02 Desember 2016
p-ISSN 2527-497X
e-ISSN 2580-4448
JURNAL
INFRASTRUKTUR
Vol. 2 No. 02 Desember 2016
JURNAL INFRASTRUKTUR i
Vol. 2 No. 02 Desember 2016
JURNAL
INFRASTRUKTUR
Vol. 2 No. 02 Desember 2016
Mitra Bestari : Aine Kusumawati, ST., MT., Ph.D (Institut Teknologi Bandung)
Prof. Dr. Muhammad Yamin Jinca, MS.Tr. (Universitas Hasanuddin Makassar)
Prof. Dr. Ir. Nieke Karnaningroem, M.Sc. (Institut Teknologi Sepuluh
Nopember Surabaya)
Dr.techn. Umboro Lasminto, ST., M.Sc (Institut Teknologi Sepuluh
Nopember Surabaya)
Redaksi
Website : bpsdm.pu.go.id/jurnal
Email : jafung.bpsdm.pupr@gmail.com
ii JURNAL INFRASTRUKTUR
Vol. 2 No. 02 Desember 2016
DAFTAR ISI
Pengantar Redaksi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . iv
10. REKONTRUKSI JALAN INSPEKSI TARUM TIMUR DENGAN LAPIS PONDASI CTRB 1 - 76
DAN CHIP SEAL
Syaeful Anwar
Lampiran Abstrak . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1 - 87
PENGANTAR REDAKSI
Alhamdulillah kami panjatkan, karena hanya berkat karunia dan pertolongan-Nya saja kami dapat menerbitkan
Jurnal Infrastruktur untuk edisi yang ketiga. Pada edisi kali ini, kami tetap berupaya menghadirkan ke ruang
baca Anda kesatuan gagasan tentang upaya menghadirkan tulisan bidang infrastruktur pekerjaan umum dan
perumahan rakyat melalui sepuluh ragam karya ilmiah buah tangan para Pejabat Fungsional dan Karyasiswa
dari lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
Karya ilmiah dalam Jurnal Infrastruktur kali ini terdiri dari 5 kajian : Bidang Sumber Daya Air akan
diwakili tulisan yang membahas tentang desain bangunan pantai dengan system modular, dan metode
pemantauan deformasi permukaan bendungan. Untuk kajian bidang jalan, menyajikan tentang
rekonstruksi jalan inspeksi, gometrik dan penyalahgunaan ruang milik jalan, serta gagasan upaya
menjawab tantangan membangun jalan tol 1.000 km. Untuk tema Bidang Perumahan dan Permukiman
dikupas kegagalan konstruksi bangunan gedung, penghunian rumah susun sederhana sewa. Bidang
Penyehatan Lingkungan mengangkat tema mengenai identifikasi dan pengembangan sistem penyediaan
air minum. Terakhir, dari Jasa Kostruksi mengambil judul terkait contract change order dan pengaruhnya
terhadap pelaksanaan proyek konstruksi.
Kami sangat senang dapat menghadirkan Jurnal Infrastruktur Edisi Ketiga ini, sebab edisi ini akan
menjadi pintu masuk bagi Jurnal Infrastruktur untuk mendapatkan akreditasi, sekaligus membuka jalan
proses mewujudkan pengelolaan Jurnal Elektronik atau e-Jurnal. Untuk itu, pada kesempatan ini kami
mengucapkan terima kasih kepada para kontributor yang telah merelakan tulisannya kami muat pada
jurnal ini, juga kepada para Mitra Bestari dari berbagai akademisi yang dengan tekun memeriksa naskah
yang kami sampaikan. Terima kasih juga kami sampaikan pada seluruh kerabat pengelola Jurnal
Infrastruktur yang tak henti berupaya untuk menerbitkan edisi pertama hingga edisi ketiga. Semoga
seluruh upaya kita dan seluruh pengorbanan kita dalam menghadirkan Jurnal Infrastruktur ini
mendapatkan balasan kebaikan dan keberkahan dari Allah SWT. Aamiin.
Pada kesempatan berikutnya kami senantiasa akan selalu mengajak seluruh pegawai Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, khususnya para Pejabat Fungsional untuk dapat memanfaatkan
jurnal ini sebagai sarana untuk meningkatkan kompetensi diri. Manfaat lainnya bagi para kontributor
adalah akan dapat mengoptimalkan perannya sebagai Pejabat Fungsional untuk turut berkontribusi dalam
penyelenggaraan infrastruktur PUPR melalui karya tulis atau karya ilmiah.
Akhir kata, saya ucapkan selamat membaca jurnal ini. Semoga langkah awal kami dalam pembinaan
jabatan fungsional menuju profesionalisme akan mendapatkan kesempatannya. Kritik dan saran guna
penyempurnaan jurnal ini, sangat kami nantikan.
Redaksi
Jurnal Infrastruktur
iv JURNAL INFRASTRUKTUR
Vol. 2 No. 02 Desember 2016
Abstract
Interconnected and integrated infrastructure system is a necessity to ensure better mobility and accessibili-ty
among people and goods. Toll Road Strategic Planning is conducted to increase connectivity in supporting
competitiveness through development of more than 1000 km new toll roads and improvement of toll road user
satisfaction by providing reliable service. To fulfill the plan, toll road development policies are directed by
conducting 4 (four) main actions which are focusing in Public Private Partnership (PPP), namely: new PPP
scheme; procedure simplification; government supportsare guaranteed; and land acquisition acceleration. This
basic direction in toll road policy could improve more conducive investment climate to support accelera-tion in
toll road development and providing better toll road service.
service Abstrak
Infrastruktur yang terkoneksi dan terintegrasi dapat memastikan kelancaran pergerakan manusia dan ba-
rang. Hal ini berdampak langsung pada efisiensi, peningkatan daya saing dan kelancaran kegiatan sosial-
ekonomi. Rencana strategis jalan tol dilaksakanakan dalam rangka meningkatkan dukungan konektivitas
bagi penguatan daya saing melalui pembangunan lebih dari 1000 km jalan tol baru dan meningkatkan
kepuasan pengguna jalan tol yang dipenuhi dengan pelayanan jalan tol yang handal. Untuk mencapai tu-
juan tersebut, arah kebijakan pengembangan jalan tol dilaksanakan melalui 4 (empat) kegiatan utama
den-gan menitikberatkan pada pola Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU), yaitu mencari
skema KPBU baru, penyederhanaan prosedur, penambahan dukungan pemerintah, dan percepatan
pengadaan lahan. Arahan dasar kebijakan sektor jalan tol tersebut dapat menciptakan iklim investasi
yang lebih kon-dusif yang mendukung program percepatan pembangunan jalan tol dan menyediakan
pelayanan jalan tol yang lebih baik.
Gambar 1. Perkiraan Kondisi Lalu Lintas pada Pulau Jawa Tahun 2035
(Indonesia Infrastructure Initiative, 2016)
tarwilayah yang ditunjukkan dengan semakin be- Diperlukan infrastruktur jalan tol untuk memenuhi
sarnya kontribusi wilayah luar Jawa melalui aksel- kebutuhan mobilitas masyarakat yang semakin me-
erasi pertumbuhan ekonomi di luar Jawa. Tantangan ningkat seiring pertumbuhan dan perkembangan
lainnya adalah mendorong pembangunan pusat-pusat kegiatan perekonomian di Indonesia.
pertumbuhan (industri) untuk meningkatkan nilai
tambah sektor unggulan yang diprioritaskan be-rada Menurut Indonesia Infrastructure Initiative (2016)
di luar Jawa dan Kawasan Timur Indonesia se-bagai seluruh jaringan jalan baik tol maupun non tol di
motor penggerak perekonomian wilayah yang Pulau Jawa saat ini berada pada situasi yang mem-
didukung dengan peningkatan kualitas dan kuanti-tas butuhkan penanganan segera. Hasil kajian menun-
infrastruktur dasar dan pendukung. Dalam pro-gram jukkan apabila tidak segera dilakukan penambahan
pembangunan jalan, salah satu prioritas yang jaringan baru, Pulau Jawa akan mengalami kelebi-han
mendukung agenda Nawa Cita tersebut adalah ren- kapasitas (over capacity) pada tahun 2035. Apa-bila
cana pembangunan 1000 km jalan tol pada 2015- jalan tol Trans Jawa dari Merak sampai dengan
2019 sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Banyuwangi terwujud pada tahun 2019, jalan non tol
menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019 yang akan lebih terurai tetapi pada kondisi yang sama pada
telah dicanangkan pemerintah(Peraturan Presiden tahun 2035 sebagian besar jaringan mengala-mi
Nomor 2 Tahun 2015). Jalan tol direncanakan un-tuk kejenuhan. Penambahan jalan tol di bagian utara dan
dibangun di Sumatera, Jawa, Bali, Sulawesi dan selatan Jawa dapat meningkatkan pelayanan di-
Kalimantan untuk mendorong pertumbuhan ekono-mi karenakan lalu lintas dapat terdistribusikan melalui
dan sosial. Pembangunan jalan tol merupakan strategi jalan tol maupun non tol dengan baik.
peningkatan mobilitas pada koridor-koridor utama di
Indonesia. Selain itu, pembangunan jalan tol juga Perkembangan infrastruktur dibutuhkan dalam per-
diharapkan dapat mengurangi waktu tem-puh koridor- tumbuhan ekonomi dan pembangunan diseluruh
koridor utama serta menjadi pendorong peningkatan daerah, juga untuk persaingan dalam pasar inter-
kualitas logistik di Indonesia. Jalan tol dikembangkan nasional (Omirin, 2011). Kualitas infrastruktur di
sebagai tulang punggung transpor-tasi darat pulau- Indonesia tergolong rendah jika dibandingkan den-
pulau besar di Indonesia. gan negara lain. Dalam hasil survey yang dilakukan
World Economic Forum (2016), Indonesia berada
1.2. Kebutuhan Infrastruktur Jalan Tol pada peringkat 41 dari 138 negara dengan nilai
4,52 skala 7 dalam Global Competitiveness Index
Jaringan jalan merupakan salah satu infrastruktur (GCI) dan peringkat 60 dengan nilai 4,24 dalam
1-2 JURNAL INFRASTRUKTUR
Vol. 2 No. 02 Desember 2016
hal perkembangan infrastruktur. Meski dengan nilai pustaka. Penelitian ini berusaha memecahkan ma-
yang sama, peringkat Indonesia turun jika diband- salah dengan menggambarkan problematika yang
ingkan dengan tahun sebelumnya yaitu peringkat terjadi. Studi pustaka digunakan untuk membukti-
37 dari 140 negara. Hal ini menunjukkan bahwa kan bahwa penelitian yang dilakukan menjawab ru-
pemerintah Indonesia perlu memajukan musan masalah yang ada, meruntutkan alur pene-
pembangu-nan salah satunya dalam hal litian dan memperkuat latar belakang (Gay, et al,
infrastruktur sehingga dapat membantu 2006).
meningkatkan perekonomian neg-ara.
3. METODE PENELITIAN
1.3. Permasalahan Jalan Tol
Penulis ingin memahami, mengkaji secara men-
Dalam rangka mewujudkan 1000 km jalan tol sam-pai dalam serta memaparkannya dalam tulisan ini
dengan tahun 2019, terdapat berbagai tantan-gan men-genai bagaimana upaya pemerintah untuk
mendasar antara lain lambatnya progress de-livery mewu-judkan program pembangunan jalan tol
yang hanya mencapai 100 km/5 tahun atau sama 1000 km, kendala apa yang dihadapi serta jalan
dengan 20km/tahun. Permasalahan utama yang keluarnya. Karena tujuan tersebut, maka relevan
menjadi hambatan dalam pengusahaan jalan tol jika peneli-tian ini dilakukan dengan menggunakan
adalah ketersediaan tanah. Pemerintah berkewa-jiban pendekatan kualitatif.
menjamin ketersediaan tanah bagi pemban-gunan
untuk kepentingan umum sebagaimana telah diatur 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
dalam Undang-Undang No 12 Tahun 2012 tentang
4.1. Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha
Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk
Kepentingan Umum beserta peraturan-peraturan (KPBU) Jalan Tol
turunannya. Akan tetapi dengan kesiapan tanah yang Kerjasama pemerintah dan badan usaha (KPBU) atau
relatif belum tersedia dan kebutuhan dana ta-nah public-private partnership (PPP) merupakan kontrak
yang sangat besar membuat target penyediaan tanah jangka panjang antara pemerintah dengan
sulit untuk dicapai. perusahaan swasta untuk menyediakan servis dan
aset untuk masyarakat, perusahaan swasta yang
Permasalahan lainnya adalah kelayakan proyek
menanggung resiko dan bertanggung jawab dalam
yang tidak sepenuhnya komersial, sementara
manajemennya (World Bank, 2014). Menurut Euro-
skema pen-gusahaan jalan tol hanya terbatas pada
pean Commission (2003) KPBU dianggap sebagai
BOT dan OM sehingga mengakibatkan transaksi
suatu metode alternatif yang efektif untuk mengatur
sulit ditawarkan kepada sektor swasta. Kondisi ini
modal tambahan dan keuntungan yang didapat dari
diperberat den-gan belum tersedianya jaminan
sektor swasta. KPBU pada dasarnya bukan meru-
pemerintah serta kelangkaan dukungan
pakan sumber pendapatan, bukan privatisasi sektor
pemerintah. Disisi lain, pros-es pengadaan
publik, tidak dapat digunakan untuk seluruh proyek,
investasi membutuhkan waktu lama dan tidak final
bukan jawaban untuk segala masalah infastruktur,
sehingga perlu waktu 2 sampai 3 tahun sejak
tidak bebas dan mudah diimplementasikan, serta ti-
pengadaan sampai dengan konstruksi dimulai.
dak menjamin keberhasilan (IPD Academy, 2013).
Penyediaan jalan tol bersifat monopoli dan bukan Kebijakan menyangkut KPBU yang berlaku di Indo-
merupakan pasar yang kompetitif sehingga faktor nesia tercantum pada Peraturan Presiden Republik
kualitas pelayanan kurangberpengaruh terhadap Indonesia Nomor 38 Tahun 2015 Tentang Kerjasama
keputusan pengguna jalan tol. Standar Pelayanan Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan
Minimum (SPM) jalan tol telah diatur dalam Per- Infrastruktur.
aturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16 Tahun
Dalam Peraturan pemerintah Nomor 15 Tahun 2005,
2014, sebagai usaha pemerintah untuk melindun-gi
disebutkan bahwa pengusahaan jalan tol dilaku-kan
pengguna jalan tol. Pelayanan jalan tol secara
oleh Pemerintah dan/atau Badan Usaha yang
umum masih belum maksimal baik disebabkan oleh
memenuhi persyaratan. Dari ketentuan tersebut dapat
kurangnya usaha dari BUJT maupun disebabkan
diambil kesimpulan bahwa pengusahaan jalan tol
oleh SPM jalan tol yang belum sepenuhnya
dapat dilakukan oleh Pemerintah, Badan Usaha atau
mencer-minkan keinginan pengguna.
Pemerintah dan Badan Usaha. Pengusahaan jalan tol
1.4. Maksud dan Tujuan Penulisan oleh Pemerintah terutama diperuntukkan untuk ruas
jalan tol yang layak secara ekonomi teta-pi belum
Tulisan ini bermaksud memberikan gambaran ten- layak secara finansial, pengusahaan jalan tol oleh
tang permasalahan, tantangan dan upaya pemer- Badan Usaha diperuntukkan untuk ruas jalan tol yang
intah mendukung program 1000 km jalan tol dan layak secara ekonomi dan finansial, sedangkan
meningkatkan pelayanan jalan tol. pengusahaan jalan tol oleh Pemerintah dan Badan
Usaha diperuntukkan untuk ruas jalan tol yang layak
2. TINJAUAN PUSTAKA secara ekonomi tetapi keseluruhan proyek tidak layak
secara finansial. Skema kemi-traan Pemerintah-
Tulisan ini adalah penelitian kualitatif dengan studi
Swasta ini dapat disebut dengan
Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS) atau Public nannya ditunda pada tahun 1997 kembali
Private Partneship (PPP). Model yang digunakan dilakukan. Selama tahun 2005-2014, panjang jalan
sampai dengan tahun 2014 adalah Build Operation tol yang telah dioperasikan adalah 213,64 km,
Transfer (BOT), Subsidize Build Operation Transfer sehingga panjang jalan tol yang beroperasi sampai
(SBOT) dan Operation and Maintenance (OM). Ske- Oktober tahun 2014 adalah sepanjang 816 km.
ma ini terus didorong oleh pemerintah karena
masih ada celah yang perlu diperbaiki. 4.2. Arah Kebijakan KPBU Sektor Jalan Tol
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor Dalam rangka meningkatkan pelayanan dan
38 Tahun 2004 tentang jalan, Jalan tol merupakan perwu-judan industri Jalan Tol yang sehat dalam
jalan umum yang merupakan bagian sistem jaringan mendu-kung Program Pembangunan Jalan Tol
jalan dan sebagai jalan nasional yang penggunanya (1000 Km), disusunlah arahan dasar kebijakan
diwajibkan membayar tol atau tarif yang telah diten- KPBU sektor jalan tol (Gambar 2). Arahan tersebut
tukan. Jalan tol berguna untuk memperlancar lalu diwujudkan dalam empat kegiatan utama yaitu
lintas di daerah yang berkembang, meningkatkan Skema KPBU baru, Penyederhanaan Prosedur,
hasil dan daya guna pelayanan distribusi barang dan Penambahan Du-kungan Pemerintah dan
jasa agar menunjang pertumbuhan ekonomi, mer- Percepatan Pengadaan Ta-nah.
ingankan beban dana pemerintah melalui partisipasi
4.3. Skema KPBU baru
pengguna jalan, serta dapat meningkatkan pemer-
ataan hasil pembangunan dan keadilan. Keuntungan Arahan tersebut dilaksanakan untuk mencari model
dari jalan tol dibanding dengan jalan non tol adalah pengusahaan jalan tol alternatif. Model pengusa-
pelayanan yang diberikan. Dengan biaya yang dike- haan yang sekarang digunakan adalah pada prak-
luarkan, pengguna jalan dapat menghemat waktu tek Build Operation Transfer (BOT) konvensional
tempuh perjalanan, mendapat fasilitas seperti tem-pat dan Supported Build Operational Tender (SBOT)
beristirahat, hingga pertolongan darurat ketika dan kontrak konstruksi.
dibutuhkan.
Strategi pendanaan Jalan Tol, diupayakan menggu-
Sesuai data Badan Pengatur Jalan Tol (2014),seja-rah
nakan dana non APBN, dimana proyek harus layak
jalan tol di Indonesia dimulai pada tahun 1987 dengan
secara ekonomi dan finansial. Apabila kelayakan fi-
dioperasikannya jalan tol Jakarta-Bogor-Ciawi
nansial rendah/marjinal, perlu diupayakan dukun-
(Jagorawi) dengan panjang 59 km (termasuk jalan
gan pemerintah (government support) baik berupa
akses. Pembangunan jalan tol yang dimulai tahun
Viability Gap Funds (VGF) maupun dukungan kon-
1975 ini, dilakukan oleh pemerintah den-gan dana
struksi melalui kontribusi pinjaman lembaga bilat-
dari anggaran pemerintah dan pinjaman luar negeri
eral/multilateral atau APBN.
yang diserahkan kepada PT. Jasa Marga (persero)
Tbk. sebagai penyertaan modal. Selanjut-nya PT. Jasa Saat ini telah dikembangkan skema-skema baru
Marga ditugasi oleh pemerintah untuk membangun dalam penyediaan infrastruktur melalui kerjasama
jalan tol dengan tanah yang dibiayai oleh pemerintah. pemerintah dan badan usaha (KPBU) atau PPP
PT. Jasa Marga kemudian bertin-dak sebagai regulator ( Gambar 3) untuk mensiasati terbatasnya alokasi
dan operator jalan tol. dana pemerintah untuk pembangunan dan menarik
lebih banyak investor untuk bekerja sama dalam
Mulai tahun 1987 swasta mulai ikut berpartisipasi
penyediaan infrastruktur (BAPPENAS, 2015). Ske-
dalam investasi jalan tol sebagai operator jalan tol
ma baru yang dimaksud adalah Performance-
dengan menanda tangani perjanjian kuasa pen-
Based Annuity Scheme/Annuity Payment
gusahaan (PKP) dengan PT Jasa Marga. Pada peri-ode
(PBAS/AP) dan penugasan BUMN untuk proyek-
1995 hingga 1997 dilakukan upaya percepatan
proyek infrastruktur tertentu.
pembangunan jalan tol melalui tender 19 ruas jalan
tol sepanjang 762 km. Namun upaya ini terhenti Pelaksanaan skema PBAS/ Availability Payment dalam
akibat adanya krisis moneter pada Juli 1997 yang pengusahaan jalan tol telah diatur dalam Peraturan
mengakibatkan pemerintah harus menunda pro-gram Presiden Nomor 38 tahun 2015 tentang KPBU dalam
pembangunan jalan tol dengan dikeluarkannya Penyediaan Infrastruktur dan Peraturan Menteri
Keputusan Presiden No. 39/1997. Akibat penundaan Keuangan Nomor 190/PMK.08/2015 tentang
tersebut pembangunan jalan tol di Indonesia men- Pembayaran Ketersediaan Layanan dalam rangka
galami stagnansi, terbukti dengan hanya terban- KPBU dalam Penyediaan Infrastruktur. Skema ini
gunnya 13,30 km jalan tol pada periode 1997-2001. muncul untuk menjawab tantangan besarnya du-
kungan Pemerintah untuk membiayai model SBOT
Pada tahun 2004 diterbitkan Undang-Undang No.38
dan besarnya dukungan pemerintah di awal untuk
tahun 2004 tentang Jalan yang mengamanatkan
model Design and Build. Seperti yang dikatakan oleh
pembentukan BPJT sebagai pengganti peran regula- Smith,et al. (2015) pendanaan pemerintah dibayar
tor yang selama ini dipegang oleh PT Jasa Marga. setiap tahunnya dengan jumlah bergantung den-gan
Proses pembangunan jalan tol kembali memasuki fase kinerja atau ketersediaan aset sesuai skema. Skema
percepatan mulai tahun 2005 dengan peneru-san Modified PBAS untuk jalan tol dilaksanakan
terhadap 19 proyek jalan tol yang pembangu-
pendanaan Pemerintah untuk proyek tersebut. struktur sesuai kualitas dan waktu yang ditentukan
Pem-biayaan proyek jalan tol yang dibiayai melalui serta mewujudkan layanan infrastruktur publik
ske-ma penugasan BUMN adalah proyek jalan tol den-gan tarif yang terjangkau oleh masyarakat
Trans Sumatra antara lain Medan-Binjai, (Surach-man,2014).
Pekanbaru-Du-mai, Palembang-Indralaya, dan
Bakaheuni-Tebanggi Besar.
nantinya akan diganti oleh BLU LMAN ketika sudah Penerapan integrasi gerbang tol dilaksanakan pada
beroperasi penuh. Saat ini dana talangan tanah gerbang tol Cikarang Utama sampai Brebes Timur
yang disediakan oleh BUJT sebesar 32 Triliun den- pada ruas jalan tol Jakarta-Cikampek, Cikopo-Pali-
gan dana yang sudah dibayar sebesar 4,4 Triliun. manan, Palimanan-Kanci, Kanci-Pejagan, Pejagan-
Pemalang; dimana pada ruas-ruas jalan ini penggu-
jalan tol, progress pelaksanaan pembangunan jalan dengan bertambahnya panjang jalan tol yang
tersebut mengalami kemajuan yang cukup signifi-kan berop-erasi, jumlah jalan tol konstruksi, jumlah
(Gambar 8). Jalan tol yang sudah beroperasi pada PPJT yang telah ditandatangani, dan jumlah jalan
tahun 2015 adalah sepanjang 132.35 km, me-liputi tol yang se-dang dilelang. Selain itu, upaya untuk
jalan tol Gempol-Pandaan (12.05 km); jalan tol peningkatan kualitas layanan jalan tol juga sedang
Porong-Gempol (3.55 km), dan jalan tol Cikampek- digalakkan dengan tujuan akhir meningkatkan
Palimanan (116.75 km). Pada tahun 2016 sendiri kepuasan lay-anan jalan tol bagi pengguna.
direncanakan untuk membangun sebanyak 14 ruas
jalan tol dengan total ruas sepanjang 105.13 km. 5.2. Saran
Sampai denganSeptember 2016 jalan tol yang su-dah
Pemerintah secara perlahan-lahan berbenah untuk
beroperasi sepanjang 38.67 km, yaitu jalan tol
menyediakan infrastruktur jalan tol yang bisa dian-
Surabaya-Mojokerto seksi IV (18.47 km) dan jalan tol
dalkan dan menciptakan iklim yang lebih kondusif
Pejagan-Pemalang Seksi I dan II (20.20 km).
untuk industri jalan tol yang lebih sehat. Kebijakan-
Hingga saat ini, terdapat 176 km jalan tol yang kebijakan yang dikeluarkan diharapkan dapat me-
berarti 17,6% dari rencana 1000 km. Terlihat dari narik lebih banyak investor untuk bekerja sama
data, konstruksi jalan tol mencakup 30 PPJT dalam dengan pemerintah dalam penyediaan infrastruktur
pembangunan 1.299 km, dan didukung rencana bagi kepentingan umum.
pelelangan 9 proyek dengan panjang total 1.158
DAFTAR PUSTAKA
km. Target ini juga termasuk dengan PPJT yang
be-lum melalui proses konstruksi sebanyak 18
Badan Pengatur Jalan Tol. (2014). Peluang Investasi
proyek dengan panjang 621 km dan dua
Jalan Tol di Indonesia. Jakarta.
diantaranya masih dilakukan ground breaking.
