Anda di halaman 1dari 64

Vol.02 No.

01 Agustus 2016

Vol. 02 No. 01 Agustus 2016 ISSN 2527-497X

Jurnal
INFRASTRUKTUR

Pusdiklat Manajemen dan Pengembangan Jabatan Fungsional


Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Jurnal INFRASTRUKTUR i
Vol.02 No.01 Agustus 2016

Jurnal
INFRASTRUKTUR
Susunan Redaksi Jurnal Infrastruktur
Jurnal Jabatan Fungsional Aparatur Sipil Negara

Pengarah : Prof. Dr. Ir. Anita Firmanti Eko Susetyowati, MT.


Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Penanggung Jawab : Ir. Asep Arofah Permana, MT., MM.


Kepala Pusdiklat Manajemen dan Pengembangan Jabatan Fungsional

Mitra Bestari : Nursama Heru Apriantoro, Ph.D (Poltekkes Jakarta/ Universitas Nasional
Jakarta)
Prof. Dr. Muhammad Yamin Jinca, MS.Tr. (Universitas Hasanuddin Makassar)
Prof. Dr. Ir. Nieke Karnaningroem, M.Sc. (Institut Teknologi Sepuluh
Nopember Surabaya)

Redaktur : Yusdiana Caya

Dewan Penyunting : Yusdiana Caya


Haris Marzuki Susila
Diana Febrianti

Redaksi

Desain : Luthfi Ainuddin

Sekretariat : Luthfi Ainuddin

Distribusi dan Sirkulasi : Luthfi Ainuddin


Imam Syahid Izzatur Rahim
M. Riza Firmansyah

Email : jafung.bpsdm.pupr@gmail.com

Alamat : Pusdiklat Manajemen dan Pengembangan Jabatan Fungsional


Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Jl. Sapta Taruna Raya Komplek PU Pasar Jumat Jakarta Selatan 12330
Telp. 021-759 08822

Jurnal Volume No Hal Jakarta ISSN


INFRASTRUKTUR 02 01 001 - 058 Agustus 2016 2527-497X

ii Jurnal INFRASTRUKTUR
Vol.02 No.01 Agustus 2016

DAFTAR ISI

Daftar Isi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . iii

Pedoman Penulisan Jurnal Profesional . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . iv

Pengantar Redaksi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . v

1. ANALISIS PAKET PEKERJAAN PENGGANTIAN JEMBATAN DENGAN BOX 1-1


CULVERT, STUDI KASUS RUAS BATU LICIN - SEI. KUPANG CS
Disa Fahmi Lazuardi, S.I.P.

2. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB CALON PENYEDIA JASA KONSTRUKSI 1-6


MELAKUKAN PENDAFTARAN TETAPI TIDAK MELANJUTKAN MASUKKAN
DOKUMEN PENAWARAN
Ratna Julita, S.T. dan Anton Soekiman, S.T.

3. FUNGSI TANGGUL SUNGAI WAY KUPUTUDAN TERHADAP KESEJAHTRERAAN 1 - 15


MASYARAKAT
Anggie Yulianty, S.H.

4. NORMALISASI SUNGAI BATANG MASUMAI KABUPATEN MERANGIN PROVINSI 1 - 20


JAMBI
Aris Aminulwahyu, S.T.

5. OPTIMALISASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN SISTEM INFORMASI HIDROLOGI, 1 - 24


HIDROMETEOROLOGI, DAN HIDROGEOLOGI (PSIH3), STUDI PENGAMATAN
KEGIATAN WORKSHOP PSIH3 DI BALAI WILAYAH SUNGAI SULAWESI II
Intan Puspitasari, S.AB.

6. PENYEDIAAN AIR BAKU ANTAR PULAU, STUDI KASUS PEMBANGUNAN UNIT 1 - 29


AIR BAKU RUM DAN MAITARA PROVINSI MALUKU UTARA
Adi Martha Kurniawan, S.T. dan Argie Rinaldi, S.I.Kom.
1 - 35
7. MODEL DESAIN RUMAH ADAPTIF KAWASAN PESISIR, STUDI KASUS: DESA
KLACES, KECAMATAN KAMPUNG LAUT, KABUPATEN CILACAP
Dini Kusumawardhani, S.T., Siska Ayu Mahyaningsih, S.T., Wninni Sharfina, S.T., dan
Zulaikha Budi Astuti, S.T.
1 - 44
8. PENYUSUNAN APLIKASI DATABASE SUMUR BOR SNVT AIR TANAH DAN AIR
BAKU BALAI WILAYAH SUNGAI NUSA TENGGARA II
Widana Bayu Nugraha, S.T.

9. SURVEY PERMASALAHAN DANAU SEMAYANG DAN MELINTANG 1 - 49


Davidson Rofiano Lombogia, S.T.
1 - 53
10. PERAN MODAL SOSIAL KEPERCAYAAN DALAM STRUKTUR SOSIAL
MASYARAKAT TERHADAP RENCANA PEMBANGUNAN BENDUNGAN KUWIL -
KAWANGKOAN, SULAWESI UTARA
Ganggaya Sotyadarpita, S.Si.

Jurnal INFRASTRUKTUR iii


Vol.02 No.01 Agustus 2016

PEDOMAN PENULISAN JURNAL PROFESIONAL

1. Judul. Ditulis dengan spesifik, jelas, ringkas, informatif.

2. Nama. Ditulis dengan Jabatan, Unit Kerja dan alamat email.

3. Abstrak. Berisi tentang: permasalahan, tujuan, metode, hasil, kesimpulan dan kata kunci. Ditulis
1 spasi maksimal setengah halaman (maksimal 300 kata). Ditulis dalam Bahasa Inggris.

4. Pendahuluan. Ditulis tentang Latar Belakang, Permasalahan/ Rumusan Masalah, Tujuan dan
Manfaat Penelitian

5. Tinjauan Pustaka. Ditulis teori-teori yang mendukung atau yang relevan dengan kegiatan penelitian
yang dilakukan. Penyajian scientific method atau landasan teori memerlukan acuan pustaka yang
kuat, tajam dan mutakhir.

6. Metode Penelitian. Memuat jenis penelitian, waktu, tempat, populasi/ sampel, alat dan bahan,
metode pengolahan data, serta informasi lain yang dibutuhkan atau relevan dengan jenis
penelitiannya.

7. Hasil. Menampilkan hasil dalam bentuk ilustrasi: gambar, tebel, grafik, foto, diagram, dll. Memberikan
interpretasi terhadap data hasil. Dapat berupa hasil analisis fenomena di wilayah penelitian yang
relevan, hasil yang diperoleh dapat berupa deskriptif naratif, angka-angka, gambar / table, suatu
alat. Penelitian kualitatif penulisan hasil berbentuk interpretasi, sedangkan penelitian kuantitatif
hasil dalam bentuk statistik. Hasil harus menyajikan data permaslahan dan tujuan penelitian.

8. Hasil. Pembahasan ditulis dengan ringkas dan fokus kepada interpretasi dari hasil yang diperoleh,
BUKAN pengulangan dari hasil. Pembahasan dengan acauan pustaka dimunculkan bila harus
membandingkan hasil atau publikasi sebelumnya. Arah pembahasan untuk menjawab tujuan
penelitian. Akhir dari uraian pembahasan harus mampu menunjukan pernyataan kesimpulan

9. Pembahasan. Pembahasan ditulis dengan ringkas dan fokus kepada interpretasi dari hasil yang
diperoleh, BUKAN pengulangan dari hasil. Pembahasan dengan acauan pustaka dimunculkan bila
harus membandingkan hasil atau publikasi sebelumnya. Arah pembahasan untuk menjawab tujuan
penelitian. Akhir dari uraian pembahasan harus mampu menunjukan pernyataan kesimpulan

10. Pembahasan. Diperoleh dari hasil analisis dan pembahasan, disampaikan secara singkat dalam
bentuk kalimat utuh. Harus menjawab pertanyaan dan permasalahan riset yang diungkapkan pada
pendahuluan.

11. Saran. Berisi rekomendasi akademik atau tindak lanjut nyata dari kesimpulan yang diperoleh.

12. Daftar Pustaka. Ditulis nama, tahun publikasi, judul artikel/ buku, lokasi penerbit, nama penerbit
(berdasarkan referensi model APA).

iv Jurnal INFRASTRUKTUR
Vol.02 No.01 Agustus 2016

PENGANTAR REDAKSI

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Atas perkenan dan rahmat-Nya Jurnal Infrastruk-
tur ini memasuki pada volume kedua. Pada penerbitan kali ini, Jurnal Infrastruktur menyajikan hasil-hasil
penelitian atau kajian atas pelaksanaan infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat sebanyak 10
(sepuluh) topik yang meliputi bidang pengairan, jembatan, perumahan, manajemen konstruksi serta per-
spektif infrastruktur secara sosial ekonomi yang dikaji baik secara kualitatif, kuantitatif maupun gabungan
keduanya.

Kami mengucapkan terima kasih dan selamat kepada para penulis yang telah memberikan kontribusi sig-
nifikan dalam pengembangan ilmu dan teknologi di bidang PUPR, demikian juga kepada para mitra bestari
(reviewer) yang telah meluangkan waktunya untuk menilai naskah yang dimuat pada edisi ini. Pada kes-
empatan berikutnya, kami mengundang para pejabat fungsional bidang PUPR untuk mempublikasikan hasil
penelitian/kajiannya maupun ide-ide atau gagasan baru yang orisinil melalui jurnal ini.

Karena terbilang masih baru, kami menyadari Jurnal Infrastruktur ini masih jauh dari sempurna. Namun
harapan kami, jurnal ini dapat menjadi salah satu media komunikasi dan informasi ilmiah dan menjadi
wadah untuk menuangkan buah pikiran ilmiah bagi sumber daya manusia Bidang PUPR. Selain itu diharap-
kan jurnal ini memberikan kontribusi positif bagi pengembangan kualitas Sumber Daya Manusia di bidang
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang pada akhirnya akan bermuara pada peningkatan kualitas
infrastruktur Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat demi kemajuan tanah air tercinta.
Berkenaan dengan hal tersebut, kami sangat berterima kasih untuk menerima masukan konstruktif dari
para pembaca yang dapat disampaikan kepada kami.

Akhirnya kami hanya bisa berharap, semoga karya tulis ilmiah dalam jurnal ini dapat memberikan inspirasi
bagi para pembaca untuk berperan aktif dalam rangka pengembangan ilmu dan teknologi terutama di bi-
dang PUPR.

Redaksi

Jurnal INFRASTRUKTUR

Jurnal INFRASTRUKTUR v
Vol.01 No.02 Agustus 2016

1 - vi Jurnal INFRASTRUKTUR
Vol.02 No.01 Agustus 2016

ANALISIS PAKET PEKERJAAN PENGGANTIAN JEMBATAN DENGAN BOX


CULVERT
Studi Kasus: Ruas Batu Licin Sei. Kupang Cs

Disa Fahmi Lazuardi, S.I.P.

Sekretariat Jenderal
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Emai : disafahmi@gmail.com

Abstrak

Jaringan jalan raya dan jembatan merupakan prasarana transportasi darat yang memegang berperan
penting dalam sektor perhubungan, menunjang pertumbuhan ekonomi, dan meningkatnya aksessibilitas
yang dapat menjangkau daerah-daerah terpencil. terutama untuk kesinambungan distribusi barang dan
jasa, serta mobilitas masyarakat dan untuk mengembangkan suatu wilayah. Penggunaan jembatan dengan
box culvert merupakan salah satu upaya peningkatan pelayanan jalan untuk mengatasi permasalahan
lalu lintas. Efisiensi dan efektifitas jaringan jalan dapat diperoleh dengan melakukan perancangan dan
perencanaan yang memenuhi unsur teknis dan ekonomis,kenyamanan, keamanan, dan aspek keselamatan
transportasi jalan raya.

Kata kunci: Box culvert, lalulintas, jaringan jalan dan jembatan.

Abstract

The existence of the highways and bridges are indispensable to bolster the pace of economic growth, along
with the increasing needs of the means of transport that can reach remote areas. The network of highways
and bridges that are the infrastructure of land transport which play an important role in the transport sector,
especially for the continuity of the distribution of goods and services, as well as community and to develop
the region. The improvement planning of the roads and bridges is one of the efforts to address the problem
of traffic. In connection with the problems of traffic, then the necessary addition of the capacity of the roads
and bridges that will certainly require effective methods in the design or planning in order not only obtained
the best result and economy, but also meets the elements of comfort, security, and safety of road users.

Keywords: box culverts, traffic, road and bridge system.

Jurnal INFRASTRUKTUR 1-1


Vol.02 No.01 Agustus 2016

1. PENDAHULUAN oleh selesainya tugas. Titik awal dan akhir


ditentukan dengan jelas.
Jalan Lintas Selatan yang melayani arus kendaraan
arah kota Banjarmasin menuju Provinsi Kalimantan d. Non-rutin, tidak berulang-ulang. Jenis dan
Timur begitu dan sebaliknya, perlu ditingkatkan intensitas kegiatan berubah sepanjang proyek
guna mendukung lalulintas perekonomian dan berlangsung.
angkutan lainnya . Direktorat Jenderal Bina Marga
bersama dengan Pejabat Pembuat Komitmen Sp. Box culvert adalah gorong-gorong persegi beton
Liang Anggang Pelaihari + jalan Dalam Kota bertulang (Direktorat Bina Program Jalan, 2002)
Kp. Asam Asam melakukan pelebaran jalan, terbuat dari beton dengan penulangan wire
pemeliharaan berkala, dan penggantian jembatan. mesh untuk menambah kekuatan beban yang
Panjang Ruas Jalan Nasional yang ditangani adalah dapat dilewati di atasnya. Tulangan disusun ke
sepanjang 174 km, terbagi menjadi 7 (tujuh) paket samping untuk struktur seperti membuat pipa atau
rutin dari Kintab km Bjm 137+000 sampai dengan terowongan.
mm Bjm 311+000. Salah satu paket, penggantian
jembatan di ruas Batu Licin Sei Kupang Cs. Manfaat box culvert sebagai gorong-gorong yaitu
Terdapat pada 4 (empat) titik di lokasi yang digunakan untuk saluran pembuangan saniter
berbeda dan dilatarbelakangi turunnya permukaan batang, terowongan utilitas, cekungan penangkap
jembatan akibat pondasi jembatan yang sudah air, ataupun lorong bawah tanah. Namun karena
puluhan tahun tidak diganti. Penurunan permukaan memiliki kekuatan yang besar dari beton pracetak,
jembatan berdampak pada kemacetan lalulintas box culvert juga digunakan sebagai perangkat
yang tidak dapat dihindari, karena hanya 1 (satu) yang digunakan untuk menyalurkan air yang
lajur jembatan saja yang bisa dilalui.stabilitas memungkinkan air melewati sebuah jalan, kereta
perekonomian di sekitarnya. api, atau bendungan, sehingga saluran yang tertutup
pada bagian atasnya sering dimanfaatkan sebagai
Pondasi jembatan yang terbuat dari kayu, tidak jembatan atau jalan raya. Konstruksi box culvert
dapat lagi menampung beban lalulintas pada yang dibuat dari beton bertulang direncanakan
jembatan. Pondasi yang kayu sudah berumur, dapat menampung berbagai variasi lapisan aspal.
sejak pertamakali jembatan dibangun, mengingat Konstruksi box culvert persegi standar Tipe Double
kondisi alam di wilayah Kalimantan berupa hutan (Direktorat Bina Program Jalan 2002) , direncanakan
dengan jenis tanah gambut, digunakanlah potongan dengan dimensi seperti pada gambar 1 dan tabel 1,
gelondongan kayu sisa sebagai pondasi untuk sebagai berikut;
pembukaan jalan.

Fokus kajian adalah proyek penggantian jembatan


dengan box culvert yang berfungsi sebagai alternatif
jalan raya dan saluran drainase. Materi paparan ini
adalah pekerjaan ruas jalan Batu Licin Sei. Kupang
Cs, Banjarmasin, Kalimantan Selatan, pada tahun
anggaran 2015. Kajian ini bertujuan menganalisis
kinerja da proses penggantian jembatan box culvert
pada ruas jalan Batu Licin Sei.Kupang CS.

2. TINJAUAN PUSTAKA

Kegiatan proyek merupakan kegiatan sementara Gambar 1. Dimensi box culvert


yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas,
dengan alokasi sumber daya tertentu dan
dimaksudkan untuk melaksanakan tugas yang Tabel 1. Tipe Double
sasarannya telah ditetapkan dengan jelas. (Soeharto
2001). Sifat proyek adalah unik dan dinamis, karena Tipe Double
l t h
antar proyek satu dengan proyek yang lainnya tidak
150 100 20
pernah sama, dan dinamis karena menggunakan 200 100 24
sumber daya dan multi disiplin keilmuan. Ciri pokok 200 150 24
proyek seperti ini, adalah 200 200 24
200 250 25
200 300 26
a. Memiliki tujuan khusus, produk akhir atau hasil 250 150 26
kerja akhir. 250 200 26
250 250 26
250 300 28
b. Jumlah biaya, sasaran jadwal serta kriteria mutu 300 150 30
dalam proses tujuan di atas telah ditentukan. 300 200 30
300 250 30
300 300 30
c. Bersifat sementara, dalam arti umurnya dibatasi

1-2 Jurnal INFRASTRUKTUR


Vol.02 No.01 Agustus 2016

Panjang box culvert, merupakan lebar jalan untuk dilewati karena permukaan jalannya telah
ditambah dua kali lebar bahu jalan dan dua kali mengalami penurunan. Penyebab penurunan
tebal dinding sayap. Langkah pelaksanaan dalam tanah adalah pondasi yang digunakan sebelumnya
pembuatan box culvert secara garis besar, diuraikan berupa gelondongan kayu. Kemungkinan alasan
sebagai berikut: (Direktorat Bina Program Jalan penggunaan gelondongan kayu dipilih oleh
2002) kontraktor sebelumnya adalah faktor minimnya
anggaran untuk pembuatan pondasi dari beton.
1. Penggalian tanah.
4.1. Desain box culvert
2. Pemadatan tanah.
Pembuatan box culvert pada proyek berbeda dari
3. Penghamparan beton untuk lantai kerja. pembuatan standar ukuran box culvert pada
umumnya. Desain box culvertnya disesuaikan
4. Persiapan-persiapan bahan dan material yang dengan keadaan tempat kerja. Ukuran standar
diperlukan. box culvert secara maksimal adalah 3x3 meter,
sementara pada proyek ini dibuat dengan ukuran
5. Persiapan-persiapan pembesian.
4x4 meter sebagaimana pada gambar 2 (Dokumen
6. Pemasangan bekistingperakitan tulangan. Kantor PPK Sp. Liang Anggang Pelaihari + jalan
Dalam Kota Kp. Asam Asam). Proses perubahan
7. Pengecoran. desain didasarkan pada kondisi lapang dan
kewenangan yang dilimpahkan pada Perencanaan
8. Perawatan dan pembukaan bekisting. dan Pengawasan Jalan Nasional (P2JN). Pihak yang
ditunjuk adalah konsultan perencana yang direkrut
3. METODE PENELITIAN oleh P2JN.

