Anda di halaman 1dari 20

KERJASAMA PEMERINTAH DAN SWASTA DALAM PRMBANGUNAN

INFRASTRUKTUR PERKERETAAPIAN DI INDONESIA


Public Private Partnership In Railway Infrastructure Development
In Indonesia

Kelompok 1 :
Dian Dewi Megadini
135020107111004
Mery Maulydia Agustin
135020107111007
Annisa Hakim Fidani
135020107111008
Meritta Nurlia Sasanti
135020107111019

Outline

1.

3.

Public Private
Partnership

Kesimpulan

2.

4.

Studi Kasus

Daftar Pustaka

1.

Public Private Partnership

A. Pengertian

Sebuah perjanjian kontrak antara swasta dan pemerintah, yang


keduanya bergabung bersama dalam sebuah kerjasama untuk
menggunakan keahlian dan kemampuan masing-masing untuk
meningkatkan pelayanan kepada publik di mana kerjasama
tersebut dibentuk untuk menyediakan kualitas pelayanan terbaik
dengan biaya yang optimal untuk publik (Americas National
Council on Public Private Partnership, 2010).

B. Landasan Hukum

Adapun peraturan-peraturan yang mendasari KPS dapat dilihat di PP


No. 1 Tahun 2008 tentang Investasi Pemerintah, juga terutama di
Perpres No. 67 Tahun 2005 tentang Kerjasama Pemerintah dan Badan
Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur.

C. Bentuk Kerjasama
dalam PPP
1.

Build, Operate,
Transfer (BOT) atau
Build, Transfer,
Operate (BTO)

Bentuk ini merupakan bentuk kerjasama P3 dimana pihak


swasta membangun fasilitas sesuai dengan perjanjian
tertentu dengan pemerintah, mengoperasikan selama
periode tertentu berdasarkan kontrak, dan kemudian
mengembalikan fasilitas tersebut kepada pemerintah.

2. Build, Own, Operate


(BOO)

BOO merupakan bentuk


kerjasama PPP dimana
konstraktor swasta
membangun dan
mengoperasikan fasilitas tanpa
harus mengembalikan
kepemilikan kepada
pemerintah.

3. Buy, Build, Operate


(BBO)

BBO merupakan sebuah bentuk


penjualan aset yang mencakup
proses rehabilitasi atau
pengembangan dari fasilitas
yang sudah ada.

2.

Studi Kasus

Transportasi kereta api merupakan alternatif penting untuk menjawab


sejumlah masalah umum transportasi di Indonesia seperti tingginya
biaya logistik, kemacetan jalan, keselamatan penumpang, keterpaduan
moda, keterhubungan antar wilayah (domestic connectivityi), serta
pengembangan sistem transportasi yang berkelanjutan (sustainable
transportation). Hingga tahun 2013, jalur kereta api yang beroperasi
masih terfokus di Pulau Jawa sebagian Sumatera dengan total panjang
5.434 km pada tahun 2014 dengan jumlah armada lokomotif dimana
lebih dari 50 persen usianya sudah di atas 20 tahun dan Kereta Rel
Listrik yang lebih dari 90 persen merupakan produksi sebelum Tahun
1991.
Lanjutan

Upaya pembangunan prasarana dan sarana kereta api dilakukan dengan


menyusun Rencana Induk Perekeretaapian Nasional (RIPNAS) pada tahun
2010. Melalui RIPNAS Pemerintah mencanangkan visi, arah kebijakan,
strategi, sasaran, dan program utama pembangunan perkeretaapian di
Indonesia tahun 2010 sampai dengan tahun 2030. Program
perkeretaapian yang dicanangkan dalam RIPNAS adalah pengembangan
jaringan dan layanan kereta api perkotaan, kereta api antar kota, serta
kereta api yang menghubungkan simpul-simpul transportasi seperti
bandara dan pelabuhan.

Salah satu strategi investasi


dan pendanaan yang
tercantum dalam RIPNAS
adalah mendorong keterlibatan
swasta dalam investasi
penyelenggaraan
perkeretaapian melalui pola
Kerjasama Pemerintah dan
Swasta (KPS).

KPS merupakan alat


untuk meningkatkan
efisiensi dan
meningkatkan kualitas
produk-produk dan
pelayanan publik.

A. Data Indeks Perkeretaapian Dunia

Tabel: Global Competitiveness Index Infrastruktur Kereta Api Tahun 2014-2015

B. Proyek proyek Infrastruktur di indonesia

Moda transportasi kereta api masih sangat berpotensi untuk dikembangkan.