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. (2015).
5. KESIMPULAN DAN SARAN
Public Private Partnership Infrastructure Proj-
5.1. Kesimpulan ect Plan in Indonesia 2015. Jakarta.
Program pembangunan 1000 km jalan tol bisa jadi Deloitte Research. (2013). Partnering for Value:
merupakan program yang ambisius mengingat Structuring Effective Public-Private Partner-
praktek pengusahaan jalan tol pada masa sebelum- ship for Infrastructure.
nya yang dianggap kurang berhasil dari segi capaian
European Commission. (2003). Guidelines for Suc-
panjang jalan yang dibangun. Namun demikian, be-
cessful Public-Private Partnerships. Director-
lajar dari pengalaman tersebut, pemerintah menge-
ate-General Regional Policy.
luarkan kebijakan-kebijakan baru dan berkomitmen
untuk mewujudkan program pembangunan jalan tol Gay, L. R., Mills, G. E., & Airasian, P.W. (2006).
dimaksud. Selama 2 tahun pelaksanaan program, Educational Research: Competencies for
terlihat bahwa upaya yang dilakukan pemerintah analysis and applications (8th edition). Upper
tersebut menampakkan kemajuan yang signifikan,
Abstract
The failure of construction may negatively impact on the quality of building construction, especially for the
service user/owner as owner. This study aims to determine the dominant factors causing the failure of ef-forts
to reduce the construction and construction failure. Using multivariant analysis and factors with the help of the
program Statistical Package for Social Science (SPSS) version 22.0 for Windows. From the re-sults of calculation
of Relative Importance Index (RII) obtained the main factors causing the failure of con-struction, namely:
aspects of service providers/ contractors (Related Skills/Training Training and sloppiness of Labor as well as the
use of materials under Standart), aspects of planning consultants (Design & Speci-fications Not Available
Standart technical & Rules) and the General Conditions aspect is Legal. Measures to reduce construction failure,
namely: Need held a training and certification of construction of buildings to increase the ability and skills of the
workforce in construction building of buildings should be to increase the competence of work in the construction
world to improve the quality of Human Resources (HR) in the field of construction owned company, which will
also be improve the quality of the construction company, to achieve quality objectives, the project design
planning must be detailed to facilitate implemantion of con-struction. Completion of the Act and the Regulations
on Construction Failure needs to be done immediately. Review the design needs to be done by the service
providers / contractors to facilitate the implementation of construction contractors and Routine Monitoring
should be done Engineer / Consultant supervisor so that the quality and the quality of building construction as
expected.
Abstrak
Terjadinya kegagalan konstruksi dapat memberikan dampak buruk pada kualitas bangunan konstruksi,
terutama bagi pengguna jasa/ owner sebagai pemilik. Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor-faktor
dominan penyebab kegagalan konstruksi dan usaha mengurangi kegagalan konstruksi,menggunakan
anali-sis Multivariant dan faktor dengan bantuan program Statistical Package for Social Science (SPSS) for
Win-dows version 22.0. Dari hasil Perhitungan Relative Importance Index (RII) diperoleh faktor utama
penyebab terjadinya kegagalan konstruksi yaitu: aspek penyedia jasa/ kontraktor (terkait
Keterampilan/Pelatihan dan Kecerobohan Tenaga Kerja serta penggunaan Material di bawah Standart),
aspek konsultan perencana (Desain & Spesifikasi Tidak Sesuai Standart Teknis & Peraturan) dan aspek
Ketentuan Umum adalah Ma-salah Hukum. Tindakan-tindakan untuk mengurangi kegagalan konstruksi
yaitu : Perlu di adakan pelatihan dan sertifikasi tenaga konstruksi gedung untuk menambah kemampuan
dan keterampilan tenaga kerja di bidang konstruksi banguan gedung Perlu peningkatan kompetensi kerja
dalam dunia konstruksi untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di bidang konstruksi
yang dimiliki perusahaan, yang juga akan meningkatkan kualitas perusahaan jasa konstruksi, Untuk
mencapai sasaran mutu proyek maka perencanaan desain harus mendetail untuk memudahkan dalam
pelaksanaan konstruksi. Penyempurnaan Undang-undang dan Peraturan tentang Kegagalan Konstruksi
perlu dilakukan segera. Review desain perlu dilakukan oleh penyedia jasa/ kontraktor untuk memudahkan
kontraktor dalam pelaksanaan konstruksi dan Pengawasan Rutin harus dilakukan Engineer/Konsultan
pengawas agar mutu dan kualitas bangunan konstruksi sesuai dengan yang diharapkan.
Kata Kunci: kegagalan konstruksi, faktor dominan, relative importance index (RII)
1 - 10 JURNAL INFRASTRUKTUR
Vol. 2 No. 02 Desember 2016
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi ma- A. Pemilihan lokasi yang berisiko: daerah yang rawan
sukan bagi para pelaku industri konnstruksi dalam gempa, angin yang cukup kencang atau perbe-daan
mengurangi terjadinya kegagalan konstruksi, teru- ketinggian tanah, atau kondisi tanah yang labil atau
tama pada konstruksi bangunan gedung yang akan ekspansif. Meskipun demikian selama risiko
datang. tersebut dapat diidentifikasi secara tepat, misalnya
dengan dilakukan penyeledikan-peny-
JURNAL INFRASTRUKTUR 1 - 11
Vol. 2 No. 02 Desember 2016
elidikan khusus (tambah biaya) dan selanjutnya E. Penyedia jasa wajib mengganti atau memperbaiki
diperhitungkan secara baik pula maka tentunya kegagalan pekerjaan konstruksi sebagaimana di-
hal tersebut tidak menjadi masalah. maksud dalam Pasal 31 yang disebabkan kesala-
han penyedia jasa atas biaya sendiri.
B. Ketentuan proyek yang tidak jelas: akibat tidak
terjadinya komunikasi yang baik antara pemilik 2.4. Pengertian Bangunan Gedung
dan pelaksana proyek maka dapat terjadi bahwa
ekspektasi pemilik ternyata berbeda dengan Pengertian bangunan gedung menurut Peraturan
yang dia harapkan pada awal mulanya. Pemerintah No 36 tahun 2005 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang Undang No 28 Tahun 2002
C. Kesalahan perencanaan: akibat gambar dan Tentang Bangunan Gedung adalah wujud fisik hasil
spe-sifikasi yang tidak lengkap, pemilihan pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat
sistem struktur yang rentan kerusakan atau kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di
detail yang rawan terhadap kerusakan jangka atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang
panjang (misal rangka atap menggunakan baja berfungsi sebagai tempat manusia melakukan ke-
ringan, penutup atapnya menggunakan genteng giatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal,
pelentong), atau karena perencananya sendiri kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sos-
tidak mempunyai kompetensi yang cukup (asal ial, budaya, maupun kegiatan khusus.
dapat menjalankan program komputer rekayasa
dan langsung men-gadopsi hasil, meskipun 2.5. Penelitian Terdahulu
sebenarnya mengand-ung kesalahan).
Penelitian-penelitian terdahulu tentang kegaga-lan
D. Kesalahan pelaksanaan: misal pada penggalian kegagalan konstruksi yang terjadi pada proyek
tanah, kecelakaan alat, urutan pelaksanaan atau konstruksi yang dilakukan oleh 21 peneliti baik dari
metode pelaksanaan yang tidak disesuaikan dalam negeri maupun di luar negeri seperti Nigeria,
den-gan perencanaannya, atau mengganti Palestina,Uni Emirat Arab , Australia, United State dan
spesifikasi dengan sengaja untuk mendapatkan Negara lainnya. Contoh penelitian Fran Acher-mann et
keuntungan yang tidak halal. al. (2005) menggunakan metode GSS (Sport System
Group) pada proyek-proyek besar dan kompleks di
E. Material yang tidak bermutu: meskipun ada sam- barat. Dengan mengunakan analisis forensik
pel material yang diuji dan telah memenuhi spe- menemukan adanya kegagalan dalam kon-truksi
sifikasi teknis yang ada tetapi dapat saja terjadi terutama klaim karena keterlambatan proyek dan
cacat yang tidak terdeteksi dan baru ketahuan Janet K. Yates et al. (2002) Penelitian tentang
setelah ada kegagalan sehingga tidak bisa dikat- kegagalan konstruksi dengan metode forensic engi-
egorikan kesalahan perencana atau pelaksana. neering pada OSHA, suatu organisasi yang bergerak
dalam bidang Keselamatan dan Administrasi Kes-
2.3. Tugas dan Tanggung Jawab Para Pihak ehatan. Hasil investigasi kegagalan konstruksi dis-
Bila Terjadi Kegagalan Konstruksi elidiki lebih mendalam dan di dokumentasikan se-
bagai data hasil penelitian. Hasil penelitian tentang
Menurut Peraturan Pemerintah No.29 Tahun 2000
kegagalan konstruksi adalah kegagalan yang terjadi
Tentang Penyelenggaraan jasa Konstruksi Pasal 32 selama konstruksi berlangsung dari sistem struktur
yang berkaitan dengan kegagalan konstruksi beisi yang tidak sesuai dengan spesifikasi.
sebagai berikut:
3. METODE PENELITIAN
A. Perencana konstruksi bebas dari kewajiban
untuk mengganti atau memperbaiki kegagalan Dengan melihat pada tujuan penelitian ini untuk
peker-jaan konstruksi sebagaimana dimaksud menganalisis faktor penyebab kegagalan konstruksi
dalam Pasal 31 yang disebabkan kesalahan pada bangunan gedung di provinsi Jawa Barat yaitu
pengguna jasa, pelaksana konstruksi, dan sifatnya objektif, terukur, terbatas, dan data yang
pengawas kon-struksi. hendak diambil adalah melalui kuesioner/survei, maka
penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang
B. Pelaksana konstruksi bebas dari kewajiban dikuantitatifkan dengan analisis deskriptif.
untuk mengganti atau memperbaiki kegagalan
peker-jaan konstruksi sebagaimana dimaksud Kuesioner yang dibuat digunakan untuk menga-nalisis
dalam Pasal 31 yang disebabkan kesalahan tingkat kepentingan (importance) faktor pe-
pengguna jasa, perencana konstruksi, dan nyebab/yang mempengaruhi standar, pedoman dan
pengawas kon-struksi. manual pada kegagalan konstruksi banguanan ge-
dung di provinsi Jawa Barat. Responden juga akan
C. Pengawas konstruksi bebas dari kewajiban diminta pendapatnya tentang seberapa pengaruhya
untuk mengganti atau memperbaiki kegagalan dalam pengalamannya dalam kegagalan konstruksi
peker-jaan konstruksi sebagaimana dimaksud banguanan gedung tersebut. Sebelum dilakukan
dalam Pasal 31 yang disebabkan kesalahan penyebaran kuesioner, maka sebelumnya dilaku-kan
pengguna jasa, perencana konstruksi, dan pengujian terhadap validitas dan reliabilitas dari
pelaksana kon-struksi. kuesioner tersebut. pengujian reliabilitas instrumen
1 - 12 JURNAL INFRASTRUKTUR
Vol. 2 No. 02 Desember 2016
dilakukan dengan metode Alpha. Apabila validitas kegagalan konstruksi pada bangunan gedung
dan reliabilitas dari kuesioner sudah terpenuhi diper-lihatkan pada Tabel 1.
maka dilanjutkan dengan penyebaran kuesioner
kepada responden. Hasil dari kuesioner di analisis dahulu dengan
meng-gunakan analisis Relative Importance Index
Dalam penelitian ini akan menggunakan metode (RII) yang hasilnya terlihat pada Tabel 2 dari
simple random sampling yaitu pengambilan secara pendapat pengguna jasa dan penyedia jasa dan
acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam gabungan dari ke-2 pihak tersebut.
populasi itu. Jumlah sampel sebanyak 102 respon-den
yang berasal dari pengguna jasa sebanyak 30 Hasil dari kuesioner di analisis dahulu dengan
responden dari SKPD dan 72 responden penyedia meng-gunakan analisis Relative Importance Index
jasa/kontraktor yang berada di provinsi Jawa Barat. (RII) yang hasilnya terlihat pada Tabel 2 dari
Setelah uji validitas dan reliabilitas terpenuhi digu- pendapat pengguna jasa dan penyedia jasa dan
nakan Skala Likert untuk mengukur sikap, pendapat gabungan dari ke-2 pihak tersebut.
dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang
4.2. Tindakan preventif mencegah
kejadian atau gejala sosial, dalam penelitian, ge-jala
sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, kegagalan konstruksi
yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian.
Untuk mencegah terjadinya kegagalan konstruksi
(Riduwan, 2007). Tahap Akhir menggu-nakan Analisis
pada bangunan gedung di provinsin Jawa Barat
Relative Importance Index (RII) dan Analisis Mann-
per-lu dilakukan hal-hal sebagai berikut:
Whitney, U Test.
A. Perlu di adakan pelatihan dan sertifikasi untuk
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
menambah kemampuan dan keterampilan tena-
4.1. Penyebab Kegagalan Konstruksi ga kerja di bidang konstruksi banguan gedung.
Bangunan Gedung di Jawa Barat B. Jumlah tenaga ahli teknis yang dipersyaratkan
Tabel 1. Faktor Penyebab Kegagalan Konstruksi Bangunan Gedung
JURNAL INFRASTRUKTUR 1 - 13
Vol. 2 No. 02 Desember 2016
D. Perlu peningkatan kompetensi kerja dalam yaitu 0,714, Desain & Spesifikasi yang Tidak
dunia konstruksi untuk meningkatkan kualitas Sesuai Standar Teknis & Peraturan berada di-
Sumber Daya Manusia (SDM) yang dimiliki urutan ke-2 dengan nilai RII 0,712, urutan ke-3
perusahaan, yang juga akan meningkatkan yaitu Kecerobohan Tenaga Kerja dengan nilai RII
kualitas perusa-haan jasa konstruksi. 0,709, sedangkan peringkat ke-4 yaitu Masalah
Hukum dengan nilai RII 0,703 dan Menggunakan
E. Untuk mencapai sasaran mutu proyek maka pe- Material di bawah Standart peringkat ke-5.
encanaan desain harus secara sistematis, ter-
perinci dan mendetail pada setiap tahap proyek C. Penilaian kriteria terhadap kegagalan konstruksi
dan langkah-langkah pelaksanaan konstruksi. masih perlu di kembangkan lagi untuk
mereduksi subyetifitas penilai ahli.
F. Penyempurnaan Undang-undang dan Peraturan
tentang Kegagalan Konstruksi perlu dilakukan 5.2. Saran
segera.
Perlu menganalisis lebih mendalam penyebab
G. Review desain perlu dilakukan oleh penyedia kega-galan konstruksi pada bangunan gedung
jasa/ kontraktor untuk memudahkan kontraktor yang ter-jadi di provinsi Jawa Barat dan untuk
dalam pelaksanaan konstruksi. mengurangi harus ada sanksi yang lebih tegas lagi
Berdasarkan hasil analisis data terhadap penyebab Barrie, D.S., and Paulson, B.C., Professional Con-
kegagalan konstruksi pada banguanan gedung struction Management. Mc. Graw-Hill,New
di provinsi Jawa Barat dapat disimpulkan York, 1992.
sebagai berikut :
Feld, J. and Carper, K. (1997).Construction Failure.
A. Hasil identifikasi terdapat 30 (tiga puluh) faktor- John Wiley &Sons, New York.
faktor penyebab kegagalan konstruksi pada ban-
gunan gedung di provinsi Jawa Barat yang dike-
Peraturan Pemerintah Nomor 29 tahun 2000 Ten-
lompokkan menjadi 6(enem ) aspek pihak yang tang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi.
terlibat dalam pembangunan proyek konstruksi. Peraturan Pemerintah Nomor 36 tahun 2005 Tentang
B. Lima peringkat teratas menurut persepsi Peng- Peraturan Pelaksanaan Bangunan Gedung.
guna Jasa/Owner dan Penyedia Jasa/Kontraktor
Peraturan Pelaksanaan Undang Undang No 28
(gabungan kedua pihak) yaitu : Kurangnya Ket-
Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung.
erampilan/Pelatihan bagi Tenaga Kerja menem-
pat peringkat pertama dengan nilai RII tertinggi
1 - 14 JURNAL INFRASTRUKTUR
Vol. 2 No. 02 Desember 2016
JURNAL INFRASTRUKTUR 1 - 15
Vol. 2 No. 02 Desember 2016
zahraauliasyahidah@yahoo.co.id1, bintari.suprapti168@gmail.com2
Abstract
PDAM Malang who has successfully served of clean water needs until 80.4 %, still face the potential loss that
caused by water losses. Total water losses of PDAM Malang in 2013 are 26.92 %. One of the problem is because
of pipeline leak. It is necessary to test the pipeline for identification of leak location, so that PDAM Malang can
perform curative action appropriately. Pipeline leak testing conduct at District Meter Area (DMA) Wendit, on
Malang City aims to identify the point of leakage and determine action for further improvement. In addition, this
study aims to assess the magnitude of the losses of PDAM Malang due to water losses. The method is performed
by step test method which are directly applicable on the field at night. Then the result and financial analysis are
analyzed with qualitative and quantitative method. The result of step test indicate that pipeline on Amandit
street are in the classes of high leak, with the value of dQ/dSR 0,1011. Priority handling of the leak will be
started from this area. The usage of step test method has been assist PDAM Malang to decreasing the
precentage of water losses of 3 % per month, so that it could be increasing the revenue until Rp. 1.033.000,00
per month. When the handling of water losses not taken immediately, the estimated of loss is about Rp.
32.441.472,00 per month or Rp 413.297.664,00 per year.
Keywords : step test, pipeline leakage, district meter area (DMA), PDAM Malang
Abstrak
PDAM Kota Malang yang telah berhasil melayani kebutuhan air bersih sebesar 80.4%, masih menghadapi
potensi kerugian akibat kehilangan air. Total kehilangan air yang dialami PDAM Kota Malang tahun 2013
adalah sebesar 26.92%. Salah satu penyebab kehilangan air ini adalah kebocoran pipa. Perlu dilakukan uji
identifikasi lokasi kebocoran pipa, sehingga PDAM Kota Malang dapat melakukan tindakan kuratif secara
tepat. Pengujian kebocoran pipa yang dilakukan di District Meter Area (DMA) Wendit Kota Malang bertu-
juan untuk mengidentifikasi titik kebocoran air dan menentukan langkah perbaikan selanjutnya. Selain
itu, penelitian ini bertujuan menaksir besarnya kerugian yang dialami PDAM Kota Malang akibat
kehilangan air. Metode yang dilakukan menggunakan metode step test secara langsung di lapangan pada
malam hari. Setelah itu dilakukan analisis hasil dan analisis keuangan secara kualitatif dan kuantitatif.
Hasil uji step test menunjukkan pipa yang berada di Jl. Amandit berada dalam klasifikasi kelas bocor yang
tinggi, dengan nilai dQ/dSR sebesar 0,1011. Prioritas penanganan kebocoran akan dimulai dari area ini.
Penggunaan metode step test telah membantu PDAM Kota Malang menurunkan presentase kehilangan air
sebesar 3% per bu-lannya, sehingga dapat meningkatkan pendapatan sebesar Rp 1.033.000,00 per
bulan. Jika penanganan kebocoran air tidak segera dilakukan, maka estimasi kerugian mencapai Rp
32.441.472,00 per bulan atau Rp 413.297.664,00 per tahun.
Kata kunci : step test, kebocoran pipa, district meter area (DMA), PDAM Kota Malang
1 - 16 JURNAL INFRASTRUKTUR
Vol. 2 No. 02 Desember 2016
JURNAL INFRASTRUKTUR 1 - 17
Vol. 2 No. 02 Desember 2016
3. METODE PENELITIAN
1 - 18 JURNAL INFRASTRUKTUR
Vol. 2 No. 02 Desember 2016
JURNAL INFRASTRUKTUR 1 - 19
Vol. 2 No. 02 Desember 2016
up). Pengujian step test di PDAM Kota Malang ini A. Alat Perekam Suara (Leak Noise Logger)
telah memenuhi syarat karena DMA yang telah Leak noise logger ini menyempitkan area DMA
sem-purna dan terisolasi dengan baik (tidak ada yang berisi dugaan kebocoran. Alat ditempatkan
cross connection aliran air dengan DMA lain) di area survei dengan setiap logger ditempatkan
menjadi fak-tor penting keberhasilan penaksiran pada satu hidran, meter, atau surface fitting
kebocoran me-lalui metode ini. Untuk mendukung lain-nya. Suara-suara yang diduga disebabkan
penggunaan metode ini, PDAM Kota Malang telah oleh kebocoran dapat dikonfirmasikan, lalu
memasang meter induk di 130 DMA dari total 155 lokasi ke-bocoran dapat ditemukan dibantu
DMA yang telah terbentuk. dengan meng-gunakan peralatan lain seperti
ground micro-phone.
Kelemahan metode step test ini adalah terjadinya
pemutusan aliran sementara sehingga pelanggan B. Korelator Suara Kebocoran (Leak Noise Corella-
tidak mendapatkan air dalam waktu pengujian ber- tor)
langsung. Selain itu, terdapat resiko berupa kon- Instrumen ini menggunakan velositas suara yang
taminasi melalui lubang bocor pada jaringan saat diakibatkan kebocoran ketika melewati dinding
pengisian air kembali ke dalam pipa. Pemakaian air pipa menuju masing-masing dari dua mikrofon
oleh pelanggan pada saat step test juga tidak mu- yang ditempatkan pada fittings di salah satu sisi
dah dikontrol, oleh karena itu Net Night Flow sulit dugaan kebocoran. Keefektifan proses ini tergan-
dicapai. Namun, metode step test ini sangat tung pada kekuatan suara bocor dan kemampuan
direko-mendasikan dan dianggap masih relevan bahan pipa untuk menjadi penghantar suara.
untuk di-aplikasikan.
C. Ground Microphone
Mikrofon ini secara elektronik melipatgandakan
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
suara kebocoran. Ia dapat dipasang untuk di-
gunakan baik dalam mode kontak atau survei.
Kebocoran pipa yang terjadi di Jl. Amandit (valve
Mode kontak untuk suara pada fitting, serupa
4) ini dapat terjadi karena berbagai hal seperti
dengan pipa suara elektronik. Mode survei digu-
kebo-coran pipa itu sendiri, pemasangan aksesoris
nakan untuk mencari kebocoran-kebocoran pada
yang kurang sempurna, atau kualitas aksesoris
sisi panjang jalur pipa antara fitting. Teknik men-
yang ren-dah. Secara umum, tiga komponen
cakup penempatan mikrofon di atas tanah pada
utama kehilan-gan fisik antara lain adalah:
interval-interval di sepanjang pipa dan mengi-
A. Kebocoran dari pipa transmisi dan distribusi. Ke- dentifikasi perubahan peningkatan suara ketika
bocoran ini biasanya merupakan peristiwa be- mikrofon mendekati posisi kebocoran. Ketika ke-
sar berupa semburan-semburan. Karena ukuran bocoran terdeteksi oleh alat perekam suara ke-
dan visibilitasnya, semburan dilaporkan dengan bocoran (leak noise loggers) atau korelator su-ara
cepat dan kemudian diperbaiki atau dimatikan kebocoran (leak noise correlator), PDAM bisa
segera sesudahnya. menggunakan salah satu dari dua mode untuk
menentukan lokasi kebocoran.