Metode yang digunakan adalah metode deskriptif


berdasarkan studi lapang dengan melakukan
pengamatan langsung, tanya jawab dengan
pelaksana dan pengawas proyek serta studi
pustaka. Melakukan analisis secara konteks data
dan masalah yang diperoleh di lapangan untuk
mengkonstruksikan dalam suatu kesimpulan.

4. HASIL OBSERVASI DAN PEMBAHASAN

Paket proyek Penggantian Jembatan Batu Licin


Sei. Kupang CS dilaksanakan oleh P.T. Hasrat
Jaya Utama, berasal dari Banjarmasin, Kalimantan
Gambar 2. Desain Box Culvert baru
Selatan. Paket proyek ini terselenggara berdasarkan
DIPA Nomor: 033.04.1.498643/2015 tanggal 14
Konstruksi box culvert dirancang dengan cara
November 2014. Setelah turunnya DIPA, maka
pengecoran di tempat, menggunakan perancah
pihak penyelenggara proyek, dalam hal ini Pejabat
sementara dan bekisting yang harus dibongkar
Pembuat Komitmen Sp. Liang Anggang Pelaihari +
segera setelah kekuatan beton tercapai, yaitu
jalan Dalam Kota Kp. Asam Asam melaksanakan
umur beton kurang lebih 28 hari. Kekuatan beton
rapat untuk menentukan kapan dimulainya proyek.
bertulang berdasarkan kuat tekan beton pada
Kontrak dengan Nomor: KU.08.08/PJN.WIL.1-
umur 28 hari dengan K-250 pada lantai dasar dan
PPK.02/06/2015 per tanggal 22 Juni 2015 ini
K-300 pada dinding, yang biasanya menggunakan
bernilai Rp 9.396.350.000,00 dengan sumber dana
K-225. Penggunaan K-250 dan K-300 disesuaikan
dari APBN 2015.
dengan beban yang akan melewati jalan di atas
Ruas jalan Batu Licin Sei. Kupang Cs pada box culvert, mengingat banyaknya truk besar yang
awalnya termasuk dalam tipe jalan kabupaten. Jalan bermuatan material bahan bangunan dan batu bara
ini, kemudian berubah fungsi menjadi jalan nasional yang melalui jalan ini. Material yang dipakai dalam
karena menghubungakan antara Provinsi Kalimantan campuran beton antara lain semen; agregat halus
Selatan dengan Provinsi Kalimantan Timur, sehingga (pasir); agregat kasar (kerikil dan batu pecah);
jalan ini masuk dalam pekerjaan proyek Dirjen Bina air; serta bahan pembantu yang digunakan untuk
Marga. Masa pelaksanaan selama 180 hari kalender memperbaiki mutu beton, sifat-sifat pengerjaan,
dimulai pada tanggal 24 Juni 2015 dan berakhir waktu pengikatan dan perkerasan, ataupun untuk
pada tanggal 20 Desember 2015. maksud-maksud lain.

Penggantian jembatan dengan box culvert di ruas


jalan Batu Licin Sei. Kupang Cs dilakukan untuk
mengganti jembatan yang sudah tidak layak

Jurnal INFRASTRUKTUR 1-3


Vol.02 No.01 Agustus 2016

Setelah perancah siap dipasangkan, selanjutnya


dilaksankan secara berurutan pekerjaan
pemasangan bekisting, perakitan tulangan, dan
pengecoran. Setelah beton mencapai kekuatan yang
disyaratkan, kemudian dilaksanakan perawatan
(curing). Cetakan dan acuan dibongkar apabila
bagian konstruksi tersebut telah mencapai kekuatan
yang cukup untuk memikul berat sendiri dan beban-
beban pelaksanaan yang bekerja padanya.

Gambar 3. Jembatan pengganti di samping lokasi 4.3. Pekerjaan Bekisting dan Tulangan
pengerjaan box culvert.
Bekisting dibuat dari tripleks yang cukup tebal,
4.2. Pelaksanaan Lapangan dengan terlebih dahulu dilapisi bahan yang dapat
meningkatkan ketahanan tripleks terhadap air,
Sebelum membuatan box culvert, kontraktor dan sambungan harus kedap terhadap adukan
membuat jembatan pengganti terlebih dahulu
. Sesuai kondisi lapangan, berfungsi sebagai
pengganti jembatan yang akan dikerjakan. Ketika
lajur jembatan akan dikerjakan secara bergantian,
maka tidak memerlukan jembatan pengganti.
Namun ketika jembatan akan dibongkar secara
keseluruhan, maka kontraktor akan menyediakan
jembatan alternatif yang biasa disebut dengan
jembatan pengganti.

Pada pekerjaan di sepanjang ruas Batu Licin Sei. Gambar 5. Tulangan yang siap untuk dicor
Kupang Cs, terdapat 3 dari 4 lokasi penggantian
jembatan dimana kontraktor memilih untuk serta cukup kaku untuk mempertahankan posisi
menyediakan jembatan pengganti. Alasan yang diperlukan selama pengecoran, pemadatan,
pembongkaran seluruh bagian jembatan adalah dan perawatan. Bekisting dibuat sedemikian rupa
keterbatasan waktu pengerjaaan dan anggaran sehingga dapat dibersihkan. Sebelum pengecoran
yang tersedia. Ketika kontraktor memilih untuk beton, bekas-bekas kawat pengikat yang tidak
mengerjakan secara sebagian, maka pembuatan box terpakai, tanah, kotoran, dan semua bahan-bahan
culvert tidak akan selesai tepat waktu mengingat asing dikeluarkan terlebih dahulu dari bekisting.
umur beton yang siap menerima beban adalah 28 Bekisting dibuat sedemikian rupa sehingga pada
hari. waktu dibuka, permukaan beton tidak rusak.

Pembuatan box culver, dimulai dari pembuatan Tulangan dibersihkan dari kotoran, lumpur, minyak,
lantai kerja, pelat dasar, dan dinding. Selanjutnya, cat dan kerak pabrik, percikan adukan atau bahan
setelah pelat dasar dan dinding selesai dibuat dan asing yang dapat mengurangi atau merusak
peletkatan dengan beton sebelum beton dicor.
Tulangan ditempatkan dengan tepat sesuai dengan
desain, tulangan diikat kuat dengan menggunakan
kawat ikat baja, sehingga tidak dapat bergeser
pada saat pengecoran beton dan pemadatan beton.
Simpul kawat pengikat diarahkan meninggalkan
permukaan beton yang terbuka.

5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Gambar 4. Bekisting yang telah selesai
dipasang Proses pembuatan box culvert siap untuk dicor,
siap menerima beban, barulah dimulai pembuatan penyelesaian pengerjaan sangat dekat dengan
pelat lantai. Pelat dasar dan dinding tersebut waktu berakhirnya kontrak (PHO). Langkah yang
berfungsi sebagai penunjang di samping perancah- digunakan konsultan untuk mengganti desain box
perancah yang diperlukan. Perancah-perancah ini culvert disesuaikan dengan keadaan lingkungn
harus direncanakan mampu menahan beban yang adalah sangat tepat karena dapat menekan
diperlukan. Akibat beban tersebut, perancah tidak pembiayaan.
boleh mengalami lenturan atau deformasi yang
berarti (Direktorat Bina Program Jalan 2002).

1-4 Jurnal INFRASTRUKTUR


Vol.02 No.01 Agustus 2016

5.2. SARAN

Sebaiknya dievaluasi manajemen waktu yang


digunakan. Tersedianya timeline progres pekerjaan
dalam tiap harinya membantu dalam penyelesaian
pekerjaan secara tepat waktu. Perlu memperketat
pengawasan di lapangan, sehingga proyek dapat
terlaksana sesuai jadwal yang direncanakan.
Pengendalian terhadap mutu kepadatannya
dilakukan secara lapis demi lapis, sehingga
berkualitas akan menghasilkan kualitas yang lebih
baik dan tahan lama seperti yang diharapkan.

DAFTAR PUSTAKA
Dewi, Eka Sari, 2012. Analisis Resiko Pada
Pelaksanaan Proyek Pembanguna Box Culvert
di Surabaya. Undergraduate Paper, Surabaya:
Institute Teknik Surabaya,

Direktorat Bina Program Jalan, 2002, Direktorat


Jenderal Bina Marga. Standar Gorong-Gorong
Persegi Beton Bertulang (Box Culvert) Tipe
Double. Jakarta: Departemen Pekerjaan
Umum,

Soeharto, I, 2001 . Manajemen Proyek Jilid 2. Dari


Konseptual Sampai Operasional. Jakarta:
Erlangga.

Jurnal INFRASTRUKTUR 1-5


Vol.02 No.01 Agustus 2016

FAKTOR- FAKTOR PENYEBAB CALON PENYEDIA JASA KONSTRUKSI


MELAKUKAN PENDAFTARAN TETAPI TIDAK MELANJUTKAN MEMASUKKAN
DOKUMEN PENAWARAN

Ratna Julita, S.T.1


Anton Soekiman, S.T.2

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat


E-mail: ratna.juliet_st@yahoo.com 1, antonsoekiman@yahoo.com 2

Abstrak

Fenomena yang sering terjadi dalam pengadaan barang dan jasa berbasis elektronik adalah ditemukan banyak
penyedia jasa yang mendaftar ke LPSE untuk mengikuti paket pekerjaan, tetapi sedikit yang melanjutkan
sampai ke tahap pemasukkan penawaran. Pada tahun anggaran 2013 paket pekerjaan pembangunan/
peningkatan konstruksi jalan di kabupaten Pasaman Barat terdapat 38 paket, 18,42% yang prosesnya
diikuti jumlah penyedia jasa yang memasukkan penawaran lebih dari 30% dari keseluruhan penyedia jasa
yang mendaftar. Sementara pada tahun anggaran 2014 dari 42 paket, 26,19% yang prosesnya diikuti
jumlah penyedia jasa yang memasukkan penawaran lebih dari 30% dari keseluruhan penyedia jasa yang
mendaftar. Tujuan penelitian Untu mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi ketertarikan penyedia
jasa melakukan pendaftaran lelang tetapi tidak melanjutkan memasukkan dokumen penawaran dan dampak
tersebut dalam pekerjaan konstruksi. Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan
dan pencerahan kepada penyedia jasa konstruksi dan menjadi informasi yang berguna bagi para pelaku
jasa konstruksi sekaligus sebagai masukan bagi pengambil kebijakan dalam mengambil keputusan.

Kata kunci: E-procurement, penyedia jasa, pendaftaran lelang, pemasukan penawaran

Abstract

Phenomena that often occur in the procurement of goods and services based on electronic, is found that
many service providers who sign up to LPSE to follow a work package but only a few that continue to the
bid submission. In fiscal year 2013, there were 38 work package of development / improvement of road
construction in the West Pasaman district, 18.42% that the process followed by the number of providers
to submit offers of more than 30% of all service providers who register. While in fiscal year 2014 from 42
packets, 26.19% that the process followed by the number of providers to submit offers of more than 30%
of all service providers who register. The purpose of this study is to know what factors influence the interest
of service providers register the tender but did not continue to enter the bidding documents and the impact
of it in the construction work. The results are expected to be useful for the development and enlightenment
to the construction service providers and as useful information for the perpetrators construction services as
well as provides an input for policy makers in making decisions.

Keywords: E-procurement, service providers, registration of the tender, the bid submission

1-6 Jurnal INFRASTRUKTUR


Vol.02 No.01 Agustus 2016

1. PENDAHULUAN terbatas dan dengan sumber daya tertentu untuk


menghasilkan suatu hasil konstruksi tertentu.
Penyelenggaraan pengadaan barang/jasa Menurut Soeharto (1999) Kegiatan proyek
pemerintah sekarang berbasis elektronik atau dikenal dapat diartikan suatu kegiatan sementara yang
dengan Electronic Procurement (E-Procurement) berlangsung dalam jangka waktu terbatas dengan
yaitu proses pengadaan barang dan jasa pemerintah alokasi sumberdaya tertentu dan dimaksudkan
yang dilakukan secara elektronik, berbasis web untuk menghasilkan produk atau deliverable yang
atau internet seperti yang diatur dalam Peraturan kriteria mutunya telah digariskan dengan jelas.
Presiden No. 54 Tahun 2010. Berbagai Fenomena
yang sering terjadi dalam pengadaan barang Pekerjaan konstruksi adalah seluruh pekerjaan
dan jasa, salah satunya adalah paket pekerjaan yang berhubungan dengan pelaksanaan konstruksi
yang banyak penyedia jasa mendaftar ke LPSE, bangunan atau pembuatan wujud fisik lainnya
tetapi hanya sedikit yang melanjutkan sampai (Pepres No. 4 tahun 2015). Dalam kegiatan proyek
kepemasukkan penawaran. Terutama terjadi pada kontruksi dilakukan beberapa tahapan proyek
pekerjaan pengadaan barang/jasa pekerjaan yang secara umum terdiri dari beberapa tahapan
konstruksi, khususnya diperuntukan bagi usaha (Ervianto, 2005), yaitu dimulai dari tahap studi
mikro dan usaha kecil. kelayakan, penjelasan (briefing), perancangan
(design), pengadaan (Procurement) dan Tahap
Pasaman Barat baru menerapkan pengadaan pelaksanaan (construction).
barang dan jasa secara elektonik pada tahun 2013
untuk paket pekerjaan pembangunan/peningkatan 2.2. Pengadaan Barang dan Jasa Konstruksi
konstruksi jalan sebanyak 38 paket. Dari jumlah
tersebut, 18,42% yang prosesnya diikuti jumlah Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah berdasarkan
penyedia jasa yang memasukkan penawaran lebih Pepres No.4 tahun 2015 adalah kegiatan untuk
dari 30% dari keseluruhan penyedia jasa yang memperoleh Barang/Jasa oleh Kementerian/
mendaftar. Pada tahun anggaran 2014 dari 42 paket Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/Institusi
26,19% yang prosesnya diikuti jumlah penyedia jasa (K/L/D/I) yang prosesnya dimulai dari perencanaan
yang memasukkan penawaran lebih dari 30% dari kebutuhan sampai diselesaikannya seluruh kegiatan
keseluruhan penyedia jasa yang mendaftar. Bahkan untuk memperoleh Barang/Jasa. K/L/D/I adalah
ada paket pekerjaan yang sudah ditenderkan tetapi instansi/institusi yang menggunakan APBN dan/
tidak memenuhi syarat terendah yang memasukan atau APBD. E-procurement merupakan pengadaan
penawaran yaitu harus minimal 3 penyedia jasa. barang dan jasa yang dilaksanakan dengan
teknologi informasi dan transaksi elektronik sesuai
Rumusan masalahnya adalah faktor apa yang dengan ketentuan perundang-undangan. Kemajuan
mempengaruhi ketertarikan penyedia jasa teknologi informasi akan lebih mempermudah dan
untuk melakukan pendaftaran lelang tetapi tidak mempercepat proses pengadaan barang dan jasa,
melanjutkan memasukkan dokumen penawarannya, karena penyedia jasa tidak perlu lagi datang ke
serta bagaimana dampaknya terhadap pekerjaan kelompok kerja pejabat pengadaan dan cukup
konstruksi. Fokus penelitian adalah mengkaji paket- dengan melihat ke website yang mengadakan
paket pekerjaan konstruksi pembangunan jalan di pelelangan secara elektronik dan mendaftar secara
wilayah Kabupaten Pasaman Barat Tahun Anggaran on-line (Sutedi 2012).
2013 dan 2014.
Dasar hukum pelaksanaan e-procurement adalah
Tujuan penelitian adalah mengkaji faktor yang UU No. 11 Tahun 2008 tentang ITE, Keppres No.
mempengaruhi ketertarikan penyedia jasa untuk 80 Tahun 2003, dan Perpres No. 8 Tahun 2006.
melakukan pendaftaran lelang pekerjaan konstruksi Proses Pengadaan Barang/Jasa pemerintah
dan penyebab calon penyedia jasa tidak melanjutkan secara elektronik diharapkan dapat meningkatkan
memasukkan dokumen penawaran, serta bagaimana dan menjamin terjadinya efisiensi, efektifitas,
Solusi pemecahan masalah yang harus di ambil oleh transparansi dan akuntabilitas dalam pembelanjaan
pengambil kebijakan. uang negara. Harapan lainnya adalah lebih menjamin
tersedianya informasi yang real time, kesempatan
Hasil penulisan ini diharapkan bermanfaat bagi
usaha, serta mendorong terjadinya persaingan yang
pengembangan dan pencerahan kepada penyedia
sehat dan terwujudnya keadilan (non discriminative)
jasa konstruksi dan dapat menjadi informasi yang
bagi seluruh pelaku usaha yang bergerak di bidang
berguna bagi para pelaku jasa konstruksi, serta
Pengadaan Barang/Jasa (Lembaga Kebijakan
masukan kepada pengambil kebijakan dalam
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, LKPP).
mengambil keputusan.
Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE)
2. TINJAUAN PUSTAKA adalah unit kerja K/L/D/I yang dibentuk untuk
menyelenggarakan sistem pelayanan Pengadaan
2.1. Pengertian Proyek dan Tahapannya Barang/Jasa secara elektronik. Dasar hukum
pembentukan LPSE adalah Pasal 111 Nomor 54
Proyek konstruksi merupakan suatu kegiatan
Tahun 2010 tentang pengadaan barang/jasa
kompleks, yang berlangsung dalam waktu yang
pemerintah yang ketentuan teknis operasionalnya

