Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN

PRAKTEK KULIAH LAPANGAN


REKAYASA PELAKSANAAN KONSTRUKSI

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2

MUH. ADITYA KURNIAWAN / F 210 15 005


RISKA SARMADAYANTI HI. LAMBI / F 210 16 048
NABILA / F 210 16 056
GRACE GLORIA / F 210 16 013
REIN JAUHARI / F 210 16 068

DOSEN PEMBIMBING :
NOVITA PRADANI, ST. MT

FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL (D3)
UNIVERSITAS TADULAKO
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan ini telah diselesaikan sebagai salah satu syarat kelulusan mata kuliah Rekayasa
Pelaksanaan Konstruksi (RPK)

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL (D3)


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TADULAKO

Di Susun Oleh kelompok 2 :

1. MUH. ADITYA KURNIAWAN / F 210 15 005


2. RISKA SARMADAYANTI HI. LAMBI / F 210 16 048
3. NABILA / F 210 16 056
4. GRACE GLORIA / F 210 16 013
5. REIN JAUHARI / F 210 16 068

Mengetahui, Diperiksa oleh


Koordinator PKL Dosen Pembimbing

Irdhiani ST. MT Novita Pradani, ST.MT


NIP. NIP.

ii
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan karunia serta hidayah-Nya sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan
laporan kegitan ini, dengan judul “Laporan Kegitan Praktek Kuliah Lapangan Di
Kebun Kopi” . Laporan kegitan ini dibuat untuk melaporkan kegitan yang dilakukan oleh
mahasiswa selama melaksanakan Praktek Kuliah Lapangan pada hari Sabtu, 24 November
2018 di Kebun Kopi

Dalam penyusunan laporan kegiatan ini masih dirasakan banyak kekurangan, baik dalam
sistematika penyusunan maupun penggunaan kata-kata. Kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun sebagai cerminan kami dalam penyusunan laporan berikutnya. Akhirnya kepada Allah
jualah kami serahkan semuanya. Semoga laporan ini bisa bermanfaat khususnya bagi kelompok
kami, umumnya bagi para pembaca. Amin . . .

Palu, Desember 2018

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN…………………………………………………… . ………( )

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………..( )

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………… ( )

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG…………………………………………………………. .


1.2 TUJUAN KULIAH LAPANGAN…………………………………………………
1.3 MANFAAT KULIAH LAPANGAN… .…………………………………………..
1.4 LAPORAN………………………………………………………………………

BAB II HASIL KUNJUNGAN DAN OBSERVASI KULIAH LAPANGAN

2.1 DATA UMUM PROYEK…………………………………………………………. .


2.2 STRUKTUR ORGANISASI……………………………………………………. .
2.3 PELELANGAN…………………………………………………………. . . . . . . . .
2.4 STABILAN LERENG…………………………………………………………. .
2.5 K3 DAN APD…………………………………………………………. . .............

BAB III PENUTUP

1.1 KESIMPULAN…………………………………………………………………….
1.2 KRITIK DAN SARAN……………………………………………………………

LAMPIRAN/DOKUMENTASI……………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………….

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Kuliah Lapangan


Mahasiswa memerlukan pandangan langsung tentang bagaimana
dunia lapangan kerja yang sesungguhnya. Karena banyaknya lapangan kerja yang
membutuhkan tenaga kerja dengan berbagai keahlian dan terkadang mata kuliah yang
di ajarkan di dalam  kelas terasa kurang cukup, maka untuk menyeimbangkan mata
kuliah  yang telah di ajarkan, mahasiswa perlu terjun ke lapangan untuk melihat secara
langsung penggunaan alat dan penerapan langkah-langkah kerja di dalam dunia
pekerjaan bidang Teknik Sipil. Oleh sebab itu UNIVERSITAS TADULAKO
mengadakan kuliah lapangan dan melakukan kunjungan ke KEBUN KOPI.

Kunjungan yang diikuti Mahasiswa ini dilaksanakan selama sehari dan


diharapkan mampu memperoleh pengalaman dalam pelaksanaan, dapat membaca
gambar. Mahasiswa juga diharapkan dapat mengidentifikasi secara langsung penerapan
tata cara kerja di lapangan, kontrak yang dilakukan dan keterampilan apa saja yang
bisa kembangkan.