B. Kebocoran dan limpahan dari reservoir dan tanki
Pengurangan resiko kebocoran akibat kualitas alat dan
penyimpanan perusahaan air minum. Kebocoran ini
aksesoris yang rendah, telah dilakukan PDAM Kota
dapat diukur dengan mengamati limpahan dan
Malang dengan melakukan pengujian alat ter-lebih
memperkirakan durasi rata-rata dan laju aliran
dahulu sebelum digunakan secara tetap, untuk
peristiwa limpahan tersebut. Kebanyakan lim-
memastikan agar alat dan aksesoris tersebut memi-
pahan terjadi saat malam hari ketika kebutuhan
liki kualitas prima. PDAM Kota Malang melakukan uji
akan air rendah dan oleh karenanya perlu untuk
step test sebanyak 6 kali (dalam 2 tim) setiap bu-
melakukan pengamatan rutin setiap malam terh-
lannya untuk menekan angka kebocoran pipa. Se-
adap setiap reservoir. Pengamatan-pengamatan ini
makin cepat operator menganalisis data aliran DMA,
dapat dilakukan baik secara fisik atau dengan
semakin cepat semburan atau kebocoran dapat dik-
memasang satu alat penyimpan data (data log-
etahui lokasinya.
ger) yang kemudian akan mencatat tinggi per-
mukaan reservoir secara otomatis dalam interval
Sejauh ini PDAM Kota Malang telah berhasil mener-
yang telah ditentukan sebelumnya.
apkan metode step test dengan efektif dan terus
berupaya melakukan perbaikan. PDAM Kota Malang
C. Kebocoran pada pipa dinas hingga ke meter
telah berhasil mengurangi kebocoran sekitar 3% per
pelanggan. Jenis kebocoran seperti ini biasanya
bulannya, dan bukan mustahil pada tahun 2019 PDAM
lebih sulit dideteksi dan menghasilkan volume
Kota Malang dapat menekan angka kebocoran hingga
kehilangan fisik yang terbesar.
0%. Hal tersebut dapat dijadikan pembelaja-ran dan
contoh baik bagi PDAM di seluruh Indonesia.
Untuk memastikan penyebab kebocoran tersebut,
perlu dilakukan tindak lanjut dengan mendeteksi
Biaya air yang hilang adalah nilai air yang hilang
titik kebocoran menggunakan alat sebagai berikut:
melalui kehilangan fisik maupun nonfisik. Volume
kehilangan fisik harus dikalikan dengan biaya op-
1 - 20 JURNAL INFRASTRUKTUR
Vol. 2 No. 02 Desember 2016
erasional yang berubah-ubah termasuk tenaga kerja, coran seperti ground microphone, agar tindak lan-
bahan kimia dan listrik. Volume kehilangan nonfisik jut penanganan kebocoran dapat segera dilakukan,
harus dikalikan dengan tarif pelanggan ra-ta-rata. tanpa adanya hambatan kekurangan alat. Selain
Seiring dengan meningkatnya NRW, biaya yang itu, diperlukan penelitian lanjutan mengenai waktu
ditanggung karena kehilangan air akan menin-gkat efektif pembacaan watermeter saat debit mencapai
secara proporsional. Untuk menghitung jumlah titik stabil, sehingga data debit yang diperoleh
kerugian yang dialami PDAM jika tidak melakukan lebih akurat.
penanganan kehilangan air, dapat dilakukan perhi-
tungan sederhana. Debit air terproduksi PDAM sebe- DAFTAR PUSTAKA
sar 1660 liter/detik. Tarif air rata-rata PDAM Kota
Malang untuk kelompok Rumah Tangga berdasarkan Agustina, Dian Vita. 2007. Analisa Kinerja Sistem
Peraturan Walikota Malang Nomor 39 Tahun 2014 Distribusi Air Bersih PDAM Kecamatan
Tanggal 15 Oktober 2014 adalah Rp. 2.800,- dengan Banyumanik Studi Kasus Perumnas Banyu-
pemakaian 0-10 m3 setiap SR (Sambungan Rumah). manik, Kelurahan Srondol Wetan. Tesis.
Jika kehilangan air sebanyak 26,92% setara dengan Semarang: Magister Teknik Sipil
447 liter/detik, maka kehilangan air dapat menca-pai Universitas Diponegoro.
3.862 m3/hari. Dalam 1 bulan, kehilangan air
Damanhuri, Enri. 1989. Pendekatan Sistem Dalam
mencapai 115.862 m3. Jika dikalikan dengan jumlah
Pengendalian dan Pengoperasian Sistem
tarif air Rp. 2.800,00 maka kerugian PDAM dalam 1
Jar-ingan Distribusi Air Minum. Bandung:
bulan mencapai Rp 32.441.472,00. Jumlah kerugian
Juru-san Teknik Lingkungan FTSP-ITB.
yang akan dialami cukup tinggi sehingga memer-lukan
penanganan dan tindak lanjut dengan men-gupayakan Farley, Malcolm, et al. 2008. The Manager’s Non-
perbaikan fisik dan non-fisik, meliputi perbaikan Revenue Water Handbook: A Guide to
jaringan perpipaan yang bocor maupun aksesoris yang Under-standing Water Losses. Bangkok:
rusak, maupun perbaikan adminis-trasi seperti
USAID & Ranhill
pembacaan dan pencatatan meteran pelanggan yang
tepat. PDAM Kota Malang yang telah berhasil Tim Penulis. 2010. Modul Ajar Sistem Penyaluran
mengurangi kebocoran sekitar 3% per bulannya, telah Air Minum. Surabaya: Teknik Lingkungan
meningkatkan pendapatan sebesar Rp 1.033.000,00 Institut Teknologi Sepuluh November.
per bulan.
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
JURNAL INFRASTRUKTUR 1 - 21
Vol. 2 No. 02 Desember 2016
Mahasiswa Jurusan Teknik Lingkungan1 Dosen Jurusan Teknik Lingkungan2 1,2Institut Teknologi
Bandung Email: ricky_fdz@yahoo.com1, suprihanto@ftsl.itb.ac.id2
Abstract
This study aims to provide recommendation alternatives of drinking water supply system in Bukittinggi
city West Sumatera based on the selection of the best system and financial feasibility by the affordability
of community purchasing ability consideration. Results of the CVM method shows that the value of ability
to pay (ATP) is Rp. 3.732 /m 3 and value of Willingness To Pay (WTP) is Rp. 7.442 /m 3. The result of
analysis show that system 4 has the best financial feasibility by the affordability of community purchasing
ability consideration. This system use Sutijo Waters spring with capacity 300 liters/second and established
in two phase: phase I (2016-2024) with capacity 100 liters/second and phase II (2024-2035) with
capacity 200 liters/second. This system need total investment in phase I is Rp. 39.529.387.287 and phase
II is Rp. 39.529.387.287. Investment of this system will be funded through “penyertaan modal
pemerintah” pro-gram, 100% raw water unit will be funded by APBN through Directorate General of Water
Resources, 70% of production unit will be funded by APBN through Directorate General of Human
Settlements and 30% will be funded by APBD of Bukittinggi city, 30% of distribution network will be
funded by APBD of Bukittinggi city and 70% will be funded by Bank loan. With water sales rate is Rp.
3.700/m3, this financing scheme is financial feasible with NPV Rp. 55.580.153.601, BCR 1,25 and BEP in 7
years with production cost Rp. 2.432/m 3. This result of sensitivity analysis shows that this system is still
feasible with risk of 10% increase in operating and capital cost, also 10% decrease in revenue.
Keyword: drinking water system development, affordability of community purchasing ability, CVM, finan-
cial feasibility.
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan sebuah alternatif sistem pengembangan air minum di Kota Bukit-
tinggi Sumatera Barat yang layak secara finansial dengan mempertimbangkan daya beli masyarakat untuk air
minum. Hasil penelitian keterjangkauan daya beli masyarakat untuk air minum dengan menggunakan
Contingent Valuation Method (CVM) menunjukan bahwa nilai yang mampu dibayar oleh masyarakat (Ability To
Pay/ATP) adalah sebesar Rp. 3.732/m3 sementara nilai yang mau dibayar masyarakat dengan adanya
peningkatan pelayanan (Willingness To Pay) adalah sebesar Rp. 7.442/m3. Berdasarkan nilai keterjangkau-an
daya beli masyarakat tersebut maka sistem 4 merupakan sistem terpilih karena memiliki kelayakan fi-nansial
yang terbaik dan terjangkau oleh daya beli masyarakat. Sistem 4 merupakan sistem pengembangan air minum
dengan menggunakan mata air Sutijo sebagai sumber air baku dengan kapasitas 300 L/detik. Pembangunan
akan dilaksanakan melalui dua tahap, tahap I pada tahun 2016-2024 sebesar 100 L/detik dan tahap II pada
tahun 2024-2035 sebesar 200 L/detik. Sistem ini membutuhkan biaya investasi pada tahap I sebesar Rp.
39.529.387.287 dan tahap II sebesar Rp. 64.821.997.789. Kebutuhan investasi akan didanai melalui
penyertaan modal pemerintah dimana unit air baku 100% dibiayai oleh Direktorat Jenderal Sumber Daya Air,
unit produksi 70% dibiayai oleh Direkrtorat Jenderal Cipta Karya dan 30% melalui pinja-man Bank sementara
unit distribusi 30% dibiayai oleh APBD Kota Bukittinggi dan 70% melalui pinjaman Bank. Dengan penggunaan
tarif dasar air minum sebesar Rp. 3.700/m 3 maka skema pembiayaan ini layak secara finansial dengan nilai
NPV, BCR dan BEP secara berurutan sebesar Rp. 55.580.153.601, 1,25 dan 7 tahun serta Harga Pokok Produksi
sebesar Rp. 2.432/m3. Analisa sensitivitas menunjukan bahwa sistem ini masih layak untuk dilaksanakan
dengan adanya resiko kenaikan biaya operasional, kenaikan biaya in-vestasi, dan penurunan pendapatan air
masing-masing sebesar 10%.
Kata kunci: Pengembangan sistem penyediaan air minum, keterjangkauan daya beli masyarakat, Con-
tingent Valuation Method (CVM), kelayakan finansial
1 - 22 JURNAL INFRASTRUKTUR
Vol. 2 No. 02 Desember 2016
ini PDAM Kota Bukittinggi memiliki jumlah pelang- 2.2. Proyeksi Pertumbuhan Penduduk
gan ± 13.800 pelanggan aktif dan ± 3.900 pelang-
gan non aktif. Pelanggan non aktif adalah Dalam melakukan prediksi laju pertumbuhan pen-
pelanggan PDAM yang telah diputus sambungan duduk, dapat digunakan beberapa metode statistik
langsung ke tempat tinggalnya akibat sejumlah sebagai berikut :
persoalan. Ber-dasarkan data yang didapat bahwa
pelayanan PDAM Kota Bukittinggi sampai tahun A. Metode Aritmatik
2014 baru mencapai 42.56%. Hal ini disebabkan
B. Metode Geometrik
oleh beberapa faktor diantaranya jumlah penduduk
yang semakin me-ningkat yang tidak sebanding C. Metode Regresi Linear
dengan sumber air baku yang diolah. Peningkatan
pertumbuhan pen-duduk yang cukup signifikan di D. Metode Eksponensial
Kota Bukittinggi membuat PDAM Kota Bukittinggi
kesulitan untuk menyediakan air bersih, hal ini juga E. Metode Logaritmik
tidak didukung dengan penambahan sumber air
baku baru. Akibat-nya banyak pelanggan yang Dari kelima metode diatas untuk memproyeksikan
selalu kecewa dengan pelayanan PDAM. jumlah penduduk, harus dipilih satu metode yang
paling mewakili pola pertumbuhan penduduk di
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum wilayah perencanaan, dengan cara melakukan per-
Nomor : 18/PRT/M/2007 tentang Penyelenggaraan hitungan faktor korelasi, standar deviasi dan ke-
Pengembangan Sistem Penyedian Air Minum me- adaan perkembangan Kota/Kabupaten di masa
nyatakan bahwa dalam perencanaan pengemban-gan yang akan datang. Metode proyeksi penduduk
Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) perlu dis-usun yang dipi-lih adalah metode yang memiliki nilai
studi kelayakan pengembangan salah satunya dengan faktor kore-lasi yang paling besar (paling
memperhatikan keterjangkauan daya beli masyarakat. mendekati 1) dan nilai standar deviasi paling kecil.
Maka dari itu dalam penelitian ini akan diketahui
keterjangkauan daya beli masyarakat un-tuk air 2.3. Proyeksi Kebutuhan Air
minum sehingga akan diperoleh alternatif
Dalam perencaan suatu Sistem Penyediaan Air Mi-
pengembangan sistem penyediaan air minum yang
num, perlu diketahui jumlah kebutuhan dan pe-
layak secara finansial dan sesuai dengan keterjang-
makaian air. Kebutuhan air dipengaruhi oleh jum-
kauan daya beli masyarakat.
lah populasi penduduk, musim, iklim, kebiasaan
2. TINJAUAN PUSTAKA dan pola hidup masyarakat, fasilitas plumbing yang
tersedia dan kegiatan industri (Andey et al. 2009
2.1. Metode CVM dalam Dewi 2015).
JURNAL INFRASTRUKTUR 1 - 23
Vol. 2 No. 02 Desember 2016
2.4. Analisa Hidrolis (EPANET) Rencana ini menggambarkan proyeksi tarif yang
direncanakan.
EPANET adalah program komputer yang dapat me-
nampilkan simulasi hidrolis dan kualitas air dalam E. Proyeksi Cashflow Proyek SPAM
jaringan pipa bertekanan. Program ini dapat mengi- Proyeksi cashflow dilakukan dengan menghitung
dentifikasi aliran air dan headloss dalam setiap pipa rencana cash-in dan rencana cash-out proyek
dan tekanan pada setiap node selama periode simu- se-lama periode operasional proyek.
lasi. EPANET adalah alat bantu analisis hidrolis yang
mampu (Rossman, 2000 dalam Dewi 2015): 1. Rencana cash-in proyek, yaitu pendapatan
penjualan air, pendapatan sambungan baru,
A. Menganalisis jaringan seluas mungkin tanpa ba- pendapatan biaya administrasi, dan
tasan tertentu pendapa-tan biaya beban)
B. Menghitung kehilangan tekan akibat friksi 2. Rencana cash-out proyek, yaitu biaya op-
dengan menggunakan persamaan Hazen- erasional (gaji pegawai, listrik, bahan kimia,
William, Darcy-Weisbach, atau Chezy-Manning pembelian air curah), biaya non operasional
(penyusutan dan bunga tahun berjalan), bi-
C. Menghitung headloss minor untuk bend, fitting, aya pemeliharaan, pajak, dan angsuran hu-
dan sambungan lain tang pokok pinjaman.
D. Menghitung energi pompa dan biaya yang diper- F. Valuasi Kelayakan Proyek
lukan Merupakan hasil perhitungan kelayakan keuan-
gan proyek yang terdiri atas Net Present Value
E. Memodelkan berbagai jenis valve (NPV),Benefit Cost Ratio (BCR) dan Break Event
Point (BEP) serta analisa sensitivitas proyek
F. Memungkinkan perhitungan untuk berbagai ben-
yang direncanakan.
tuk tangki penampungan
G. Proyeksi Neraca dan Rugi Laba Proyek
G. Memperhitungkan berbagai kategori demand
Merupakan proyeksi perhitungan rugi laba dan
pada setiap node dengan pola dan variasi waktu
neraca proyek.
masing-masing
3. METODE PENELITIAN
H. Memodelkan berbagai emitter (kepala sprinkler)
Untuk mengukur nilai keterjangkauan daya beli
I. Dapat dioperasikan dengan sistem dasar pada
masyarakat yakni nilai Willingness To Pay (WTP) maka
tangki sederhana dan pada kontrol waktu yang
digunakan metode Contingent Valuation Method
lebih kompleks
(CVM). CVM merupakan suatu pendekatan untuk
2.5 Analisa Finansial mengetahui seberapa besar nilai yang diberi-kan
seseorang untuk memperoleh suatu barang
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum (Willingness To Pay, WTP) (Carson dkk, dalam Za-
Nomor 21/PRT/M/2009 tentang Pedoman Teknis karia, 2013). Nilai tersebut dapat ditentukan den-gan
Kelayakan Investasi Pengembangan Sistem bertanya kepada seseorang untuk memberi-kan
Penyediaan Air Minum oleh Perusahaan Daerah Air sejumlah satuan yang ingin dibayarkan. Dalam
Minum, dalam menganalisa kelayakan finansial penelitian ini kuisioner adalah teknik yang dipakai
suatu proyek perlu dibuat suatu proyeksi keuangan dalam penentuan nilai tersebut dengan metode per-
proyek yang men-cakup sebagai berikut: mainan penawaran (bidding games). Alasan pemili-
han metode bidding game karena hanya metode ini
A. Rencana Investasi Proyek yang secara tegas mencerminkan nilai maksimum
Rencana ini menggambarkan besaran total in- WTP. Pada metode ini responden akan ditawarkan
vestasi proyek SPAM berdasarkan rencana teknis beberapa nilai yang mau dibayar untuk peningka-tan
SPAM mencakup unit air baku, unit produksi, dan pelayanan air minum. Nilai maksimum yang mau
unit distribusi, serta tahapan pembangunannya. dibayar oleh responden merupakan nilai WTP dari
responden tersebut. WTP dapat diduga dengan
B. Pembiayaan Investasi menggunakan nilai rata-rata dari penjumlahan ke-
Rencana ini menggambarkan porsi pembiay-aan seluruhan nilai WTP dibagi dengan jumlah respon-den.
investasi pembangunan aset-aset produktif Nilai WTP dihitung dengan menggunakan Pers-
SPAM, baik berupa porsi dana equity maupun amaaan 1 (Amanda, 2009).
porsi dana pinjaman.
1 - 24 JURNAL INFRASTRUKTUR
Vol. 2 No. 02 Desember 2016
JURNAL INFRASTRUKTUR 1 - 25
Vol. 2 No. 02 Desember 2016
kualitas serta rata-rata tagihan per bulan dari re- umnya belum memenuhi kebutuhan masyarakat
sponden secara berurutan ditunjukan pada Gambar kota Bukittinggi. Dengan perhitungan statistik di-
1, Gambar 2, Gambar 3, dan Gambar 4. dapatkan nilai rata-rata tagihan air PDAM
responden adalah sebesar Rp. 67.172 per bulan.
Gambar 2. Aspek kontiniutas air PDAM Berdasarkan hasil diatas, nilai ATP yang didapat
melalui data primer dalam penelitian ini tidak jauh
berbeda dengan nilai ATP jika menggunakan Upah
Minimum Provinsi (UMP), dimana nilai ATP dari data
primer sebesar Rp. 3.732/m3 dan nilai berdasarkan
Upah Minumum Provinsi (UMP) sebesar Rp. 3.588/ m 3
dengan selisih nilai ATP sebesar Rp. 144/m3
1 - 26 JURNAL INFRASTRUKTUR
Vol. 2 No. 02 Desember 2016
JURNAL INFRASTRUKTUR 1 - 27
Vol. 2 No. 02 Desember 2016
5.1. Kesimpulan
1 - 28 JURNAL INFRASTRUKTUR
Vol. 2 No. 02 Desember 2016
Skema pembiayaan terpilih adalah skema pembiay- air baku selama periode perencanaan.
aan dimana unit air baku 100% dibiayai oleh Direk-
torat Jenderal Sumber Daya Air, unit produksi 70% DAFTAR PUSTAKA
dibiayai oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya dan
30% melalui pinjaman Bank, sementara unit distri- Armijo, Carlos Quintanilla. Pineda, Felipe Perez
busi 30% dibiayai oleh APBD Kota Bukittinggi dan (2012) : Estimating Willingness to Pay and
70% melalui pinjaman Bank. Berdasarkan analisa Financial Feasibility in Small Water Project in
finansial sistem pembiayaan ini layak dengan peng- El Salvador. Journal of Business Research 66
gunaan tarif 0–10 m3 sebesar Rp. 3.700/m3, 10-20 (2013) 1750-1758.
m3 sebesar Rp. 5.700/m3 dan >20 m3 sebesar Rp.
Badan Pusat Statistik Kota Bukittinggi. (2014) :
7.700m/3. Skema pembiayaan ini menghasilkan ni-
Bukittinggi Dalam Angka 2014. Badan Pusat
lai NPV, BCR dan BEP secara berurutan sebesar Rp.
Statistik Kota Bukittinggi, Bukittinggi.
55,580,153,601, 1.25 dan 7 tahun dengan harga
pokok produksi sebesar Rp. 2.432/m3. Brouwer, Roy. Khan, Nasreen Islam. Yang, Hong
(2012) : Household’s Willingness to Pay for
Analisa sensitivitas terhadap alternatif sistem
Arsenic Safe Drinking Water in Bangladesh.
pengembangan dengan skema pembiayaan dan tarif
terpilih menunjukan terjadi perubahan nilai kelay-akan
Journal of Enviromental Management 143
finansial untuk setiap perubahan parameter. Namun (2014) 151-161.
jika dilihat secara umum bahwa dengan ad-anya
Dinas Prasarana, Tata Ruang dan Permukiman
perubahan parameter seperti kenaikan biaya
Provinsi Sumatera Barat (2014). : Penyu-
operasional, kenaikan biaya investasi dan penu-runan
sunan Studi Kelayakan SPAM Regional Kota
pendapatan, alternatif sistem pengembangan
Bukittinggi dan Kabupaten Agam Provinsi
penyediaan air minum terpilih di Kota Bukittinggi
Su-matera Barat. Dinas Prasarana, Tata
masih layak untuk dilaksanakan
Ruang dan Permukiman Provinsi Sumatera
5.2. Saran Barat, Padang.
JURNAL INFRASTRUKTUR 1 - 29
Vol. 2 No. 02 Desember 2016
1 - 30 JURNAL INFRASTRUKTUR
Vol. 2 No. 02 Desember 2016
Tisara Sita1
M. Fathoni Jalaluddin2
Mahasiswa Magister Sistem dan Teknik Transportasi1 Perancang Teknik Pembangunan Jalan
dan Jembatan2 1Universitas Gajah Mada
2Dinas Pekerjaan Umum Provinsi DI Yogyakarta
Abstract
The national highway Yogyakarta – Sedayu – Klangon – Sentolo – Milir – Wates is one of the roads in Yogya-
karta with a relatively high accident rate. This statement indicates that this road has deficiency of infrastruc-ture
or road safety deficiency. Therefore, it is necessary to identify road geometric problems and abusement of road
space utilization, thus technical recommendations can be obtained to achieve the principles of for-giving road,
self-explaining road, self-regulating road, and self-enforcing road. Technical recommendations to improve road
safety deficiencies obtained through field observation by dividing roads into four segments and then examine
the problems of: (1) the geometric conditions; (2) the condition of the pavement; (3) harmonization of signs
and markings; and (4) abusement of road space utilization. The results showed that the improvement of road
safety deficiencies in the accident-prone locations prioritized to: (1) the widening of the road; (2) improvement
of transverse slope; (3) maintenance of pavement; (4) the construction of the road divider; (5) remarking; (6)
paved road shoulder; (7) the harmonization of signs and signals; and (8) controlling the use of road space
utilization, road space asset, and road space supervision.