Jurnal INFRASTRUKTUR 1-7


Vol.02 No.01 Agustus 2016

diatur oleh Peraturan Kepala LKPP Nomor 2 5 Sangat Setuju


Tahun 2010 tentang Layanan pengadaan Secara
Elektronik. SPSE merupakan aplikasi e-procurement Responden dalam penelitian ini adalah penyedia jasa
yang dikembangkan oleh Direktorat e-procurement konstruksi pekerjaan pembangunan/peningkatan
LKPP untuk digunakan oleh LPSE di seluruh K/L/ jalan yang dilaksanakan pada tahun anggaran 2013
D/I. Aplikasi ini dikembangkan dengan semangat dan 2014 di kabupaten Pasaman Barat. Jawaban
efisiensi nasional sehingga tidak memerlukan responden diolah, direkap menggunakan Microsoft
biaya lisensi, baik lisensi SPSE itu sendiri maupun Exel. Untuk mendapatkan perangkingan masing-
perangkat lunak pendukungnya. masing faktor yang menjadi alasan calon penyedia
Pendaftaran jadi peserta lelang merupakan langkah jasa melakukan pendaftaran lelang dan tidak
awal dalam mengikuti lelang pada LPSE. Pertama melanjutkan memasukkan dokumen penawaran,
sekali harus mendaftar sebagai penyedia barang pemeringkatan dilakukan berdasarkan total skor
dan jasa, masukkan alamat email, download hasil perkalian jumlah jawaban pilihan responden
formulir Pendaftaran dan formulir keikutsertaan dengan bobot skala (1 S.d 5) sebagaimana pada
selanjutnya klik mendaftar. Setelah terdaftar tabel skala likert.
sebagai peserta lelang maka calon penyedia jasa
berhak memasukkan dokumen penawaran sesuai 4. ANALISA DAN PEMBAHASAN
dengan jadwal yang telah ditetapkan. Menurut
4.1. Paket pekerjaan pembangunan/
Patmadjaja (1999) penawaran adalah suatu usulan
peningkatan jalan pada tahun 2013
oleh satu pihak untuk mengerjakan sesuatu bagi
kepintingan pihak yang lain menurut persyaratan Berdasarkan data Paket pekerjaan pembangunan/
yang telah ditentukan dan disepakati bersama. peningkatan jalan pada tahun 2013 dapat dilihat
Penawaran menurut Nugraha, Natan, dan Sutjipto, persentase penyedia jasa yang mendaftar lelang
(1985) adalah suatu usulan oleh satu pihak untuk dan melanjutkan memasukkan dokumen penawaran
mengerjakan sesuatu bagi kepentingan pihak yang paling signifikan yaitu dari 57 penyedia jasa yang
lain menurut persyaratan yang telah ditentukan dan mendaftar hanya 6 yang memasukkan dokumen
disepakati bersama. penawaran sekitar 10,53% dan yang paling tinggi
penyedia jasa yang mendaftar 42 hanya 19 penyedia
3. METODE PENELITIAN
jasa yang memasukkan dokumen penawaran atau
Metode yang dilakukan pada penelitian ini dimulai sekitar 45,24%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
dari rumusan masalah, menentukan tujuan penelitian pada pada gambar 1 dan gambar 2.
dan kajian pustaka yang relevan. Pengumpulan Berdasarkan grafik diatas terlihat bahwa banyak
data sekunder paket pelelangan dari LPSE dari calon penyedia jasa yang tidak melanjutkan
Kabupaten Pasaman Barat pada paket pekerjaan memasukkan dokumen penawaran. Persentase
pembangunan/peningkatan jalan yang dilaksanakan penyedia jasa yang ikut mendaftar jadi peserta
pada tahun anggaran 2013 dan 2014 yang dapat tender dan melanjutkan pemasukan dokumen
diunduh dari website: lpse.pasamanbaratkab. penawaran dikelompokkan menjadi 3 bagian yaitu:
go.id. Pengumpulan data primer didahului dengan
penentuan variabel dan pembuatan kuisioner 1. Penyedia jasa melanjutkan memasukkan
yang mempengaruhi ketertarikan penyedia jasa penawaran lebih dari 30% dari yang mendaftar
untuk melakukan pendaftaran lelang tetapi tidak Hanya 7 paket (18,42%) dari total seluruh paket.
melanjutkan memasukkan dokumen penawaran
2. Penyedia jasa melanjutkan memasukkan
terhadap lelang pekerjaan konstruksi.
penawaran 20 s/d 30% dari yang mendaftar
Pernyataan di kelompokkan menjadi dua kriteria Hanya 17 paket (44,74%) dari total paket.
yaitu pertama alasan melakukan pendaftaran lelang
terdiri dari 20 pernyataan dan kedua alasan tidak 3. penyedia jasa melanjutkan memasukkan
melakukan pemasukkan dokumen penawaran penawaran 10 s/d 20% dari yang mendaftar
lelang terdiri dari 22 pernyataan. Pertanyaan yang Hanya 14 paket (36,84%) dari total paket.
diajukan menggunakan skala Likert. Sewaktu
menanggapi pertanyaan dalam skala Likert, 4.2. Paket pekerjaan pembangunan/
responden menentukan tingkat persetujuan mereka peningkatan jalan pada tahun 2014
terhadap suatu pernyataan dengan memilih salah
Pada tahun anggaran 2014 terdapat 42 paket
satu dari pilihan yang tersedia yaitu:
pekerjaan pembangunan/peningkatan jalan,
Tabel 1. Tabel Skala Tingkat Persetujuan mengalami peningkatan peresentase penyedia jasa
dalam memasukkan dokumen penawaran :
Skala Keterangan
1 Sangat tidak setuju 1. Penyedia jasa melanjutkan memasukkan
2 Tidak setuju penawaran lebih dari 30% dari yang mendaftar
3 Netral hanya 11 paket (26,19%) dari total seluruh paket
4 Setuju
2. Penyedia jasa melanjutkan memasukkan

1-8 Jurnal INFRASTRUKTUR


Vol.02 No.01 Agustus 2016

penawaran 20 s/d 30% dari yang mendaftar yang mempengaruhi penyedia jasa melakukan
hanya 13 paket (30,95%) dari total paket. pendaftaran di paket yang diumumkan melalui

Gambar 1: Penyedia jasa yang mendaftar dan memasukkan dokumen penawaran

3. Penyedia jasa melanjutkan memasukkan LPSE, bisa dilihat pada Gambar 5. Jika diurut dari
penawaran 10 s/d 20% dari yang mendaftar jumlah total nilai jawaban pada tabel didapat
hanya 18 paket (42,86%) dari total paket. perangkingan faktor utama yang memicu calon
Data selengkapnya dapat dilihat pada gambar 3 dan penyedia melakukan pendaftaran lelang, nilainya
gambar 4. hampir relatif sama secara keseluruhan yaitu :
Biaya pendaftaran tidak ada, aplikasi mengharuskan
4.3. Faktor Alasan Calon Penyedia Jasa mendaftar dulu baru bisa buka dokumen lelang, jenis
Melakukan Pendaftaran pekerjaannya sesuai dengan kualifikasi sub bidang
usaha perusahaan, nilai jaminan penawaran yang
Dari hasil pengolahan kuisioner diperoleh faktor disyaratkan pada dokumen lelang dapat dipenuhi.

Gambar 2: Persentase penyedia jasa yang mendaftar dan memasukkan dokumen penawaran

Jurnal INFRASTRUKTUR 1-9


Vol.02 No.01 Agustus 2016

Gambar 3: persentase penyedia jasa yang mendaftar dan memasukkan dokumen penawaran

Jika dikelompokkan berdasarkan pengalaman nilai 4.3.1. Nilai paket tertinggi yang pernah
paket tertinggi yang pernah ditangani, bisa dilihat ditangani 2,5 Milyar
faktor utama yang mempengaruhi calon penyedia
melakukan pendaftaran lelang masing -masing. Dari total 45 responden terdapat 5 responden yang
mempunyai pengalaman nilai paket tertinggi yang

Gambar 4: persentase penyedia jasa yang mendaftar dan memasukkan dokumen penawaran
Pada tahun 2014 terdapat peningkatan sebesar 7,67% penyedia jasa yang memasukkan penawaran
dibandingkan dengan tahun 2013. Jumlah penyedia yang mendaftar juga tidak sebanyak pada tahun
sebelumnya, ini menunjukkan bahwa penyedia jasa sudah lebih selektif dalam memilih paket mana
yang mau didaftar.

1 - 10 Jurnal INFRASTRUKTUR
Vol.02 No.01 Agustus 2016

Gambar 5: Nilai Batas Setuju dan Tidak setuju Faktor Alasan Mendaftar
pernah ditangani lebih dari 2,5 M, nilai faktor utama melakukan pendaftaran lelang nilainya relatif sama
yang memicu calon penyedia melakukan pendaftaran yaitu:
lelang relatif hampir sama dan tidak terdapat selisih
1. Biaya pendaftaran tidak ada.
yang signifikan. Berikut urutan (satu sampai tiga)
faktor alasan mendaftar lelang yaitu : 2. Nilai jaminan penawaran yang disyaratkan pada
1. Paket pakerjaan strategis (dari segi lokasi, dokumen penawaran dapat dipenuhi dan Jenis
bahan, tenaga). pekerjaannya sesuai dengan kualifikasi sub
bidang usaha perusahaan.
2. Nilai pagu anggarannya menarik, Aplikasi
pendaftaran di LPSE sudah memadai dan mudah 3. Aplikasi mengharuskan mendaftar dulu baru bisa
digunakan, Sitem LPSE dapat digunakan tanpa buka dokumen lelang
penggunaan software atau hardware khusus,
dan Penyedia percaya dengan integritas PPK, 4.3.4. Nilai paket tertinggi yang pernah
Pokja dan ULP. ditangani 200 juta s/d 600 Milyar

3. Aplikasi mengharuskan mendaftar dulu baru Terdapat 18 responden yang mempunyai pengalaman
bisa buka dokumen lelang dan Nilai jaminan nilai paket tertinggi yang pernah ditangani 200
penawaran yang disyaratkan pada dokumen juta s/d 600 juta, nilai faktor utama yang memicu
penawaran dapat dipenuhi. calon penyedia melakukan pendaftaran lelang relatif
sama. Berikut urutan (satu sampai tiga) faktor
alasan mendaftar lelang yaitu :
4.3.2. Nilai paket tertinggi yang pernah 1. Biaya pendaftaran tidak ada.
ditangani 1 M s/d 2,5 Milyar

Dari total 45 responden terdapat 7 responden yang 2. Belum tercapainya jumlah paket pekerjaan yang
mempunyai pengalaman nilai paket 1 M s/d 2,5 M, didapat dalam jangka waktu tertentu.
Dari perangkingan diperoleh nilai faktor utama yang
3. Aplikasi mengharuskan mendaftar dulu baru bisa
memicu calon penyedia melakukan pendaftaran
buka dokumen lelang dan Jenis pekerjaannya
lelang, relatif hampir sama yaitu:
sesuai dengan kualifikasi sub bidang usaha
1. Biaya pendaftaran tidak ada dan Aplikasi perusahaan.
pendaftaran di LPSE sudah memadai dan mudah
4.4. Faktor Alasan Calon Penyedia Jasa
digunakan.
Tidak Melanjutkan Memasukkan Dokumen
2. Jenis pekerjaannya sesuai dengan kualifikasi sub Penawaran
bidang usaha perusahaan dan Penyedia percaya
Secara keseluruhan dari 45 responden alasan tidak
dengan integritas PPK, Pokja dan ULP.
memasukkan dokumen penawaran dapat dilihat
3. Aplikasi mengharuskan mendaftar dulu baru bisa pada Gambar 6, urutan faktor alasan calon penyedia
buka dokumen lelang. jasa tidak melanjutkan memasukkan dokumen
penawaran lelang berdasarkan dari total nilai yang
4.3.3. Nilai paket tertinggi yang pernah menjawab adalah:
ditangani 600 juta s/d 1 Milyar 1. Penyedia jasa tidak memiliki tenaga ahli yang
cukup.
Terdapat 15 responden yang mempunyai pengalaman
nilai paket 600 juta s/d 1 M, dari perangkingan Faktor ini menjadi rangking pertama alasan calon
dapat dilihat faktor utama yang memicu penyedia

Jurnal INFRASTRUKTUR 1 - 11
Vol.02 No.01 Agustus 2016

Gambar 6: Nilai Batas Setuju dan Tidak setuju Faktor Tidak Memasukkan Penawaran

penyedia jasa tidak melanjutkan memasukkan mencukupi.


dokumen penawaran, ini terjadi pada calon
penyedia jasa yang mempunyai nilai pengalaman Ini pada umumnya terjadi pada perusahaan yang
yang rendah. Tetapi pada calon penyedia yang mempunyai nilai pengalaman yang kecil yang
mempunyai nilai pengalaman yang tinggi faktor mana tidak mempunyai tenaga/ sumber daya
ini tidak merupakan rangking pertama karena manusia yang tetap dalam membuat dokumen
pada umumnya jika sudah mendaftar akan penawaran. Usulan solusi, setiap perusahaan
melanjutkan memasukkan dokumen penawaran. harus memiliki tenaga (SDM) sesuai dengan
Seharusnya ini tidak boleh terjadi, setiap syarat mendirikan perusahaan.
perusahaan harus memiliki tenaga ahli yang
tetap. Usulan solusi kedepannya diharapkan 5. Ada informasi bahwa lahan belum bebas
Pemerintah yang berwenang lebih selektif dalam
Adanya informasi bahwa lahan belum bebas
pemberian izin pendirian badan usaha jasa
akan menyebabkan calon penyedia jasa berpikir
konstruksi.
ulang untuk melanjutkan memasukkan dokumen
2. Singkatnya waktu pengurusan syarat-syarat penawaran. Usulan solusi, diharapkan sebelum
yang diminta dalam dokumen lelang (Dukungan paket pekerjaan di umumkan di LPSE diharapkan
pabrik, Dukungan Alat, Dukungan Bank). lahan sudah bebas.

Ini akan menjadi kendala ketika surat dukungan 6. Gangguan jaringan internet (Server di LPSE
tersebut tidak ada disekitar lokasi domisili didaerah yang dituju)
calon penyedia jasa dan harus diperoleh dari
Ini biasanya terjadi pada batas-batas akhir
luar misalnya dari Ibu Kota Propinsi. Usulan
pemasukkan dokumen penawaran. Usulan solusi,
solusi, jadwal lelang yang dibuat pokja ULP
agar calon penyedia jasa jangan memasukkan
harus memberikan waktu yang cukup untuk
dokumen penawaran dibatas akhir pemasukkan
pengurusan surat-surat dukungan.
dokumen penawaran.
3. Perpanjangan Surat-surat adminstrasi
Untuk alasan tidak memasukkan dokumen
perusahaan belum selesai (Registrasi tahunan
penawaran secara lengkap dapat dilihat pada
SBU, IUJK, SKA/SKT, SPT).
Lampiran 2.
Faktor ini akan menjadi halangan jika pada
Gambar 6: Nilai Batas Setuju dan Tidak setuju
saat melakukan pendaftaran lelang SBU,
Faktor Tidak Memasukkan Penawaran
IUJK, SKT/SKA masih berlaku namun ketika
Faktor urutan pertama sampai ketiga merupakan
waktu pemasukan dokumen penawaran masa
alasan dominan yang mempengaruhi calon penyedia
berlakunya sudah habis dan harus diregistrasi
jasa untuk tidak melanjutkan memasukkan dokumen
ulang. Setiap tahunnya SBU, IUJK perusahaan
penawaran terlihat dari nilai jumlah nilai jawaban
harus diregistrasi oleh Instansi yang berwenang.
responden. Faktor urutan empat dan selanjutnya
Usulan solusi, perusahaan mengantisipasi
berpengaruh tapi tidak terlalu dominan.
sebelumnya perpanjangan surat-surat
administrasi perusahaan. Jika dikelompokkan berdasarkan pengalaman
nilai paket tertinggi yang pernah ditangani, bisa
4. Tenaga (SDM) dalam membuat penawaran tidak dilihat faktor utama yang menyebabkan calon

1 - 12 Jurnal INFRASTRUKTUR
Vol.02 No.01 Agustus 2016

penyedia tidak melanjutkan memasukkan dokumen 3. Perpanjangan Surat-surat adminstrasi


penawaran lelang. perusahaan belum selesai (Registrasi tahunan
SBU, IUJK, SKA/SKT, SPT).
4.4.1. Nilai paket tertinggi yang pernah
ditangani 2,5 Milyar 4.4.4. Nilai paket tertinggi yang pernah
ditangani 200 juta s/d 600 juta
Faktor alasan utama (satu sampai tiga) calon
penyedia jasa dengan pengalaman nilai paket Faktor alasan utama (satu sampai tiga) calon
tertinggi yang pernah ditangani lebih besar dari 2,5 penyedia jasa dengan pengalaman nilai paket
M, tidak memasukkan dokumen penawaran lelang tertinggi yang pernah ditangani 200 juta s/d 600
nilainya hampir sama yaitu : juta
tidak memasukkan dokumen penawaran lelang
1. Gambar teknis tidak lengkap dan kurang adalah:
memberikan informasi tentang pekerjaan. 1. Penyedia jasa tidak memiliki tenaga ahli yang
cukup
2. Ada informasi bahwa lahan belum bebas dan
Singkatnya waktu pengurusan syarat-syarat 2. Singkatnya waktu pengurusan syarat-syarat
yang diminta dalam dokumen lelang (Dukungan yang diminta dalam dokumen lelang (Dukungan
pabrik, Dukungan Alat, Dukungan Bank) pabrik, Dukungan Alat, Dukungan Bank)
dan Perpanjangan Surat-surat adminstrasi dan Perpanjangan Surat-surat adminstrasi
perusahaan belum selesai (Registrasi tahunan perusahaan belum selesai (Registrasi tahunan
SBU, IUJK, SKA/SKT, SPT). SBU, IUJK, SKA/SKT, SPT).

3. Informasi tersedia tidak cukup membantu 3. Tenaga (SDM) dalam membuat penawaran tidak
penyedia dalam menyiapkan dokumen penawaran mencukupi.
yang responsif dan Gangguan jaringan internet
(Server di LPSE didaerah yang dituju). 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
4.4.2. Nilai paket tertinggi yang pernah
ditangani 1 M s/d 2,5 Milyar Pada tahun 2014 terdapat peningkatan sebesar
7,67% penyedia jasa yang memasukkan penawaran
Faktor alasan utama (satu sampai tiga) calon dibandingkan dengan tahun 2013 Jumlah penyedia
penyedia jasa dengan pengalaman nilai paket yang mendaftar tidak sebanyak pada tahun
tertinggi yang pernah ditangani 1 M s/d 2,5 M tidak sebelumnya, ini menunjukkan bahwa penyedia jasa
memasukkan dokumen penawaran lelang nilainya sudah lebih selektif dalam memilih paket mana
hampir sama yaitu: yang mau didaftar. Faktor paket pakerjaan strategis
1. Singkatnya waktu pengurusan syarat-syarat (dari segi lokasi, bahan, tenaga) yang menjadi
yang diminta dalam dokumen lelang (Dukungan alasan utama untuk mendaftar bagi penyedia jsa
pabrik, Dukungan Alat, Dukungan Bank). yang pernah menangani paket di atas 2,5 M.

2. Perpanjangan Surat-surat adminstrasi 1. Faktor tidak adanya biaya pendaftaran dan nilai
perusahaan belum selesai (Registrasi tahunan jaminan penawaran merupakan faktor yang
SBU, IUJK, SKA/SKT, SPT). dominan dan alasan dalam melakukan pendaftaran
lelang, serta belum tercapainya jumlah paket
3. Penyedia jasa tidak memiliki tenaga ahli yang pekerjaan yang didapat dalam jangka waktu
cukup dan Gangguan jaringan internet (Server di tertentu merupakan alasan dominan dalam
LPSE didaerah yang dituju). melakukan pendaftaran lelang. Semakin banyak
yang mendaftar lelang maka calon penyedia jasa
4.4.3. Nilai paket tertinggi yang pernah yang akan memasukkan penawaran cenderung
ditangani 600 juta s/d 1 Milyar membuat harga penawaran serendah mungkin
agar bisa menjadi pemenang lelang.
Faktor alasan utama (satu sampai tiga) calon
penyedia jasa dengan pengalaman nilai paket 2. Alasan calon penyedia jasa tidak melanjutkan
tertinggi yang pernah ditangani 600 juta s/d 1 M memasukkan dokumen penawaran lelang
tidak memasukkan dokumen penawaran adalah: berbeda-beda berdasarkan nilai pengalaman
tertinggi yang pernah ditangani. Gambar teknis
1. Penyedia jasa tidak memiliki tenaga ahli yang
tidak lengkap dan kurang memberikan informasi
cukup.
tentang pekerjaan merupakan faktor utama yang
2. Singkatnya waktu pengurusan syarat-syarat menyebabkan tidak melanjutkan memasukkan
yang diminta dalam dokumen lelang (Dukungan dokumen penawaran pada calon penyedia jasa
pabrik, Dukungan Alat, Dukungan Bank). yang mempunyai nilai pengalaman lebih dari 2,5
M.