Mahasiswa pun bisa memiliki pandangan kedepannya tentang gambaran, ide


bahkan mungkin skill karena faktor penentu utama kita bekerja nantinya adalah skill/
keterampilan dan pengalaman kita, kalau pengalaman mungkin sarjana teknik sipil
yang baru lulus belum punya, tapi skill dapat di latih sewaktu kuliah lapangan ini
dipelajari sebelum terjun kedunia pekerjaan. Dalam sudut pandang yang lain, kuliah
lapangan ini juga bertujuan untuk memperkenalkan mahasiswa Program Studi Teknik,
Fakultas Teknologi Sipil Universitas Tadulako dalam dunia kerja sesungguhnya di
bidang keteknikan Sipil yang sebenarnya.

1.2 Tujuan Kuliah Lapangan


a. Memperkenalkan secara langsung kepada mahasiswa tentang pelaksanaan kerja
proyek konstruksi di lapangan
b. Hubungan antara mata kuliah yang diajarkan kampus dan implementasinya di dalam
dunia kerja .
c. Mahasiswa dapat mengetahui proses lelang proyek konstruksi
d. Mahasiswa dapat mengembangkan Skill/keterampilan di bidang Keteknikan Sipil

1
1.3 Manfaat Kerja Praktik

Manfaat yang diperoleh dalam melakukan kuliah lapangan di Proyek


Rekonstruksi dan penanganan lereng Napabomba - Kebun Kopi – Toboli adalah
dapat menambah pengetahuan tentang proses konstruksi di lapangan dengan
pengamatan langsung selama pengerjaan yang sedang berlangsung

1.4 Laporan

Dalam penulisan laporan karja praktik ini, data – data diperoleh dengan
berbagai cara antara lain :
a. Observasi, yaitu pengamatan yang dilakukan secara langsung di lapangan selama
satu hari
b. Melakukan dialog/wawancara antara Mahasiswa dengan pengawas dan kontraktor
c. Pengumpulan data yang dilakukan Mahasiswa berupa gambar/foto dan rekaman
suara

2
BAB II
HASIL KUNJUNGAN DAN OBSERVASI KULIAH LAPANGAN

2.1 Data Umum Proyek

Di dalam data umum proyek memuat informasi tentang

a. Nama Proyek : Rekonstruksi dan penanganan lereng Napabomba - Kebun Kopi -


Toboli

b. Lokasi : Napabomba - Kebun Kopi - Toboli

c. Kontraktor Pelaksana : WASCO – CKW SP KSO

d. Konsultan Supervisi : VIRAMA – AKP – CBM KSO

e. Waktu Pelaksanaan : 414 hari kalender

f. Waktu Pemeliharaan : 1095 hari Kalender

g. Nilai Kontrak : Rp. 123.296.446.000

h. Jenis Kontrak : Unite Price Contract

i. Sumber Dana : APBN TA 2017 dan 2018

2.2 Struktur Organisasi

Struktur organisasi proyek dapat di definisikan sebagai pengorganisasian dalam


lingkup pekerjaan proyek kontruksi yang mempunyai hubungan kerjasama yang baik dan
bertanggung jawab antar semua unsur-unsur yang terkait.

Untuk memperlancar pengawasan terhadap pekerjaan proyek Rekonstruksi


dan penanganan lereng Napabomba - Kebun Kopi – Toboli diperlukan suatu susunan
organisasi yang teratur dan jelas. Dalam Struktur Organisasi tersebut ada empat unsir yang
saling terlibat dan memegang peran penting dalam menangani pelaksanaan pekerjaan di
lapangan, sehingga perkerjaan dilapangan dapat berjalan dengan lancar.

Secara hukum dan fungsional bagian organisasi ini terkait dan berkerjasama
dengan fungsinya secara baik administrasi maupun dalam pelaksanaannya dilapangan.
Adapun unsur-unsur tersebut adalah :

3
a. Pemilik Proyek
b. Perencana
c. Pelaksana
d. Pengawas

2.3 Pelelangan Proyek Konstruksi

Pelelangan atau tender adalah suatu proses kegiatan penawaran pekerjaan yang
ditawarkan oleh pemilik proyek (owner) kepada rekanan (kontraktor), yang bertujuan
untuk memilih salah satu pelaksana pekerjaan yang memenuhi syarat.