Abstrak
Ruas Jalan Nasional Yogyakarta – Sedayu – Klangon – Sentolo – Milir – Wates merupakan salah satu ruas jalan
di Yogyakarta dengan angka kecelakaan yang relatif tinggi. Hal ini mengindikasikan bahwa pada ruas jalan
tersebut terdapat defisiensi keselamatan berkendaraan, oleh karena itu diperlukan identifikasi permasalahan
geometrik jalan dan penyalahgunaan terhadap pemanfaatan ruang bagian jalan, sehingga didapatkan
rekomendasi teknik untuk mencapai prinsip jalan berkeselamatan (forgiving road), self-explain-ing road, self-
regulating road, dan self-enforcing road. Rekomendasi teknik untuk memperbaiki defisiensi keselamatan
berkendaraan didapatkan melalui peninjauan lapangan dengan membagi ruas jalan tersebut menjadi empat
segmen dan kemudian mencermati permasalahan: (1) kondisi geometrik jalan; (2) kondisi perkerasan jalan; (3)
harmonisasi rambu dan marka; dan (4) penyalahgunaan terhadap pemanfaatan ru-ang bagian jalan. Hasil
analisis dan pembahasan menunjukkan bahwa penanganan defisiensi keselamatan berkendaraan di lokasi rawan
kecelakaan diprioritaskan pada: (1) pelebaran jalan; (2) perbaikan kemirin-gan melintang; (3) pemeliharaan
perkerasan jalan; (4) penambahan median jalan; (5) pemarkaan ulang;
(6) perkerasan bahu jalan; (7) harmonisasi rambu dan sinyal; dan (8) penertiban pemanfaatan ruang
man-faat jalan (rumaja), ruang milik jalan (rumija), dan ruang pengawasan jalan (ruwasja).
JURNAL INFRASTRUKTUR 1 - 31
Vol. 2 No. 02 Desember 2016
1 - 32 JURNAL INFRASTRUKTUR
Vol. 2 No. 02 Desember 2016
2.2. Kecelakaan dan Keselamatan Lalu Lintas Penelitian ini dilakukan di ruas jalan nasional
Yogyakarta – Sedayu – Klangon – Sentolo – Milir
– Wates dengan panjang total pengamatan 26,12
km, yang selanjutnya dibagi menjadi empat seg-
men, seperti terlihat pada Gambar 2 dan Tabel 1.
JURNAL INFRASTRUKTUR 1 - 33
Vol. 2 No. 02 Desember 2016
1 - 34 JURNAL INFRASTRUKTUR
Vol. 2 No. 02 Desember 2016
JURNAL INFRASTRUKTUR 1 - 35
Vol. 2 No. 02 Desember 2016
perlengkapan jalan, dan penyalahgunaan terhadap mengindikasikan bahwa jalan tidak self-regulating
pemanfaatan ruang bagian jalan. Hasil pengukuran road, artinya komponen-komponen jalan tidak ses-
dan pengamatan lapangan menunjukkan bahwa be- uai dengan peraturan yang berlaku, dalam hal ini
berapa defisiensi keselamatan infrastruktur jalan yang Permen PU No. 19/2011. Median jalan juga ber-
memberikan peluang terhadap kejadian ke-celakaan fungsi sebagai self-enforcing road, terutama pada
berkendaraan, antara lain lebar lajur yang akses-akses persil, sehingga dapat memaksa peng-
substandard, yaitu penampang melintang badan ja- guna jalan untuk patuh, tidak menyebrang jalan di
lan hanya 2-7-2, bahkan ada lajur yang lebarnya lokasi yang rawan kecelakaan.
kurang dari 2 meter; tidak ada median jalan, sesuai
persyaratan teknis jalan, untuk jalan arteri primer Rekomendasi teknis sebagai upaya perbaikan de-
wajib dipisahkan dengan median jalan; ruas ja-lan fisiensi keselamatan berkendaraan dapat dilihat
tidak memiliki ambang pengaman; kemiringan pada Tabel 2. Ditjen Bina Marga, dalam hal ini Sat-
melintang badan jalan sudah tidak memadai akibat ker P2JN DIY selaku penyelenggara jalan, telah
kerusakan permukaan (rutting, lendutan); kondisi menyusun Renstra Program Penanganan Jalan ta-
permukaan perkerasan jalan sangat licin ketika ter- hun 2015-2019. Program yang telah direncanakan
jadi hujan karena luasan rutting dan lendutan pada sebagai langkah perbaikan defisiensi keselamatan
permukaan sudah melebihi ambang batas minimal berkendaraan terkait dengan penanganan di ruas
yang masih diperbolehkan; rambu batas kecepatan jalan Yogyakarta – Sedayu – Klangon – Sentolo –
dan petunjuk arah yang kurang, serta tidak ada lam- Milir – Wates dapat dilihat pada Tabel 3.
pu sinyal sehingga pengemudi tidak mengurangi ke-
Aspek yang mempunyai peran penting dalam men-
cepatan ketika melintasi ruas jalan yang menikung
gakibatkan defisiensi keselamatan berkendaraan
walaupun dengan lebar lajur yang sudah standar.
berdasarkan hasil analisis data, antara lain:
Tingkat fatalitas korban kecelakaan yang paling parah
terjadi pada kejadian kecelakaan yang dipicu oleh A. Defisiensi aspek geometrik jalan, terjadi
kondisi permukaan jalan yang licin ketika hujan yang pada permasalahan berikut ini:
didukung oleh kondisi bahu jalan dan guardrail yang
1. Lebar lajur kiri jalan yang substandard, yaitu
kurang memadai. Perletakan rambu batasan
kurang dari 3.5 meter. Hal ini tidak sesuai
kecepatan yang tidak sesuai sehingga pengguna ja-
dengan Permen PU No. 19/2011 yang me-
lan mengemudikan kendaraaannya dengan kecepa-
nyatakan bahwa untuk jalan raya arteri prim-er
tan tinggi tanpa informasi yang jelas, serta didukung
lebar jalur lalu lintas adalah 2 x (2 x 3.50)
tidak adanya sinyal peringatan. Kondisi ketidakhar-
meter untuk jalan raya medan datar dengan
monisan rambu, sinyal, marka, guardrail, dan kondi-si
LHR 61.000 smp/hari (sesuai data LHR dari
bahu jalan terhadap fungsi jalan ini mengindika-sikan
Satker P2JN DIY). Dengan demikian, lebar
infrastruktur jalan tidak self explaining road, artinya
badan jalan maupun lebar rumija dan rumaja
jalan tidak mampu menjelaskan informasi
juga substandard. Lebar badan jalan yang
keselamatan kepada pengguna dengan benar dan
kurang mengakibatkan kecelakaan akibat
tepat, sehingga pengguna kurang hati-hati ketika
volume kendaraan yang tinggi dan ditambah
melintasi ruas jalan yang menikung walaupun lebar
dengan kecepatan yang tinggi.
lajur yang ada cukup memadai. Kondisi permukaan
perkerasan jalan yang licin karena didukung luasan 2. Permasalahan tidak adanya median jalan
rutting dan lendutan yang melebihi ambang batas juga sangat berperan dalam defisiensi ke-
minimal dapat mengindikasikan jalan tidak forgiving selamatan berkendaraan. Jalan raya arteri
road, artinya jalan tidak menghargai nyawa peng- primer diharuskan menggunakan median
guna ketika pengguna melakukan kelalaian ber-buat untuk menghindari head-on collision.
kesalahan dengan pengereman mendadak di atas
permukaan jalan yang licin. Kondisi lebar jalan yang 3. Kemiringan melintang badan jalan dan ke-
substandard dan tidak adanya median jalan miringan pada superelevasi kurang, sehingga
1 - 36 JURNAL INFRASTRUKTUR
Vol. 2 No. 02 Desember 2016
B. Defisiensi aspek perkerasan jalan, terjadi per- Perletakan rambu yang diperlukan pada tikungan ini
masalahan pada perkerasan jalan yang men- yaitu: rambu peringatan; rambu batas kecepatan; dan
galami rutting, potholes, maupun deformasi. rambu petunujuk arah. Rambu yang pertama kali
Kondisi perkerasan jalan yang cukup parah ini ditempatkan merupakan rambu peringatan mengenai
mengakibatkan kendaraan tergelincir sehingga adanya tikungan tajam yang berbahaya. Rambu ini
terjadi kecelakaan. Hal ini didukung dengan diletakkan 80 m sebelum tikungan, ram-bu batas
data dari Satker P2JN DIY, bahwa nilai IRI di kecepatan diletakkan 75 m sebelum tikun-gan, dan
beberapa spots adalah 6-7. Drainase yang rambu peringatan empat persegi panjang diletakkan
tidak memadai juga mempercepat penurunan 70 m sebelum tikungan. Rambu empat persegi
umur perkerasan jalan, seperti tidak ada dan panjang diletakkan sepanjang tikungan, ja-rak
tidak terpeliharanya selokan samping. masing-masing rambu disesuaikan dengan ke-
butuhan (untuk tikungan ini jarak masing-masing
C. Defisiensi aspek harmonisasi perlengkapan
rambu adalah 10 m).
jalan, terjadi pada permasalahan rambu
(rambu batas kecepatan, rambu petunjuk arah Tata Cara Perencanaan Geometri Jalan Antar Kota,
dan rambu peringatan), lampu sinyal, lampu Ditjen Bina Marga (1997) menyatakan bahwa den-gan
pen-erangan jalan, dan guardrail. Harmonisasi jari-jari kelengkungan diasumsikan sebesar 150 m
perlengkapan jalan yang tidak memadai ini maka batas kecepatan yang diijinkan yaitu 30
mengakibatkan pengendara kurang waspada km/jam. Perubahan kecepatan yang cukup sig-nifikan
terhadap tikungan tajam dan hambatan lain. ini (dari 80 km/jam ke 30 km/jam) dapat membuat
pengemudi merasa terkejut, oleh karena itu
D. Defisiensi aspek penyalahgunaan terhadap diperlukan road humps. Road humps atau di In-
pemanfaatan ruang bagian jalan, terjadi pada donesia disebut dengan polisi tidur merupakan gun-
permasalahan penggunaan ruang jalan sebagai dukan kecil selebar jalur jalan yang berfungsi untuk
tempat usaha, on street parking, media iklan, memperingatkan pengemudi agar tetap waspada
dan penempatan tiang listrik yang berada di serta memberi kesempatan kepada pengemudi untuk
rumaja. Hal ini mengakibatkan badan jalan membaca rambu jalan (rambu peringatan, rambu
yang semakin sempit sehingga dapat batas kecepatan maupun rambu petunjuk arah).
mengakibatkan kecelakaan. Sinyal peringatan diperlukan agar pengemudi
waspada dan mengurangi kecepatan di tikungan.
Aspek-aspek tersebut saling mempengaruhi se-
Dengan demikian, maka program aksi yang perlu
hingga mengakibatkan tingkat fatalitas kecelakaan
segera dilakukan adalah pelebaran jalan, perbaikan
yang lebih besar. Perkerasan yang mengalami rut-
kemiringan melintang, pemeliharaan perkerasan ja-
ting dapat menyebabkan kendaraan tergelincir, ter-
lan, penambahan median jalan, pemarkaan ulang,
utama saat musim hujan. Resiko fatalitas dapat di-
perkerasan bahu jalan, penambahan rambu dan
perkecil apabila tersedia bahu jalan yang memadai,
lampu sinyal, serta penambahan road humps, sep-erti
namun pada kondisi di lapangan, bahu jalan kurang
terlihat pada Gambar 4.
memenuhi syarat. Harmonisasi perlengkapan jalan
yang kurang memadai dapat membuat pengendara
menjadi kurang waspada terhadap adanya
tikungan dan hambatan lain, oleh sebab itu
dilakukan perbai-kan-perbaikan sebagai berikut.
JURNAL INFRASTRUKTUR 1 - 37
Vol. 2 No. 02 Desember 2016
Gambar 4. Upaya teknis terhadap defisiensi kondisi geometrik jalan dan kondisi
harmon-isasi perlengkapan jalan
4.2. Upaya Teknis terhadap Defisiensi Kondisi 5. KESIMPULAN DAN SARAN
Perkerasan Jalan dan Defisiensi Peny-
alahgunaan terhadap Pemanfaatan 5.1. Kesimpulan
Ruang Bagian Jalan
Defisiensi keselamatan berkendaraan dapat di-
Kerusakan perkerasan jalan dan kemiringan melint- perbaiki dengan beberapa upaya teknis dengan
ang (crown) yang kurang akan mengakibatkan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
kendaraan tergelincir. Hal ini diperparah dengan lebar defisiensi keselamatan berkendaraan dan deskripsi
badan jalan yang kurang dan tidak adanya marka defisiensi keselamatan infrastruktur jalan.
yang jelas, maupun median pemisah jalur kendaraan.
Penyalahgunaan terhadap pemanfaatan ruang bagian 5.2. Saran
jalan, yaitu penggunaan rumaja seb-agai ruang usaha
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang
maupun media iklan mengakibat-kan jarak pandang
telah dilakukan, saran yang dapat diberikan
pengemudi berkurang dan dapat mengakibatkan
adalah sebagai berikut:
kecelakaan.
A. perlu dilakukan perbaikan geometrik jalan dan
On-street parking dikarenakan terdapat ruang us-
penertiban penyalahgunaan pemanfaatan
aha di rumaja yang tidak mempunyai lahan parkir
mengakibatkan badan jalan semakin sempit. Den- ruang bagian jalan;
gan demikian, maka program aksi yang perlu
B. penyelenggara jalan, dalam hal ini Ditjen Bina
segera dilakukan adalah pelebaran jalan, perbaikan
Marga dan Ditjen Perhubungan Darat, perlu
kemir-ingan melintang, pemeliharaan perkerasan
menindaklanjuti temuan ini sehingga angka
jalan, penambahan median jalan, pemarkaan
kecelakaan dapat diturunkan dan tercapai jalan
ulang, pen-ertiban pemanfaatan ruang manfaat
yang berkeselamatan;
jalan (rumaja), ruang milik jalan (rumija), maupun
ruang peng-wasan jalan (ruwasja), seperti terlihat C. perlu dilakukan analisis defisiensi keselamatan
pada Gambar 5. berkendaraan di ruas jalan lain, sehingga ter-
cipta prinsip jalan yang berkeselamatan
(forgiv-ing road), self-explaining road, self-
regulating road, dan self-enforcing road; serta
1 - 38 JURNAL INFRASTRUKTUR
Vol. 2 No. 02 Desember 2016
DAFTAR PUSTAKA
JURNAL INFRASTRUKTUR 1 - 39
Vol. 2 No. 02 Desember 2016
Abstract
The construction project is a series of activities carried out only one time and short term nature.
Implemen-tation of the project faced with the problems such Contract Change Order which will result in
amendments to the contract. This study is a policy study or applied studies whose purpose is to find or
formulate solutions to problems related to the Contract Change Order (CCO) of the Cost variant (different
budgets) and Time variant (the time difference). The data used is the dam construction contract
document data X. Based on an analysis of all amendments and Influence diagrams of all the factors that
influence each other in the end boils down to three variables, namely: Changes in the value of the
contract, the contract completion time change, change contract administration, change contract
administration is the outcome of all the changes in the contract and the factors that cause changes in the
contract. Amendment of the most common is the change in value of the contract caused by escalation
(price adjustments) four times, additional work is less based on calculations MC twice, and design changes
once. Technically all of the greatest influence and im-pact on changes in the value of the contract is the
design changes that result in the addition of a contract value of 25.11% of the value of the initial contract,
followed by escalation of 5.64% and a result of calcula-tion by 3.91% MC. But the greatest influence and
impact on the contractual completion timeline changes are extreme weather conditions, removal of quarry
locations and additional scope of work that resulted in the addition time for 21.92% of the initial contract
period, whereas only design changes resulted in an addition of 10.96% of time contract initially.
Keywords: project construction, amendment, price adjustments, changes in time, completion of contract
Abstrak
Proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali dilaksanakan dan umumnya
berjangka pendek. Pelaksanaan proyek dihadapkan pada permasalahan diantaranya Contract Change Or-der
yang akan menghasilkan amandemen kontrak. Penelitian ini merupakan studi kebijakan ataupun studi terapan
yang tujuannya adalah untuk mengetahui atau merumuskan solusi terhadap permasalahan terkait Contract
Change Order (CCO) terhadap Cost variant (perbedaan anggaran)dan Time variant (perbedaan waktu). Data
yang digunakan adalah data dokumen kontrak pembangunan bendung X. Berdasarkan analisis dari semua
amandemen dan Influence diagram dari semua faktor yang saling mempengaruhi satu sama lain pada akhirnya
bermuara kepada tiga variable yaitu : Perubahan nilai kontrak, Perubahan waktu penyelesa-ian kontrak,
Perubahan administrasi kontrak, perubahan administrasi kontrak merupakan muara dari semua perubahan
dalam kontrak dan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan kontrak. Amande-men yang paling
sering terjadi adalah perubahan nilai kontrak yang disebabkan oleh eskalasi (penyesuaian harga) sebanyak
empat kali, pekerjaan tambah kurang berdasarkan perhitungan MC sebanyak dua kali, dan perubahan desain
sebanyak satu kali. Secara teknis kesemuanya itu yang paling besar pengaruh dan dam-paknya terhadap
perubahan nilai kontrak adalah perubahan desain yang mengakibatkan penambahan nilai kontrak sebesar
25,11% dari nilai kontrak awal, disusul eskalasi sebesar 5,64% dan akibat perhitungan MC sebesar 3,91%.
Namun yang paling besar pengaruh dan dampaknya terhadap perubahan waktu penyelesa-ian kontrak adalah
kondisi cuaca ekstrem, pemindahan lokasi quarry dan penambahan lingkup kerja yang mengakibatkan
penambahan waktu sebesar 21,92% dari waktu kontrak awal, sedangkan perubahan desain hanya
mengakibatkan penambahan sebesar 10,96% dari waktu kontrak awalnya.
Kata kunci : proyek konstruksi, amandemen, penyesuaian harga, perubahan waktu, penyelesaian kontrak
1 - 40 JURNAL INFRASTRUKTUR
Vol. 2 No. 02 Desember 2016
JURNAL INFRASTRUKTUR 1 - 41
Vol. 2 No. 02 Desember 2016
Kontrak dalam dunia konstruksi tercantum dalam Kontrak Pengadaan Barang/Jasa berdasarkan jenis
Undang-Undang Jasa Konstruksi (UUJK) No. 18 pekerjaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
Tahun 1999 Pasal 1 ayat (5), “Kontrak kerja kon- huruf d, terdiri atas:
struksi adalah keseluruhan dokumen yang men-
gatur hubungan hukum antara pengguna jasa dan A. Kontrak Pengadaan Pekerjaan Tunggal; dan
penyedia jasa dalam penyelenggaraan pekerjaan
B. Kontrak Pengadaan Pekerjaan Terintegrasi.
konstruksi”. Dalam Peraturan Presiden Republik In-
donesia No. 70 Tahun 2012, Pasal 1 ayat (22), Ketentuan mengenai perubahan kontrak dalam Per-
juga terdapat pengertian mengenai kontrak,
pres No. 70 Tahun 2012 terdapat pada pasal 87
“Kontrak Pengadaan Barang/Jasa yang selanjutnya
disebut Kontrak adalah perjanjian tertulis antara Dalam hal terdapat perbedaan antara kondisi
PPK den-gan Penyedia Barang/Jasa atau pelaksana lapan-gan pada saat pelaksanaan, dengan gambar
swake-lola”. dan/ atau spesifikasi teknis yang ditentukan dalam
Doku-men Kontrak, PPK bersama Penyedia
2.1. Bentuk-Bentuk Kontrak Konstruksi
Barang/Jasa dapat melakukan perubahan pada
Pembagian jenis-jenis kontrak konstruksi terdapat Kontrak yang meliputi:
dalam Peraturan Presiden No. 70 Tahun 2012 Ten- A. Menambah atau mengurangi volume pekerjaan
tang Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden No.
yang tercantum dalam Kontrak;
54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah, Pasal 50, yang bunyinya sebagai beri- B. Menambah dan/atau mengurangi jenis peker-
kut. jaan;
1 - 42 JURNAL INFRASTRUKTUR
Vol. 2 No. 02 Desember 2016
Adendum, Contract Change Order (CCO), dan der bisa didefinisikan sebagai modifikasi dari origi-
Varia-tion Order. Agar lebih mudah dipahami, nal contract. Pengertian Change Order menurut
berikut akan diberikan penjelasan mengenai Direktorat Jenderal Bina Marga, Departemen Pe-
definisi dari masing-masing istilah tersebut. kerjaan Umum (1999) adalah pekerjaan tambah
kurang untuk menyesuaikan volume lapangan atau
2.3. Adendum dan Amandemen perubahan skedul tanpa merubah pasal-pasal kon-
trak. Berdasarkan pengertian tersebut, change or-
Dilihat dari arti katanya, addendum adalah der dapat didefinisikan sebagai suatu kesepakatan
lampiran, suplemen, tambahan. Pendapat lain antara pemilik proyek dan kontraktor untuk mere-
menyatakan jika pada saat kontrak berlangsung visi pekerjaan (baik volume maupun skedul) sesuai
ternyata ter-dapat hal-hal yang belum cukup diatur dengan kondisi lapangan.
dalam kon-trak tersebut, dapat dilakukan
musyawarah untuk suatu mufakat akan hal yang Lebih lanjut, Untung Slamet menyatakan bahwa Ad-
belum diatur tersebut. Untuk itu ketentuan atau endum dan Amandemen Kontrak merupakan produk
hal-hal yang belum dia-tur tersebut harus lanjutan dari CCO (Contract Change Order). Jika ter-
dituangkan dalam bentuk tertulis sama seperti jadi CCO berarti akan terjadi Adendum atau Aman-
kontrak yang telah dibuat. Pengaturan ini umum demen Kontrak, sedangkan jika terjadi Adendum atau
disebut dengan adendum atau amande-men. Amandemen Kontrak belum tentu telah terjadi CCO.
Hal ini dikarenakan Adendum atau Amande-men bisa
Banyak pihak yang menganggap sama arti dari kata
hanya merubah atau menambah isi atau pasal yang
adendum dan amandemen. Dari segi arti kat-anya,
terdapat dalam kontrak tanpa merubah ruang lingkup
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Online
pekerjaan, sehingga Adendum atau Amandemen tidak
Version), definisi kata adendum dan amandemen
selalu diikuti dengan CCO.
memang terlihat mirip. Amandemen/amendemen
berarti : 1. Usul perubahan undang-undang yang 2.5. Variation Order
dibicarakan di Dewan Perwakilan Rakyat dsb: hak -;
2. penambahan pada bagian yang sudah ada. Berdasarkan FIDIC dalam klausa 13, perubahan
Aden-dum : 1. Jilid tambahan (pada buku); kontrak didefinisikan dalam bentuk istilah variasi
lampiran; 2. ketentuan atau pasal tambahan, misal (variation) fan penyesuaian (Adjusment). Variasi be-
dalam akta. Jadi menurut Kamus Besar Bahasa rarti semua perubahan terhadap Pekerjaan, yang di-
Indonesia, kata amandemen dan adendum sama- perintahkan atau disetujui sebagai suatu perubahan
sama mengand-ung arti ‘penambahan’. berdasarkan Klausula 13 [Variasi dan Penyesuaian].
Sedangkan penyesuaian merupakan bagian dari va-
Berdasarkan arti kata tersebut diatas, dapat dilihat riasi yang dibagi dalam dua jenis yaitu penyesuaian
bahwa kata amandemen memiliki makna yang lebih akibat perubahan peraturan dan penyesuaian aki-bat
luas dari adendum. Kata amandemen mengandung perubahan biaya. Perubahan dalam penyesuaian
arti merubah, sedangkan kata adendum (berasal dari berasal dari faktor eksternal proyek misalnya keter-
bahasa inggris add) mengandung arti penam-bahan. lambatan pekerjaan karena perubahan perundang-
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa jika undangan dan perubahan biaya proyek akibat nilai
adendum merupakan bagian dari amandemen, dimana tukar mata uang yang menurun.
jika terjadi penambahan/pengurangan, maka otomatis
terjadi perubahan. Dalam perkem-bangannya, istilah 2.6. Amandemen Kontrak
yang umum digunakan dalam kontrak konstruksi di
Indonesia adalah adendum, seperti yang disebutkan Amandemen Kontrak adalah perubahan Kontrak atas
dalam Permen PU No: 07/ PRT/M/2011 Tentang dasar kesepakatan kedua belah Pihak yaitu Kontraktor
Standar Dan Pedoman Pen-gadaan Pekerjaan dan Pengguna Jasa dan harus mengikuti peraturan
Konstruksi Dan Jasa Konsultansi, Pasal 34 ayat (1). perundangan yang berlaku. Berdasar-kan ketentuan-
ketentuan yang ada sebenarnya CCO (Contract
Change Order), Addendum dan Aman-demen Kontrak
2.4. Change Order adalah istilah yang sama, hanya Addendum dan
Amandemen Kontrak merupakan produk lanjutan dari
Dalam setiap proyek konstruksi sering kali terjadi CCO (Contract Change Order). Jika terjadi CCO berarti
perubahan atau yang biasa disebut dengan change akan terjadi Addendum atau Amandemen Kontrak,
order. Change order tersebut bisa terjadi sejak awal, sedangkan jika terjadi Ad-dendum atau Amandemen
pertengahan maupun pada akhir pekerjaan konstruksi. belum tentu telah terjadi CCO. Dilihat dari dasar
Menurut Fisk (2006) change order meru-pakan surat alasannya Perpres 54 tahun 2010 Pasal 87 Ayat 1
kesepakatan antara pemilik proyek dan kontraktor tentang Perubahan Kontrak menyatakan, dalam hal
untuk menegaskan adanya revisi-revisi rencana, dan terdapat perbedaan antara kondisi lapangan pada saat
jumlah kompensasi biaya kepada kon-traktor yang pelaksanaan, dengan gambar dan/atau spesifikasi
terjadi pada saat pelaksanaan kon-struksi, setelah teknis yang ditentukan dalam Dokumen Kontrak, PPK
penandatanganan kontrak kerja antara pemilik dan bersama Penyedia Barang/Jasa dapat melakukan
kontraktor. Pendapat lain, yaitu menurut perubahan Kontrak yang meliputi:
Schaufelbeger & Holm (2002), change or-
JURNAL INFRASTRUKTUR 1 - 43
Vol. 2 No. 02 Desember 2016
A. menambah atau mengurangi volume pekerjaan A. Adendum akibat perubahan jadwal pelaksanaan
yang tercantum dalam Kontrak; pekerjaan atau sering disebut Adendum Waktu.