Jurnal INFRASTRUKTUR 1 - 13
Vol.02 No.01 Agustus 2016

3. Selain hal tersebut, faktor kekurangan tenaga


ahli perusahaan kecil cenderung tidak memiliki
tenaga ahli yang cukup dan tetap, biasanya calon
penyedia hanya meminjam sertifikat tenaga ahli.
Seharusnya kasus ini tidak boleh terjadi karena
syarat mendirikan suatu perusahaan penyedia
jasa konstruksi harus mempunyai tenaga ahli
yang cukup dan tetap.

5.2. Saran

Pemerintah yang berwenang harus lebih selektif


dalam pemberian izin pendirian badan usaha jasa
konstruksi. Perlu adanya aturan tentang pendaftaran
lelang dan melanjutkan memasukkan dokumen
penawaran lelang, serta butuhan kajian lebih
lanjut mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
calon penyedia melakukan pendaftaran lelang dan
alasan tidak melanjutkan memasukkan dokumen
penawaran lelang.

DAFTAR PUSTAKA

Ervianto, Wulfram I. (2005). Manajemen Proyek


Konstruksi, Andi, Yogyakarta.

Patmadjaja Harry Model Strategi Penawaran Untuk


Proyek Konstruksi di Indonesia.

Nugraha P, Natan L, Sutjipto R. (1985). Manajemen


Proyek Konstruksi Jilid I, surabaya.

Soeharto, Iman (2001). Manajemen Proyek Dari


Konseptual Sampai Operasional. Jakarta:
Erlangga.

Sutedi, Adrian (2012), aspek Hukum Pengadaan


Barang & asa dan Berbagai Permasalahannya.
Ed.2 Jakarta, Sinar Grafika

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa


Konstruksi.

Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 tentang


pengadaan barang/jasa pemerintah.

Peraturan Presiden No. 4 tahun 2015 tentang


Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah.

Keputusan Presiden No. 80 Tahun 2003.

Peraturan kepala LKPP No. 2 Tahun 2010 tentang


layanan pengadaan secara elektronik.

1 - 14 Jurnal INFRASTRUKTUR
Vol.02 No.01 Agustus 2016

FUNGSI TANGGUL SUNGAI WAY KUPUTUNDAN TERHADAP


KESEJAHTERAKAN MASYARAKAT
Anggie Yulianty, S.H.

Sekretariat Jenderal
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Email : anggieyulianty@gmail.com

Abstrak

Sungai Way Kuputundan terletak di desa Sukorejo Kecamatan Pardasuka Kabupaten Pringsewu Provinsi
Lampung. Daerah Sekitar Sungai Way Kuputundan merupakan areal persawahan yang produktif, namun
beberapa bantaran sungai Way Kuputundan merupakan daerah rendah yang pada saat musim hujan
dibeberapa lokasi terendam luapan sungai sehingga mengakibatkan gagal panen serta mengancam
keselamatan penduduk di sekitar lokasi. Tujuan dari studi ini adalah untuk mengetahui fungsi dari pembuatan
tanggul sungai Way Kuputundan terhadap kesejahteraan masyarakat. Pada studi ini dilakukan dengan
metode deskriptif kualitatif yaitu mengumpulkan informasi dengan cara mewawancarai pengawas proyek
tanggul Way Kuputumdan dan masyarakat setempat,.Hasil yang didapatkan bahwa fungsi pembuatan tanggul
sungai Way Kuputundan ini adalah untuk mengurangi arus air yang berasal dari sungai Way Kuputundan,
sehingga dengan berkurangnya arus tersebut banyak terjadi dampak positip untuk kesejahteraan warga

Kata kunci : way kuputundan, fungsi tanggul, sungai

Abstract

Way Kuputundan river located in the village of the District Sukorejo Pardasuka Pringsewu, Lampung. The
area Way Kuputundan river is a productive paddy fields, but some riverbanks Way Kuputundan a low area
during the rainy season in some locations overflowing rivers inundated, resulting in crop failure and threaten
the safety of nearby residents. The aim of this study is to determine the function of the manufacturing
Way Kuputundan river embankment towards the welfare of society. In this study conducted by qualitative
descriptive method which gathers information by interviewing Way Kuputundan embankment project
supervisor and the local community, The results obtained that the function of making Way Kuputundan
river embankment is to reduce the flow of water from the Way Kuputundan river, so that with the reduced
flow of the lot occurred positive impact to the welfare of citizens

Keywords : way kuputundan, the function of embankment, river

Jurnal INFRASTRUKTUR 1 - 15
Vol.02 No.01 Agustus 2016

1. PENDAHULUAN tertentu. Fungsi utama tanggul, seperti diamanatkan


Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38
1.1. Latar Belakang Tahun 2011, tentang Sungai, dalam Pasal 22, ayat
2; Di sekitar sempadan sungai terdapat tanggul
Tanggul semacam tembok miring baik buatan untuk kepentingan pengendali banjir, perlindungan
maupun alami yang dipergunakan untuk mengatur badan tanggul dilakukan dengan larangan; a.
muka air. Biasanya terbuat dari tanah dan seringkali Menanam tanaman selain rumput, b. Mendirikan
dibangun sejajar badan sungai atau pantai. bangunan; dan c. Mengurangi dimensi tanggul.
Tanggul adalah suatu konstruksi yang dibuat Sedangkan ayat 3, pemanfaatan sempadan sungai
untuk mencegah banjir di dataran yang dilindungi, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat
tanggul juga mengungkung aliran air sungai, dilakukan untuk keperluan tertentu.
menghasilkan aliran yang lebih dan muka air lebih
tinggi. Tanggul di sepanjang sungai berfungsi 3. METODE PENELITIAN
juga untuk melindungi banjir. Fungsi tanggul
sebagian besar digunakan untuk memberikan Pengumpulan data dilakukan mulai dari bulan
kesejahteraan masyarakat, baik ekonomi, sosial, agustus 2015. Penyusunan dilakukan di areal
maupun lingkungan. Adapun pembuatan tanggul sungai Way Kuputundan tepatnya di desa Sukerejo
dikarenakan peristiwa meluapnya air sungai karena Kecamatan Pardasuka Kabupaten Pringsewu Provinsi
ketidakmampuan sungai untuk menampung debit Lampung. Pengumpulan data dilakukan dengan
air yang lewat sehingga dapat menanggulangi banjir survey lapangan dan wawancara langsung dengan
yang diakibatkan ketidaksesuaian penggunaan direktur proyek pembuatan tanggul sungai Way
lahan pada Daerah Aliran Sungai (DAS). Sungai Kuputundan, pengawas proyek pembuatan tanggul
Way Kuputundan merupakan sungai dengan debit sungai Way Kuputundan, wawancara direktur PT.
air yang besar dan areal sungai juga dikelilingi Anugrah Pertiwi Kontrindo selaku sebagai kontraktor
sawah yang produktif, namun beberapa bantaran dan masyarakat setempat. Data dianalisa dengan
sungai Way Kuputundan merupakan daerah rendah menggunakan analisa deskriptif kualitatif yaitu
sehingga mengakibatkan banjir di lokasi sekitar, memberikan gambaran atau menceritakan fungsi
banyak sekali kerugian warga setempat atas tanggul sungai way kuputundan dengan cara
peristiwa banjir tersebut diantaranya adalah gagal mewawancarai warga desa Sukorejo
panen sawah warga yang sangat merugikan warga
sehingga banyak warga yang kehilangan mata 4. HASIL OBSERVASI DAN PEMBAHASAN
pencaharian yang diakibatkan tidak mendapatkan
hasil panen. Berdasarkan hal tersebut perlu adanya Data Pekerjaan Tanggul berdasarkan MC.0, Panjang
pembuatan tanggul di sungai way kuputundan Tanggul Kiri = 2.175 m, Panjang Tanggul Kanan =
sebagaimana fungsinya. 2.970 m, Bangunan Pintu Klep = 4 Bangunan , Pintu
Klep = 6 Unit, Parapet Beton Bertulang K.175 = 70
1.2. Permasalahan m, Pas. Bronjong PabrikanTebing Sungai = 140 m3.

Banyak faktor dalam studi ini yang bisa dibahas 4.1. Peta Lokasi Pembuatan Tanggul Way
lebih terperinci lagi namun kita harus membahas Kuputundan
satu tujuan, maka dibuat batasan masalah
agar permasalahan yang dibahas tidak meluas, Lokasi : Sungai Way Kuputundan terletak di
permasalahan yang akan dikaji dalam studi ini desa Sukerejo Kecamatan Pardasuka Kabupaten
adalah apakah tanggul sungai way kaputundan Pringsewu Provinsi Lampung.
telah berfungsi dengan baik sebagaimana yang
dibutuhkan oleh masyarakat sekitar.

1.3 Tujuan dan Manfaat

Tujuan yang hendak dicapai pada studi ini adalah


tercapainya fungsi tanggul sungai Way Kuputundan
untuk kesejahteraan masyarakat khususnya warga
desa Sukerejo. Manfaat yang diharapkan dalam studi
ini adalah hasil studi ini diharapkan dapat diketahui
manfaat tanggul sungai Way Kuputundan bagi
masyarakat khususnya masyarakat desa sukorejo.

2. TINJAUAN PUSTAKA

Tanggul menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia


adalah tambak (pematang besar) di tepi sungai
dan sebagainya untuk menahan air yang terbentuk Gambar 1. Peta Lokasi Pembuatan Tanggul Way
akibat banjir yang mengendapkan lumpur di daerah Kuputundan

1 - 16 Jurnal INFRASTRUKTUR
Vol.02 No.01 Agustus 2016

Gambar 2. Layout Lokasi Pembuatan Tanggul Way Kuputundan

Tanggul disepanjang sungai adalah salah satu I HK.02.07/03.05A/SNVT.PJSAMS/SP.I/V/2015


bangunan yang paling utama dan paling penting Tanggal 26 Mei 2015 dengan nilai kontrak sebesar
dalam usaha melindungi kehidupan dan harta benda Rp. 4.363.568.000,00, (Empat milyar tiga ratus
masyarakat terhadap genangan-genangan yang enam puluh tiga juta lima ratus enam puluh delapan
disebabkan oleh banjir dan badai. Tanggul sungai ribu rupiah). Proyek ini di kerjakan oleh Penyedia
Way Kuputundan dikerjakan mulai pada bulan April jasa PT Anugrah Pertiwi Kontrindo, Jalan Rawa
2015. Waktu pelaksanaan 240 (Dua Ratus Empat Bendung No. 1344, Palembang. dengan ruang
Puluh) Hari Kalender, Nomor Kontrak pekerjaan lingkup pekerjaan adalah pembuatan tanggul
adalah HK.02.07/03.05/SNVT.PJSAMS/SP.I/IV/2015 tanah, pembuatan bangunan pintu air, pemasangan

Gambar 3. Areal Persawahan bantaran sungai Way Kuputundan

Tanggal Kontrak 14 April 2015, Nilai Kontrak sebesar bronjong, dan pekerjaan pelengkap lainnya.
Rp, 3,978,700,000 (Tiga milyar sembilan ratus tujuh
puluh delapan tujuh ratus ribu), dalam pengerjaan Pembuatan tanggul ini dikarenakan banyaknya
terdapat beberapa perubahan, perubahan keluhan warga karena luapan sungai Way
dituangkan dalam amandemen. Amandemen Kuputundan yang cukup deras sehingga banyak

Jurnal INFRASTRUKTUR 1 - 17
Vol.02 No.01 Agustus 2016

merugikan warga khususnya warga desa Sukorejo. yang merupakan pokok mata pencaharian tidak
Daerah sekitar sungai Way Kuputundan merupakan mengalami banjir bahkan dapat menghasilkan
areal persawahan namun beberapa bantaran sungai panen lebih banyak dibandingkan sebelumnya.
Way Kuputundan merupakan daerah rendah dan
pada saat musim hujan beberapa lokasi terendam Berikut gambar tanggul sungai Way Kuputundan
sehingga mengakibatkan kerugian diantara lain yang pengerjaan masih berkisar 90%
gagalnya panen sampai mengancam keselamatan
penduduk di sekitar lokasi.

Areal tersebut sebelum dibuatnya tanggul selalu


terjadi banjir terus-menerus, banjir tersebut
mengakibatkan tidak hanya kerugian fisik melainkan
kerugian ekonomi, lingkungan, dan sosial, Banyaknya
dampak negative yang dibawa oleh banjir tentu
tidak dibiarkan begitu saja baik oleh pemerintah
maupun oleh masyarakat sendiri. Berbagai tindakan
pengendalian yang dapat dilakukan oleh kedua
belah pihak untuk menanggulangi banjir antaranya
pengaturan debit banjir. Pengaturan debit banjir
dilakukan melalui kegiatan pembangunan dan Gambar 4. Tanggul Sungai Way Kuputundan
pengaturan salah satunya adalah pembangunan
tanggul. Salah satu cara penanggulangan
banjir adalah dengan membangun infrastruktur
yaitu tanggul. Tanggul dapat digunakan untuk
menahan aliran air. Sehingga warga desa Sukorejo
membutuhkan untuk pembangunan tanggul.

Fungsi Tanggul menurut Peraturan Pemerintah


Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2011, tentang
Sungai, dalam Pasal 22, ayat 2; Di sekitar sempadan
sungai terdapat tanggul untuk kepentingan
pengendali banjir. Tanggul berfungsi dapat
mengungkung aliran sehingga mencegah banjir di
dataran yang di lindungi. Dataran yang dilindungi di Gambar 5. Akses jalan
desa Sukorejo berupa persawahan dengan luas
600 ha.

Fungsi utama pembuatan tanggul di Sungai Way


Kuputundan adalah untuk dapat mengendalikan
banjir atas luapan sungai Way Kuputundan dan
mengungkung aliran. Setelah pembuatan tanggul
fungsi tanggul tidak hanya sebagai mengurangi
dampak banjir disekitar bantaran sungai Way
Kuputundan tetapi juga ada fungsi-fungsi positip
yang dirasakan oleh warga desa Sukorejo.

Berdasarkan wawancara dengan warga desa


Sukorejo bahwa ada beberapa fungsi tanggul yang Gambar 6. Pekerja mengerjakan pembuatan
dirasakan warga desa Sukorejo, antara lain : tanggul

1. Dapat sebagai akses jalan pengangkut hasil


Berdasarkan fungsi tanggul jenis tanggul dapat
panen warga desa Sukorejo.
dibedakan yaitu tanggul primer dan tanggul
2. Meningkatkan perekonomian warga desa
sekunder, menurut pengawas pekerjaan pembuatan
Sukorejo dengan menghasilkan hasil panen dua
tanggul sungai Way Kuputundan menyatakan bahwa
kali lipat dari hasil semula.
tanggul primer adalah tanggul yang dibangun
3. Meningkatkan harga jual tanah disekitar tanggul.
sepanjang kanan-kiri sungai guna mengakis debit
4. Menjadi Objek Wisata
banjir rencana sedangkan tanggul sekunder yaitu
Warga desa Sukorejo menyatakan bahwa dengan bangunan tanggul yang dibangun di atas bantaran
adanya tanggul tersebut kehidupan mereka menjadi sungai atau yang dibangun dibelakang tanggul
lebih sejahtera, infrastruktur seperti jalan pun primer yang berfungsi sebagai pengamanan atau
mempermudah warga dalam beraktifitas, satu pertahanan kedua apabila tanggul primer jebol
lagi yang warga rasakan adalah areal persawahan atau rusak, tergantung terhadap daerah yang harus

1 - 18 Jurnal INFRASTRUKTUR
Vol.02 No.01 Agustus 2016

dilindungi. https://id.wikipedia.org/wiki/Tanggul

5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Fungsi utama tanggul di Sungai Way Kuputundan


adalah untuk dapat mengendalikan banjir atas
luapan sungai Way Kuputundan dan mengungkung
aliran. Fungsi yang dirasakan warga desa Sukorejo
selain fungsi utama tadi adalah dapat sebagai akses
jalan pengangkut hasil panen warga desa Sukorejo,
meningkatkan perekonomian warga desa Sukorejo
dengan menghasilkan hasil panen dua kali lipat
dari hasil semula, meningkatkan harga jual tanah
disekitar tanggul.

Dalam keadaan normal keberadaan tanggul memang


belum dirasakan oleh warga, tetapi pada saat hujan
keberadaan tanggul sangat besar manfaat yang
dirasakan warga, sehingga warga desa Sukorejo
berharap dengan adanya pembangunan tanggul
dapat mencegah dan mengendalikan banjir dan akan
timbulnya dampak-dampak positip yang dirasakan
oleh warga desa Sukorejo untuk kesejahteraan
warga desa Sukorejo.

5.2. Saran

Selain beberapa kesimpulan diatas, beberapa saran


yang dapat dikemukakan antara lain :

1. Dalam mendukung upaya pengendalian banjir,


kiranya perlu disertai upaya perlindungan dan
penataan kawasan sungai. Mengingat terjadinya
pertambahan populasi penduduk yang tinggi
di kawasan pinggiran sungai, maka diperlukan
juga ketegasan dari aparat pemerintah dan
masyarakat dalam menata pemukiman penduduk
terutama bagi pemukiman yang berada di daerah
sepanjang sempadan sungai, sehingga tidak
terjadi penyempitan badan sungai.

2. Perlunya kerjasama antara masyarakat


dan pemerintah setempat dalam menjaga,
memelihara, dan tidak merusak tanggul sungai
Way Kuputundan serta tidak menyalahi fungsi
tanggul semestinya supaya tanggul dapat
bertahan lama dan dapat dimanfaatkan.

Daftar Pustaka

SNVT PJSA Mesuji Sekampung. 2015 . Surat


Perjanjian Pekerjaan Tanggul Sungai Way
Kuputundan. Bandar Lampung: BBWS Mesuji
Sekampung

Yulianty, Anggie. 2015. Laporan OJT Tahap 2.


Jakarta: Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat

www.kamusbesar.com

http://kbbi.web.id/tanggul

Jurnal INFRASTRUKTUR 1 - 19
Vol.02 No.01 Agustus 2016

NORMALISASI SUNGAI BATANG MASUMAI KABUPATEN MERANGIN


PROVINSI JAMBI

Aris Aminulwahyu, S.T.

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air


Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
E-mail: arisaminulwahyu@ymail.com

Abstrak
Sungai adalah aliran terbuka dengan ukuran geometrik yaitu penampang melintang, profil memanjang
dan kemiringan lembah yang berubah seiring waktu, tergantung pada debit, material dasar dan tebing,
serta jumlah dan jenis sedimen yang terangkut oleh air. Sungai Batang Masumai berfungsi sebagai alat
transportasi sungai, sanitasi, dan sumber air bersih. Aktifitas tersebut dapat menimbulkan permasalahan
pada aliran Sungai Batang Masumai diantaranya pendangkalan karena pengaruh angkutan sedimen yang
juga dapat terjadi karena aliran air hujan. Pendangkalan pada Sungai Batang Masumai mempengaruhi
kapasitas tampungan maksmimal. Pada musim hujan berpotensi banjir karena naiknya muka air dan
pada musim kemarau mempengaruhi kapasitas cadangan air yang dapat tertampung. Normalisasi sungai
merupakan langkah yang dapat mengembalikan kondisi Sungai Batang Masumai. Ruas Sungai Batang
Masumai sepanjang 4048 meter akan dinormalisasi selama 210 hari dengan volume galian rencana sebesar
66.061 m3, dapat disimpulkan bahwa panjang sungai yang harus digali adalah 19,28 m/hari, dengan
volume galian harian sebesar 314,58 m3 untuk dapat mencapai rencana target sesuai jadwal.

