktivitas cacing tanah, maka N, P, K tersedia dan bahan organik dalam tanah
dapat meningkat. Unsur-unsur tersebut merupakan unsur pokok bagi
tanaman.
Tahun 1949 Stockli dalam penelitiannya menjelaskan, bahwa humus
dan mikroflora kotoran cacing tanah lebih tinggi dari tanah aslinya.
Demikian juga percobaan pada tanah-tanah gundul bekas tambang di Ohio

10
(Amerika Serikat) menunjukan, bahwa cacing tanah dapat meningkatkan
kadar K tersedia 19% dan P tersedia 165%.
Tahun 1979, Wollny juga menyatakan bahwa cacing tanah
mempengaruhi kesuburan dan produktivitas tanah. Dengan adanya cacing
tanah, kesuburan dan produkvitas tanah akan meningkat. Selain itu cacing
tanah juga dapat meningkatkan daya serap air permukaan. Liang cacing
tanah yang ditinggal dalam tanah berfungsi memperbaiki aerasi dan drai-
nase.Keduanya sangat penting dalam pembentukan tanah. Cacing tanah juga
membantu pengangkutan sejumlah lapisan tanah dari bahan organik.
Lapisan bawah permukaan dan mencampurkan tanah dari bahan organik
dengan bahan organik.
2. Memperbaiki Struktur Tanah
Cacing tanah juga dapat memperbaiki dan mempertahankan struktur
tanah. Lubang-lubang cacing dan humus secara langsung menjadikan tanah
gembur. Cacing ini memakan oarganisme hidup yang ada di dalam tanah
dengan cara menggali tanah.Kemampuannya yang dapat menggali
bermanfaat dalam menggemburkan tanah. lorong lorong yang dibuatnya
dalam tanah ( terutama pada lapisan top soil ) memungkinkan masuknya
udara sehat ke dalam tanah dan terdesaknya kelebihan zat CO2 ke luar
dalam tanah
Cacing tanah adalah nama yang umum digunakan untuk kelompok
Oligochaeta, yang kelas dan subkelasnya tergantung dari penemunya dalam
filum Annelida. Cacing tanah termasuk hewan tingkat rendah karena tidak
mempunyai tulang belakang (invertebrata). Cacing tanah termasuk kelas
Oligochaeta. Famili terpenting dari kelas ini Megascilicidae dan
Lumbricidae Cacing tanah bukanlah hewan yang asing bagi masyarakat
kita, terutama bagi masyarakat pedesaan.

11
Cacing tanah secara terus-menerus akan:
 Mengubah humus menjadi unsur hara yang dapat
dimanfaatkantanaman.
 Menggali tanah sehingga menambah udara yang masuk ke dalam tanah.
 Meningkatkan struktur tanah dan drainase air.
 Membawa ke atas unsur hara dari bagian dalam tanah untuk
memberikanpasokan makanan pada perakaran tanaman.
Dengan cacing membuat tanah menjadi sehat dan tanaman sehat juga
yang mampu menghasilkan buah yang bagus dan sehat pula.
Cacing makhluk yang sangat aneh, yang disukai berupa bagian-bagian
kotor tetapi peranan cacing sangatlah penting sekali, jika di bumi tidak ada
cacing apa jadinya bumi ini, banyak sekali kotoran dimana -mana tidak ada
yang ada mampu mengurainya.
Dengan demikian, cacing tanah membantu menjaga kelangsungan
hidup bumi secara seimbang. Cacing telah memberikan banyak keuntungan
bagi makhluk hidup dan lingkungan sekitarnya.

12
BAB III
METODE KERJA

A. Alat dan Bahan


1. Toples kaca
2. Cacing (30 ekor)
3. Tanah Berpasir
4. Tanah merah
5. Tanah humus/kompos
6. Daun kering
7. Daun segar
8. Air
9. Koran
10. Kain kasa
11. Tali rafia
12. Penggaris

B. Cara Kerja
1. Siapkan alat dan bahan terlebih dahulu.
2. Pastikan botol kaca/toples dalam keadaan Daun Kering & Basah
bersih/sudah dicuci.
Tanah Berpasir
3. Pada awal pekerjaan, mula-mula kita
Tanah Humus
masukanterlebih dahulu tanah merah sebanyak
1/3 kedalam toples atau setinggi 2 cm. Tanah Merah

4. Lalu masukan tanah humus sebanyak 1/3 Cacing Tanah

tinggi toples secara merata. Tanah Berpasir

5. Setelah itu masukan kembali tanah berpasir Tanah Humus

sebanyak 1/3kedalam toples. Tanah Merah

13
6. Kemudian cacing yang sudah diukur langsung masukan kedalam toples
tadi yang sudah terisi sebagian bahan-bahannya sebanyak 35 ekor.
7. Lalu masukan kembali tanah merah, tanah humus, dan tanah berpasir
sebanyak 1/3 kedalam toples.
8. Selanjutnya potong kecil-kecil daun kering dan daun basah lalu
masukkan ke dalam toples usahakan hingga tertutup.
9. Beri percikan air setelah itu tutup toples dengan kain kassa dan diikat
menggunakan tali raffia.
10. Simpan pada suhu ruangan selama 3 bulan.
11. Setiap harinya amati dan beri air secukupnya.