1 - 44 JURNAL INFRASTRUKTUR
Vol. 2 No. 02 Desember 2016
JURNAL INFRASTRUKTUR 1 - 45
Vol. 2 No. 02 Desember 2016
3. METODE PENELITIAN
1 - 46 JURNAL INFRASTRUKTUR
Vol. 2 No. 02 Desember 2016
membutuhkan pemahaman inti dan konsep yang Langkah selanjutnya adalah membuat Influence
digunakan dalam pendekatan sistem (system ap- Diagram, dengan cara menggabungkan semua dia-
proach). Permasalahan dalam dunia nyata, biasanya gram alir kronologis amandemen yang sudah dibuat
sangat kompleks. Jika sistem dilihat dan dideskripsi- sebelumnya. Melalui Influence Diagram dapat dik-
kan secara keseluruhan, maka permasalahan men-jadi etahui adanya keterkaitan dan ketergantungan an-
tercampur (involved) dan tidak teratur (unman- tara variabel penyebab amandemen yang satu den-
ageable). Tidak semua fitur dunia nyata relevan gan yang lainnya. Dari diagram ini semakin jelas
sebagai solusi, sehingga penjelasan secara parsial teridentifikasi faktor-faktor apa saja yang menjadi
biasa digunakan. Penjelasan secara parsial biasanya faktor independent penyebab terjadinya CCO.
disebut sebagai karakterisasi sistem. Karakterisasi
sistem hanya melibatkan fitur-fitur yang relevan Tahap terakhir adalah mengetahui dampak/akibat
membuat sebuah solusi. Karakterisasi sistem meru- dari faktor-faktor tersebut yang berpengaruh ter-
pakan proses penyederhanaan (simplification) dan hadap pelaksanaan proyek terutama pengaruhnya
idealisasi (idealization). terhadap perbedaan waktu (time variant) dan per-
bedaan biaya (cost variant).
Sebuah sistem didefinisikan sebagai sekumpulan
objek yang saling berhubungan. Objek memiliki 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
atribut-atribut yang dideskripsikan sebagai param-
Berdasarkan hasil kajian yang telah dilakukan pada
eter dan variabel. parameter adalah atribut
intrinsik sebuah objek. Sedangkan variabel adalah proyek Pembangunan Bendung X, terjadi sampai
sesuatu yang dibutuhkan untuk mendeskripsikan 15 kali amandemen. Kejadian tersebut bukanlah
interak-si atau hubungan antar objek-objek dalam ses-uatu yang diinginkan semua pihak namun
suatu sistem. Karakterisasi sistem dapat kejadian tersebut mengharuskan diadakannya
digambarkan dalam influence diagram. Influence perubahan untuk mencapai suatu tujuan dan untuk
diagram sering digunakan untuk menggambarkan memper-baiki sesuatu yang dinilai masih kurang.
suatu pendeka-tan proses.
Dari keseluruhan kronologis terjadinya amande-
Influence diagram adalah representasi grafis dari men ke-1 sampai dengan ke-16, dapat
suatu model keputusan yang digunakan untuk digabungkan menjadi satu kesatuan sistem dalam
membantu perancangan model, pengembangan bentuk Influ-ence diagram, seperti terlihat pada
dan pemahaman. Kata influence merujuk pada gambar berikut ini.
keter-gantungan suatu variabel pada tingkatan
Mengacu pada Gambar 7, kejadian tersebut bermu-la
tertentu terhadap variabel yang lainnya. Ada 4
atau diawali oleh sebanyak sepuluh faktor yang
simbol utama yang digunakan untuk membuat
merupakan variabel yang bersifat bebas (indepen-
influence diagram, yaitu:
dent), yaitu variabel yang tidak dipengaruhi atau
A. Kotak (rectangle) menunjukkan variabel kepu- disebabkan oleh variabel lain, tapi justru mempen-
tusan, kepastian, sesuatu yang dapat dikendal- garuhi/menyebabkan timbulnya variabel lain, se-
ikan (decision, certainty, controllable); hingga variabel inilah yang merupakan faktor-faktor
penyebab terjadinya CCO. Kesepuluh faktor penye-
B. Lonjong (oval) menunjukkan variabel bab terjadinya CCO adalah:
ketidakpas-tian, sesuatu yang tidak dapat
A. Kebijakan/Peraturan Pemerintah
dikendalikan (un-certainty, uncontrollable);
JURNAL INFRASTRUKTUR 1 - 47
Vol. 2 No. 02 Desember 2016
Amandemen kontrak yang terjadi pada proyek Pem- Dari Tabel 1 dan 2, terlihat bahwa terdapat tiga
bangunan Bendung X yang berpengaruh terhadap ala-san yang mengakibatkan perubahan nilai
perubahan nilai kontrak, terbagi menjadi dua pe- kontrak yaitu:
rubahan, yaitu perubahan penambahan dan pengu-
rangan. Akan tetapi perubahan penambahan adalah A. Perubahan Desain, yaitu perubahan pada de-
yang paling dominan terjadi dan yang paling mem- sain rencana struktur pondasi bendung setelah
pengaruhi terhadap perubahan nilai kontrak. Pe- dilakukan penyelidikan tanah ulang, mengaki-
rubahan pengurangan hanya sebagian kecil terjadi batkan penambahan sebesar 25,11% dari nilai
dan tidak terlalu berpengaruh. Perubahan nilai kon- kontrak awal.
trak dari setiap amandemen disajikan pada Tabel 1.
B. Eskalasi, sesuai dengan kesepakatan dalam kon-
Dari alasan-alasan perubahan amandemen, ber- trak bahwa untuk proyek multi years dapat di-
dasarkan Influence Diagram dapat dicari faktor- lakukan penyesuaian harga (eskalasi), mengaki-
1 - 48 JURNAL INFRASTRUKTUR
Vol. 2 No. 02 Desember 2016
C. Perhitungan Mutual Check (MC), mengakibatkan Perubahan waktu pelaksanaan kontrak yang terjadi
pengurangan sebesar 3,91% dari nilai kontrak pada proyek Pembangunan Bendung X adalah pe-
awal. Pada saat dilakukan perhitungan MC, ter- rubahan penambahan waktu yang sebagian besar
jadi pengurangan volume pekerjaan dan pengu- disebabkan oleh faktor cuaca. Penambahan waktu
rangan beberapa item pekerjaan yang tidak jadi penyelesaian kontrak dari setiap amandemen disa-
dilaksanakan. Hal ini disebabkan karena pada jikan pada Tabel 3.
tahap perencanaan, desain terlalu boros dan Dari Tabel 3, penambahan waktu yang terjadi
kurang detail dalam melakukan pengukuran vol- adalah sebesar 360 hari atau sebesar 32,88% dari
ume di lokasi pekerjaan. waktu penyelesaian kontrak awal, dengan rincian
alasan perubahan sebagai berikut:
Berdasarkan Tabel 2, faktor penyebab perubahan
nilai kontrak dibagi menjadi dua, yaitu: A. Perubahan desain, mengakibatkan penambahan
waktu sebesar 120 hari atau sebesar 10,96%
A. Faktor yang mengakibatkan penambahan nilai dari waktu kontrak awal.
kontrak :
B. Pemindahan lokasi quarry, kondisi cuaca,
1. Penyelidikan tanah yang kurang detail pada peruba-han desain dan penambahan lingkup
saat tahap perencanaan pekerjaan, secara total mengakibatkan
penambahan waktu sebesar 240 hari atau
2. Desain rencana (shop drawing) yang kurang sebesar 21,92% dari wak-tu kontrak awal.
matang
Berdasarkan Influence Diagram dan Tabel 3, faktor
3. Inflasi penyebab terjadinya perubahan waktu
penyelesaian kontrak seperti pada Tabel 4.
B. Faktor yang mengakibatkan pengurangan nilai
kontrak :
JURNAL INFRASTRUKTUR 1 - 49
Vol. 2 No. 02 Desember 2016
C. Perhitungan MC disebabkan oleh faktor kondisi Abdel Rashid Ibrahim; El-Mikawi Mohamed A. &
lapangan/lokasi pekerjaan; dan gambar desain Saleh Mohammed E. Abdel-Hamid, (2012),
yang kurang detail dan teliti. “The Impact of Change Orders on Construc-
tion Projects Sports Facilities Case Study”,
Disamping karena perubahan nilai kontrak, aman- Journal of American Science, 8(8), pp: 628
demen juga disebabkan oleh adanya perubahan – 631
waktu penyelesaian kontrak yang disebabkan oleh
perubahan desain yang terjadi sebanyak dua kali, Alaryan A., Emadelbeltagi, Elshahat A., Dawood M,
dan pemindahan lokasi quarry, kondisi cuaca yang (2014), ”Causes and Effects of Change Orders
ekstrem, dan penambahan lingkup kerja yang on Construction Projects in Kuwait”, Int. Jour-
mas-ing-masing terjadi hanya satu kali. nal of Engineering Research and Applications,
Vol. 4, Issue 7( Version 2), pp.01-08
Namun yang paling besar pengaruh dan dampaknya
terhadap perubahan waktu penyelesaian kontrak Amin, Jurisman., Said, Taufiq., dan Mubarak. (2013).
adalah kondisi cuaca ekstrem, pemindahan lokasi “Penyebab Variation Order dan Dampak Pada
quarry dan penambahan lingkup kerja yang men- Pelaksanaan Proyek Konstruksi Jembatan
gakibatkan penambahan waktu sebesar 21,92% dari (Studi Kasus Pada Pelaksanaan Proyek Kon-
waktu kontrak awal, sedangkan perubahan de-sain struksi Jembatan di Provinsi Aceh)”, Jurnal
hanya mengakibatkan penambahan sebesar Teknik Sipil, Pascasarjana Universitas Syiah
1 - 50 JURNAL INFRASTRUKTUR
Vol. 2 No. 02 Desember 2016
Kuala, Banda Aceh. Volume 2, ISSN 2302- kumen Pengadaan pada Bagian Syarat-
0253. syarat Umum Kontrak (SSUK) Klausul
Addendum atau Perubahan Kontrak.
Barrie, Donald S, and Paulson, Boyd C Jr. (1992).
Professional Construction Management, Permen PU No: 14/PRT/M/2013 Tentang Standar
third edition. Singapore, Mc Graw-Hill Dan Pedoman Pengadaan Pekerjaan Kon-
struksi Dan Jasa Konsultansi.
Buku III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata ten-
tang Perikatan. Perpres No. 70 Tahun 2012 Tentang Perubahan Ked-
ua Atas Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010
Direktorat Bina Marga, Departemen Pekerjaan Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
Umum dan Kimpraswil, Bagian Proyek Pen-
ingkatan Sistim dan Kinerja Manajemen Sapulette, Willem. (2009). “Analisa Penyebab dan
Pelaksana Tengah, Direktorat Bina Pelaksana Pengaruh Change Order Pada Proyek Infra-
Wilayah Tengah. (1999). Pedoman Praktis struktur dan Bangunan Gedung di Ambon”,
Kendali Mutu Pelaksanaan Proyek. Direktorat Jurnal Teknologi, Volume 6 Nomor 2 (627 –
Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum 633).
dan Kimpraswil, Jakarta.
Schaufelberger, John E., and Holm, Len. (2002).
Echols, John M., dan Shadily, Hassan. (2014). Ka- Management of Construction Project A Con-
mus Inggris Indonesia. PT. Gramedia structor’s Perspective. Prentice Hall, New Jer-
Pustaka Utama, Jakarta. sey.
Ervianto, Wulfram I. (2002). “Manajemen Proyek Schaufelberger, John E., and Holm, Len. (2002).
Konstruksi”. Andi, Yogyakarta. Management of Construction Project A Con-
structor’s Perspective, New Jersey, Prentice
Fakhrizal. (2013). “Identifikasi Penyebab dan Dam- Hall
pak Contract Change Order Terhadap Biaya
dan Kualitas Pada Proyek Gedung di Kota Undang-Undang Jasa Konstruksi (UUJK) No. 18 Ta-
Padang”, Artikel, Program Studi Teknik Sipil, hun 1999.
Program Pascasarjana, Universitas Bung Hat-
ta. Wicaksono, Frans S. (2008). “Panduan lengkap
membuat surat-surat kontrak”. Visimedia,
Gumolili, Sandy A., dan Sompie, B. F., dan Rantung, Jakarta.
J.P. (2012). “Analisa Faktor-Faktor Penyebab
Change Order dan Pengaruhnya Terhadap http://id.wikipedia.org/wiki/Addendum, tanggal 06
Kinerja Waktu Pelaksanaan Proyek Konstruksi April 2015, pukul 17:06 WIB.
di Lingkungan Pemerintah Provinsi Sulawesi
http://id.wikipedia.org/wiki/Amendemen, tanggal
Utara”, Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol. 2,
06 April 2015, pukul 17:02 WIB.
No. 4, ISSN 2087-9334 (247-256).
JURNAL INFRASTRUKTUR 1 - 51
Vol. 2 No. 02 Desember 2016
Abstract
Corresponding decision of the Director General of Water Resources / Dam Safety Commission Chairman,
Since the dam exploited examinations performed on the results of periodic checks on the deformation that
occurs in the foundation rocks, cliffs pedestal, and the body of the dam. The accuracy of data regarding
this should be checked every year, in order to anticipate the prevention of the occurrence of disasters
caused by deformation due to the movement of dam horizontally or vertically because of a movement of
the dam as earthquakes, avalanches, leakage, etc. can be done through monitoring the deformation of
the surface of the dam Sermo with telemetry-based website.
Abstrak
Sesuai Keputusan Direktur Jenderal Sumber Daya Air/ Ketua Komisi Keamanan Bedungan, Sejak bendungan
dieksploitasikan dilakukan pemeriksaan pada hasil pemeriksaan berkala mengenai deformasi yang terjadi pada
batuan fondasi, tebing tumpuan, dan tubuh bendungan. Ketelitian data mengenai ini harus diperiksa setiap
tahun, agar dapat diantisipasi pencegahan dari terjadinya bencana akibat terjadinya deformasi akibat
pergerakan bendungan secara horizontal maupun vertikal yang disebabkan terjadinya pergerakan Bendungan
seperti Gempa bumi, longsoran, kebocoran, dan sebagainya, dapat dilakukan melalui pemantauan deformasi
permukaan bendungan sermo dengan telemetri berbasis website.
1 - 52 JURNAL INFRASTRUKTUR
Vol. 2 No. 02 Desember 2016
JURNAL INFRASTRUKTUR 1 - 53
Vol. 2 No. 02 Desember 2016
1.3. Tujuan.
Tujuan dari Kegatan ini adalah merupakan
kegiatan pemantauan agar dapat diantisipasi
pencegahan dari terjadinya bencana akibat
terjadinya deformasi akibat pergerakan bendungan
secara horizontal maupun vertikal yang disebabkan
terjadinya pergerakan Bendungan seperti Gempa
bumi, longsoran, kebocoran, dan sebagainya,
melalui sistem informasi yang diperoleh secara
terus menerus dan waktu nyata (real time). Selain
itu metode pemantauan dilakukan secara simultan
menggunakan beberapa sensor baik statik maupun
dinamik dan di tempat-tempat tertentu dipasang
Video Surveilance System menggunakan Internet
Protocol (IP) Camera. Data hasil pemantauan
dibentuk dalam satu sistem pemantuan yang
mudah diakses oleh para pemangku kepentingan.
2. TINJAUAN PUSTAKA
Alur kegiatan dapat dilihat pada Gambar 1. L. Network Data Logger dari Campbell Sci.
Peralatan yang diperlukan dalam Pelaksanaan
M. Inclination sensor dari RST Instrument
Pemantauan Deformasi, meliputi:
(mengukur kemiringan tubuh bendung).
A. Robotic Total Station dari Leica.
N. Crack meter dari RST Instrument (mengukur
B. Master Station Access Point untuk perangkat rekahan pada tubuh bendung).
radio komunikasi data jalur lebar (Broadband
O. Piezometer Electric (mengukur bocoran air pada
Wireless Access) dari Cambium Networks.
tubuh bendung).
C. Client Station Rover untuk perangkat radio
P. Koneksi internet dengan menggunakan IP publik
komunikasi data jalur lebar (Broadband
(paska bayar dari Internet Service Provider
Wireless Access) dari Cambium Networks.
lokal) di lokasi server.
D. Tower Robotic Total Station.
Q. Koneksi internet dengan menggunakan IP dinamis
(paska bayar dari Internet Service Provider lokal)
1 - 54 JURNAL INFRASTRUKTUR
Vol. 2 No. 02 Desember 2016
R. Website Sistem Monitoring Bendungan Sermo Untuk mendapatkan informasi posisi GPS yang presisi,
yang digunakan untuk pemantauan kondisi secara ideal diperlukan beberapa titik penerima GPS
bendungan secara real time. di area waduk sermo, seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 3 dengan kode SRM1 sampai dengan SRM5
3.2. Pemantauan Deformasi. dan BKO1. Koreksi diferensial terhadap posisi global
yang diterima oleh GPS yang dipasang di area Sermo
Sistem Pemantauan Deformasi Bendungan berbasis akan diberikan oleh stasiun CORS (Continuously
stasiun aktif GPS/GNSS – CORS yang Operating Reference System) yang dimiliki oleh
direkomendasikan oleh Fakultas Teknik Universitas Jurusan Teknik Geodesi Fakultas Teknik UGM, yang
Gadjah Mada melalui melalui Jurusan Teknik Geodesi ditunjukkan dengan kode GMU1.
secara umum dideskripsikan dalam Gambar 2.
Gambar 2. Prinsip Sistem Pemantauan Deformasi Gambar 3. Prinsip GNSS-CORS sebagai Referensi
Bendungan mengacu Stasiun Aktip GPS/GNSS – Pemantau Deformasi Bendungan Pada Studi Kasus
CORS online berbasis website. di Waduk Sermo
Pemantauan deformasi bendungan pada dasarnya Best practice penempatan infrastruktur atau peralatan
adalah mengamati pergerakan 3 dimensi (pergerakan sistem pemantau deformasi bendungan Sermo
dalam sumbu x, y dan z) pada beberapa titik berbasis GNSS CORS yang direkomendasikan Fakultas
pengamatan yang sudah ditentukan. Pemantauan Teknik Geodesi Universitas Gadjah Mada ditunjukkan
dilakukan oleh peralatan yang disebut Robotic Total dalam Gambar 3 dan Tabel 2 (Sunantyo, Lelono, Adi,
Station. Perangkat tersebut melakukan pengamatan Djawahir, 2010).
dari Stasiun Pemantau dengan mengukur jarak titik-
titik pengamatan yang sudah ditentukan secara Untuk membentuk sistem monitoring deformasi
periodis dan mengolahnya menjadi data dan informasi bendungan sermo berbasis GNSS CORS, akan
pergerakan titik ukur tersebut. dipasang 3 sensor utama yaitu: (a) Robotic
Monitoring Station, (b) GPS GNSS untuk monitoring
Stasiun Pemantau Robotic ditempatkan pada suatu station dan rover atau reference station, dan (c)
jarak tertentu terhadap titik-titik pengamatan. Titik AWLR (Automatic Water Level Recorded). Sistem ini
pengamatan merupakan suatu posisi di tubuh akan mempunyai unjuk kerja seperti yang
bendungan dan pada titik tersebut ditempatkan disampaikan di atas. Terdapat empat area di Sermo
prima pengamatan. Robotic Total Station akan yang akan digunakan untuk menempatkan peralatan
memancarkan/menembakkan sinar laser kearah monitoring deformasi bendungan Sermo ini yaitu:
sebuah prima dan menangkap sinar laser yang
dipantulkan oleh prisma tersebut dan mengolahnya A. Area Kantor DMU (Dam Monitoring Unit), di area
menjadi data jarak atau posisi prisma relatif ini akan ditempatkan Stasiun Pemantau Robotic
terhadap Stasiun Pemantau Robotic tersebut. dan Stasiun Pemantau GPS GNSS
Proses ini dilakukan untuk sejumlah 18 buah
prisma yang ditempatkan di titik-titik ukur ditubuh B. Area Upstream dan Downstream, di sini akan
bendungan dan pengukuran diulang secara periodik ditempatkan 18 prisma titik pengamatan
dan otomatis. pergerakan deformasi.
Stasiun Pemantau Deformasi enggunakan Robotic C. Area Intake, di sini akan ditempatkan AWLR, IP
kemudian secara logikal diikatkan dengan sistem camera dan sebuah prisma pengamatan
posisi global dengan GPS/GNSS yang dipasang di deformasi.
atasnya. GPS/GNSS akan memberikan posisi global
D. Area Stasiun Klimatologi, di sini akan ditempatkan
yang terstandart sehingga pergerakan titik-titik
ukur dapat direferensikan pada posisi global yang sebuah GPS GNSS rover dan sebuah prisma
JURNAL INFRASTRUKTUR 1 - 55
Vol. 2 No. 02 Desember 2016
1 - 56 JURNAL INFRASTRUKTUR
Vol. 2 No. 02 Desember 2016
Internet Protokol) dengan stasiun CORS UGM sebagai di area waduk sermo dan kantor Balai Besar Wilayah
base station terhadap 13 titik sampel TDT (Titik Dasar Sungai Serayu Opak adalah seperti yang ditunjukkan
Teknik) di desa Banyuraden Gamping Sleman Daerah pada Gambar 6. Dari hasil penelitian ini dapat kita
Istimewa Yogyakarta telah dilakukan. Pada titik
sampel TDT digunakan GPS JAVAD GNSS dengan
komunikasi data menggunakan jaringan komunikasi
data berbasis GSM 3G dari providermobile internet di
Indonesia, yaitu provider Telkomsel, XL dan Indosat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa keandalan
layanan data berpengaruh secara signifikan pada
pengujian tersebut dan provider Telkomsel
menunjukkan ketelitian paling rendah dan provider XL
menunjukkan ketelitian paling tinggi (Sari, Sunantyo,
Aries, Subhianto, 2010).
4.1. Analisa
JURNAL INFRASTRUKTUR 1 - 57
Vol. 2 No. 02 Desember 2016
(D)
(E) (F)
Gambar 7. (A) Tampilan halaman awal website sistem monitoring bendungan sermo, (B) Hasil
pemantauan real time tinggi muka air harian, (C) Hasil pemantauan tinggi muka air mingguan, (D) Hasil
pemantauan tinggi muka air bulanan, (E) Hasil pemantauan tinggi muka air tahunan, (F) Tampilan
visual tinggi muka air secara real time.
tabel excel (Gambar 8), sehingga memudahkan
pemangku kepentingan untuk membuat laporan
mengenai bendungan Sermo. Pada contoh
tampilan website diatas menggunakan contoh
pemantauan tinggi muka air bendungan Sermo,
juga terdapat indikator level peringatan,
penjelasannya jika grafik menyentuh warna hijau,
maka tinggi muka air memasuki peringatan siaga 3
(>136,60 mdpl), jika menyentuh warna kuning
maka memasuki level siaga 2 (>139,10 mdpl), dan
jika menyentuh warna merah maka memasuki
peringatan siaga 1 (>140,90 mdpl). Sistem
peringatan level siaga ini digunakan sebagai
implementasi dari Early Warning System dalam
pemantauan bendungan secara real time.