Pelelangan dapat didefinisikan sebagai serangkaian kegiatan untuk


menyediakan barang/jasa dengan cara menciptakan persaingan yang sehat diantara
penyedian barang/jasa yang setara dan memenuhi syarat, berdasarkan metode dan tata
cara tertentu yang telah ditetapkan dan diikuti oleh pihak – pihak yang terkait secara
taat sehingga terpilih penyedia terbaik.
Setelah pra lelang, suatu proyek konstruksi yang akan dibangun akan dibuka
proses lelang dimana pengumumannya akan diumumkan melalui internet, koran,
maupun rekan-rekan owner. Proses lelang pada suatu proyek konstruksi terdiri dari:

1. Pengambilan Dokumen Lelang

4
2. Pembentukan Team Pelaksana Lelang (TPL)
3. Membaca & Mempelajari Dokumen Lelang
4. Aanwijzing Kantor dan Lapangan
5. Pelajari lebih mendalam Dokumen lelang
6. Survey Lapangan detail
7. Perhitungan Volume
8. Metode Kerja
9. Sub-Kontraktor
10. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
11. Pembuatan Pra Rencana Mutu Proyek
12. Plafond Harga Penawaran
13. Proses Komputer
14. Jaminan Bank, Referensi Bank dan Syarat-Syarat Administrasi.
15. Memperhitungkan kemampuan Lawan
16. Perhitungan Mark Up
17. Menyusun, Pengecekan dan Pemasukan Penawaran
18. Laporan hasil Lelang/-Tender
19.    Data-data tetap

Dalam proyek ini mereka menggunakan Kontral Unit Price, yaitu suatu kontrak
yang menitik beratkan beaya per unit volume, perunit panjang ataupun per unit berat..
kontrak ini dipakai jika kwalitas dan bentuk dari pekerjaan tersebut secara mendetil
dapat dispesifikasikan, tetapi jumlah volume atau panjangnya taj dapat diketahui
dengan tepat.  Jumlah pasti dari volume pekerjaan dapat diketahui di akhir pekerjaan.
Variasi dari unit price contract ini yaitu harga tetap tak berubah sampai kontrakselesai
(flat rate); atau harga dapat dikaitkan dengan perkiraan volume (sliding rate).

2.4 Stabilitas Lereng

Lereng adalah permukaan bumi yang membentuk sudut kemiringan tertentu


dengan bidang horizontal Lereng dapat terbentuk secara alamiah karena proses
geologi atau karena dibuat oleh manusia. Lereng yang terbentuk secara alamiah
misalnya lereng bukit dan tebing sungai, sedangkan lereng buatan manusia antara lain
yaitu galian dan timbunanuntuk membuat jalan raya dan jalan kereta api, bendungan,
tanggul sungai dan kanal serta tambang terbuka.Suatu longsoran adalah keruntuhan
dari massa tanah yang terletak pada sebuah lereng sehingga terjadi pergerakan massa
tanah ke bawah dan ke luar. Longsoran dapat terjadi dengan berbagai cara, secara
perlahan-lahan atau mendadak serta dengan ataupun tanpa tanda-tanda yang terlihat.
Setelah gempa bumi, longsoran merupakan bencana alam yang paling banyak

5
mengakibatkan kerugian materi maupun kematian. Kerugian dapat ditimbulkan oleh
suatu longsoran antara lain yaitu rusaknya lahan pertanian, rumah, bangunan, jalur
transportsi serta sarana komunikasi. Analisis kestabilan lereng harus berdasarkan
model yang akurat mengenai kondisimaterial bawah permukaan, kondisi air tanah dan
pembebanan yang mungkin bekerja pada lereng. 

Pada permukaan tanah yang miring, komponen gravitasi cenderung untuk


menggerakkan tanah ke bawah. Jika komponen gravitasi sedemikian besar sehingga
perlawanan geseran yang dapat dikerahkan oleh tanah pada bidang longsornya
terlampaui, maka akan terjadi kelongsoran lereng. Analisis stabilitas pada permukaan
tanah yang miring ini, disebut analisis stabilitas lereng.