BAB IV

14
HASIL PENGAMATAN

A. Tabel Hasil Pengamatan

1. Ukuran Cacing Sebelum Perkembangbiakan, 14 Maret 2018

1) 2 cm 6) 6,5 cm 11) 8 cm 16) 10,5 cm

2) 2,5 cm 7) 2,5 cm 12) 8,5 cm 17) 7 cm

3) 3 cm 8) 3,5 cm 13) 7 cm 18) 6 cm

4) 2 cm 9) 4 cm 14) 2,5 cm 19) 5 cm

5) 5 cm 10) 4 cm 15) 6 cm 20) 9 cm

2. Ukuran Cacing Sesudah Perkembangbiakan, 16 Mei 2018

1) 4 cm 6) 8,5 cm 11) 12 cm 16) -

2) 5 cm 7) 6 cm 12) 13 cm 17) -

3) 8 cm 8) 8,5 cm 13) 12 cm 18) -

4) 6 cm 9) 9 cm 14) - 19) -

5) 6,5 cm 10) 9 cm 15) - 20) -

Ket : tanda (–) artinya cacing telah mati dan terurai dalam tanah

Grafik Hasil Pengamatan

15
Grafik Pengukuran Panjang Cacing
14

12

10
Panjang Cacing

8
awal
akhir
6

0
g 1 g 3 g 5 g 7 g 9 11 13 1 5 1 7 19
cin cin cin cin cin ing ing ing ing ing
ca ca ca ca ca cac cac cac cac cac

 Pada tanggal 14 Maret 2018: Kehidupan cacing tanah masih dalam keadaan
sehat dan ukurannya masih utuh.
 Pada tanggal 21 Maret 2018 : Keadaan tanah sudah mulai kering dan belum
terlihat adanya perubahan dari tanah baik dari setiap lapisan tanah.
 Pada tanggal 24 April 2018 : Lapisan-lapisan tanah sudah mulai tercampur
rata pada lapisan ke 2 yaitu pada tanah humus sampai pada lapisan ke 4.
 Pada tanggal 2 Mei 2018 : Mulai terjadi kegemburan tanah akibat adanya
ekosistem cacing pada tanah yang menyebabkan tanah menjadi gembur.
 Pada tanggal 16 Mei 2018 : Pembongkaran pada ekosistem buatan,
banyaknya cacing yang berkurang, tidak hanya jumlah cacingnya saja yang
berkurang melainkan ukurannya yang berbeda-beda. Ada yang bertambah
panjang , ada yang bertambah besar ada juga yang bertambah panjang namun
makin mengecil atau kurus.

16
BAB V

PEMBAHASAN

Berkurangnya ukuran cacing menurut hipotesis kami disebabkan karena


faktor dari makanan atau nutrisi. Selama di dalam toples (ekosistem tanah buatan),
cacing mengambil nutrisi dari sisa-sisa air, dedaunan kering dan basah yang
membusuk kemudian menjadi makanan bagi mereka. Dikarenakan kemungkinan
makanan tersebut habis yang membuat cacing banyak yang mati namun ada
beberapa cacing yg berkembangbiak dan melahirkan.
Faktor lainnya yaitu suhu, kelembapan, pH, dan ketersediaan bahan organik.
Temperatur tanah yang ideal untuk pertumbuhan cacing tanah berkisar antara
150C-250C. Kelembapan yang ideal untuk cacing tanah adalah antara 15%-50%.
Keasaman tanah (pH) yang ideal untuk cacing tanah adalah pH 6 – 7,2.
Cacing bereproduksi denganmembelah diri, maka sewaktu bereproduksi itu
tubuh cacing menjadi memendek dari ukuran semula. Interaksi antar komponen-
komponen penyusun ekosistem tanah juga berperan disini. Dimana tanah humus
sangat baik untuk perkembangbiakan cacing tanah. Dedaunan kering maupun
basah juga baik sebagai sumber nutrisi cacing.
Cacing tanah dapat membuat tanah menjadi gembur dalam beberapa
minggu. Lubang bekas jalan cacing tanah berada berfungsi memperbaiki aerasi
dan drainase di dalam tanah sehingga tanah menjadi gembur.
Cacing tanah memakan organisme hidup yang ada di dalam tanah dengan
cara menggali tanah. Lorong-lorong yang dibuatnya dalam tanah (terutama pada
lapisan atas) memungkinkan masuknya udara sehat ke dalam tanah dan
terdesaknya kelebihan zat CO2 ke luar dalam tanah. Kemampuannya yang dapat
menggali bermanfaat dalam menggemburkan tanah.

17
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dalam ekosistem buatan ini terjadi interaksi antar komponen-komponen
penyusun ekosistem tanah. Cacing tanah dapat membuat tanah menjadi gembur
serta dapat membuat lorong-lorong dalam beberapa minggu. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kehidupan cacing tanah yaitu suhu, kelembapan, pH, dan
ketersediaan bahan organik.
Cacing memiliki peran di dalam tanah peran utama cacing di dalam tanah
adalah mengubah humus menjadi unsur hara yang dapat dimanfaatkan tanaman,
menggali tanah sehingga menambah udara yang masuk ke dalam tanah,
meningkatkan struktur tanah dan drainase air, serta membawa ke atas unsur hara
dari bagian dalam tanah untuk memberikan pasokan makanan pada perakaran
tanaman.

B. Saran
1. Dalam melakukan praktikum ini gunakan cacing
ukuran sedang karena jika menggunakan cacing ukuran kecil
dikhawatirkan tidak dapat hidup.
2. Untuk daun basah dan kering dipotong dengan
bagian yang sangat kecil karena itu merupakan makanan bagi cacing.
3. Toples harus setiap hari di beri air agar menjaga
kelembaban tanah.

18

Anda mungkin juga menyukai