Kata Kunci : sungai, sedimentasi, banjir, normalisasi sungai

Abstract
The river is an open channel with geometric size that is cross-sectional, longitudinal profile and the slope of
the valley has changed over time, depend on discharge, base material and cliffs, as well as the number and
type of sediment transported by water. Batang Masumai River serves as a river transportation, sanitation,
and clean water sources. These activities may cause problems in the flow of the Batang Masumai River,
including silting due to sediment transport which can also occur due to the flow of rainfall. Silting in Batang
Masumai River affect the maximum river capacity. In the rainy season potentially flood due to rising water
levels and during dry season affect water supply capacity that can be accommodated. River Normalization
is a step that can restore the Batang Masumai River condition. Batang Masumai segments along 4048
meters will normalized for 210 days with 66.061 m3excavation plan, it can be concluded that the length of
the river that must be excavated is 19.28 meter each day with 314,58 m3daily excavation to achieve the
target plan on schedule.

Keywords : river, sedimentation, flood, river normalization

1 - 20 Jurnal INFRASTRUKTUR
Vol.02 No.01 Agustus 2016

1. PENDAHULUAN dimana diperlukan solusi dan penanganan yang


tepat untuk memperbaiki wilayah sungai tersebut.
1.1 Latar Belakang
1.4 Manfaat Penelitian
Sungai merupakan saluran terbuka yang terbentuk
secara alamiah diatas permukaan bumi. Setiap Manfaat dari penulisan jurnal ini adalah sebagai
sungai memiliki karakteristik dan bentuk yang pedoman untuk pekerjaan normalisasi sungai lain
berbeda antara satu dengan yang lainnya, hal yang akan datang atau sedang berjalan, dimana
ini disebabkan oleh banyak faktor diantaranya terdapat contoh kegiatan normalisasi sungai
topografi, iklim, maupun segala gejala alam dalam dan permasalahan beserta solusinya. Selain itu
proses pembentukkannya. Sungai yang menjadi diharapkan agar permasalahan yang dapat muncul
salah satu sumber air, tidak hanya menampung sebelum atau selama pekerjaan berlangsung dapat
air tetapi juga mengalirkannya dari bagian hulu ke diantisipasi terlebih dahulu.
bagian hilir.
2. TINJAUAN PUSTAKA
Sungai Masumai adalah sebuah sungai yang
terletak di Provinsi Jambi, tepatnya di kabupaten 2.1. Dasar Teori
Merangin. Sungai Masumai merupakan sungai yang
sudah menjadi jantung bagi masyarakat kabupaten Aliran air dalam suatu saluran dapat berupa aliran
Merangin. Penduduk setempat menggantungkan saluran terbuka (open cahnnel flow) maupun aliran
hidup dengan sungai ini. Mulai dari aktifitas sanitasi, pipa (pipe flow). penyelesaian masalah aliran
kebersihan sampai konsumsi air dilakukan di sungai pada saluran terbuka jauh lebih sulit dibandingkan
ini. Seiring berjalannya waktu kondisi Sungai dengan saluran pipa. Kondisi aliran pada saluran
Masumai mengalami pendangkalan dikarenakan terbuka yang rumit berdasarkan kenyataan bahwa
sedimentasi dan mengakibatkan Sungai Masumai kedudukan permukaan bebas cenderung berubah
tidak dapat menampung volume air secara sesuai dengan waktu dan ruang, dan juga bahwa
maksimal. Hal ini dibuktikan dengan terjadinya kedalaman aliran, debit, kemiringan dasar saluran
banjir disetiap musim penghujan datang. Banjir ini dan permukaan bebas terkait satu sama lain.
selain menyebabkan terganggunya aktifitas sehari-
1.1.1. Sungai
hari penduduk desa Danau juga membahayakan
kesehatan dan keamanan penduduk desa tersebut. Suatu alur yang panjang diatas permukaan bumi
tempat mengalirnya air yang berasal dari hujan
1.2 Perumusan Masalah
disebut alur sungai. Perpaduan antara alur sungai
Permasalahan yang ada di Sungai Masumai antara dan aliran air didalamnya disebut sebagai sungai.
lain terjadinya sedimentasi yang cukup tinggi, Proses terbentuknya sungai itu sendiri berasal dari
sehingga mengakibatkan pendangkalan sungai, mata air yang berasal dari gunung/pegunungan
hal ini berpengaruh terhadap kapasitas tampungan yang mengalir di atas permukaan bumi. Dalam
maksimal Sungai Masumai, dikhawatirkan pada perjalanannya dari hulu menuju hilir, aliran sungai
musim hujan akan terjadi peningkatan muka air secara berangsur-angsur berpadu dengan banyak
yang berujung pada bencana banjir dikarenakan sungai lainnya. Perpaduan ini membuat tubuh sungai
kondisi sungai yang tidak mampu menampung menjadi semakin besar. (Sosrodarsono, 1984)
volume air yang melimpah dan pada musim
1.1.2. Proses Sedimentasi
kemarau akan terjadi penurunan muka air yang
tidak seperti biasanya karena pendangkalan Proses sedimentasi meliputi proses erosi, angkutan
dan perubahan luas penampang sungai yang (transportasi), pengendapan (deposition), dan
dipengaruhi oleh sedimentasi. Pendangkalan juga pemadatan (compaction) dari sedimen itu sendiri.
mempengaruhi aliran air dari hulu ke hilir , selama Dimana proses ini berjalan sangat kompleks,
musim hujan berpotensi banjir dan selama musim dimulai dari jatuhnya hujan yang menghasilkan
kemarau pendangkalan akan mempengaruhi volume energi kinetik yang merupakan permulaan dari
cadangan air yang dapat tertampung. Oleh sebab itu proses erosi. Begitu tanah mnjadi partikel halus lalu
diperlukan pengambilan tindakan untuk menangani menggelinding bersama aliran, sebagian tertinggal
permasalahan di Sungai Masumai yaitu perkerjaan di atas tanah sedangkan bagian lainnya masuk ke
normalisasi sungai. sungai terbawa aliran menjadi angkutan sedimen
(Soewarno, 1991, dalam Aisyah, 2012).
1.3 Tujuan Penelitian
1.1.3. Angkutan Sedimen (Sediment
Maksud dan tujuan dari penulisan jurnal ini antara
Transport)
lain untuk menampilkan permasalahan serta
memberi masukan terhadap masalah-masalah Angkutan Sedimen adalah proses pengendapan
yang dapat ditemui selama berada di lapangan. material yang terangkut oleh aliran dari bagian
Adapun permasalahan yang paling vital adalah hulu akibat dari erosi. Sungai-sungai membawa
pendangkalan yang terjadi di Sungai Masumai sedimen dalam setiap alirannya. Sedimen dapat

Jurnal INFRASTRUKTUR 1 - 21
Vol.02 No.01 Agustus 2016

berada di berbagai lokasi dalam aliran, tergantung 1.2. Studi Pustaka


pada keseimbangan antara kecepatan ke alas
pada partikel (gaya tarik dan gaya angkat) dan Studi pustaka dilakukan dengan mempelajari
kecepatan pengendapan partikel. Pengendapan literatur dan laporan hasil penelitian orang lain
ini mengakibatkan pendangkalan pada sungai dan berupa:
dapat menyebabkan banjir karena berkurangnya
volume air yang dapat ditampung pada suatu daerah 1. Buku-buku yang berhubungan dengan penelitian
aliran sungai. dan pedoman normalisasi sungai.

1.1.4. Banjir 2. Jurnal yang berhubungan dengan normalisasi


sungai dan permasalahannya.
Banjir merupakansuatu fenomena alam
yangterjadi disuatu tempat,baik yang disebabkan Tujuannya sebagai bahan acuan untuk mengetahui
oleh karena luapan air sungai atau sarana langkah-langkah yang harus dilakukan serta literatur
penampang kelebihan air lainnya.Pengaliran agar penulisan jurnal dapat berjalan dengan baik
air dari berbagai sumber kejadian yang terhambat dan sesuai tahapan.
dapat menimbulkan genangan pada tempat-
1.3. Pengumpulan Data dan Identifikasi Data
tempat yang dianggap memiliki potensi, misalnya
daerah pemukiman, areal pertanian atau prasarana Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi
perhubungan. Genanganyang cukup tinggi kelapangan serta diperoleh dari pihak-pihak yang
dan terjadi dalam waktu relatif lama akan berwenang dalam pekerjaannya. Setelah data
memberikan dampak merugikan bagi hampir terkumpul dilakukan identifikasi data apakah telah
semua bentuk kehidupan. Dampak banjir yang sesuai dengan data yang dibutuhkan atau tidak. Jika
merugikanbaru mulai dirasakan sebagai masalah telah sesuai maka dapat dilakukan tahap analisis
apabila kegiatan kehidupan manusia sehari-hari data.
mulai terganggu dan atau menimbulkan resiko
korban jiwa atau kerugian materil. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

1.1.5. Normalisasi Sungai 4.1. Hasil Observasi

Normalisasi sungai merupakan usaha untuk


memperbesar kapasitas dari pengaliran dari sungai
itu sendiri. Normalisasi sungai dimaksudkan agar
dimensi (ukuran saluran) pada sungai diformulasikan
sesuai dengan bentuk rancangan yang diperlukan
untuk tujuan tertentu. Jadi lebar dan kedalaman
saluran pada sungai diatur sedemikian rupa supaya
profil tertentu tersebut dapat dipertahankan
sepanjang tahun, lazim disebut normalisasi
sungai. Maksud dan tujuan normalisasi adalah
untuk keperluan navigasi, melindungi tebing sungai
karena erosi (kikisan), atau untuk memperluas
profil sungai guna menampung banjir banjir yang
terjadi. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan pada
cara penanganan ini adalah perencanaan alur yang Gambar 1. Kondisi Sungai Masumai
stabil terhadap proses erosi dan sedimentasi dasar
sungai maupun erosi tebing dan elevasi muka air Penelitian ini mengambil tempat di Sungai Masumai
banjir. Kabupaten Merangin Provinsi Jambi, berjarak kurang
lebih 250 km dari Kota Jambi, perjalanan memakan
1. METODOLOGI waktu 6 jam melalui jalur darat. Kunjungan ke
lokasi pekerjaan berlangsung selama beberapa
1.1. Pendahuluan hari dibulan September dan Oktober. Adapun
pekerjaan pada saat dilapangan antara lain sedang
Pendahuluan dilakukan dengan mengidentifikasi
berlangsung kegiatan pengerukan dibeberapa ruas
masalah yang ada di Sungai Masumai kemudian dapat
Sungai Masumai yang melewati Desa Salam Buku.
mengambil langkah selanjutnya. Permasalahannya
Desa Salam Buku memiliki lokasi disposal berjarak
adalah menentukan tindakan untuk menangani
sekitar 200 meter dari lokasi pengerukan dengan
sedimentasi pada Sungai Masumai yang berupa
luas 5 hektar. Disposal tersebut menampung 19.600
kegiatan normalisasi sungai serta menangani
m3 galian pada tanggal 29 Oktober 2015. Adapun
keterlambatan progress dalam normalisasi sungai
total pengerukan rencana adalah 66.061 m3 dengan
tersebut.
panjang sungai yang dikeruk sekitar 4048 m selama
210 hari.

1 - 22 Jurnal INFRASTRUKTUR
Vol.02 No.01 Agustus 2016

4.2. Efisiensi Waktu Pekerjaan Normalisasi mengalami sedimentasi dikarenakan proses


erosi yang dapat disebabkan oleh aliran
air hujan lalu terjadi angkutan sedimen
(transportasi), pengendapan (deposition), dan
pemadatan (compaction). Hal ini mengakibatkan
pendangkalan pada Sungai Masumai.

2. Pendangkalan pada Sungai Masumai


mempengaruhi kapasitas tampungan Sungai
Masumai. Pada musim penghujan akan terjadi
kenaikan muka air dan berpotensi banjir dan
pada musim kemarau akan mempengaruhi
kapasitas air cadangan yang dapat tertampung
pada sungai. Untuk menangani hal ini harus
diadakan pekerjaan galian / normalisasi sungai
untuk mengembalikan karakteristik sungai
Gambar 2. Proses Pekerjaan Galian kekondisi yang lebih aman.

Pekerjaan normalisasi Sungai Masumai memakan 3. Agar pekerjaan dapat diselesaikan tepat waktu
waktu 210 hari dengan panjang total sungai 4048 maka panjang sungai yang harus di gali kurang
meter dan total galian rencana 66.061,48m3. lebih 19,28 m/hari dan menggali volume sekitar
Dengan data sebelumnya dapat disimpulkan bahwa 314,58 m3/hari
panjang sungai yang harus digali setiap harinya
adalah 19,28 m/hari, dengan volume galian harian DAFTAR PUSTAKA
sebesar 314,58 m3 untuk dapat memenuhi target
rencana sesuai jadwal. Alimudin, Aisyah. 2012. Pendugaan Sedimentasi
Pada Das Mamasa Di Kab. Mamasa Provinsi
4.3. Analisis Perhitungan Volume Pekerjaan Sulawesi Barat. Mamasa : Universitas
Hasanudin Makasar.

Asdak.C, 2002. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah


Aliran Sungai. Yogyakarta : UGM Press.

Chow, V.T. 1985. Hidraulika Saluran Terbuka.


Jakarta : Erlangga.

Seyhan,E. 1995. Dasar-Dasar Hidrologi. Yogyakarta


: UGM Press

Sosrodarsono, Suyono. 1983. Perbaikan Dan


Pengaturan Sungai. Jakarta : PT Pradnya
Paramita.

Triadmodjo , Bambang. 2008. Hidraulika II.


Gambar 3. Lokasi Disposal Yogyakarta : Beta Offset.

Volume galian yang tertampung pada lokasi disposal


Desa Salam Buku mengacu pada luas daerah disposal
yang memiliki panjang 57m, lebar 50m dan tinggi
8m, yaitu sekitar 14.660 m3. Selanjutnya volume
galian tersebut ditambah dengan volume galian
sebelumnya yang kurang lebih 5000 m3. Jadi total
progress sampai tanggal 29 September 2015 sudah
digali sekitar 19.600 m3. Angka ini sekitar 29,76%
dari total galian rencana yang akan dilakukan di
Sungai Masumai.

5. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil observasi pada Sungai Masumai


Kabupaten Merangin maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:

1. Sungai Masumai Kabupaten Merangin telah

Jurnal INFRASTRUKTUR 1 - 23
Vol.02 No.01 Agustus 2016

OPTIMALISASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN SISTEM INFORMASI


HIDROLOGI, HIDROMETEOROLOGI DAN HIDROGEOLOGI (PSIH3)
Studi Pengamatan Kegiatan Workshop PSIH3 di Balai Wilayah Sungai
Sulawesi II

Intan Puspitasari, S.AB.

Sekretariat Jenderal
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Email : intanpuspitasari992@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pelaksanaan workshop PSIH3, materi yang dibahas dalam
workshop PSIH3, serta pihak-pihak dari Instansi/Lembaga terkait yang dilibatkan dalam workshop PSIH3
di BWS Sulawesi II. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode
pengumpulan data yang digunakan yaitu dengan metode dokumentasi dan observasi partisipasi. Hasil
pengamatan mengungkapkan bahwa kegiatan workshop kebijakan PSIH3 di BWS Sulawesi II berlangsung
dengan baik sesuai dengan rencana. Materi dipaparkan secara jelas dengan mengacu pada Peraturan
Presiden No. 88 Tahun 2012 tentang Kebijakan PSIH3 Tingkat Nasional. Pihak-pihak yang dilibatkan berasal
dari internal dan eksternal. Pihak eksternal diantaranya Instansi/Lembaga terkait seperti pemerintah
daerah, lembaga/badan yang terkait dengan H3, dan para akademisi ikut berpartisipasi dalam workshop
PSIH3. Diskusi berlangsung secara efektif pada kegiatan workshop PSIH3, namun waktu yang tersedia
sangat terbatas. Pada akhirnya, tulisan ini dapat menjadi acuan bagi Instansi/Lembaga lain yang akan
melaksanakan kegiatan serupa guna mewujudkan optimalisasi kebijakan PSIH3.

Kata Kunci: Sumber Daya Air (SDA), Hidrologi, Hidrometeorologi, Hidrogeologi (H3), PSIH3

Abstract

This study aimed to describe the PSIH3 workshop, the material covered in the PSIH3 workshop, and the
parties of the institutions that is involved in PSIH3 workshop at BWS Sulawesi II. This research is a descriptive
study with a qualitative approach. The methods that used in this study are documentation and participant-
observation. Results of the study revealed that the PSIH3 workshop in BWS Sulawesi II is going well which is
appropriate with the plan. The material is clearly described with reference to Presidential Decree No. 88 Year
2012 about PSIH3 Policy at National Level. The parties involved come from internal and external. External
parties are related institutions such as local government, institutions/agencies related to H3, and academics
that are participated in the PSIH3 workshop. Discussion took place effectively at the PSIH3 workshop, but
the time available is very limited. In the end, this article can be a reference for institutions/organizations
that will carry out similar activities in order to realize the optimization of PSIH3 policy.