1 - 58 JURNAL INFRASTRUKTUR
Vol. 2 No. 02 Desember 2016
A. Pemeliharaan yang dibutuhkan untuk Sistem 4. Sensor pemantau rekahan tubuh bendungan
Structural Deformation Monitoring bendungan
Sermo, meliputi: 5. Sensor pemantau rembesan air di OW
(Observation Wheel).
1. Robotic Total Station Monitoring Sensor dengan
prisma yang terpasang di tubuh bendungan. 6. Sensor Piezometer Electric.
JURNAL INFRASTRUKTUR 1 - 59
Vol. 2 No. 02 Desember 2016
Abstract
Building of low-cost housing (Rusunawa) Ujungberung completed in 2012, was populated by 22 occupancy (8
%) of the total capasity of 267 residential. The purpose of this study is to describe the study of the causes of the
building of low-cost housing (Rusunawa) late inhabited by planning/procurement system in the building of low-
cost housing (Rusunawa), rsidential selection system, the factors that influence residents to inhabit the building
of low-cost housing (Rusunawa), described the acceleration strategies residential building of low-cost housing
(Rusunawa) based procurement system and residential.Methods of research using quantitative analysis with the
help of SPSS (Statistical Program for Sosial Science ) with descriptive statistical analysis of crosstabs. Data was
collected by using a questionnaire distributed at building of low-cost housing (Rusunawa) Ujungberung dwellers
and as a comparison, also distributed a questionnaire on building of low-cost housing (Rusunawa) Leuwigajah
dwellers, with the number of questionnaires of 50 respondents.From the analysis, which is problematic in
residential phase can be caused by a previous phase. This phase is the phase of budget planning. Budget
building of low-cost housing (Rusunawa) are located in the central government and eventually assets Budget
building of low-cost housing (Rusunawa) will be handed over from the center to the regions. This is an obstacle,
because the handover of assets building of low-cost housing (Rusunawa) from central to local needs and process
a long time.
Keywords: building of low-cost housing (rusunawa), procurement system building of low-cost housing
(rusunawa), residential, factors affecting the occupants to inhabit building of low-cost
housing (rusunawa).
Abstrak
Rusunawa Ujungberung selesai dibangun tahun 2012, mulai dihuni sebanyak 22 hunian (8 %) dari total
kapasitas 267 hunian. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan kajian penyebab terlambat dihuni
berdasarkan perencanaan/sistem pengadaan Rusunawa, sistem seleksi penghunian, faktor-faktor yang
mempengaruhi penghuni untuk menghuni Rusunawa, dan strategi percepatan penghunian Rusunawa
berdasarkan sistem pengadaan dan penghunian.Metode yang digunakan adalah analisis kuantitatif dengan
bantuan software statistik SPSS (Statistical Program for Sosial Science) dengan analisis statistik deskriptif
tabulasi silang (crosstabs). Pengumpulan data menggunakan kuesioner yang dibagikan pada penghuni
Rusunawa Ujungberung dan sebagai pembanding, dibagikan juga kueisoner pada penghuni Rusunawa
Leuwigajah, dengan jumlah kuesioner sebanyak 50 responden. Dari analisis yang dilakukan, fase yang
bermasalah di atau pada penghunian bisa diakibatkan oleh fase sebelumnya. Fase ini adalah fase
perencanaan anggaran. Anggaran Rusunawa berada di Pemerintah Pusat dan nantinya aset Rusunawa ini
akan diserahterimakan dari pusat ke daerah. Hal ini menjadi kendala, karena serah terima aset Rusunawa
dari pusat ke daerah perlu proses dan waktu yang lama.
Kata Kunci: rusunawa, sistem pengadaan rusunawa, penghunian, faktor-faktor yang mempengaruhi
penghuni untuk menghuni rusunawa
1 - 60 JURNAL INFRASTRUKTUR
Vol. 2 No. 02 Desember 2016
JURNAL INFRASTRUKTUR 1 - 61
Vol. 2 No. 02 Desember 2016
1 - 62 JURNAL INFRASTRUKTUR
Vol. 2 No. 02 Desember 2016
Berdasarkan hasil perhitungan statistik, tidak ada Berdasarkan hasil perhitungan statistik, ada hubungan
hubungan antara rencana menghuni dengan usia antara rencana menghuni dengan tempat tinggal asal.
penghuni. Hal ini tidak sesuai dengan teori Wu Hal ini sesuai dengan teori Turner (1968) bahwa
(2006) yang menyatakan bahwa penduduk yang mereka yang biasanya melakukan mobilitas tempat
melakukan mobilitas tempat tinggal berada pada tinggal adalah masyarakat miskin. Motivasi rencana
usia produktif. pindah ke Rusunawa terbesar adalah harga sewa/tarif
retribusi yang lebih murah
JURNAL INFRASTRUKTUR 1 - 63
Vol. 2 No. 02 Desember 2016
tersebut. Kondisi ini juga sesuai dengan teori Responden yang memberikan persepsi kondisi unit
Kotler dan Armstrong (2004) bila konsumen hunian lebih baik dibandingkan rumah sebelumnya
menganggap bahwa harga lebih rendah daripada dengan jumlah 64 % (Gambar 10). Responden
nilai produk, mereka akan membelinya. yang memberikan persepsi kondisi unit hunian
lebih buruk dibandingkan dengan rumah
sebelumnya dengan jumlah 0 %.
1 - 64 JURNAL INFRASTRUKTUR
Vol. 2 No. 02 Desember 2016
maka akan ada daftar tunggu untuk calon penghuni 2. Faktor yang mempengaruhi penghuni tinggal
Rusunawa. Hal ini sudah dilakukan oleh Pemerintah di Rusunawa adalah tempat tinggal asal,
Kota Bandung dengan membuat sistem online untuk penghasilan penghuni, jarak Rusunawa
pendaftaran calon penghuni apartemen rakyat. Jadi ke tempat pekerjaan, kemudahan untuk
ketika apartemen rakyar ini selesai, sudah terdapat mendapatkan angkutan umum, harga sewa.
daftar tunggu calon penghuninya.
Tabel 2. Timeline Strategi Percepatan Penghunian Rusunawa
JURNAL INFRASTRUKTUR 1 - 65
Vol. 2 No. 02 Desember 2016
100 miliar. Sehingga aset Rusunawa yang nilainya PMK.06/2007 tentang Tatacara
berkisar 10 miliar, untuk proses serah terima Penggunaan, Pemanfaatan,
asetnya hanya sampai Kementerian Keuangan. Penghapusan dan Pemindahtanganan BMN.
C. Pengadaan listrik dan air bersih berasal dari Rapoport, Amos ,1969, House, Form and
dana APBN melalui Kementerian PU. Culture, Prentice Hall, inc. London.
D. Sistem pendaftaran penghuni Rusunawa dengan Rossi, P.H. 1995. Why Families Move : A
sistem online. Dengan sistem pendaftaran study of The Social Psychology of
online ini maka akan ada daftar tunggu untuk Urban \ Residential
calon penghuni Rusunawa.
Mobility. New York, The Free Press.
E. Menurunkan harga sewa/tarif retribusi Rusunawa
Satuan Kerja Pengembangan Kawasan
sehingga dapat menarik calon penghuni untuk
Permukiman Perkotaan Strategis,Direktorat
menghuni Rusunawa Ujungberung, meningkatkan
Pengembangan Permukiman, Ditjen Cipta
sosialisasi kepada calon penghuni tentang adanya
Karya, 2013.
Rusunawa Ujungberung.
DAFTAR PUSTAKA
1 - 66 JURNAL INFRASTRUKTUR
Vol. 2 No. 02 Desember 2016
Abstract
Floating breakwater and floating dock are kind of structures that will be constructed with floating modular
system. Floating structures are still a new field for Ministry of Public Works and People Housing, so there are
many important factors that still not known. Therefore a guide needed for supporting the Ministry. For starter,
the guide need to cover about design criteria of floating structures, especially for breakwater and dock. The
guide made by doing literature study and adopting from international standard. Criteria for breakwater consist
of material usage, dimension determination, and performance of floating breakwater. Criteria for floating dock
consist of dimension of target ships, component needed, and dock dimension determination. Also mooring
system needed for station keeping and one of the most important component.
Keyword: criteria of floating breakwater, criteria of floating dock, modular floating system, mooring
system Abstrak
Pemecah gelombang terapung dan dermaga terapung merupakan bagian dari struktur yang akan dibuat
dengan menggunakan sistem modular wahana terapung. Struktur terapung masih merupakan hal baru
bagi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) sehingga belum banyak yang
mengetahui faktor-faktor yang diperlukan dalam merencakan struktur terapung. Maka diperlukan sebuah
pedoman yang sudah disesuaikan bagi kebutuhan Kementerian PUPR. Pada tahap awal, pedoman yang
diperlukan adalah pedoman mengenai kriteria struktur terapung, terutama bagi pemecah gelombang dan
dermaga. Penyusunan pedoman dengan melakukan kajian literatur dan mengadopsi kriteria-kriteria yang
telah lazim digunakan di dunia internasional. Kriteria bagi pemecah gelombang terapung antara lain
berkaitan dengan penggunaan material, penentuan dimensi, dan performa dari pemecah gelombang
terapung. Kriteria bagi dermaga apung antara lain penentuan target kapal, komponen-komponen yang
diperlukan, serta penentuan dimensi. Sistem mooring diperlukan untuk menjaga posisi dari struktur
terapung ini dan merupakan salah satu komponen terpenting.
Kata Kunci: kriteria pemecah gelombang terapung, kriteria dermaga terapung, sistem modular wahana
apung, sistem mooring
JURNAL INFRASTRUKTUR 1 - 67
Vol. 2 No. 02 Desember 2016
1 - 68 JURNAL INFRASTRUKTUR
Vol. 2 No. 02 Desember 2016
Pergerakan struktur akan menghasilkan gelombang. yang sudah ada tentang perencanaan struktur
Selain itu terdapat juga energi yang mengalir dari terapung bagi pemecah gelombang dan dermaga.
bawah struktur (underflow). Maka gelombang yang Sumber yang digunakan antara lain mengacu dari
ditransmisikan adalah penjumlahan dari gelombang tesis-tesis penelitian tentang pemecah gelombang
dan dermaga terapung dan standar-standar resmi
yang dikeluarkan oleh instansi-instansi yang telah
mendapatkan pengakuan dunia. Tesis-tesis yang
digunakan antara lain master tesis oleh (Fousert ,
2006) dan (van Tol, 2008) yang berfokuskan pada
studi redaman struktur terapung, serta (Saleh,
2010) yang membahas mengenai struktur masif
yang terapung. Standar yang digunakan antara lain
(OCDI, 2002) yang merupakan standar teknis
untuk perencanaan fasilias pelabuhan dan dermaga
Gambar 2. Prinsip pemecah gelombang di Jepang dan telah banyak diterapkan juga dalam
terapung pekerjaan dermaga di Indonesia.
1. Gaya angin
2. Gaya gelombang
3. Gaya arus
4. Gaya hidrostatik
JURNAL INFRASTRUKTUR 1 - 69
Vol. 2 No. 02 Desember 2016
3. Kegiatan operasi dihentkan saat gelombang Parameter desain ini akan berpengaruh kepada
lebih besar dari batas izin, sehingga komponen-komponen struktur yang digunakan,
gelombang ini tidak perlu diredam dimensi, dan pemilihan material untuk menghasilkan
struktur yang efisien. Parameter desain yang ditinjau
4. Bila gelombang transmisi oleh 1 struktur untuk perencanaan struktur pemecah gelombang
masih terlalu besar, dapat digunakan sistem terapung adalah (Fousert , 2006):
2 struktur untuk menghasilkan redaman
yang lebih kecil. A. Dimensi
Dimensi berkaitan dengan ukuran penampang
B. Sistem mooring struktur (lebar dan tinggi). Dimensi akan
Kondisi batas pada sistem mooring antara lain: menentukan perilaku struktur pada gelombang.
1. Tidak boleh terjadi damage, baik akibat 2. Lokasi center of gravity (COG) yang
fatigue atau benturan antar unit struktur ditentukan oleh massa dan distribusi
massanya
2. Sambungan jangan membatasi perilaku
dinamik pemecah gelombang terapung yang C. Sistem mooring
menguntungkan bagi performa pemecah Sistem mooring berkaitan dengan penjagaan
gelombang terapung (terutama heave). posisi dari struktur. Faktor penentuan sistem
mooring:
3. Sambungan boleh membatasi, meski
tidak harus, perilaku dinamik yang tidak 1. Tidak membatasi pergerakan yang
menguntungkan bagi performa menungtungkan performa struktur
pemecah gelombang terapung.
2. Ketersediaan ruang dalam
4. Sambungan mampu menyalurkan gaya penggunaan sistem mooring
antar elemen
3. Gaya maksimum yang diizinkan pada
5. Sambungan tetap menyambung pada sistem struktur dan mooring
kondisi gelombang ekstrim
D. Sambungan
D. Struktur Sambungan berkaitan dengan konstruksi satu
Kondisi batas bagi struktur antara lain: sistem pemecah gelombang terapung (struktur
pemecah gelombang terapung dan mooring-
1. Struktur berbentuk balok dan merupakan nya). Dalam satu sistem pemecah gelombang
tipe pemecah gelombang dengan prinsip dapat terdiri dari beberapa unit yang
displacement. dihubungkan dengan sambungan. Tipe
sambungan yang dapat digunakan antara lain:
2. Struktur terapung akibat gaya hidrostatik
1. Sambungan kaku
3. Badan struktur harus dapat menahan Tidak memungkinkan pergerakan
penjumlahan dari tekanan hidrostatik, tekanan
gelombang, dan gaya akibat percepatan 2. Sambungan lunak
Memungkinkan pergerakan dan memiliki
4.1.2. Parameter Desain koefisien pegas
1 - 70 JURNAL INFRASTRUKTUR
Vol. 2 No. 02 Desember 2016
satu unit struktur. Tipe pembagian elemen Dengan mengapungkan struktur dermaga maka
pembebanan yang perlu diperhitungkan juga
(Gambar 5) yang dapat digunakan antara lain:
berbeda. Selain itu desain struktur juga perlu
1. Tidak dibagi memperhitungkan masalah stabilitas. Namun
untuk perencanaan prasarana dermaga pada
2. Pembagian memanjang prinsipnya masih banyak kemiripan dengan
dermaga konvensional. Dalam aspek desain ini
3. Pembagian melintang dibahas kriteria-kriteria yang perlu dipenuhi dalam
perencanaan dermaga apung.
Faktor penentuan pembagian elemen:
JURNAL INFRASTRUKTUR 1 - 71
Vol. 2 No. 02 Desember 2016
4.2.2. Alur Pelayaran Dan Kolam Pelabuhan Penyusunan layout fasilitas mooring berkaitan
dengan penentuan jarak antar pier dengan
4.2.2.1. Alur pelayaran dimensi kapal yang direncanakan. Penyusunan
layout dapat mengacu pada Gambar 6.
Pada perairan dengan arus dan angin yang kencang,
arah alur pelayaran dibuat agar tidak mempersulit 4.2.5. Tinggi jagaan (freeboard)
navigasi kapal (OCDI, 2002). Lebar alur pelayaran
adalah lebih dari dua kali panjang kapal pesiar Tinggi jagaan (freeboard) berkisar 30 – 50 cm
terbesar yang menggunakan mesin dan lebih dari lima dari permukaan air.
kali panjang kapal persiar terbesar yang tidak
4.2.6. Pembebanan
menggunakan mesin. Kedalaman alur pelayaran
adalah draft kapal terbesar ditambah 0.6 m sampai 1 Pembebanan yang ditinjau pada modul terapung
m. Sudut belokan diharuskan tidak lebih dari 30°. Bila
untuk dermaga adalah:
melebihi 30°, maka harus dibuat dalam lengkungan
dengan radius lebih dari empat kali panjang kapal. 1. Gaya arus
Bila kapal mempunyai mobilitas tinggi, maka belokan
dapat disesuaikan dengan kemampuan manuver 2. Gaya gelombang
kapal. Panjang alur pelayaran dari pintu pelabuhan ke
daerah kolam pelabuhan ditentukan berdasarkan 3. Beban hidup (akibat pejalan kaki)
jarak berhenti kapal. Alur pelayaran di desain agar
4. Beban fasilitas (bollard, fender)
gelombang pada alur tidak
1 - 72 JURNAL INFRASTRUKTUR
Vol. 2 No. 02 Desember 2016
5. Gaya akibat kapal (berthing & mooring) Jenis-jenis mooring yang dapat digunakan antara
lain (Saleh, 2010):
6. Gaya hidrostatik
1. Dolphin-Frame guide
4.2.7. Kriteria Stabilitas
1. Lebar minimum 75 cm. 1. Mooring pada dua sisi berada pada satu garis
aksi yang sama (simetris)
2. Kemiringan maksimum 1:4
2. Mooring pada struktur didistribusikan secara
4.3. Sistem Mooring seragam
Sistem mooring pada struktur apung diperlukan 3. Penggunaan bearing spring dan atau dashpot
bukan hanya untuk menjaga posisi struktur tetapi pada titik sambungan untuk meredam efek
juga menahan gaya-gaya akibat lingkungan. Gaya- amplifikasi dari respon dinamik
gaya lingkungan akan menentukan jumlah dan
posisi mooring. Posisi mooring direkomendasikan 4. Penggunaan shock absorber pada titik
sesimetris mungkin untuk memastikan sambungan angkur untuk menguragi efek
kesetimbangan horizontal dan respon struktur yang gaya gelombang
simetris (Saleh, 2010).Gaya pada sistem mooring
ditentukan oleh: 4.3.2. Jenis Mooring
JURNAL INFRASTRUKTUR 1 - 73
Vol. 2 No. 02 Desember 2016
1 - 74 JURNAL INFRASTRUKTUR
Vol. 2 No. 02 Desember 2016
Prosedur perencanaan mooring dapat mengikuti Balai Pantai. (2015). PROPOSAL KEGIATAN
langkah-langkah berikut (Saleh, 2010): PENGEMBANGAN TEKNOLOGI SISTEM
MODULAR WAHANA APUNG . Buleleng: Tidak
A. Memilih jenis mooring dipublikasi.
Direncakan jenis mooring yang akan
dipakai untuk kemudian dicari beban Fousert , M. (2006). Floating Breakwater
mooring-nya untuk berbagai scenario. Theoretical study of a dynamic wave
attenuating system. Master Thesis, Delft.
B. Jumlah mooring dan layout
Perilaku struktur untuk berbagai kondisi beban Gaythwaite, J. W. (1990). Design of
diperiksa untuk mengetahui pergerakan Marine·Facilities , for the Berthing, Mooring,
struktur. Kemudian diskenariokan posisi dan and Repair-of Vessels. New York: VAN
jumlah mooring agar gaya mooring NOSTRAND REINHOLD .
terdistribusi rata.
McCormick , M. E. (2010). Ocean
C. Perencanaan spesifikasi mooring Engineering Mechanics With Applications.
Penentuan spesifikasi dari jenis mooring yang New York:
dipilih dan beban mooring yang diskenariokan. Cambridge University Press .
JURNAL INFRASTRUKTUR 1 - 75
Vol. 2 No. 02 Desember 2016
Teknik Jalan dan Jembatan Ahli Madya Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional VI Jakarta, Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Email: syaeful58@gmail.com
Abstract
The road is a land transport infrastructure that is essential in economic relations and facilitate the activities of
other social activities. Changes in the area around Jalan Inspection East Tarum of agriculture into the industrial
area causes a change in the function of the road that had road inspection into the access road to the industrial
area. Changes in the functions that had low traffic increased to medium traffic, so the strength and function of
the road should be adjusted to the development, where the existing road is no longer able to serve existing
traffic. It is necessary for the proper handling and efficient costs, see the existing condition that tingga road
base irregularly should be no innovations to material existing reuse recycle with construc-tion CTRB (Cement
Treated Recycling Base) so that the strength of the foundation structure increases can serve traffic conditions is
required. So that the condition CTRB stay protected from the weather and traffic by overburden Chip Seal is the
provision of a single layer of asphalt followed by administration of a single layer of Chiping (stone of a certain
size, from price comparison between construction purposes foundation class A and Hotmix in terms of lower
cost CTRB + chip Seal.
Abstrak
Jalan merupakan prasarana angkutan darat yang sangat penting dalam memperlancar kegiatan hubungan
ekonomi dan kegiatan sosial lainnya. Perubahan kawasan di sekitar Jalan Inspeksi Tarum Timur dari perta-nian
menjadi daerah industri menyebabkan perubahan pada fungsi jalan yang tadinya jalan inspeksi men-jadi jalan
akses menuju daerah industri. Perubahan fungsi jalan yang tadinya lalu lintas rendah meningkat menjadi lalu
lintas sedang, sehingga kekuatan maupun fungsi dari jalan tersebut harus disesuaikan dengan perkembangan,
dimana jalan eksisting sudah tidak mampu lagi melayani lalu lintas yang ada. Untuk itu perlu penanganan yang
tepat dan efisien dari biaya, melihat kondisi eksisting yang tingga pondasi jalan yang tidak beraturan perlu ada
inovasi agar material eksisting dapat digunakan kembali dengan mendaur ulang yaitu dengan konstruksi CTRB
(Cement Treated Recycling Base) sehingga kekuatan struktur pondasi meningkat dapat melayani kondisi lalu
lintas yang diperlukan. Agar kondisi CTRB tetap terlindungi dari cu-aca dan lalu lintas diberi lapisan penutup
Chip Seal yaitu pemberian satu lapisan aspal yang diikuti dengan pemberian satu lapisan Chiping (batu dengan
ukuran tertentu, dari perbandingan harga antara konstuksi pondasi klas A dan Hotmix ditinjau dari biaya lebih
murah CTRB + Chip Seal.
1 - 76 JURNAL INFRASTRUKTUR
Vol. 2 No. 02 Desember 2016
Jalan Inspeksi Tarum Timur adalah ruas jalan lo-kal 4.1. Perkerasan Eksisting
2 lajur dua arah dengan volume lalu lintas ren-dah
yang berada di wilayah Kabupaten Karawang, Perkerasan Jalan Inspeksi Tarum Timur adalah
Provinsi Jawa Barat (Gambar 1). Jalan ini awalnya jalan beraspal dengan lebar 5 m dengan volume
hanya berfungsi sebagai jalan inspeksi dari saluran lalu lin-tas harian < 1000 smp/hari. Adapun secara
irigasi tarum timur yang merupakan bagian dari umum komposisi lapis perkerasan yang ada dapat
jaringan irigasi Waduk Jatiluhur. Seiring dengan dilihat pada Gambar 2.
perkembangan kawasan industri yang diikuti den-
gan meningkatnya jumlah penduduk yang bermu-
kim di sekitar saluran, fungsi jalan tersebut menin-
gkat menjadi jalan akses untuk beberapa desa dan
kegiatan industri baik manufaktur atau pertanian di
sepanjang saluran irigasi tarum timur.