Hingga saat ini, jalur kereta api yang beroperasi masih terfokus di Pulau Jawa
sebagian Sumatera dengan total panjang 5.434 km pada tahun 2014 dengan
jumlah armada lokomotif dimana lebih dari 50 persen usianya sudah di atas
20 tahun dan Kereta Rel Listrik yang lebih dari 90 persen merupakan produksi
sebelum Tahun 1991. Disamping itu, akses jalur kereta api menuju pelabuhan
maupun bandara belum dikembangkan secara optimal dan diselenggarakan
secara terpadu, demikian juga dengan pengembangan dry port serta fasilitas
alih moda kereta api dan angkutan di perkotaan. Upaya pembangunan
prasarana dan sarana kereta api dilakukan dengan menyusun Rencana Induk
Perekeretaapian Nasional (RIPNAS) pada tahun 2010. Salah satu strategi
investasi dan pendanaan yang tercantum dalam RIPNAS adalah mendorong
keterlibatan swasta dalam investasi penyelenggaraan perkeretaapian melalui
pola Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS).

Proyek-proyek yang saat ini menjadi


prioritas pemerintah dan akan dibahas
dalam penelitian ini antara lain:

a) Jaringan Kereta Api Bandara Kualanamu


Tujuan dari pengembangan jalur kereta bandara Kualanamu adalah untuk
menyediakan alternatif transportasi dari Medan menuju ke bandara
Kualanamu selain jalan tol. Jalur kereta ini penting karena digunakan
sebagai fasilitas transportasi pendukung untuk mengangkut penumpang
dan suplai barang dari Medan ke Kualanamu. Manfaat lain dari
pembangunan jalur kereta Kualanamu ini adalah untuk meningkatkan
efisiensi pelayanan bandara dan menyediakan lapangan pekerjaan bagi
penduduk lokal selama proses pengembangan dan pembangunan serta
pada saat pengoperasian.

b) Jaringan Kereta Api Bandara Soekarno-Hatta


Peran swasta dalam kerjasama pembangunan jalur
kereta bandara Soetta ini nantinya antara lain,
melakukan desain teknis, membangun infrastruktur
rel kereta, melakukan pengadaan lokomotif dan
gerbong kereta, menyediakan pendaaan dari sektor
swasta serta berperan dalam pengoperasian dan
pemeliharaan infrastruktur dan kereta selama masa
konsesi jangka panjang. Sedangnkan pemerintah
berperan dalam menyediakan regulasi dan akses
untuk
menjalankan
proyek
tersebut.
Peran
pemerintah lain yang cukup penting adalah dalam
hal pembebasan lahan untuk menyediakan lahan
bagi pembangunan proyek. Keuntungan yang
diharapkan akan didapat dari adanya kereta bandara
ini adalah adanya peningkatan aktivitas komersial
dan industri di sekitar area pembangunan dan untuk
membuka lapangan kerja baru bagi penduduk lokal
di sekitar proyek.

c) Jaringan Kereta Api Terintergrasi dengan Terminal


Terpadu Gedebage di Bandung
Manfaat ekonomi dari pembangunan Terminal Terpadu
ini antara lain,
dapat mengurangi angka kecelakaan dan
biaya
perawatan
kesehatan,
pendapatan
dari
penghematan bahan bakar, mengurangi kemacetan, serta
penyerapan tenaga kerja selama masa pembangunan.

d) Jaringan Kereta Api Pulau Baai (Bengkulu) Muara


Enim (Sumatera Selatan) untuk angkutan batu bara
Dengan adanya jalur kereta api bandara ini diharapkan
akan dapat meningkatkan produksi batubara dan
meningkatkan pertumbuhan ekonomi lokal serta nasional.

Kendala dalam KPS


(Kerjasama Pemerintah
Swasta)

Adanya ketidakjelasan
pembagian risiko antara
pemerintah dan swasta.
Contohnya adalah risiko
pemeliharaan
pemeliharaan rel kereta
api yang ditanggung
oleh PT. KAI padahal
seharusnya menjadi
tanggung jawab
pemerintah.

Kendala lain dalam KPS


adalah adanya
keterbatasan
kelayakan keuangan
(financially unviable)
proyek infrastruktur
sehingga tidak menarik
bagi sektor swasta
untuk berinvestasi di
dalamnya.