Keywords: Water Resources, Management Information Systems Hydrology, Hydrometeorology,


Hydrogeology (PSIH3)

1 - 24 Jurnal INFRASTRUKTUR
Vol.02 No.01 Agustus 2016

1. PENDAHULUAN eksternal. Melalui Kegiatan Operasi dan Pemeliharan


SDA I, BWS Sulawesi II melaksanakan kegiatan
Ketersediaan data dan informasi Sumber Daya Air workshop kebijakan PSIH3 kepada para pengelola
(SDA) menjadi suatu kebutuhan yang sangat dasar data hidrologi dari Instansi terkait. Kegiatan ini
dalam melaksanakan Pengelolaan Sumber Daya bermaksud untuk memberikan pemahaman yang
Air (PSDA). Data dan informasi SDA seringkali memadai kepada pihak-pihak dari instansi terkait
dipergunakan oleh para pembuat keputusan untuk tentang konsep kebijakan PSIH3 dan perannya
menjadi masukan dalam menentukan kebijakan dalam pengelolaan data dan informasi SDA.
yang diambil terkait PSDA. Oleh karena itu, data dan Mengingat SIH3 menjadi media yang memiliki peran
informasi yang disajikan harus data yang akurat, penting dalam menyajikan data dan informasi yang
valid dan terkini. dibutuhkan BWS Sulawesi II sebelum memutuskan
kegiatan PSDA yang akan dilaksanakan.
Adapun untuk memperoleh data dan Informasi SDA
yang optimal diperlukan dukungan dari beberapa Hal tersebut menghasilkan beberapa pertanyaan
instansi terkait yang masih memiliki kaitan dengan yakni:
SDA, seperti bidang Hidrologi, Hidrometerologi, dan a. Bagaimana pelaksanaan kegiatan workshop
Hidrogeologi. Instansi yang bergerak pada ketiga kebijakan PSIH3 yang diadakan BWS Sulawesi
bidang tersebut memiliki ruang untuk menghasilkan II?
dan memberikan informasi hidrologi yang berkaitan
dengan bidangnya. Dengan demikian, pengelolaan b. Apa saja yang menjadi pembahasan pada
data dan informasi hidrologi dengan beberapa workshop kebijakan PSIH3 di BWS Sulawesi II?
Instansi terkait perlu dikelola dan diintegrasikan
dengan baik dan benar agar mudah diakses dan c. Siapa sajakah yang dilibatkan dalam workshop
dianalisis, serta dimanfaatkan dalam melaksanakan kebijakan PSIH3 BWS Sulawesi II?
kegiatan PSDA. Hal tersebut telah tertuang pada
Kesuksesan workshop yang diadakan menjadi
Peraturan Presiden No. 88 Tahun 2012 tentang
sebuah prestasi sendiri bagi BWS Sulawesi II dalam
Kebijakan Pengelolaan Sistem Informasi Hidrologi,
berupaya meningkatkan kualitas sistem informasi
Hidrometeorologi, dan Hidrogeologi (PSIH3) Tingkat
SDA di Provinsi Gorontalo, melalui peningkatkan
Nasional.
kemampuan dan pengetahuan para pengelola data
Pada praktiknya, pelaksanaan PSIH3 dilapangan hidrologi.
masih ditemukan banyak hambatan dimana banyak
Tulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan
para pengelola hidrologi yang belum memahami
pelaksanaan workshop, materi yang dibahas, serta
konsep kebijakan PSIH3 secara menyeluruh.
pihak-pihak terkait yang dilibatkan dalam workshop
Hal tersebut menyebabkan disintegrasi data dan
PSIH3 di BWS Sulawesi II. Pada akhirnya, tulisan ini
Informasi tentang hidrologi, sehingga ketersediaan
dapat menjadi acuan bagi B/BWS maupun intansi
data dan informasi SDA masih kurang memadai
lain dalam melaksanaan workshop PSIH3 sebagai
untuk dijadikan bahan pembuatan keputusan.
salah satu bentuk koordinasi antar instansi terkait
Balai Wilayah Sungai (BWS) Sulawesi II merupakan untuk optimalisasi kebijakan PSIH3. Kebijakan PSIH3
Balai yang mengurusi SDA di Provinsi Gorontalo, yang berjalan secara optimal akan menghasilkan
dibawah naungan Ditjen SDA Kementerian PUPR. data dan informasi SDA yang memadai serta saling
Balai ini memiliki 3 (tiga) Wilayah Sungai (WS) terintegrasi dan terkoneksi secara menyeluruh di
yang menjadi wilayah kewenangannya, yaitu tingkat Nasional.
WS Limboto-Bolango-Bone dan WS Randangan
2. TINJAUAN PUSTAKA
merupakan WS lintas Provinsi, sementara WS
Paguyaman merupakan WS strategi nasional. Hal 2.1. Dasar Hukum Kebijakan PSIH3
tersebut menunjukkan bahwa WS yang terdapat
di BWS Sulawesi II memiliki peran penting dalam Kebijakan Pengelolaan SIH3 Tingkat Nasional
kelangsungan SDA di Provinsi Gorontalo. Namun, tertuang dalam Peraturan Presiden No. 88 Tahun
pelaksanaaan sistem informasi SDA di BWS 2012. Pada Peraturan Presiden tersebut dinyatakan
Sulawesi II masih menemui kendala dimana kualitas bahwa Kebijakan PSIH3 ini menjadi arahan strategis
pengelolaan dan sistem informasi masih rendah. untuk mendukung pengelolaan Sistem Informasi
Selain itu, informasi yang tersedia juga masih belum Sumber Daya Air (SISDA) yang terdiri dari:
terkoordinasi dengan baik, sehingga kurang dapat a. Kebijakan Pengembangan Kelembagaan;
diakses dan kurang akurat. Data dan Informasi b. Kebijakan Peningkatan Tatalaksana;
hidrologi yang disajikan saling berbeda antara satu c. Kebijakan Pemanfaatan IPTEK;
instansi dengan instansi yang lain. d. Kebijakan Pembiayaan; dan
e. Kebijakan Peran Masyarakat dan Dunia Usaha.
Dalam rangka mewujudkan Sistem Informasi
SDA yang akurat, BWS Sulawesi II melakukan Kelima kebijakan tersebut masing-masing memiliki
berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas strategi yang harus dicapai oleh setiap Kementerian
sistem informasi SDA baik secara internal maupun atau lembaga yang bersangkutan. Secara teknis,

Jurnal INFRASTRUKTUR 1 - 25
Vol.02 No.01 Agustus 2016

Kebijakan PSIH3 ditetapkan secara regional, a. Aksesibilitas Data & Informasi;


kemudian rincian program pelaksanaan kebijakan b. Keakuratan, Kebenaran, Konsistensi, Ketepatan
PSIH3 disusun oleh Menteri Koordinator Bidang waktu data & Informasi;
Perekonomian yang berperan sebagai Ketua Dewan c. Keanekaragaman data & Informasi;
SDA Nasional. Dalam hal ini, Dewan SDA Nasional d. Tumpang tindih penerapan tugas dan fungsi;
juga melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap e. Kompatibilitas perangkat pengeloan data &
pelaksanaan kebijakan PSIH3 di Indonesia. Informasi;
f. Keterbatasan sumber daya dan Teknologi;
2.2. Lingkup PSIH3 g. Keterbatasan dana dan pembiayaan;
h. Keterbatasan peran masyarakat dan Kepedulian
Lingkup PSIH3 antara lain Bidang Hidrologi yang Pemerintah.
diurusi oleh Direktorat Jenderal SDA Kementerian
PUPR yang meliputi Curah hujan; Indikasi 3. METODE PENELITIAN
ketersediaan air pada Sumber Air; Tinggi muka air
atau debit pada Sumber Air; Kandungan sedimen Tulisan ini menggunakan jenis penelitian deskriptif
pada Sumber Air; Neraca air; Kondisi aliran air dan dengan pendekatan kualitatif untuk menjelaskan
informasi lainnya. Bidang Hidrometerologi diurusi Kegiatan Workshop Optimalisasi Kebijakan PSIH3
oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika di BWS Sulawesi II Provinsi Gorontalo. Penelitian
(BMKG) meliputi Prakiraan hujan; Temperatur dilaksanakan pada tanggal 9-10 September 2015
udara; Kecepatan angin; Kelembaban udara; dan mulai pukul 09.00 WITA s/d selesai. Kegiatan
Informasi lain terkait dengan kondisi atmosfer. workshop berlokasi di Ruang Rapat Balai Wilayah
Bidang Hidrogeologi diurusi oleh Kementerian Energi Sungai II Provinsi Gorontalo, JL. Notu Badu
dan Sumber Daya Mineral (ESDM) meliputi Potensi No.71, Kabupaten Limboto, Provinsi Gorontalo.
air tanah; Informasi mengenai kondisi akuifer; dan Metode pengumpulan data yang dilakukan yakni
Informasi lainnya yang terkait. dengan cara observasi partisipasi dimana penulis
melibatkan diri secara langsung dengan menjadi
2.3. Kewajiban Para Pelaku PSIH3 peserta dalam acara workshop PSIH3. Selain itu,
penulis juga melakukan metode dokumentasi untuk
Terdapat beberapa kewajiban bagi para pelaku memperoleh data yang diperlukan seperti bahan
PSIH3 yaitu: paparan workshop dan laporan pertanggungjawaban
kegiatan workshop.
1. Kewajiban pengelola data dan informasi PSIH3
diantaranya, 4. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
a. Mengumpulkan, mengolah, dan menyediakan 4.1. Pelaksanaan Kegiatan Workshop
data informasi H3 yang dapat diakses oleh semua Kebijakan PSIH3
pihak yang berkepentingan;
b. Melakukan pemutakhiran dan penerbitan Pada bagian ini Peneliti mengamati pelaksanaan
informasi H3 secara berkala; kegiatan workshop kebijakan PSIH3 di BWS Sulawesi
c. Melakukan pengembangan prasarana dan sarana II. Kegiatan workshop PSIH3 ini diadakan oleh BWS
SIH3; Sulawesi II pada kegiatan Operasi dan Pemeliharaan
d. Mengesahkan data dan/atau informasi H3 yg SDA I dengan pengarah kegiatan yaitu Kepala Satuan
berasal dari institusi di luar instansi pemerintah Kerja (Kasatker) BWS Sulawes II, Bapak Faliansyah,
atau perseorangan; dan ST. M.Dev.Plg. Kegiatan ini didasarkan pada surat
e. Menyebarluaskan data dan informasi H3. pengesahan DIPA TA 2015 dan Surat Keputusan
Kasatker BWS Sulawesi II tentang pembentukan
2. Kewajiban Pemerintah Daerah, diantaranya, tim pelaksana kegiatan PSIH3. Pelaksanaan
workshop PSIH3 ini berlangsung selama 2 (dua)
a. Menyediakan informasi SDA bagi semua pihak
hari. Pada hari pertama dilangsungkan pembahasan
yang berkepentingan dalam bidang SDA; dan
tentang Kebijakan PSIH3 dan hari kedua dilakukan
b. Menjamin keakuratan, kebenaran, dan ketepatan penyerahan data publikasi hidrologi tahun 2014.
waktu atas informasi yang disampaikan. Adapun yang bertindak sebagai Narasumber
kegiatan PSIH3 berasal dari Subdit anggota Tim
3. Kewajiban Pelaku Pengamatan Hidrologi, Advisory Kementerian Pekerjaan Umum dan
Hidrometeorologi, dan Hidrogeologi (H3) yaitu Perumahan Rakyat, Direktorat Bina Penatagunaan
menyampaikan laporan hasil kegiatannya kepada SDA yaitu Dr. Ir. Djaja Murni WD, Dipl.HE, M.Sc.
instansi Pemerintah dan pemerintah daerah yang
bertanggungjawab dibidang SDA. Dari pengamatan peneliti, secara umum
pelaksanaan kegiatan workshop PSIH3 berlangsung
2.4. Permasalahan Pengelolaan SIH3 dengan baik dimana pelaksanaan kegiatan berjalan
sesuai dengan rencana yang telah dibuat. Kegiatan
Terdapat beberapa permasalahan dalam Penglolaan juga berlangsung cukup efektif dimana pemberian
SIH3, diantaranya: materi disampaikan secara jelas dan menyeluruh

1 - 26 Jurnal INFRASTRUKTUR
Vol.02 No.01 Agustus 2016

oleh Narasumber, sehingga memunculkan bersangkutan. Matrix tersebut berguna untuk


antusiasme dari para peserta terkait uraian materi mengetahui kebijakan dan strategi apa saja yang
yang disampaikan tentang PSIH3. Penyelenggara harus dilaksanakan oleh K/L yang mengambil
juga memberikan waktu untuk tanya jawab peran sesuai tanggungjawab dan wewenangnya;
setelah pemberian materi. Diskusi Tanya jawab kapan dilaksanakan; dan bagaimana kebijakan dan
berlangsung cukup menarik. Sebagian besar para strategi tersebut dilaksanakan; sasaran yang hendak
peserta ikut memberikan pendapat terkait PSIH3. dicapai (Output); serta hasil yang akan diwujudkan
Hanya saja waktu untuk diskusi sangat terbatas, (Outcome). Dalam hal ini, untuk mengetahui
sehingga tanya jawab hanya berlangsung sekitar pencapaian output diperlukan indikator output yang
30 menit saja. Dalam hal ini, manajemen waktu terukur yakni dengan menentukan target capaian
perlu diperhatikan, mengingat acara workshop dalam kurun waktu yang ditentukan sendiri oleh K/L
ini sebaiknya lebih menekankan pada sisi diskusi yang bersangkutan.
interaktif, agar penyampaian maksud dan tujuan
dapat disampaikan dan disinergikan secara lebih Pada umumnya, materi yang disampaikan sudah
jelas, lengkap dan menyeluruh. cukup jelas, lengkap dan tepat. Namun, dalam
praktiknya sangat perlu pengawasan dan pemantauan
4.2. Materi yang dibahas pada Workshop yang ketat agar segala kebijakan beserta strategi-
kebijakan PSIH3 strateginya dapat berjalan sesuai arahan dan
tepat waktu. Dengan demikian, para pelaku PSIH3
Terdapat beberapa topik materi yang dibahas pada harus disiplin terhadap peraturan perundang-
wokshop kebijakan PSIH3, garis besarnya antara undangan PSIH3 agar dapat mencapai integrasi
lain: data dan informasi Hidrologi, Hidrometeorologi dan
Hidrogeologi secara Nasional.
Pertama, Konsepsi kebijakan PSIH3. Konsep ini
mengacu pada Perpres No. 88 Tahun 2012 tentang 4.3. Pihak-pihak yang dilibatkan pada
Kebijakan PSIH3 Tingkat Nasional. Kebijakan Workshop PSIH3
PSIH3 tingkat Nasional berfungsi sebagai acuan
bagi Menteri atau Kepala lembaga Pemerintah non Pada kegiatan workshop PSIH3 di BWS Sulawesi
Kementerian baik yang membidangi bidang SDA, II telah mengundang sebanyak 40 orang peserta.
Bidang meteorologi, kilmatologi dan geofisika, 25 peserta berasal dari internal BWS Sulawesi II
serta bidang air tanah dalam menetapkan yang terdiri dari Para Kepala Seksi, Para Kepala
kebijakan pengelolaan informasi hidrologi sesuai Satuan Kerja, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)
kewenangannya. Selanjutnya, Kebijakan PSIH3 dan beberapa staf. 15 peserta lainnya berasal dari
tingkat Nasional ini dijadikan acuan bagi Gubernur pihak eksternal yang terdiri dari pemerintah daerah,
untuk menetapan kebijakan PSIH3 tingkat provinsi. lembaga / instansi terkait dan para akademisi.
Sementara, penetapan kebijakan PSIH3 tingkat
kabupaten/kota ditetapkan oleh Bupati/Walikota Berikut rincian pihak eksternal yang dihadirkan:
dengan mengacu pada Kebijakan PSIH3 tingkat
provinsi. Selain itu, kebijakan PSIH3 ini mengandung a. Bappeda Provinsi Gorontalo;
kebijakan-kebijakan utama yang berisi strategi yang
b. BMKG Djalaludin Gorontalo;
harus diperhatikan dan dicapai oleh pihak-pihak
atau instansi yang bersangkutan. c. Dinas PU Provinsi Gorontalo;

Kedua, alur distribusi data dan informasi H3. Pada d. Dinas Pertanian Provinsi Gorontalo;
dasarnya alur distribusi ini mengacu pada Perpres
No. 88 tahun 2012. Dimulai dengan penyerahan e. Dinas Kehutanan Provinsi Gorontalo;
basis data oleh setiap Wilayah Sungai kepada
hierarki birokrasi. Diawali dengan penyerahan f. BPDAS Bone Bolango;
basis data dari masing-masing bidang hidrologi/
hidrometeorologi/ hidrogeologi kepada Kabupaten g. Pusat Studi Lingkungan Universitas Negeri
atau Kota, dilanjutkan ketingkat provinsi. Setelah Gorontalo/Teknik Sipil UNG;
itu, Gubernur menginformasikan ke instansi pusat
dari masing-masing bidang H3. Pada akhirnya, h. Fakultas Teknik Universitas Gorontalo;
database hidrologi nasional Ditjen SDA Kementerian
i. Badan Penanggulangan Bencana Provinsi
PUPR, database hidrometeorologi nasional BMKG,
Gorontalo;
dan database hidrogeologi ESDM bermuara ke
BMKG. j. Badan Penanggulangan Bencana Kab. Gorontalo;

Ketiga, Tindak lanjut kebijakan pengelolaan SIH3 k. Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi
Tingkat Nasional. Materi tindak lanjut ini berisi Gorontalo;
tentang Pengisian matrix gabungan tindak lanjut
kebijakan PSIH3 yang dilakukan oleh masing- Secara umum, pihak yang dilibatkan pada workshop
masing Kementerian atau Lembaga (K/L) yang tersebut sudah dapat mewakili instansi/lembaga

Jurnal INFRASTRUKTUR 1 - 27
Vol.02 No.01 Agustus 2016

terkait yang dibutuhkan dalam melaksanakan PSIH3. Peraturan Presiden No. 88 Tahun 2012 tentang
Namun, terdapat beberapa instansi/lembaga terkait Kebijakan Pengelolaan Sistem Informasi
yang tidak hadir pada acara workshop yang diadakan. Hidrologi, Hidrometeorologi dan Hidrogeologi
Hal tersebut dapat menimbulkan miss communication Tingkat Nasional. Profil Balai Wilayah Sungai
terhadap informasi yang disampaikan maupun II Tahun 2015.
yang dibutuhkan pada workshop tersebut. Telah
diketahui sebelumnya bahwa workshop tersebut
merupakan upaya untuk transfer knowledge baik
dari Narasumber maupun Para Peserta dari Instansi/
Lembaga yang bersangkutan, guna mensinergikan
gagasan dan keadaan nyata dilapangan demi
optimalisasi kebijakan PSIH3. Selain itu, salah
satu kegiatan workshop yaitu penyerahan data
publikasi hidrologi tahun 2014. Apabila terdapat
instansi/lembaga yang tidak dapat ikut serta, dapat
memberikan konfirmasi kepada BWS Sulawesi II dan
memberikan keterangan terkait data dan informasi
yang dibutuhkan saat workshop. Alangkah lebih
baik jika semua Instansi/Lembaga yang diundang
turut hadir dan meningkatkan urgensitas dari acara
workshop, demi tercapainya PSIH3 yang terintegrasi
secara Nasional.

5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Secara umum pelaksanaan workshop PSIH3


yang diadakan oleh BWS Sulawesi II berlangsung
secara baik sesuai dengan rancangan acara. Materi
yang dibahas cukup memadai dan dipaparkan
secara jelas. Pihak-pihak yang dilibatkan pada
acara workshop PSIH3 berasal dari Instansi/
Lembaga terkait yang kompeten dibidang Hidrologi,
Hidrometeorologi, dan Hidrogeologi. Workshop ini
diharapkan dapat menjadi tolak ukur dan acuan bagi
Instansi/Lembaga yang akan melakukan kegiatan
serupa sebagai upaya untuk optimalisasi Kebijakan
PSIH3. Dengan demikian, optimalisasi Kebijakan
PSIH3 akan menciptakan PSIH3 yang akurat, benar,
berkesinambungan, tepat waktu, sesuai amanat
Peraturan Presiden No.88 Tahun 2012.

5.2. Saran

Kegiatan workshop mengenai PSIH3 dapat


diselenggarakan kembali baik oleh BWS Sulawesi
II maupun Instansi/Lembaga lainnya dengan
pembahasan materi yang lebih mendalam, peserta
yang lebih banyak, serta manajemen waktu yang
lebih baik. Selain itu, dipastikan bahwa Instansi/
Lembaga yang berkaitan erat dengan PSIH3 sangat
diharapkan untuk ikut serta dalam acara agar
terdapat komunikasi yang efektif antar Instansi/
Lembaga yang terkait guna mencapai tujuan
bersama dalam mengelola SIH3.