Dalam menentukan kestabilan atau kemantapan lereng dikenal istilah faktor keamanan
(safety factor) yang merupakan perbandingan antara gaya-gaya yang menahan gerakan
terhadap gaya-gaya yang menggerakkan tanah tersebut dianggap stabil. Ada beberapa
faktor yang mempengaruhi kemantapan lereng, antara lain :

• Penyebaran batuan
Penyebaran dan keragaman jenis batuan sangat berkaitan dengan kemantapan
lereng, ini karena kekuatan, sifat fisik dan teknis suatu jenis batuan berbeda dengan
batuan lainnya. Penyamarataan jenis batuan akan mengakibatkan kesalahan hasil
analisis. Misalnya :
kemiringan lereng yang terdiri dari pasir tentu akan berbeda dengan lereng yang
terdiri dari lempung atau campurannya.

• Struktur geologi
Struktur geologi yang mempengaruhi kemantapan lereng dan perlu diperhatikan
dalam analisis adalah struktur regional dan lokal. Struktur ini mencakup sesar,
kekar, bidang perlapisan, sinklin dan antiklin, ketidakselarasan, liniasi, dll. Struktur
ini sangat mempengaruhi kekuatan batuan karena umumnya merupakan bidang
lemah pada batuan tersebut, dan merupakan tempat rembesan air yang mempercepat
proses pelapukan.

• Morfologi
Keadaan morfologi suatu daerah akan sangat mempengaruhi kemantapan lereng
didaerah tersebut. Morfologi yang terdiri dari keadaan fisik, karakteristik dan
bentuk permukaan bumi, sangat menentukan laju erosi dan pengendapan yang

6
terjadi, menent ukan arah aliran air permukaan maupun air tanah dan proses
pelapukan batuan.

• Iklim
Iklim mempengaruhi temperatur dan jumlah hujan, sehingga berpengaruh pula pada
proses pelapukan. Daerah tropis yang panas, lembab dengan curah hujan tinggi akan
menyebabkan proses pelapukan batuan jauh lebih cepat daripada daerah sub-tropis.
Karena itu ketebalan tanah di daerah tropis lebih tebal dan kekuatannya lebih rendah
dari batuan segarnya.

• Tingkat pelapukan
Tingkat pelapukan mempengaruhi sifat-sifat asli dari batuan, misalnya angka
kohesi, besarnya sudut geser dalam, bobot isi, dll. Semakin tinggi tingkat
pelapukan, maka kekuatan batuan akan menurun.

• Hasil kerja manusia


Selain faktor alamiah, manusia juga memberikan andil yang tidak kecil. Misalnya,
suatu lereng yang awalnya mantap, karena manusia menebangi pohon pelindung,
pengolahan tanah yang tidak baik, saluran air yang tidak baik, penggalian /
tambang, dan lainnya menyebabkan lereng tersebut menjadi tidak mantap, sehingga
erosi dan longsoran mudah terjadi.

Upaya pencegahan longsor sebenarnya sudah banyak dilakukan dari metode


tradisional atau sederhana dan berkembang hingga metode berteknologi canggih yang
rumit dan mahal. Yang paling sederhana adalah membuat terasering. Namun, upaya
ini hanya terfokus pada minimalisasi erosi akibat limpasan air hujan.

Untuk metode pencegahan longsor dengan cara yang lebih rumit, diantaranya
adalah dengan pembangunan turap, retaining wall maupun sheet pile pada lereng.
Cara-cara ini mampu meng-counter gaya yang timbul akibat perubahan morfologi
lereng, yang kebanyakan dibuat lebih curam maupun lebih tinggi. Namun,
penggunaan cara ini belum mampu mengantisipasi adanya longsoran-longsoran kecil,
karena cara-cara di atas belum ada yang mampu mengikat tiap butir tenah secara
baik. Yang dilindungi hanya tepi lereng yang diberi dinding penahan, sedangkan
lapisan atas tanah dibiarkan terbuka.