Dalam rangka mengatasi


permasalahan ketidaklayakan
proyek infrastruktur KPS secara
finansial, pemerintah
memberikan dukungan tunai
kepada proyek infrastruktur KPS
sebagaimana diatur dalam PMK
Nomor 223/PMK.011/2012
tentang Pemberian Dukungan
Kelayakan atas Sebagian Biaya
Konstruksi Pada Proyek
Kerjasama Pemerintah dengan
Badan Usaha Dalam Penyediaan
Infrastruktur. Pemerintah
memberikan dukungan dalam
bentuk kontribusi fiskal yang
bersifat finansial terhadap
proyek kerjasama (KPS)

Fasilitas Pemerintah Dalam


Mendukung KPS (Kerjasama
Pemerintah Swasta)

Selain dukungan pemerintah dalam bentuk


VGF, fasilitas lain yang disediakan pemerintah
dalam mendukung KPS yaitu:

Pengadaan lahan dan fasilitas penyiapan


proyek.
Fasilitas pengadaan lahan yang
diberikan oleh pemerintah dapat berupa:
- Land Capping
- Land Acquisition Fund

Sedangkan fasilitas penyiapan proyek yang dilakukan


pemerintah berupa:
- mendirikan Infrastructure Fund yaitu PT. Sarana
Multi Infrastruktur (PT. SMI)
- mendirikan PT. Indonesia Infrastructure Finance (PT
IFF).
Salah satu proyek yang ditangani penyiapannya oleh
PT. SMI adalah Proyek Kereta Api Bandara SoekarnoHatta.

Selain itu, dalam pembiayaan infrastruktur di


Indonesia yang berbasis input adalah tidak memiliki
kualitas yang baik dan tidak ada insentif value-formoney. Untuk mengatasi masalah tersebut terdapat
alternatif skema pembiayaan yang dapat mengukur
output dan standar kinerja, yaitu Performance-Based
Annuity Scheme(PBAS).

3.

Kesimpulan

Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS) dalam pembangunan


infrastruktur perkeretaapian memiliki beberapa manfaat ekonomi dan
sosial antara lain, adanya peningkatan aktivitas industri dan
komersial disekitar wilayah proyek pembangunan infrastruktur
perkeretaapian. Selain itu, dengan adanya proyek pembangunan
infrastruktur perkeretaapian dapat membuka lapangan kerja baru
bagi penduduk sekitar baik dalam tahap pembangunan maupun
tenaga kerja untuk pada saat pengoperasian fasilitas perkeretaapian
yang telah dibangun. Dalam hal kualitas pelayanan, dengan KPS
maka ada peningkatan kualitas pelayanan dengan standar
perusahaan swasta karena kegiatan operasional diserahkan kepada
pihak swasta.

Saran

Untuk meningkatkan kualitas


output pelayanan dan standar
kinerja, pemerintah Indonesia
telah berencana mengadopsi
Performance-Based Annuity
Scheme (PBAS).

4.

Daftar Pustaka

Jusron, Dadang & Ircham, Slamet. (2012). Fasilitas Fiskal untuk Mendukung Percepatan Pembangunan
Infrastruktur. Buletin Info Risiko Fiskal (IRF) Edisi IV Tahun 2012.
Kajian Good Governance Proyek-Proyek Infrastruktur. Diakses pada 21 Februari 2015, dari
http://www.kemenkeu.go.id/sites/default/files/Kajian%20Good%20Governance%20Proyek-Proyek%20Infras
truktur.pdf
Nasution, Chairuddin. (2013). Distribusi Risiko Kemitraan Pemerintah dan Swasta Dalam Pembangunan
Infrastruktur. Diakses pada 23 Februari 2015, dari
http://www.kemenkeu.go.id/sites/default/files/Distribusi%20Risiko%20Kemitraan%20Pemerintah%20
dan%20Swasta%20Dalam%20Pembangunan%20Infrastruktur.pdf
Schwab, Klaus. (2014). The Global Competitiveness Report 2014-2015. Geneva: World Economic
Forum
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 67 Tahun 2005 tentang Kerja Sama Pemerintah Dengan
Badan Usaha.
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019.
Surachman, Eko. (2013). Dana Dukungan Tunai Infrastruktur (Viability Gap Fund): Harapan Baru
Pembangunan Infrastruktur di Indonesia. Diakses pada 21 Februari 2015, dari
http://www.kemenkeu.go.id/sites/default/files/Dana%20Dukungan%20Tunai%20Infrastruktur%20VGF%
20Harapan%20baru%20pembangunan%20infrastruktur%20di%20Indonesia.pdf
Susantono, B & Berawi, M.A. (2012). Perkembangan Kebijakan Pembiayaan Infrastruktur Transportasi
Berbasis Kerjasama Pemerintah Swasta di Indonesia. Jurnal Transportasi, 12(2), 93-102.

Anda mungkin juga menyukai