DAFTAR PUSTAKA

Laporan pertanggungjawab Kegiatan Workshop


PSIH3, 2015. Kegiatan Operasi dan
Pemeliharaan SDA 1, BWS Sulawesi II.

1 - 28 Jurnal INFRASTRUKTUR
Vol.02 No.01 Agustus 2016

PENYEDIAAN AIR BAKU ANTAR PULAU


Studi Kasus Pembangunan Unit Air Baku Rum dan Maitara Provinsi
Maluku Utara

Adi martha kurniawan,S.T.1


Argie Rinaldy, S.I.Kom.2

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat


Email : Kadimartha@gmail.com1, argie.rinaldy@gmail.com2

Abstrak

Penyediaan air baku merupakan salah satu kebutuhan penting dalam mendukung kualitas hidup masyarakat,
pulau Maitara merupakan bagian dari wilayah administrasi Kota Tidore Kepulauan dengan tingkat kepadatan
penduduk mencapai 59 jiwa per km2, Pulau Maitara merupakan wilayah yang dikembangkan untuk tujuan
pariwisata sehingga kebutuhan air baku akan meningkat sedangkan tingkat produktivitas air tanah di pulau
tersebut tergolong kecil sehingga dibutuhkan penanganan yang serius untuk mendukung penyediaan air
baku di lokasi tersebut. Pendistribusian air baku dari satu pulau ke pulau yang memiliki tingkat produksi air
tanah lebih tinggi dapat digunakan untuk mendukung ketahanan air di pulau tetangganya sehingga pulau
tersebut tidak mengalami defisit air dari peningkatan aktivitas manusia. Pendistribusian air baku dengan
teknologi perpipaan dasar laut dapat dijadikan pilihan penanganan ketahanan air di pulau Maitara dengan
mendistribusikan air baku dari pulau Tidore menuju pulau Maitara. Penyediaan air baku dilakukan dengan
sistem perpipaan dengan pengambilan pada sumber air permukaan dengan bangunan penyadapan berupa
bendung dan bangunan pengambilan (intake) yang selanjutnya dialirkan menuju bak penyaring pasir dan
kemudian ditamoung pada bak penampung (reservoir) di pulau Maitara dengan instalasi pipa HDPE ukuran
315 mm di permukaan tanah dan pipa HDPE 110 mm di dasar laut. Sehingga dengan adanya unit air baku
dengan dukungan pulau Tidore maka pulau Maitara dapat meningkatkan ketahanan air pada saat musim
kemarau.

Kata kunci: air baku, perpipaan, kepulauan, reservoir, dasar laut

Abstract

Raw water supply is one of the important needs in supporting the quality of life of the community, Maitara
island is part of the administrative area of Tidore Islands with a population density reaches 59 inhabitants
per km2, Maitara island an area being developed for tourism purposes so that the raw water requirement
will increase while the productivity level of groundwater in the island is small so it needs serious handling
to support the economy at the site level. The distribution of raw water from one island to another that has
much groundwater production can be used to support water security in its neighboring island that the island
did not have a water deficit from increasing human activities. Raw water distribution using piping technology
can be selected on the island of handling water resistance in Maitara island to distribute raw water from
Tidore island that can support human activities on the island. Raw water supply is done with a piping system
by making the surface water source by building intercepts such as weirs and intake which subsequently
flowed into tubs sand filter and routed to the reservoir on Maitara island with the installation of HDPE pipe
size 315 mm ground and 110 mm HDPE pipe on the seabed. So with support of water distribution from
Tidore island to Maitara island it can be increased the water resistance of during the dry season.

Keywords: raw water, piping, islands, reservoir, seabed

Jurnal INFRASTRUKTUR 1 - 29
Vol.02 No.01 Agustus 2016

1. PENDAHULUAN yang diperlukan untuk membawa air bersih menjadi


sangat besar dan mahal.
Penyediaan air baku untuk masyarakat mempunyai
peranan yang sangat penting dalam meningkatkan Berdasarkan pada kasus kasus penyediaan air bersih
kesehatan lingkungan atau masyarakat, yakni yang terjadi di pulau Maitara ini seperti pada uraian
mempunyai per-anan dalam menurunkan angka diatas, maka perlu dicarikan solusi pemecahan dan
penderita penyakit, khususnya yang berhubungan penanganan penyediaan air bersih di pulau Maitara
dengan air, dan berperan dalam meningkatkan terutama pada saat musim kemarau atau saat defisit
standar atau kualitas hidup masyarakat. air bersih terjadi. Hail ini dimaksudkan agar supaya
kualitas hidup masyarakat penghuni pulau tersebut
Pulau Maitara terletak di antara Pulau Tidore dan
dapat menjadi lebih baik atau meningkat. Dengan
selatan Pulau Ternate, atau Iebih tepatnya berada
kata lain, upaya tersebut ditujukan guna tercapainya
di Kota Tidore Kepulauan yang secara administrasi
ketersediaan air bersih dan menunjang keandalan
masuk kedalam Kecamatan Tidore Utara Kota Tidore
penyediaan air bersih baik untuk mencukupi
Kepulauan Propinsi Maluku Utara. Pulau Maitara
kebutuhan domestik dan perkotaan maupun untuk
merupakan pulau kecil yang berpenduduk. Pulau ini
penyediaan air baku untuk kebutuhan lainnya.
terdapat 4 (empat) desa yang terbentuk pada bulan
Juli 2013 terdiri dari Desa Maitara Selatan. Maitara TINJAUAN PUSTAKA
Tengah. Maitara Utara dan Desa Maitara.

Pada pulau Maitra Profinsi Maluku Utara tersebut, 2.1. Sumber Sumber Air
memiliki ciri khas dengan bentuk kepulauan dengan
1.1.1. Air Permukaan
pulau utama yakni pulau Halmahera dan ratusan
pulau pulau kecil yang memiliki permasalahan Air permukaan adalah semua air yang berada diatas
masing masing. Bidang pengelolaan sumber daya tanah, air ini meliputi air yang ada pada sungai,
air ,khususnya penyediaan air baku untuk penduduk danau, waduk dan penampung air lainnya. Dimana
di pulau pulau kecil harus mempertimbangkan air sebagai diamanatkan oleh undang undang dasar
bagaimana ketersedia-an air baku terhadap 1945 air harus dipergunakan untuk sebesar
kebutuhan air dilokasinya sehingga tidak terjadi besarnya kesejahteraan rakyat.
krisis air yang sangat berguna untuk mendukung
kehidupan masyarakat yang berada di pulau tersebut 1.1.2. Air Tanah
Aliran air permukaan yang terdapat dipulau tersebut,
Air tanah adalah air yang bergerak dalam
berasal dari mata air yang mana aliran airnya berasal
tanah yang terdapat di dalam ruang-ruang
dari gunung bukit ke laut dan hanya mengalir
antara butir-butir tanah yang membentuk
pada saat musim hujan. Sedangkan rawa dengan
itu dan di dalam retak-retak dari batuan.
luasan yang relatif kecil yang ada di Pulau Poat dan
Yang terdahulu disebut air lapisan dan yang terakhir
tersebar di beberapa lokasi, serta terbentuk secara
disebut air celah (sosrodarsono, 1976:93).
alami telah banyak ditumbuhi berbagai tanaman.
Sumber mata air yang ada di pulau ini, juga cukup Adapun karakteristik 2 (dua) Jenis akuifer bebas
banyak dan setiap desa telah memiliki sumber mata dan terkekang dapat dilihat pada Tabel 1 berikut
air yang digunakan oleh warga untuk kebutuhan
sehari hari seperti mandi, cuci dan kebutuhan air Tabel 1. Karakteristik Air Tanah Bebas dan
minum. Akan tetapi penyediaan air baku yang di Terkekang
Pulau Maitara Provinsi Maluku Utara tersebut belum Air Bebas Air Terkekang
prima. Akuifer Mempunyai Ditutup
hubungan dengan
Saat ini warga pulau Maitara di kabupaten Tidore
dengan zona lapisan kedap
mengalami kesulitan dalam memperoleh sumber air aerasi air
bersih sehingga masyarakat hanya mengandalkan Permukaan Batas antara Permukaan
tampungan air hujan pada bak penampung. Namun, air tanah zona aerasi air terkekang
Keberadaan bak penampung air hujan tersebut tidak dan zona
dapat memenuhi kebutuhan air bersihnya karena jenuh adalah
kebutuhannya tidak sebanding dengan jumlah tanah bebas
penduduk Maitara. Permukaan Permukaan Variasi
air di sumur air bebas permukaan
Permasalahan kurangnya air baku yang terjadi berubah air terkekang
di pulau Maitara pada saat musim kemarau, ubah menyebar
dikarenakan air permukaan hanya tersedia pada perlahan oleh secepat
saat musim hujan saja dan potensi produktivitas pemompaan kecepatan
air tanah (PAT) relatif kecil pada pulau pulau atau berhenti suar
kecil seperti pulau Maitara. Akibatnya, masyarakat
mengambil air bersih dari pulau Tidore dengan
menggunakan kapal laut (transportasi laut). Hal ini
tidak bisa dilakukan terus menerus karena biaya

1 - 30 Jurnal INFRASTRUKTUR
Vol.02 No.01 Agustus 2016

Air Bebas Air Terkekang Pada air permukaan bangunan pengambilan


Jari jari 150 500 m, 500 1000 biasanya menggunakan bangunan penyadapan
pengaruh terbesar 1000 m, untuk (bendung) atau bangunan pengambilan langsung
m jari jari (free intake) pada kasus danau / penampung air
pengaruh
pengambilan air dilakukan dengan cara pemompaan
sampai
atau pembuatan bangunan pengambilan langsung
beberapa km
sedangkan untuk pengambilan air dari sumur
digunakan pompa untuk mengalirkan air dari dalam
Akuifer dibedakan menjadi dua jenis yaitu: tanah menuju bak penampung (reservoir).
1. Akuifer Bebas Standar yang digunakan untuk desain pembuatan
2. Akuifer Terkekang bendung (weir) dan bangunan pengambilan bebas
(free intake) mengacu pada kriteria perencanaan
1.1. Kebutuhan Air irigasi pada bagian desain bendung (KP-02).
Kebutuhan air adalah jumlah air yang dipergunakan 1.4. Hidrolika Perpipaan
secara wajar untuk keperluan pokok manusia
(domestik) dan kegiatan kegiatan lainnya yang Aliran suatu fluida dalam sistem perpipaan
meme-rlukan air. mengikuti beberapa hukum fisika, salah satu
hukum yang terkenal dalam sistem perpipaan
Pada umumnya banyak diperlukan oleh masyarakat adalah hukum kekekalan energi (hukum bernoulli)
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Pemakaian dimana dijelaskan bahwa energi didalam suatu
air oleh masyarakat tidak terbatas pada keperluan sistem perpipaan akan mengalami perubahan atau
domestik, namun untuk keperluan industri dan kehilangan energi dikarenakan adanya perubahan
keperluan perkotaan. Besarnya pemakaian oleh bentuk geometeri atau kekasaran pipa. Sedangkan
masyarakat dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti Hubungan antara energy dalam system pipa dapat
tingkat hidup, pendidikan, tingkat ekonomi dan kondisi dilihat pada Gambar 1. Berikut ini
sosial. Dengan demikian, dalam perencanaan suatu
sistem penyediaan air, kemungkinan penggunaan
air dan variasinya haruslah diperhitungkan secermat
mungkin (Linsley, 1996:91).

Kebutuhan air baku umumnya dibagi atas dua


kelompok yaitu:

1. Kebutuhan Domestik
2. Kebutuhan Non Domestik

1.2. Distribusi Air Baku Gambar 1. Hubungan energi dalam sistem pipa

Sistem distribusi air baku menggunakan air yang Hukum Bernoulli ditulis dalam persamaan: (Mays,
berada pada permukaan atau pada bawah permukaan Lary W. 2004):
(air tanah) dengan tingkat keandalan 95% untuk P1/ +V12/2g + z1 = P2/ +v22/2g + z2 + hf
air permukaan sedangkan untuk pengambilan air
tanah harus memperhatikan kemam-puan sumur Dimana:
terhadap penurunan air tanah dengan melakukan P1 dan P2 : Tekanan
uji pemompaan (pumping test).
: Berat Jenis Fluida
Dalam pendisitribusian air baku, perencanaan
bangunan bangunan seperti: V1 dan V2 : Kecepatan Aliran Fluida

1. Bangunan pengambilan (intake) g : Percepatan Gravitasi Bumi

2. Bak penyaringan Z : Datum

3. Pipa distribusi hf : Kehilangan Energi

4. Bak penampung (reservoir) Kehilangan energi dalam pipa dibagi menjadi dua
yaitu:

5. Bangunan pelengkap 1. Kehilangan energi mayor

2. Kehilangan energi minor


1.3. Bangunan Pengambilan Air Dan
Penampung Air
Kehilangan energi mayor disebabkan akibat adanya
Bangunan pengambilan air untuk penyediaan air kekasaran bahan material pipa pembawa dan
baku bisa memanfaatkan aliran air sungai, danau, kehilangan energi minor disebabkan oleh perubahan
situ, sumur, waduk dan penampung air lainnya. geometeri, belokan, penyempitan atau pelebaran

Jurnal INFRASTRUKTUR 1 - 31
Vol.02 No.01 Agustus 2016

pipa dan adanya katup (valve). 3. Reel ray (intermediate to deep)

Kehilangan energi mayor dapat dihitung dengan


menggunakan beberapa rumus yaitu (Mays, Lary W.
2004):

1. Rumus darcy weisbach

2. Rumus hazen william

Dimana :

hf : Kehilangan Energi (m)

L : Panjang Pipa (m)

V : Kecepatan Aliran (m/det) Gambar 3. Pemasangan tipe J-lay

g : Percepatan Gravitasi (m/det2)

D : Diameter Pipa (m) Dalam merencanakan pipa transmisi lepas pantai


hal hal yang harus diperhatikan adalah:
Q : Debit Aliran (m3/det)
1. Diameter dan tebal pipa
C : Koefisien Kekasaran Menurut HW
2. Panjang pipa
f : Koefisien Kekasaran Menurut DW
3. Ketahanan hidrodinamik dasar laut
Kehilangan energi minor dapat dihitung dengan
menggunakan rumus universal yaitu (Mays, Lary W. 4. Jenis material pipa
2004):
5. Pelindung pipa
hf = k . V/2g
6. Pemberat
Dimana :

hf : Kehilangan Energi (m)


3. METODE PENELITIAN
K : Koefisien Kehilangan
Metode penelitian yang digunakan dalam studi
V : Perubahan Kecepatan (m/det) ini adalah metode kualitatif dengan melakukan
g : Percepatan Gravitasi (m/det2) pengumpulan data data primer dan sekunder
untuk memberikan penyelesaian masalah ketahanan
2.7. Pipa Bawah Lepas Pantai (Offshore air baku di pulau Maitara.
Pipelines)

Gambar 2. Pemasangan metode S-lay

Menurut Guo Boyun dkk pada bukunya offshore Adapun data data yang dibutuhkan untuk
pipelines metode sistem instalasi pipa pada area penelitian ini adalah:
lepas pantai adalah (Guo Boyun.2005): 1. Data kondisi sosial dan ekonomi
2. Data ketersediaan air (air permukaan dan air
1. S-lay (shallow to deep) tanah)
2. J-lay (intermediate to deep) 3. Data kependudukan

1 - 32 Jurnal INFRASTRUKTUR
Vol.02 No.01 Agustus 2016

4. HASIL OBSERVASI DAN PEMBAHASAN air baku dibangun dengan komponen bangunan

Gambar 4. Peta Produksi Akuifer Provinsi Maluku Utara

Dari hasil studi didapatkan untuk mengatasi sebagai berikut:


permasalahan air baku pada saat musim kemarau
di pulau Maitara dan juga mengingat prodiuksi air 1. Bangunan Pengambilan
tanah di pulau tersebut memiliki tingkat produksi
Bangunan pengambilan didesain dengan
kecil maka diputuskan untuk menyalurkan debit
menggunakan bangunan penyadapan sungai tipe
air dari pulau Tidore menuju Pulau Maitara dengan
bendung (weir) dengan pintu pengambilan (intake)
menggunakan sistem perpipaan permukaan dan
pada elevasi +152 mdpl.
sistem perpipaan lepas pantai (offshore).

Gambar 5. Pembangunan Bangunan Pengambilan

2. Bak Penyaring Pasir


Debit air yang digunakan untuk air baku pulau
Maitara berasal dari air permukaan (sungai) Setelah bangunan pengambilan air disalurkan
mengingat potensi air tanah pada pulau Tidore yang menuju bak penyaring pasir untuk mengendapkan
produktif dipergunakan untuk konsumsi masyarakat sedimen yang berlebihan, bak penyaring didesain
di pulau tersebut. dengan kapasitas volume tampungan sebesar 650
m3 pada elevasi +145 mdpl didekat sumber air.
Pembangunan unit air baku dilakukan dengan
melakukan sistem distribusi perpipaan dengan cara
penyaluran gravitasi dari sumber air menuju ke bak
tampungan (reservoir) di pulau Maitara, sistem unit

Jurnal INFRASTRUKTUR 1 - 33
Vol.02 No.01 Agustus 2016

Gambar 8. Bak Penampung (Reservoir)

5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari studi ini adalah:


Gambar 6. Pembangunan Bak Penyaring Pasir
1. Perlu adanya kontrol pemakaian air untuk
3. Sistem Perpipaan kebutuhan domestik sehi-ngga keseimbangan
air dapat terjaga pada suatu wilayah dengan
Sistem perpipaan menggunakan dua jenis
memperhatikan daya dukung wilayah.
pemasangan yaitu :
2. Pembangunan unit air baku Pulau Maitara
a. pipa permukaan
dilakukan dengan mengalirkan air dari pulau
jenis pipa yang digunakan adalah pipa HDPE Tidore menuju pulau Maitara dengan sistem
dengan diameter 315 mm dengan panjang 4570 perpipaan yang menggunakan en-ergi gravitasi.
m dengan 6 buah jembatan pipa di pulau Tidore
3. Daya dukung wilayah seperti ketahanan air bisa
dan pipa HDPE diameter 315 mm dengan panjang
dioptimalkan dengan sistem distribusi terhadap
3590 m di pulau Maitara.
pulau / wilayah sekitarnya sehingga terwujud
daya bantu untuk saling mendukung kapasitas
dukung wilayah.

5.2. Saran

Adapun saran dari studi ini adalah:

1. Perlu dilakukan pemetaan potensi Dan ketahan


air terhadap musim kemarau sehingga dapat
diketahui daya dukung wilayah terhadap
ketahanan air.

2. Perlu dilakukan studi interkoneksi antar pulau


dalam lingkup kepulauan dalam meningkatkan
daya dukung wilyah.

DAFTAR PUSTAKA

Guo, Boyun dkk. 2005. Offshore pipelines.