2. TINJAUAN PUSTAKA
JURNAL INFRASTRUKTUR 1 - 77
Vol. 2 No. 02 Desember 2016
Contoh material RAP (Reclaimed asphalt miliki ketinggian kurang lebih sama dengan elevasi
pavement) dan RAM (Reclaimed Aggregate awal jalan yang ada. Keputusan ini diambil dengan
Material) pada ked-ua lokasi tes pit kemudian pertimbangan efisiensi biaya dan keselamatan peng-
diambil dan dibawa ke Laboratorium BBPJN IV guna jalan. Peningkatan elevasi permukaan jalan akan
untuk di uji dan digunakan sebagai bahan mengakibatkan perbedaan ketinggian antara badan
pembuatan formula campuran ren-cana CTRB. jalan dan bahu jalan bertambah. Perbedaan yang
cukup signifikan akan mengakibatkan faktor
4.2.3. Pengujian Dynamic Cone Penetrometer keselamatan pengguna jalan terganggu, untuk itu
(DCP) maka elevasi bahu jalan yang ada juga harus diting-
katkan mengikuti elevasi muka jalan baru dan itu
Pada Tabel 1 ditampilkan data hasil pengujian Dy-
secara langsung akan menambah jumlah biaya yang
namic Cone Penetrometer (DCP) yang telah dilak- harus di keluarkan untuk item pekerjaan bahu jalan.
sanakan pada tanggal 16 juni 2008. Oleh karena itu maka rencana perbaikan diarahkan
Tabel 1. Nilai CBR tanah dasar hasil pengujian DCP Jalan Inspeksi Tarum Timur, Karawang
dari spesifikasi minimum CBR untuk tanah dasar Perbaikan dengan pelaksanaan CTRB dan Chip Seal
sebesar 6 %. dijadikan pilihan utama dengan dasar
pertimbangan berikut:
4.3. Rencana Perbaikan
A. Kondisi volume lalulintas harian yang rendah dan
4.3.1. Desain Elevasi Permukaan Jalan didominasi kendaraan ringan sehingga tidak me-
merlukan struktur lapis permukaan dengan nilai
Pada tahap perencanaan telah diputuskan bahwa
kekakuan/modulus tinggi. Pada kondisi ini lapis
elevasi muka jalan yang akan diperbaiki akan me-
permukaan lebih berfungsi sebagai lapis kedap
1 - 78 JURNAL INFRASTRUKTUR
Vol. 2 No. 02 Desember 2016
air serta memberikan kerataan dan kekesatan puan lebih baik dalam mereduksi tegangan yang
(skid resistance) pada permukaan jalan. di terima oleh tanah dasar dibandingkan lapis
pondasi granular dengan ketebalan lebih tinggi.
B. Jalan ini merupakan jalan inspeksi yang berada Sehingga kegagalan subgrade, lubang dan keti-
pada tanggul Saluran Irigasi Tarum Timur, se- dak rataan jalan berkurang.
hingga lapisan tanah dasar dan pondasi jalan akan
selalu terpengaruh oleh air yang mengalir pada C. Intrusi air akibat drainase lingkungan yang buruk
saluran dan merembes ke dalam tanggul (muka air merupakan musuh utama dari lapis pondasi ja-lan.
tanah tinggi). Oleh karena itu diperlu-kan lapis Perkerasan yang di stabilisasi dengan semen
pondasi yang memiliki ketahanan lebih baik membentuk struktur yang lebih kedap, mence-gah
terhadap pengaruh air (kondisi drainase dan curah intrusi air kedalam struktur perkerasan se-hingga
hujan). Lapis pondasi yang di stabilisasi dengan kekuatan dan kekakuan struktur tetap terjaga
semen memiliki tingkat ketahanan lebih baik bahkan pada kondisi jenuh air sekalipun.
dibandingkan dengan lapis pondasi granular.
D. Lapis CTRB dapat mengurangi kemungkinan ter-
C. Untuk lapis pondasi CTRB, agregat yang digu- jadinya pumping dan intermixing subgrade fines.
nakan adalah sebagian besar merupakan agre-
gat lama (existing), sehingga peningkatan nilai
struktur yang dicapai tidak diikuti secara signifi-
kan oleh peningkatan biaya konstruksi.
JURNAL INFRASTRUKTUR 1 - 79
Vol. 2 No. 02 Desember 2016
chip seal tidak digunakan material filler dan butiran Dari Tabel 2 kita dapat membandingkan secara
halus yang dapat meningkatkan stabilitas struktur umum biaya yang digunakan untuk memperbaiki
dan mencegah keluarnya aspal (bleeding, flushing) Jalan Inspeksi Tarum Timur dari kedua opsi yang
dari campuran seperti pada lapisan hot mix. ada. Dengan membandingkan biaya dari kedua
opsi struktur perkerasan tersebut kita dapat
Keuntungan yang dapat diperoleh dari penggunaan memilih opsi mana yang lebih efisien dari segi
lapis chip seal pada permukaan jalan adalah pembiayaan untuk dilaksanakan.
sebagai berikut:
Rasio perbandingan antara peningkatan kapasitas
A. Mengembalikan/menambah kekesatan (skid re- struktur dan biaya yang dikeluarkan untuk
sistance) dan memberikan sifat kedap air pada berbagai jenis pondasi jalan dapat kita lihat pada
permukaan jalan, baik untuk jalan baru atau tabel 2 beri-kut ini
per-mukaan jalan lama dengan kondisi struktur
yang relatif masih baik. Dari tabel tersebut dapat kita hitung selisih biaya
pondasi antara kedua opsi perbaikan yang di jelas-
B. Dapat dilaksanakan dalam waktu yang relatif kan dalam gambar 4 untuk mengetahui seberapa
singkat, untuk kegiatan preservasi gangguan lalu besar efisiensi biaya yang bisa kita dapat.
lintas akibat adanya pekerjaan perbaikan dapat
1 - 80 JURNAL INFRASTRUKTUR
Vol. 2 No. 02 Desember 2016
A. Jika perkerasan dilaksanakan dengan opsi per- kita bandingkan dengan penggunaan single
tama dimana lapis pondasi menggunakan LP A layer chip seal dengan ukuran chip agregat 9
dan LP B, maka peningkatan kapasitas struktur mm den-gan volume pemakaian agregat sekitar
pondasi dan biaya yang dikeluarkan adalah : 18 kg/ m2, sehingga dapat kita hitung ada
penghematan agregat sekitar 95 kg/m 2 hampir
Kapasitas Struktur (SN) LP A lima kali kebu-tuhan agregat untuk Chip Seal.
Kapasitas Struktur (SN) LP B Dari perhitungan desain, nilai struktur yang dihi-tung
untuk mengakomodasi beban lalu lintas dan
Rasio Biaya : LP A memperhatikan kapasitas daya dukung tanah dasar
adalah sebesar 5,1, sehingga dengan menggunakan
LP B
lapis pondasi CTRB struktur jalan tersebut tidak lagi
Total biaya untuk pekerjaan pondasi LP A dan LP B memerlukan lapis permukaan yang memberikan
tambahan nilai struktur terhadap lapis perkerasan di
adalah 1, 75.
bawahnya. Sedangkan jika menggunakan lapis
B. Jika Perkerasan dilaksanakan dengan Opsi ked- pondasi granular (LP A dan LP B) masih diperlukan
ua dimana lapis pondasi menggunakan lapisan tambahan nilai struktur (SN) dari lapis permukaan
CTRB, maka peningkatan kapasitas struktur sebesar 0,4.
pon-dasi dan biaya yang dikeluarkan adalah :
Dengan memberikan lapisan hot mix diatas lapis
Kapasitas struktur (SN) CTRB pondasi granular nilai struktur jalan tersebut akan
meningkat, tetapi jumlah biaya yang dikeluarkan
Rasio Biaya : CTRB akan tidak sebanding dengan nilai struktur yang
dibutuhkan. Jika kita melihat pada rasio biaya kon-
Total biaya pondasi CTRB adalah 1,86 struksi pondasi CTRB, nilainya memang lebih tinggi
jika dibandingkan dengan nilai biaya konstruksi LP
Gambaran mengenai perbandingan biaya untuk pe- A dan LP B, tetapi nilai tersebut dikompensasi
kerjaan chip seal dan hot mix dapat kita lihat dari dengan rasio peningkatan kapasitas struktur/nilai
persentase pengunaan material aspal dan agregat struk-turnya sehingga biaya yang dibutuhkan
pada kedua tipe lapis permukaan dalam uraian dan untuk lapis permukaan dapat dikurangi dengan
Gambar 7. jumlah yang cukup signifikan yaitu untuk aspal
dapat di hemat sekitar 4,5 kg/m 2 hampir tiga kali
kebutuhan aspal dan agregat sekitar 95 kg/m 2
hampir 5(lima) kali kebutuhan agregat.
JURNAL INFRASTRUKTUR 1 - 81
Vol. 2 No. 02 Desember 2016
Tabel 3. Resume desain rencana campuran CTRB Jalan Inspeksi Tarum Timur
Sedangkan untuk lapisan chip seal dengan mem- seal, pada permukaan CTRB di berikan lapis prime
perhatikan volume lalu lintas dan temperatur per- coat dengan aspal emulsi. Data properties material
kerasan yang berkisar pada 60 °C, maka pekerjaan chip agregat dan aspal polimer E-65 yang digunak-
single layer chip seal yang dilaksanakan adalah tipe an untuk Jalan Inspeksi Tarum Timur ditampilkan
ALD 9 mm (Average least dimention), dengan peng- dalam Tabel 4 dan Tabel 5.
gunaan agregat sebesar 18 kg/m 2 dan aspal polimer
E-65 sebesar 1.5 lt/m2. Precoating chip agregat den- Material yang digunakan untuk pekerjaan
gan aspal emulsi dilakukan sebelum digunakan pada perbaikan Jalan Inspeksi Tarum Timur telah
lapis chip seal untuk meningkatkan adhesi antara melalui uji labo-ratorium dan dinyatakan
aspal dan chip agregat. Sedangkan untuk menin- memenuhi spesifikasi dan layak untuk digunakan.
gkatkan bonding antara permukaan CTRB dan chip
Tabel 4. Resume hasil pengujian properties agregat ex. Crusher PT. Kadi Internasional
1 - 82 JURNAL INFRASTRUKTUR
Vol. 2 No. 02 Desember 2016
JURNAL INFRASTRUKTUR 1 - 83
Vol. 2 No. 02 Desember 2016
H. Pemadatan akhir lapisan CTRB dengan menggu- Untuk tahapan pelaksanaan pekerjaan chip seal,
nakan penggilas roda karet (Gambar 14). lproses pengerjaannya adalah sebagai berikut:
Gambar 15. Curing dengan menggunakan Gambar 17. Pelaksanaan Pekerjaan Prime Coat
water tank
4.4.2. Pelaksanaan Pekerjaan Chip seal D. Setelah pekerjaan prime coat selesai, maka pe-
kerjaan chip seal siap untuk dikerjakan. Aspal
Pelaksanaan pekerjaan single layer chip seal dilak- polimer E-65 dan chip agregat dengan uku-ran
sanakan dengan menggunakan alat Synchronous Chip maksimum 9 mm yang sudah di precoating
Sealer/Binder-Chip Spreader (Gambar 16) yang dimuat ke atas tangki dan bin pada
mengintegrasikan aspal sprayer dengan agre-gat/chip synchronous chip sealer (Gambar 18).
spreader. Keunggulan metode pelaksa-naan dengan
menggunakan metode ini adalah wak-tu antara
penyemprotan aspal kepermukaan jalan dengan
penaburan agregat/chiping hampir bersa-maan
sehingga suhu aspal masih dalam kondisi pa-nas
ketika ditaburi agregat, akibatnya lekatan aspal
dengan agregat akan menjadi lebih kuat.
1 - 84 JURNAL INFRASTRUKTUR
Vol. 2 No. 02 Desember 2016
JURNAL INFRASTRUKTUR 1 - 85
Vol. 2 No. 02 Desember 2016
5.2. Saran
A. Dari hasil Survay Lapangan Kondisi jalan Eksist- Depertemen Pekerjaan Umum, (2007), Spesifikasi
ing dalam keadaan rusak berat, tipe kerusakan Umum – Seksi 6.2, Laburan Aspal Satu Lapis
yang terjadi merupakan kombinasi dari berbagai (Burtu) dan Laburan Aspal Dua Lapis (Burda),
macam kerusakan seperti retak buaya, jalan Depertemen Pekerjaan Umum, Indonesia.
ber-lubang, pelepasan butir agregat dan
Depertemen Pekerjaan Umum, (1995), Tata Cara
kegagalan pada lapis pondasi.
Pelaksanaan Laburan Aspal Satu Lapis (Burtu)
B. Daya dukung tanah (CBR) hasil DCP antara 2,53 untuk Perkerasan Jalan, SNI 03-3979-1995,
- 9,47 % rerata 4,75 % kurang dari spesifikasi Depertemen Pekerjaan Umum, Indonesia.
minimum CBR untuk tanah dasar sebesar 6%.
Depertemen Pekerjaan Umum, (1995), Tata Cara
C. Hasil perhitungan desain untuk 10 (sepuluh) ta- Pelaksanaan Laburan Aspal Dua Lapis (Burda)
hun membutuhkan Struktur Number (SN) 5,1 untuk Perkerasan Jalan, SNI 03-3980-1995,
terhadap perkerasan eksisting yang ada. Depertemen Pekerjaan Umum, Indonesia.
D. Perbandingan pilihan konstruksi yang akan digu- Depertemen Pekerjaan Umum, (2002), Spesifikasi
nakan pada pelaksanaan adalah sebagai berikut: Bahan Laburan Aspal Satu Lapis (Burtu) dan
Laburan Aspal Dua Lapis (Burda), SNI 03-
1. Opsi 1 menggunakan podasi dengan Kontrusi 6750-1995 Depertemen Pekerjaan Umum,
LPA tebal 15 cm dan LPB tebal 20 cm dengan Indonesia.
Struktur Number (SN) = 4,7 sementara ke-
butuhan SN adalah 5,1 sehingga masih diper- Depertemen Pekerjaan Umum, (1983), Petunjuk
lukan lapisan Surface menggunakan Wearing Pelaksanaan Laburan Aspal Satu Lapis (Bur-
Course tebal 5 cm Struktur Number(SN) = 0,28 tu), No.08/PT/B/1983, Depertemen Peker-
x 5 = 1,4 jumlah keseluruhan SN = 6,1 jaan Umum, Indonesia.
2. Opsi 2 menggunakan CTRB Struktur Number Depertemen Pekerjaan Umum, (1983), Petunjuk
(SN) = 5,1 kebutuhan SN terpenuhi dan tidak Pelaksanaan Laburan Aspal Dua Lapis (Bur-
perlu lagi tambahan, tetapi sebagai surface da), No.14/PT/B/1983, Depertemen Peker-
treatmen perlu di lapis dengan Chip Seal. jaan Umum, Indonesia.
3. Dari dua opsi tersebut opsi 2 dengan pondasi Direktorat Bina Marga, (2007), Spesifikasi Khusus
CTRB dan Surface Chip Seal masih mampu “Cement Treated Recycling Base dan
untuk mendukung Struktur Number (SN) 5,1 SubBase (CTRB & CTSB) dicampur di tempat
(Mix In Place)
E. Pilihan Desain Struktur pekerasan dari ke dua
opsi ditinjau dari Rasio umur pelayanan dan bi- http://www.cement.org/pavements/pv_fdr_start.
aya bahan lapis pondasi adalah sebagai berikut: asp, Cement Treated Base (CTB) (2010)
1. Opsi 1 pondasi LPA dan LPB = 1,75 dan Opsi 2 Wirtgen, 2004, “Wirtgen Cold Recycling Manual”,
pondasi CTRB = 1,86 berarti lebih mahal opsi 2 2th Edition, Germany.
tetapi apabila di bandingkan dengan surface
1 - 86 JURNAL INFRASTRUKTUR
Lampiran Vol. 2 No. 02 Desember 2016
Abstract
Interconnected and integrated infrastructure system is a necessity to ensure better mobility and accessibili-ty
among people and goods. Toll Road Strategic Planning is conducted to increase connectivity in supporting
competitiveness through development of more than 1000 km new toll roads and improvement of toll road user
satisfaction by providing reliable service. To fulfill the plan, toll road development policies are directed by
conducting 4 (four) main actions which are focusing in Public Private Partnership (PPP), namely: new PPP
scheme; procedure simplification; government supportsare guaranteed; and land acquisition acceleration. This
basic direction in toll road policy could improve more conducive investment climate to support accelera-tion in
toll road development and providing better toll road service.
service Abstrak
Infrastruktur yang terkoneksi dan terintegrasi dapat memastikan kelancaran pergerakan manusia dan ba-
rang. Hal ini berdampak langsung pada efisiensi, peningkatan daya saing dan kelancaran kegiatan sosial-
ekonomi. Rencana strategis jalan tol dilaksakanakan dalam rangka meningkatkan dukungan konektivitas
bagi penguatan daya saing melalui pembangunan lebih dari 1000 km jalan tol baru dan meningkatkan
kepuasan pengguna jalan tol yang dipenuhi dengan pelayanan jalan tol yang handal. Untuk mencapai tu-
juan tersebut, arah kebijakan pengembangan jalan tol dilaksanakan melalui 4 (empat) kegiatan utama
den-gan menitikberatkan pada pola Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU), yaitu mencari
skema KPBU baru, penyederhanaan prosedur, penambahan dukungan pemerintah, dan percepatan
pengadaan lahan. Arahan dasar kebijakan sektor jalan tol tersebut dapat menciptakan iklim investasi
yang lebih kon-dusif yang mendukung program percepatan pembangunan jalan tol dan menyediakan
pelayanan jalan tol yang lebih baik.
JURNAL INFRASTRUKTUR 1 - 87
Vol. 2 No. 02 Desember 2016 Lampiran
Abstract
The failure of construction may negatively impact on the quality of building construction, especially for the
service user/owner as owner. This study aims to determine the dominant factors causing the failure of ef-forts
to reduce the construction and construction failure. Using multivariant analysis and factors with the help of the
program Statistical Package for Social Science (SPSS) version 22.0 for Windows. From the re-sults of calculation
of Relative Importance Index (RII) obtained the main factors causing the failure of con-struction, namely:
aspects of service providers/ contractors (Related Skills/Training Training and sloppiness of Labor as well as the
use of materials under Standart), aspects of planning consultants (Design & Speci-fications Not Available
Standart technical & Rules) and the General Conditions aspect is Legal. Measures to reduce construction failure,
namely: Need held a training and certification of construction of buildings to increase the ability and skills of the
workforce in construction building of buildings should be to increase the competence of work in the construction
world to improve the quality of Human Resources (HR) in the field of construction owned company, which will
also be improve the quality of the construction company, to achieve quality objectives, the project design
planning must be detailed to facilitate implemantion of con-struction. Completion of the Act and the Regulations
on Construction Failure needs to be done immediately. Review the design needs to be done by the service
providers / contractors to facilitate the implementation of construction contractors and Routine Monitoring
should be done Engineer / Consultant supervisor so that the quality and the quality of building construction as
expected.
Abstrak
Terjadinya kegagalan konstruksi dapat memberikan dampak buruk pada kualitas bangunan konstruksi,
terutama bagi pengguna jasa/ owner sebagai pemilik. Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor-faktor
dominan penyebab kegagalan konstruksi dan usaha mengurangi kegagalan konstruksi,menggunakan
anali-sis Multivariant dan faktor dengan bantuan program Statistical Package for Social Science (SPSS) for
Win-dows version 22.0. Dari hasil Perhitungan Relative Importance Index (RII) diperoleh faktor utama
penyebab terjadinya kegagalan konstruksi yaitu: aspek penyedia jasa/ kontraktor (terkait
Keterampilan/Pelatihan dan Kecerobohan Tenaga Kerja serta penggunaan Material di bawah Standart),
aspek konsultan perencana (Desain & Spesifikasi Tidak Sesuai Standart Teknis & Peraturan) dan aspek
Ketentuan Umum adalah Ma-salah Hukum. Tindakan-tindakan untuk mengurangi kegagalan konstruksi
yaitu : Perlu di adakan pelatihan dan sertifikasi tenaga konstruksi gedung untuk menambah kemampuan
dan keterampilan tenaga kerja di bidang konstruksi banguan gedung Perlu peningkatan kompetensi kerja
dalam dunia konstruksi untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di bidang konstruksi
yang dimiliki perusahaan, yang juga akan meningkatkan kualitas perusahaan jasa konstruksi, Untuk
mencapai sasaran mutu proyek maka perencanaan desain harus mendetail untuk memudahkan dalam
pelaksanaan konstruksi. Penyempurnaan Undang-undang dan Peraturan tentang Kegagalan Konstruksi
perlu dilakukan segera. Review desain perlu dilakukan oleh penyedia jasa/ kontraktor untuk memudahkan
kontraktor dalam pelaksanaan konstruksi dan Pengawasan Rutin harus dilakukan Engineer/Konsultan
pengawas agar mutu dan kualitas bangunan konstruksi sesuai dengan yang diharapkan.
Kata Kunci: Kegagalan Konstruksi, Faktor Dominan, Relative Importance Index (RII)
1 - 88 JURNAL INFRASTRUKTUR
Lampiran Vol. 2 No. 02 Desember 2016
zahraauliasyahidah@yahoo.co.id1, bintari.suprapti168@gmail.com2
Abstract
PDAM Malang who has successfully served of clean water needs until 80.4 %, still face the potential loss that
caused by water losses. Total water losses of PDAM Malang in 2013 are 26.92 %. One of the problem is because
of pipeline leak. It is necessary to test the pipeline for identification of leak location, so that PDAM Malang can
perform curative action appropriately. Pipeline leak testing conduct at District Meter Area (DMA) Wendit, on
Malang City aims to identify the point of leakage and determine action for further improvement. In addition, this
study aims to assess the magnitude of the losses of PDAM Malang due to water losses. The method is performed
by step test method which are directly applicable on the field at night. Then the result and financial analysis are
analyzed with qualitative and quantitative method. The result of step test indicate that pipeline on Amandit
street are in the classes of high leak, with the value of dQ/dSR 0,1011. Priority handling of the leak will be
started from this area. The usage of step test method has been assist PDAM Malang to decreasing the
precentage of water losses of 3 % per month, so that it could be increasing the revenue until Rp. 1.033.000,00
per month. When the handling of water losses not taken immediately, the estimated of loss is about Rp.
32.441.472,00 per month or Rp 413.297.664,00 per year.
Keywords : step test, pipeline leakage, district meter area (DMA), PDAM Malang
Abstrak
PDAM Kota Malang yang telah berhasil melayani kebutuhan air bersih sebesar 80.4%, masih menghadapi
potensi kerugian akibat kehilangan air. Total kehilangan air yang dialami PDAM Kota Malang tahun 2013
adalah sebesar 26.92%. Salah satu penyebab kehilangan air ini adalah kebocoran pipa. Perlu dilakukan uji
identifikasi lokasi kebocoran pipa, sehingga PDAM Kota Malang dapat melakukan tindakan kuratif secara
tepat. Pengujian kebocoran pipa yang dilakukan di District Meter Area (DMA) Wendit Kota Malang bertu-
juan untuk mengidentifikasi titik kebocoran air dan menentukan langkah perbaikan selanjutnya. Selain
itu, penelitian ini bertujuan menaksir besarnya kerugian yang dialami PDAM Kota Malang akibat
kehilangan air. Metode yang dilakukan menggunakan metode step test secara langsung di lapangan pada
malam hari. Setelah itu dilakukan analisis hasil dan analisis keuangan secara kualitatif dan kuantitatif.
Hasil uji step test menunjukkan pipa yang berada di Jl. Amandit berada dalam klasifikasi kelas bocor yang
tinggi, dengan nilai dQ/dSR sebesar 0,1011. Prioritas penanganan kebocoran akan dimulai dari area ini.
Penggunaan metode step test telah membantu PDAM Kota Malang menurunkan presentase kehilangan air
sebesar 3% per bu-lannya, sehingga dapat meningkatkan pendapatan sebesar Rp 1.033.000,00 per
bulan. Jika penanganan kebocoran air tidak segera dilakukan, maka estimasi kerugian mencapai Rp
32.441.472,00 per bulan atau Rp 413.297.664,00 per tahun.
Kata kunci : step test, kebocoran pipa, district meter area (DMA), PDAM Kota Malang
JURNAL INFRASTRUKTUR 1 - 89
Vol. 2 No. 02 Desember 2016 Lampiran
Mahasiswa Jurusan Teknik Lingkungan1 Dosen Jurusan Teknik Lingkungan2 1,2Institut Teknologi
Bandung Email: ricky_fdz@yahoo.com1, suprihanto@ftsl.itb.ac.id2
Abstract
This study aims to provide recommendation alternatives of drinking water supply system in Bukittinggi
city West Sumatera based on the selection of the best system and financial feasibility by the affordability
of community purchasing ability consideration. Results of the CVM method shows that the value of ability
to pay (ATP) is Rp. 3.732 /m 3 and value of Willingness To Pay (WTP) is Rp. 7.442 /m 3. The result of
analysis show that system 4 has the best financial feasibility by the affordability of community purchasing
ability consideration. This system use Sutijo Waters spring with capacity 300 liters/second and established
in two phase: phase I (2016-2024) with capacity 100 liters/second and phase II (2024-2035) with
capacity 200 liters/second. This system need total investment in phase I is Rp. 39.529.387.287 and phase
II is Rp. 39.529.387.287. Investment of this system will be funded through “penyertaan modal
pemerintah” pro-gram, 100% raw water unit will be funded by APBN through Directorate General of Water
Resources, 70% of production unit will be funded by APBN through Directorate General of Human
Settlements and 30% will be funded by APBD of Bukittinggi city, 30% of distribution network will be
funded by APBD of Bukittinggi city and 70% will be funded by Bank loan. With water sales rate is Rp.