7
Metode pencegahan longsor lainnya menggunakan lapisan geosintetik yang
belakangan banyak dilakukan. Pada prinsipnya, metode ini dilakukan untuk mengikat
butir-butir tanah dengan memberikan lapisan selimut lolos air (permeable) untuk
menutupi seluruh permukaan tanah. Pada daerah dengan lereng curam, biasanya
lapisan geosintetik diikat ke lapisan tanah keras menggunakan angkur. Namun,
kelemahan dari metode ini, selain biaya yang mahal dan proses yang rumit, lapisan
tanah yang tertutup menjadi tidak produktif dan hanya mungkin ditumbuhi oleh
rerumputan.

Pada daerah pertanian dan perkebunan seperti Lembang dan sekitarnya, metode
geosintetik tentu saja tidak dapat diterapkan dalam skala yang luas untuk melindungi
lereng secara keseluruhan. Walaupun di atas lapisan geosintetik dapat ditutup dengan
lapisan tanah, namun pasti tingkat produktifitasnya tidak sebaik tanah asli. Akar-akar
tanaman yang ada dapat merusak lapisan geosintetik. Metode ini hanya cocok
diterapkan pada bangunan infrastruktur sipil yang memang memerlukan kestabilan
lereng yang baik, seperti :jalan, lining pada sungai, dan sebagainya

Teknik pelaksanaan penanganan lereng pada pekerjaan proyek Rekonstruksi


dan penanganan lereng Napabomba - Kebun Kopi – Toboli dimuali dari
penggalian dengan cara menggali tebing mulai dari atas dikarenakan alat berat tidak
akan bisa naik apa bila di lakukan penggalian mulai dari bawah dan juga kenapa
dilakukan penggalian mulai dari atas karena untuk mendapatkan elevasi yang sama
pada setiap trap nya.

Kemudian Yang menjadi penyebab utama sering terjadinya kelongsoran pada


lereng di kebun kopi yaitu faktor, iklim sehingga terjadinya kenaikan tekanan air pori
( akibat naiknya muka air tanah ) karena hujan yang berkepanjangan. Maka dari itu
pada pekerjaan proyek Rekonstruksi dan penanganan lereng Napabomba -
Kebun Kopi – Toboli digunakan cara pencegahan longsor menggunakan lapisan
geotextil atau geosintetik dengan dua lapisan, yaitu lapisan pertama menggunakan
geogrid yang berfungsi untuk menahan agregat tanah pada lereng, tapi karena ukuran
butiran tanah pada lereng lebih kecil dari pada rongga pada geogrid sehingga geogrid
diberi lapisan geomat di atas nya yang ukuran rongga nya kecil guna untuk menahan
butiran tanah yang kecil juga untuk menahan paparan matahari langsung ke geogrid
dan juga sebagai tempat tumbuhnya tanaman yang sengaja di tanam sebagai
pelindung geogrid dari paparan cahaya matahari langsung karena apabila geogrid
terus menerus terkena paparan matahari secara langsung geogrid tersebut tidak akan

8
berahan lama kemungkinan bertahan nya hanya 6 bulan, maka dari itu geogrid harus
di tutupi agar tdk terkena cahaya matahari langsung sehingga daya tahannya bisa
sampai 10 tahun. kemudian Lapisan geogrid dan geomat ditahan oleh paku angkur
sepanjang 1,5 m yang di tancapkan pada lereng agar tidak mudah terlepas. Setelah
seluruh pemasangan geogrid dan geomat telah selesai selanjutnya dilakukan
pembuatan saluran irigasi pada tiap trapnya guna untuk mencegah gerusan tanah oleh
air.

2.5 K3 dan APD

Filosofi dasar Keselamatan dan Kesehatan Kerja atau disingkat K3 adalah


melindungi keselamatan dan kesehatan para pekerja dalam menjalankan
pekerjaannya, melalui upaya-upaya pengendalian semua bentuk potensi bahaya yang
ada di lingkungan tempat kerjanya. Bila semua potensi bahaya telah dikendalikan dan
memenuhi batas standar aman, maka akan memberikan kontribusi terciptanya kondisi
lingkungan kerja yang aman, sehat, dan proses produksi menjadi lancar, yang pada
akhirnya akan dapat menekan risiko kerugian dan berdampak terhadap peningkatan
produktivitas.

K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) “Occupational Health and Safety”,


disingkat OHS. K3 adalah kondisi yang harus diwujudkan di tempat kerja dengan
segala daya upaya berdasarkan ilmu pengetahuan dan pemikiran mendalam guna
melindungi tenaga kerja, manusia serta karya dan budayanya melalui penerapan
teknologi pencegahan kecelakaan yang dilaksanakan secara konsisten sesuai dengan
peraturan perundangan dan standar yang berlaku.

Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) adalah bidang yang terkait dengan
kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan manusia yang bekerja di sebuah institusi
maupun lokasi proyek.

Secara keilmuan, keselamatan dan kesehatan kerja diartikan sebagai suatu ilmu
pengetahuan dan penerapannya dalam upaya mencegah kecelakaan, kebakaran,
peledakan, pencemaran, penyakit, dan sebagainya.

Keselamatan (safety), Keselamatan kerja diartikan sebagai upaya-upaya yang


ditujukan untuk melindungi pekerja; menjaga keselamatan orang lain; melindungi

9
peralatan, tempat kerja dan bahan produksi; menjaga kelestarian lingkungan hidup
dan melancarkan proses produksi.

Kesehatan (health), Kesehatan diartikan sebagai derajat/tingkat keadaan fisik


dan psikologi individu (the degree of physiological and psychological well being of
the individual). Secara umum, pengertian dari kesehatan adalah upaya-upaya yang
ditujukan untuk memperoleh kesehatan yang setinggi-tingginya dengan cara
mencegah dan memberantas penyakit yang diidap oleh pekerja, mencegah kelelahan
kerja, dan menciptakan lingkungan kerja yang sehat.

Tujuan utama dalam Penerapan K3 berdasarkan Undang- Undang No. 1 Tahun


1970 tentang Keselamatan Kerja yaitu antara lain :

2. Melindungi dan menjamin keselamatan setiap tenaga kerja dan orang lain di
tempat kerja.
3. Menjamin setiap sumber produksi dapat digunakan secara aman dan efisien.
4. Meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas nasional

Alat Pelindung Diri (APD) atau Personal Protective Equipment adalah alat-alat
atau perlengkapan yang wajib digunakan untuk melindungi dan menjaga keselamatan
pekerja saat melakukan pekerjaan yang memiliki potensi bahaya atau resiko
kecelakaan kerja. Alat-alat Pelindung Diri (APD) yang digunakan harus sesuai
dengan potensi bahaya dan resiko pekerjaannya sehingga efektif melindungi pekerja
sebagai penggunanya.

Di dalam Perusahaan Manufakturing terutama yang bergerak dalam Produksi


Perakitan Elektronika, beberapa resiko pekerjaan yang berpotensi membahayakan
keselamatan dan kesehatan serta berpotensi menimbulkan kecelakan kerja antara lain
proses menyolder, proses pemotongan kaki Komponen Elektronika, proses
penggunaan bahan-bahan kimia, suara-suara yang timbul akibat mesin produksi,
pembuangan limbah dan kegiatan pemindahan bahan-bahan produksi. Oleh karena
itu, pekerja-pekerja yang mengerjakan proses tersebut memerlukan perlengkapan atau
alat untuk melindungi dirinya sehingga mengurangi resiko bahaya dan kecelakaan
kerja. Alat Pelindung Diri atau APD ini merupakan salah satu syarat penting dalam
penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja atau SMK3.

10
Untuk masalah K3 pada proyek Rekonstruksi dan penanganan lereng
Napabomba - Kebun Kopi – Toboli pihak proyek mendatangkan langsung ahli K3
dari sumatera. Untuk pelaksanaan K3 nya mereka memberlakukan sistem buka tutup
jalan agar proses pekerjaan lancar dan tidak adanya terjadi kecelakaan kerja.
penempatan material nya tertata rapi dan tidak memakan badan jalan sehingga arus
lalulintas tidak terhambat. Sayangnya pada Penggunaan APD ( Alat Pelindung Diri )
masih terdapat pekerja yang tidak menggunakan APD dan hanya menggunakan
pakaian seadanya dan tidak adanya teguran dari pengawas.