3.700/m3, this financing scheme is financial feasible with NPV Rp. 55.580.153.601, BCR 1,25 and BEP in 7
years with production cost Rp. 2.432/m 3. This result of sensitivity analysis shows that this system is still
feasible with risk of 10% increase in operating and capital cost, also 10% decrease in revenue.
Keyword : drinking water system development, affordability of community purchasing ability, CVM,
finan-cial feasibility.
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan sebuah alternatif sistem pengembangan air minum di Kota Bukit-
tinggi Sumatera Barat yang layak secara finansial dengan mempertimbangkan daya beli masyarakat untuk air
minum. Hasil penelitian keterjangkauan daya beli masyarakat untuk air minum dengan menggunakan
Contingent Valuation Method (CVM) menunjukan bahwa nilai yang mampu dibayar oleh masyarakat (Ability To
Pay/ATP) adalah sebesar Rp. 3.732/m3 sementara nilai yang mau dibayar masyarakat dengan adanya
peningkatan pelayanan (Willingness To Pay) adalah sebesar Rp. 7.442/m3. Berdasarkan nilai keterjangkau-an
daya beli masyarakat tersebut maka sistem 4 merupakan sistem terpilih karena memiliki kelayakan fi-nansial
yang terbaik dan terjangkau oleh daya beli masyarakat. Sistem 4 merupakan sistem pengembangan air minum
dengan menggunakan mata air Sutijo sebagai sumber air baku dengan kapasitas 300 L/detik. Pembangunan
akan dilaksanakan melalui dua tahap, tahap I pada tahun 2016-2024 sebesar 100 L/detik dan tahap II pada
tahun 2024-2035 sebesar 200 L/detik. Sistem ini membutuhkan biaya investasi pada tahap I sebesar Rp.
39.529.387.287 dan tahap II sebesar Rp. 64.821.997.789. Kebutuhan investasi akan didanai melalui
penyertaan modal pemerintah dimana unit air baku 100% dibiayai oleh Direktorat Jenderal Sumber Daya Air,
unit produksi 70% dibiayai oleh Direkrtorat Jenderal Cipta Karya dan 30% melalui pinja-man Bank sementara
unit distribusi 30% dibiayai oleh APBD Kota Bukittinggi dan 70% melalui pinjaman Bank. Dengan penggunaan
tarif dasar air minum sebesar Rp. 3.700/m 3 maka skema pembiayaan ini layak secara finansial dengan nilai
NPV, BCR dan BEP secara berurutan sebesar Rp. 55.580.153.601, 1,25 dan 7 tahun serta Harga Pokok Produksi
sebesar Rp. 2.432/m3. Analisa sensitivitas menunjukan bahwa sistem ini masih layak untuk dilaksanakan
dengan adanya resiko kenaikan biaya operasional, kenaikan biaya in-vestasi, dan penurunan pendapatan air
masing-masing sebesar 10%.
Kata kunci : Pengembangan sistem penyediaan air minum, keterjangkauan daya beli masyarakat, Con-
tingent Valuation Method (CVM), kelayakan finansial
1 - 90 JURNAL INFRASTRUKTUR
Lampiran Vol. 2 No. 02 Desember 2016
Tisara Sita1
M. Fathoni Jalaluddin2
Mahasiswa Magister Sistem dan Teknik Transportasi1 Perancang Teknik Pembangunan Jalan
dan Jembatan2 1Universitas Gajah Mada
2Dinas Pekerjaan Umum Provinsi DI Yogyakarta
Abstract
The national highway Yogyakarta – Sedayu – Klangon – Sentolo – Milir – Wates is one of the roads in Yogya-
karta with a relatively high accident rate. This statement indicates that this road has deficiency of infrastruc-ture
or road safety deficiency. Therefore, it is necessary to identify road geometric problems and abusement of road
space utilization, thus technical recommendations can be obtained to achieve the principles of for-giving road,
self-explaining road, self-regulating road, and self-enforcing road. Technical recommendations to improve road
safety deficiencies obtained through field observation by dividing roads into four segments and then examine
the problems of: (1) the geometric conditions; (2) the condition of the pavement; (3) harmonization of signs
and markings; and (4) abusement of road space utilization. The results showed that the improvement of road
safety deficiencies in the accident-prone locations prioritized to: (1) the widening of the road; (2) improvement
of transverse slope; (3) maintenance of pavement; (4) the construction of the road divider; (5) remarking; (6)
paved road shoulder; (7) the harmonization of signs and signals; and (8) controlling the use of road space
utilization, road space asset, and road space supervision.
Abstrak
Ruas Jalan Nasional Yogyakarta – Sedayu – Klangon – Sentolo – Milir – Wates merupakan salah satu ruas jalan
di Yogyakarta dengan angka kecelakaan yang relatif tinggi. Hal ini mengindikasikan bahwa pada ruas jalan
tersebut terdapat defisiensi keselamatan berkendaraan, oleh karena itu diperlukan identifikasi permasalahan
geometrik jalan dan penyalahgunaan terhadap pemanfaatan ruang bagian jalan, sehingga didapatkan
rekomendasi teknik untuk mencapai prinsip jalan berkeselamatan (forgiving road), self-explain-ing road, self-
regulating road, dan self-enforcing road. Rekomendasi teknik untuk memperbaiki defisiensi keselamatan
berkendaraan didapatkan melalui peninjauan lapangan dengan membagi ruas jalan tersebut menjadi empat
segmen dan kemudian mencermati permasalahan: (1) kondisi geometrik jalan; (2) kondisi perkerasan jalan; (3)
harmonisasi rambu dan marka; dan (4) penyalahgunaan terhadap pemanfaatan ru-ang bagian jalan. Hasil
analisis dan pembahasan menunjukkan bahwa penanganan defisiensi keselamatan berkendaraan di lokasi rawan
kecelakaan diprioritaskan pada: (1) pelebaran jalan; (2) perbaikan kemirin-gan melintang; (3) pemeliharaan
perkerasan jalan; (4) penambahan median jalan; (5) pemarkaan ulang;
(6) perkerasan bahu jalan; (7) harmonisasi rambu dan sinyal; dan (8) penertiban pemanfaatan ruang
man-faat jalan (rumaja), ruang milik jalan (rumija), dan ruang pengawasan jalan (ruwasja).
JURNAL INFRASTRUKTUR 1 - 91
Vol. 2 No. 02 Desember 2016 Lampiran
Abstract
The construction project is a series of activities carried out only one time and short term nature.
Implemen-tation of the project faced with the problems such Contract Change Order which will result in
amendments to the contract. This study is a policy study or applied studies whose purpose is to find or
formulate solutions to problems related to the Contract Change Order (CCO) of the Cost variant (different
budgets) and Time variant (the time difference). The data used is the dam construction contract
document data X. Based on an analysis of all amendments and Influence diagrams of all the factors that
influence each other in the end boils down to three variables, namely: Changes in the value of the
contract, the contract completion time change, change contract administration, change contract
administration is the outcome of all the changes in the contract and the factors that cause changes in the
contract. Amendment of the most common is the change in value of the contract caused by escalation
(price adjustments) four times, additional work is less based on calculations MC twice, and design changes
once. Technically all of the greatest influence and im-pact on changes in the value of the contract is the
design changes that result in the addition of a contract value of 25.11% of the value of the initial contract,
followed by escalation of 5.64% and a result of calcula-tion by 3.91% MC. But the greatest influence and
impact on the contractual completion timeline changes are extreme weather conditions, removal of quarry
locations and additional scope of work that resulted in the addition time for 21.92% of the initial contract
period, whereas only design changes resulted in an addition of 10.96% of time contract initially.
Keywords: project construction, amendment, price adjustments, changes in time, completion of contract
Abstrak
Proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali dilaksanakan dan umumnya
berjangka pendek. Pelaksanaan proyek dihadapkan pada permasalahan diantaranya Contract Change Or-der
yang akan menghasilkan amandemen kontrak. Penelitian ini merupakan studi kebijakan ataupun studi terapan
yang tujuannya adalah untuk mengetahui atau merumuskan solusi terhadap permasalahan terkait Contract
Change Order (CCO) terhadap Cost variant (perbedaan anggaran)dan Time variant (perbedaan waktu). Data
yang digunakan adalah data dokumen kontrak pembangunan bendung X. Berdasarkan analisis dari semua
amandemen dan Influence diagram dari semua faktor yang saling mempengaruhi satu sama lain pada akhirnya
bermuara kepada tiga variable yaitu : Perubahan nilai kontrak, Perubahan waktu penyelesa-ian kontrak,
Perubahan administrasi kontrak, perubahan administrasi kontrak merupakan muara dari semua perubahan
dalam kontrak dan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan kontrak. Amande-men yang paling
sering terjadi adalah perubahan nilai kontrak yang disebabkan oleh eskalasi (penyesuaian harga) sebanyak
empat kali, pekerjaan tambah kurang berdasarkan perhitungan MC sebanyak dua kali, dan perubahan desain
sebanyak satu kali. Secara teknis kesemuanya itu yang paling besar pengaruh dan dam-paknya terhadap
perubahan nilai kontrak adalah perubahan desain yang mengakibatkan penambahan nilai kontrak sebesar
25,11% dari nilai kontrak awal, disusul eskalasi sebesar 5,64% dan akibat perhitungan MC sebesar 3,91%.
Namun yang paling besar pengaruh dan dampaknya terhadap perubahan waktu penyelesa-ian kontrak adalah
kondisi cuaca ekstrem, pemindahan lokasi quarry dan penambahan lingkup kerja yang mengakibatkan
penambahan waktu sebesar 21,92% dari waktu kontrak awal, sedangkan perubahan desain hanya
mengakibatkan penambahan sebesar 10,96% dari waktu kontrak awalnya.
Kata kunci : proyek konstruksi, amandemen, penyesuaian harga, perubahan waktu, penyelesaian kontrak
1 - 92 JURNAL INFRASTRUKTUR
Lampiran Vol. 2 No. 02 Desember 2016
Abstract
Corresponding decision of the Director General of Water Resources / Dam Safety Commission Chairman,
Since the dam exploited examinations performed on the results of periodic checks on the deformation that
occurs in the foundation rocks, cliffs pedestal, and the body of the dam. The accuracy of data regarding
this should be checked every year, in order to anticipate the prevention of the occurrence of disasters
caused by deformation due to the movement of dam horizontally or vertically because of a movement of
the dam as earthquakes, avalanches, leakage, etc. can be done through monitoring the deformation of
the surface of the dam Sermo with telemetry-based website.
Abstrak
Sesuai Keputusan Direktur Jenderal Sumber Daya Air/ Ketua Komisi Keamanan Bedungan, Sejak bendungan
dieksploitasikan dilakukan pemeriksaan pada hasil pemeriksaan berkala mengenai deformasi yang terjadi pada
batuan fondasi, tebing tumpuan, dan tubuh bendungan. Ketelitian data mengenai ini harus diperiksa setiap
tahun, agar dapat diantisipasi pencegahan dari terjadinya bencana akibat terjadinya deformasi akibat
pergerakan bendungan secara horizontal maupun vertikal yang disebabkan terjadinya pergerakan Bendungan
seperti Gempa bumi, longsoran, kebocoran, dan sebagainya, dapat dilakukan melalui pemantauan deformasi
permukaan bendungan sermo dengan telemetri berbasis website.
JURNAL INFRASTRUKTUR 1 - 93
Vol. 2 No. 02 Desember 2016 Lampiran
Abstract
Building of low-cost housing (Rusunawa) Ujungberung completed in 2012, was populated by 22 occupancy (8
%) of the total capasity of 267 residential. The purpose of this study is to describe the study of the causes of the
building of low-cost housing (Rusunawa) late inhabited by planning/procurement system in the building of low-
cost housing (Rusunawa), rsidential selection system, the factors that influence residents to inhabit the building
of low-cost housing (Rusunawa), described the acceleration strategies residential building of low-cost housing
(Rusunawa) based procurement system and residential.Methods of research using quantitative analysis with the
help of SPSS (Statistical Program for Sosial Science ) with descriptive statistical analysis of crosstabs. Data was
collected by using a questionnaire distributed at building of low-cost housing (Rusunawa) Ujungberung dwellers
and as a comparison, also distributed a questionnaire on building of low-cost housing (Rusunawa) Leuwigajah
dwellers, with the number of questionnaires of 50 respondents.From the analysis, which is problematic in
residential phase can be caused by a previous phase. This phase is the phase of budget planning. Budget
building of low-cost housing (Rusunawa) are located in the central government and eventually assets Budget
building of low-cost housing (Rusunawa) will be handed over from the center to the regions. This is an obstacle,
because the handover of assets building of low-cost housing (Rusunawa) from central to local needs and process
a long time.
Keywords: building of low-cost housing (rusunawa), procurement system building of low-cost housing
(Rusunawa), residential, factors affecting the occupants to inhabit building of low-cost
housing (Rusunawa).
Abstrak
Rusunawa Ujungberung selesai dibangun tahun 2012, mulai dihuni sebanyak 22 hunian (8 %) dari total
kapasitas 267 hunian. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan kajian penyebab terlambat dihuni
berdasarkan perencanaan/sistem pengadaan Rusunawa, sistem seleksi penghunian, faktor-faktor yang
mempengaruhi penghuni untuk menghuni Rusunawa, dan strategi percepatan penghunian Rusunawa
berdasarkan sistem pengadaan dan penghunian.Metode yang digunakan adalah analisis kuantitatif dengan
bantuan software statistik SPSS (Statistical Program for Sosial Science) dengan analisis statistik deskriptif
tabulasi silang (crosstabs). Pengumpulan data menggunakan kuesioner yang dibagikan pada penghuni
Rusunawa Ujungberung dan sebagai pembanding, dibagikan juga kueisoner pada penghuni Rusunawa
Leuwigajah, dengan jumlah kuesioner sebanyak 50 responden. Dari analisis yang dilakukan, fase yang
bermasalah di atau pada penghunian bisa diakibatkan oleh fase sebelumnya. Fase ini adalah fase
perencanaan anggaran. Anggaran Rusunawa berada di Pemerintah Pusat dan nantinya aset Rusunawa ini
akan diserahterimakan dari pusat ke daerah. Hal ini menjadi kendala, karena serah terima aset Rusunawa
dari pusat ke daerah perlu proses dan waktu yang lama.
Kata Kunci: Rusunawa, Sistem Pengadaan Rusunawa, Penghunian, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Penghuni untuk Menghuni Rusunawa
1 - 94 JURNAL INFRASTRUKTUR
Lampiran Vol. 2 No. 02 Desember 2016
Abstract
Floating breakwater and floating dock are kind of structures that will be constructed with floating modular
system. Floating structures are still a new field for Ministry of Public Works and People Housing, so there are
many important factors that still not known. Therefore a guide needed for supporting the Ministry. For starter,
the guide need to cover about design criteria of floating structures, especially for breakwater and dock. The
guide made by doing literature study and adopting from international standard. Criteria for breakwater consist
of material usage, dimension determination, and performance of floating breakwater. Criteria for floating dock
consist of dimension of target ships, component needed, and dock dimension determination. Also mooring
system needed for station keeping and one of the most important component.
Keyword: criteria of floating breakwater, criteria of floating dock, modular floating system, mooring
system Abstrak
Pemecah gelombang terapung dan dermaga terapung merupakan bagian dari struktur yang akan dibuat
dengan menggunakan sistem modular wahana terapung. Struktur terapung masih merupakan hal baru
bagi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) sehingga belum banyak yang
mengetahui faktor-faktor yang diperlukan dalam merencakan struktur terapung. Maka diperlukan sebuah
pedoman yang sudah disesuaikan bagi kebutuhan Kementerian PUPR. Pada tahap awal, pedoman yang
diperlukan adalah pedoman mengenai kriteria struktur terapung, terutama bagi pemecah gelombang dan
dermaga. Penyusunan pedoman dengan melakukan kajian literatur dan mengadopsi kriteria-kriteria yang
telah lazim digunakan di dunia internasional. Kriteria bagi pemecah gelombang terapung antara lain
berkaitan dengan penggunaan material, penentuan dimensi, dan performa dari pemecah gelombang
terapung. Kriteria bagi dermaga apung antara lain penentuan target kapal, komponen-komponen yang
diperlukan, serta penentuan dimensi. Sistem mooring diperlukan untuk menjaga posisi dari struktur
terapung ini dan merupakan salah satu komponen terpenting.
Kata Kunci: kriteria pemecah gelombang terapung, kriteria dermaga terapung, sistem modular wahana
apung, sistem mooring
JURNAL INFRASTRUKTUR 1 - 95
Vol. 2 No. 02 Desember 2016 Lampiran
Teknik Jalan dan Jembatan Ahli Madya Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional VI, Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat Email: syaeful58@gmail.com
Abstract
The road is a land transport infrastructure that is essential in economic relations and facilitate the activities of
other social activities. Changes in the area around Jalan Inspection East Tarum of agriculture into the industrial
area causes a change in the function of the road that had road inspection into the access road to the industrial
area. Changes in the functions that had low traffic increased to medium traffic, so the strength and function of
the road should be adjusted to the development, where the existing road is no longer able to serve existing
traffic. It is necessary for the proper handling and efficient costs, see the existing condition that tingga road
base irregularly should be no innovations to material existing reuse recycle with construc-tion CTRB (Cement
Treated Recycling Base) so that the strength of the foundation structure increases can serve traffic conditions is
required. So that the condition CTRB stay protected from the weather and traffic by overburden Chip Seal is the
provision of a single layer of asphalt followed by administration of a single layer of Chiping (stone of a certain
size, from price comparison between construction purposes foundation class A and Hotmix in terms of lower
cost CTRB + chip Seal.
Abstrak
Jalan merupakan prasarana angkutan darat yang sangat penting dalam memperlancar kegiatan hubungan
ekonomi dan kegiatan sosial lainnya. Perubahan kawasan di sekitar Jalan Inspeksi Tarum Timur dari perta-nian
menjadi daerah industri menyebabkan perubahan pada fungsi jalan yang tadinya jalan inspeksi men-jadi jalan
akses menuju daerah industri. Perubahan fungsi jalan yang tadinya lalu lintas rendah meningkat menjadi lalu
lintas sedang, sehingga kekuatan maupun fungsi dari jalan tersebut harus disesuaikan dengan perkembangan,
dimana jalan eksisting sudah tidak mampu lagi melayani lalu lintas yang ada. Untuk itu perlu penanganan yang
tepat dan efisien dari biaya, melihat kondisi eksisting yang tingga pondasi jalan yang tidak beraturan perlu ada
inovasi agar material eksisting dapat digunakan kembali dengan mendaur ulang yaitu dengan konstruksi CTRB
(Cement Treated Recycling Base) sehingga kekuatan struktur pondasi meningkat dapat melayani kondisi lalu
lintas yang diperlukan. Agar kondisi CTRB tetap terlindungi dari cu-aca dan lalu lintas diberi lapisan penutup
Chip Seal yaitu pemberian satu lapisan aspal yang diikuti dengan pemberian satu lapisan Chiping (batu dengan
ukuran tertentu, dari perbandingan harga antara konstuksi pondasi klas A dan Hotmix ditinjau dari biaya lebih
murah CTRB + Chip Seal.
1 - 96 JURNAL INFRASTRUKTUR
Lampiran Vol. 2 No. 02 Desember 2016
PEDOMAN PENULISAN
JURNAL INFRASTRUKTUR
JUDUL ARTIKEL
(HURUF KAPITAL, Verdana, 12 pt, bold, centered, tidak lebih dari 12 kata)
(satu baris spasi kosong, 12 point font)
Abstract
(Verdana, 9 pt, bold, at most 200 words)
(satu baris spasi kosong, 9 point font)
Abstract should be written in English. The abstract is written with Verdana size 9, and single spacing. The
abstract should summarize the content of the paper, including problems, the aim of the research, research
method, and the results, and the conclusions of the paper. It should not contain any references or displayed
equations. The abstract should be no more than 200 words.
(satu baris spasi kosong, 9 point font)
Keywords: up to 5 keywords in English (Verdana, 9 pt, italics)
(dua baris spasi kosong, 9 point font)
Abstrak
(Verdana, 9 pt, bold)
(satu baris spasi kosong, 9 point font)
Abstrak dalam Bahasa Indonesia. Ditulis dengan font Verdana size 9 dan single spacing. Abstrak harus
merangkum isi makalah, termasuk permasalahan, tujuan penelitian, metode penelitian, dan hasil, dan
kesimpulan dari makalah. Abstrak tidak mengandung referensi dan/atau persamaan.Tidak boleh lebih
dari 200 kata.
(satu baris spasi kosong, Verdana, 9 point font)
JURNAL INFRASTRUKTUR 1 - 97
Vol. 2 No. 02 Desember 2016 Lampiran
Contoh penyajian data dalam bentuk gambar, grafik dan sejenisnya seperti pada Gambar 1.
Saran dibuat berdasarkan kelemahan, pengalaman, kesulitan, kesalahan, temuan baru yang belum pernah
dibahas dan berbagai kemungkinan arah pembahasan selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Daftar pustaka merupakan bagian akhir dari makalah, ditulis dalam urutan alfabetis mengikuti APA Style
(http://www.apastyle.org/). Susunannya memuat: nama penulis, tahun publikasi, judul paper atau textbook,
nama jurnal atau penerbit, dan halaman. Berikut ini beberapa contoh cara penulisan daftar pustaka menurut
APA Style.
Daftar Pustaka : Berdasarkan Jumlah Penulis
Jika ada 2 (dua) Orang Penulis.
Wegener, D. T., & Petty, R. E. (1994). Mood management across affective states: The hedonic contingency
hypothesis. Journal of Personality & Social Psychology, 66, 1034-1048.
Jika ada 2 (dua) atau lebih Buku/Jurnal dengan Penulis yang sama.
Berndt, T. J. (1981).
Berndt, T. J. (1999).
Berndt, T. J. (1999). Friends’ influence on students’ adjustment to school. Educational Psychologist, 34, 15-28.
Berndt, T. J., & Keefe, K. (1995). Friends’ influence on adolescents’ adjustment to school. Child
Development, 66, 1312-1329.
Wegener, D. T., Kerr, N. L., Fleming, M. A., & Petty, R. E. (2000). Flexible corrections of juror judgments:
Implications for jury instructions. Psychology, Public Policy, & Law, 6, 629-654.
Wegener, D. T., Petty, R. E., & Klein, D. J. (1994). Effects of mood on high elaboration attitude change: The
mediating role of likelihood judgments. European Journal of Social Psychology, 24, 25-43.
1 - 98 JURNAL INFRASTRUKTUR
Lampiran Vol. 2 No. 02 Desember 2016
Jika ada 2 (dua) atau lebih Buku/Jurnal dengan Penulis yang sama di tahun yang sama.
Berndt, T. J. (1981a). Age changes and changes over time in prosocial intentions and behavior between
friends. Developmental Psychology, 17, 408-416.
Berndt, T. J. (1981b). Effects of friendship on prosocial intentions and behavior. Child Development, 52,
636-643.
Review
Baumeister, R. F. (1993). Exposing the self-knowledge myth [Review of the book The self-knower: A hero
under control ]. Contemporary Psychology, 38, 466-467.
Daftar Pustaka : Sumber-Sumber lain
Ensiklopedia.
Bergmann, P. G. (1993). Relativity. In The new encyclopedia britannica (Vol. 26, pp. 501-508). Chicago:
Encyclopedia Britannica.
Dokumen Pemerintahan.
National Institute of Mental Health. (1990). Clinical training in serious mental illness (DHHS Publication No.
ADM 90-1679). Washington, DC: U.S. Government Printing Office.
Prosiding Seminar.
Schnase, J. L., & Cunnius, E. L. (Eds.). (1995). Proceedings from CSCL ‘95: The First International Conference
on Computer Support for Collaborative Learning. Mahwah, NJ: Erlbaum.
Daftar Pustaka : Sumber Non-Cetak lain
JURNAL INFRASTRUKTUR 1 - 99