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Mahasiswa pun dapat mengambil sebuah kesimpulan setelah mengikuti berbagai


rangkaian acara kunjungan tersebut bahwa, adanya Kuliah Lapangan semacam ini
sangat diperlukan untuk menambah wawasan dari mahasiswa mengenai dunia
pekerjaan, selain itu Kuliah Lapangan juga memberikan banyak informasi bagi
mahasiswa. Selama ini mahasiswa hanya mengetahui informasi secara teoritis ketika
kuliah di dalam kelas, tetapi belum mendapat informasi dengan melihat praktik secara
langsung. Hal penting lainnya yang di dapat setelah mengikuti kuliah lapangan adalah
bahwa dalam pengerjaan proyek ternyata masih banyak hal-hal kelelaian yang sering
dilakukan para pengawas, kontraktor dan lainnya terutama belum optimalnya
penerapan dalam bidang K3 dan APD untuk keselamatan para pekerja konstruksi.
Maka sebagai mahasiswa yang berkecimbung dalam dunia kerja konstruksi nantinya,
diharapkan memiliki pengetahuan lebih luas, disiplin, teliti dan bukan hanya
pengetahuan dasar saja selama dikampus, hal ini dapat membantu mahasiswa jika
terjun langsung di lapangan.

Dengan adanya kuliah lapangan, mahasiswa banyak mendapat hal positif guna
menunjang pengalaman individu seperti bagaimana pengawasan, pelaksanaan
dilapangan, Manajemen waktu, memimpin/mengatur para pekerja dan
skill/keterampilan sangat perlu dalam lancarnya sebuah proyek berjalan. Kuliah
lapangan juga berdampak positif bagi Universitas karena dengan adanya Kuliah
Lapangan dapat  menjalin hubungan baik antara Universitas dengan perusahaan yang
bersangkutan. Sehingga kelak lulusan dari Universitas dapat mencalonkan diri
menjadi pegawai atau  karyawan pada perusahaan yang telah dikunjungi pada saat
Kuliah Lapangan. Selain itu kesehatan dan keselamatan kerja merupakan faktor yang
harus diperhatikan dalam sebuah proyek konstruksi agar tidak terjadi kecelakaan
kerja, dapat mengembangakan ilmu yang telah didapat dari masing-masing
Mahasiswa, serta Mahasiswa siap menjadi generasi-generasi masa depan yang siap
dipakai dalam bidang keteknikan sipil.

12
3.2 Kritik dan Saran

Tim Penyusun beranggapan bahwa kuliah lapangan berjalan dengan sangat baik.
Semua rencana kunjungan berjalan sesuai jadwal yang disepakati. Fasilitas yang telah
disediakan dengan jumlah finansial sudah sesuai. Perusahaan yang dikunjungi juga
memberikan sambutan yang sangat baik kepada mahasiswa dan para dosen yang
mendampingi. Akan lebih baik lagi jika perusahaan yang akan dikunjungi dihimbau untuk
memberikan informasi yang lebih banyak lagi, sehingga ada banyak materi/pengetahuan
baru yang di dapatkan mahasiswa. Namun penulis menyarankan beberapa hal:

a. Kuliah Lapangan tidak dilakukan hanya dengan sehari


b. Tempat proyek yang dikunjungi seharusnya lebih banyak lagi
c. Mahasiswa dapat lebih leluasa mendapatkan ilmu dengan praktek
d. Proyek yang dikunjungi seharusnya beragam-ragam sesuai KDK
e. Seb

13
DAFTAR PUSTAKA

http://infokup.blogspot.com/2013/06/skill-dan-keahlian-teknik-sipil-untuk-bekerja.html

http://tekniksipilamatir.blogspot.com/2017/04/pengertian-struktur-organisasi-proyek.html

https://www.slideshare.net/paulusnn/laporan-praktek-kerja-lapangan-36154209

https://www.situstekniksipil.com/2017/11/definisi-pelelangan-atau-tender.html

http://dhenpharkers.blogspot.com/2014/08/makalah-stabilitas-lereng.html

http://seputarpengertian.blogspot.com/2016/08/pengertian-k3-serta-tujuannya.html

https://edoc.site/laporan-kerja-praktik-teknik-sipil-unsoed-pdf-free.html

14
LAMPIRAN/DOKUMENTASI

15
16

Anda mungkin juga menyukai