Burlington: Elsevier

Linsley, Ray K, dan Yoseph B. Franzini. 1996. Teknik


Gambar 7. Pemasangan Pipa Permukaan Sumber Daya Air. Jilid I. Jakarta: Erlangga
b. pipa lepas pantai Mays, Lary W. 2004 Hydraulic Design Handbook.
jenis pipa yang digunakan adalah pipa HDPE New York: Mc graw hill
dengan diameter 110 mm (tipe roll 3 jalur) pada
bawah laut dengan panjang 4800 m dengan Sosrodarsono, Suyono dan Takeda, Kensaku. 1976.
pemasangan pemberat setiap 10 m, metode Hidrologi untuk Pengairan. Jakarta: Pradnya
instalasi yang digunakan adalah metode S-lay Paramita
untuk pemasangan pipa lepas pantai.
Departemen Pekerjaan Umum, 1986. Kriteria
4. Bak Penampung (reservoir) Perencanaan Irigasi. Jakarta : Departemen
Pekerjaan Umum
Bak penampung unit air baku pulau Maitara dibangun
dengan kapasitas volume penyimpanan air sebesar
350 m3 pada elevasi +50 mdpl

1 - 34 Jurnal INFRASTRUKTUR
Vol.02 No.01 Agustus 2016

MODEL DESAIN RUMAH ADAPTIF KAWASAN PESISIR


Studi Kasus: Desa Klaces, Kecamatan Kampung Laut, Kabupaten Cilacap

Dini Kusumawardhani,S.T.1, Siska Ayu MahyaningsihS.T.2, Winni SharfinaS.T.3,


Zulaikha Budi AstutiS.T.4

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat


Email: kusumawardhani.dini@gmail.com1, mahyaningsih@gmail.com2, winni.sharfina@
gmail.com3, zulaikhabudiastuti@gmail.com4

Abstrak
Sebagai lingkungan yang dinamis, lingkungan pesisir dihadapkan pada perubahan alam menahun secara
perlahan. Secara alami, kawasan ini dituntut untuk selalu adaptif terlebih ketika kawasan berubah menjadi
permukiman. Saat ini, Desa Klaces di Segara Anakan telah berubah menjadi kawasan pesisir berbasis darat
akibat sedimentasi dengan permasalahan antara lain: pasang naik dan pasang surut air laut, tingginya
kembang susut tanah dan minimnya fasilitas sanitasi dan air bersih. Pendekatan kuantitatif dan kualitatif
dengan metode analisis deskriptif, korelasi, sedangkan untuk desain yang digunakan diperuntukkan
mendapatkan sebuah model adaptif. Analisis ini, menghasilkan model rumah panggung modifikasi yang
sesuai untuk kawasan pesisir.

Kata Kunci: kawasan pesisir, rumah panggung, model adaptif

Abstract

As a dynamic environment, coastal area was facing prolonged natural changes slowly. Naturally, coastal area
was demanded to be adaptive, moreover when this area was changing into coastal settlement. The Klaces
Village in Segara Anakan nowadays has transformed into land-based coastal area due to the sedimentation
which causes many problems, such as: high and low tide, high soil shrinkage and minimum facilities of
clean water and sanitation. The quantitative and qualitative approach were used by combining descriptive
method, correlative design to gain an adaptive model for land-based coastal settlement. The analysis has
resulted a suitable model of modified stilt house for coastal area.

Keywords: coastal area, stilt house, adaptive model

Jurnal INFRASTRUKTUR 1 - 35
Vol.02 No.01 Agustus 2016

1. PENDAHULUAN ini adalah dapat memberikan kontribusi pemikiran


tentang lingkungan permukiman dan perumahan di
Lingkungan pesisir merupakan lingkungan yang kawasan pesisir yang dapat meningkatkan kualitas
dinamis. Perubahan kondisi alam secara tetap akan hidup masyarakat.
berlangsung di pagi hari dan sore hari. Pasang naik
yang terjadi di pagi hari mengakibatkan banjir 2. TINJAUAN PUSTAKA
atau masuknya air ke daratan dan pasang surut
yang terjadi di sore hari. Perubahan sosial dapat 2.1. Kawasan Pesisir
juga berlangsung secara dinamis karena kawasan
pesisir merupakan pintu gerbang interaksi dengan Menurut Undang-undang No. 1 Tahun 2014
komunitas sosial lainnya. Selain perubahan harian (Perubahan Atas Undang-undang Nomor 27 Tahun
tersebut, lingkungan pesisir juga dihadapkan pada 2007) tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan
perubahan alam menahun yang datang perlahan. Pulau-pulau Kecil, wilayah pesisir didefinisikan
Salah satu contoh perubahan alam tersebut adalah sebagai daerah peralihan antara ekosistem darat
sedimentasi yang terjadi di muara sungai dan dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan fisik
peningkatan muka air laut sebagai dampak dari yang terjadi baik di darat maupun di laut. Sugiarto
pemanasan global. dalam Dahuri (2008) menjelaskan bahwa kawasan
pesisir merupakan pertemuan antara darat dan laut.
Kemampuan dan kemauan masyarakat, khusus Kawasan yang mengarah ke darat meliputi wilayah
desa Klaces Kecamatan Kampung Laut, Kabupaten daratan kering dan wilayah terendam air yang masih
Cilacap, untuk berubah menuju kehidupan yang dipengaruhi oleh sifat-sifat laut, seperti pasang
lebih baik memerlukan proses adaptasi. Lingkungan surut dan perembesan air asin. Sementara kawasan
pesisir yang kaya sumber daya alam, misalnya yang mengarah ke laut meliputi bagian laut yang
ikan, menarik minat masyarakat untuk hidup di mengalami proses sedimentasi, memiliki aliran air
lingkungan pesisir sebagai pencari ikan. Inilah yang tawar serta aktivitas manusia, seperti penggundulan
kemudian menjadi cikal bakal munculnya desa-desa hutan bakau dan pencemaran.
pesisir. Berdasarkan observasi penulis, kawasan
pesisir yang terkena dampak sedimentasi sangat Kawasan pesisir memiliki ekosistem dengan tingkat
berpengaruh terhadap hasil tangkapan ikannya. keanekaragaman hayati yang tinggi. Kawasan ini
Oleh karena itu masyarakat pesisir tersebut harus kaya akan tanaman khas seperti bakau dan padang
berpikir ulang untuk mencari penghidupan baru. lamun. Kawasan pesisir merupakan habitat terumbu
Desa Klaces merupakan salah satu desa baru yang karang yang merupakan tempat beranekaragam ikan
muncul sebagai adaptasi munculnya sedimentasi dan hewan laut yang hidup dan berkembangbiak.
yang terjadi tersebut di Segara Anakan Kabupaten Sistem lingkungan kawasan pesisir ini membentuk
Cilacap. Desa dengan jumlah penduduk sekitar sistem perlindungan alamiah terhadap ancaman
3.000 jiwa (2014) ini mulai beradaptasi menjadi badai, banjir dan erosi yang memiliki peran dan
desa pesisir berbasis petani. Akan tetapi, jalur air fungsi besar untuk menjaga keberlangsungan
tetap menjadi dasar kehidupan mereka untuk tetap keseimbangan alam.
terhubung dengan kawasan lain, khususnya Pulau
Jawa. Dari segi lingkungan, Kawasan Pesisir Segara 2.2. Pola Permukiman Kawasan Pesisir
Anakan mengalami penderitaan akibat sedimentasi
sehingga kembang susut tanah di Desa Klaces Masyarakat pesisir adalah masyarakat yang sangat
cenderung tinggi. Desa Klaces akan diusulkan adaptif terhadap pola perubahan lingkungan,
menjadi model permukiman adaptif yang mana khususnya terhadap pasang naik dan pasang surut
salah satu rekomendasinya adalah model rumah air laut, angin, hujan dan banjir (Sajid, 2014).
adaptif sehingga desain rumah dapat disesuaikan Adaptasi ini diterjemahkan dalam wujud pola-
terhadap perubahan lingkungan di Desa Klaces yang pola permukiman kawasan pesisir yang terbentuk
cepat dan tidak stabil. (Depdikbud, dalam Sajid, 2014). Pola permukiman
di lingkungan perairan laut pada umumnya berada
Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan, di lingkungan pantai yang cukup terlindungi dari
beberapa masalah yang teridentifikasi yaitu kawasan gelombang dan angin laut. Pada umumnya tata
pesisir memiliki pola kehidupan alam dan sosial letak bangunan rumah adalah memanjang sejajar
yang unik sehingga perlu ditangani secara cermat dengan garis pantai yang terdiri atas beberapa lapis,
agar memberikan manfaat sebanyak-banyaknya baik ke arah darat maupun ke arah laut. Selain itu
baik untuk masyarakat maupun kondisi alam. Selain terdapat pula pola subkelompok komunitas yang
itu, adaptasi kawasan pesisir memberikan peluang mengelompok pada ruang-ruang penting seperti
kepada para peneliti untuk dapat mengaplikasikan kawasan penjemuran, masjid, maupun ruang
hasil-hasil penelitiannya dan melakukan penelitian terbuka umum. Secara rinci, pola ruang permukiman
lanjutan berbasis pengalaman di lapangan. nelayan, struktur ruang permukiman dan pola
perumahan dijelaskan pada Tabel 1.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menghasilkan
model rumah adaptif terhadap perubahan kawasan Secara umum, pola pertapakan bangunan rumah
pesisir, khususnya Desa Klaces. Manfaat penelitian tinggal kawasan pesisir kemudian dibagi menjadi

1 - 36 Jurnal INFRASTRUKTUR
Vol.02 No.01 Agustus 2016

empat tipe bangunan rumah. Pertama, rumah di Perumahan dan permukiman di kawasan pesisir ini
atas darat yang tidak banyak terdampak pasang dilengkapi dengan fasilitas jembatan dan perahu.
surut air laut. Kedua, rumah di atas darat tepi Fasilitas penghubung ini menjadi sangat penting
perairan yang terkadang tergenang banjir. Ketiga, sebagai fasilitas untuk mengakses ke darat agar
rumah yang berada pada peralihan tanah-darat, tepi kawasan darat dan laut tetap terhubung secara
perairan yang sangat dipengaruhi pasang naik dan sosial dengan masyarakat lainnya. Oleh karena itu,
pasang surut. Keempat, rumah di atas perairan. kawasan pesisir memiliki kesempatan yang luas
untuk memiliki sistem transportasi air yang baik.
Berikut adalah ilustrasi bangunan rumah untuk
kawasan pesisir:

Tabel 1. Tipe Bangunan Rumah di Kawasan Pesisir


(Sumber: Taylor dalam Sajid, 2014)

Gambar 1. Model permukiman di Volendam


(Sumber: meanbackpack.wordpress.com)

Gambar 2. Situasi kota Volendam


(Sumber: meanbackpack.wordpress.com)

Jurnal INFRASTRUKTUR 1 - 37
Vol.02 No.01 Agustus 2016

2.3. Benchmark Kawasan Pesisir di 3. METODE PENELITIAN


Volendam, Belanda
Lokasi penelitian dilakukan di Desa Klaces,
Volendam adalah desa nelayan di Belanda. Kawasan Kecamatan Kampung Laut, Kabupaten Cilacap,
ini menjadi salah satu tujuan wisata utama di Provinsi Jawa Tengah. Data sekunder dikumpulkan
Belanda. Hal yang menarik adalah kehidupan dari instansi-instansi pemerintah yang ada di Ibukota
penduduk desa ini yang masih mempertahankan Kabupaten Cilacap. Penelitian ini menggunakan
kehidupan tradisional, seperti memakai pakaian pendekatan kualitatif yang dilakukan terhadap
tradisional Belanda, menggunakan klompen dan data-data yang memerlukan justifikasi ahli, seperti
melakukan kegiatan pertanian. kualitas lingkungan, kualitas sosial dan kebijakan
yang menyertainya.
Dilihat dari model permukiman yang ada di Volendam,
model ini terkonsentrasi di antara hamparan lahan Terdapat beberapa alat analisis yang digunakan
pertanian. Hal yang menarik adalah kanal-kanal air dalam penellitian ini, yaitu deskriptif, korelasi
masih dipertahankan untuk mengaliri kota seperti dan desain. Analisis deskriptif dilakukan untuk
yang terlihat pada Gambar 1. menjabarkan hasil keseluruhan pengumpulan
data. Hasil observasi lapangan dan wawancara
Gambar 2 memperlihatkan lingkungan di Volendam dideskripsikan sehingga menghasilkan gambaran
yang sangat bersih. Rumah-rumah dan toko-toko yang jelas tentang kondisi saat ini, kebutuhan
tertata rapi. Walaupun Volendam merupakan kota masyarakat dan keinginan masyarakat di masa
nelayan namun infrastrukturnya sangat modern. depan terhadap model rumah adaptif. Deskripsi yang
Selain itu, jalur-jalur pejalan kaki banyak dibuat dilakukan meliputi seluruh data primer dan sekunder
untuk memanjakan para pengunjung untuk baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif.
menikmati kota ini. Kota ini juga dilengkapi dengan Analisis korelasi dilakukan dengan menghubungkan
kantung-kantung parkir yang disediakan untuk potensi, kekurangan, keterhubungan dengan
memarkir kendaraan atau bus wisatawan. pihak luar, kebijakan yang ada dan cita-cita yang
ingin diwujudkan. Desain merupakan visualisasi
Sementara itu, rumah-rumah yang berdekatan dari sebuah konsep yang ingin diwujudkan dan
dengan air dibangun sebagai rumah panggung. Hal hasil dari perjalanan panjang keseluruhan analisis
ini dilakukan sebagai adaptasi terhadap perubahan yang telah saling melebur. Desain di atas kertas
muka air laut akibat pasang naik dan pasang surut. merupakan langkah awal untuk mewujudkan model
Gambar 3 merupakan salah satu contoh rumah adaptif di lapangan. Alat bantu yang digunakan
panggung yang terdapat di Volendam. dalam merancang desain ini adalah perangkat lunak
program SketchUp.

4. HASIL OBSERVASI DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Kondisi Segara Anakan

Segara Anakan merupakan muara dari beberapa


sungai besar seperti Sungai Citanduy, Cibereum,
Cimeneng, Cikonde dan beberapa sungai lainnya.
Beberapa tahun terakhir, material sedimen yang
masuk ke Segara Anakan mencapai 1 juta m3 per
tahun yang didominasi oleh material aliran Sungai
Citanduy. Segara Anakan mengalami proses
penyempitan yang masif dalam kurun 20 tahun. Pada
Tabel 2, terlihat bahwa Segara Anakan memiliki luas
Gambar 3. Contoh rumah panggung di Volendam 2.906 Ha pada tahun 1984, 1.575 Ha pada tahun
(Sumber: meanbackpack.wordpress.com) 1994 dan pada tahun 2003 hanya tersisa 300 Ha.
Tabel 2. Jumlah Sedimentasi ke Segara Anakan

1 - 38 Jurnal INFRASTRUKTUR
Vol.02 No.01 Agustus 2016

Gambar 4. Lokasi Desa Klaces


(Sumber: meanbackpack.wordpress.com)
88,2% dan jumlah hari hujan terjadi diatas 20 hari
4.2. Gambaran Kondisi Desa Klaces dalam satu bulan pada bulan November April
(rentang musim hujan). Curah hujan rata-rata
Desa Klaces merupakan desa termuda di Kecamatan tertinggi perhari terjadi pada bulan Desember dan
Klaces yang dibentuk pada tahun 2002 (lihat terendah pada bulan Agustus. Sebaran curah hujan
Gambar 4). Desa Klaces dipersiapkan menjadi di Kecamatan Kampng Laut berkisar antara 2.000-
wilayah administrasi sendiri dan sekaligus menjadi 2.500 mm/tahun yang merupakan curah hujan
ibukota kecamatan (BPS, 2014). terendah (Lihat tabel 3).

Kondisi topografi Kabupaten Cilacap merupakan Sebagai Ibukota Kecamatan kampung Laut, Desa
kawasan pegunungan dengan ketinggian rata- Klaces memiliki luas wilayah dan jumlah penduduk
rata 400 meter dpl. Di sisi lain, kondisi topografi terkecil dibanding desa-desa lainnya. Desa Klaces
Kecamatan Kampung Laut merupakan yang tercatat memiliki luas wilayah 17,73 km2 dengan

Tabel 3. Luas Wilayah, Jumlah, dan Kepadatan Penduduk Kampung Laut


(Sumber: Data Dasar Kampung Laut, tahun 2014)

terendah di Kabupaten Cilacap dengan ketinggian jumlah penduduk 1.574 jiwa dengan kepadatan 55
0-3 meter dpl. Desa Klaces berada satu daratan penduduk per km2 (lihat Tabel 3).
dengan Pulau Nusakambangan yang memiliki
bentang alam pegunungan dengan topografi rata- Penduduk Desa Klaces sudah mengalami perubahan
rata kurang dari 100 meter dpl. Kondisi kelerengan mata pencaharian sebagai petani sawah dengan
lahan Kecamatan Kampung Laut adalah 0-2% yang bercocok tanam di tanah timbul yang subur. Sawah
merupakan kategori kelerengan landai hampir datar garapan penduduk ini sebagian besar tersebar
(BPS, 2014). di bagian selatan desa mendekati daratan Nusa
Kambangan dan di bagian timur ke arah Desa
Temperatur rata-rata Desa Klaces sebesar 26,9o Ujungalang. Luas sawah tadah hujan di Desa Klaces
C dengan intensitas matahari berkisar 52,8% - adalah 144 Ha dengan produk berupa padi, ketela

Jurnal INFRASTRUKTUR 1 - 39
Vol.02 No.01 Agustus 2016

pohon, kacang panjang, kelapa, dan cabai. Berikut 5 anggota. Pekerjaan penduduk di kawasan ini
diagram jenis mata pencaharian penduduk yang mayoritas adalah petani yang menggarap sawahnya
disajikan pada Gambar 5. sendiri di area Nusakambangan atau di bagian timur
menuju arah Desa Ujungalang. Tiap penduduk yang
bekerja sebagai petani mendapatkan penghasilan
berbeda-beda tergantung kondisi cuaca dan luas
lahan. Penduduk mengatakan bahwa mereka sudah
terbiasa dengan kondisi yang ada yang mana
banjir selalu datang tiap tahun sekali itu dianggap
wajar dan dimaklumi sebagai bagian dari kondisi
lingkungan mereka. Letak Pemukiman Tepi perairan
dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6 menunjukkan bangunan rumah mayoritas


menggunakan dinding papan, atap asbes atau
seng, berlantai papan. Ada pula yang berdinding
gedek bambu tergantung kemampuan penduduk.
Gambar 5. Mata Pencaharian Penduduk di Desa Rumah mereka membelakangi Segara Anakan
Klaces dan menghadap ke jalan lingkungan. Rumah yang
(Sumber: Data Dasar Kampung Laut, 2014) ada juga berupa landed house. Mereka enggan
untuk merubah rumah eksisting menjadi rumah
Gambar 5 menunjukkan sebanyak 65% penduduk panggung karena mereka beranggapan bahwa
di Desa Klaces bermatapencaharian sebagai petani, rumah panggung dirasakan cukup kompleks
selain itu masih ada 5% penduduk bekerja sebagai penggunaannya, misalnya di rumah panggung,
nelayan namun hanya nelayan tangkap. Banyak pula mereka hanya dapat menggunakan pintu depan
penduduk yang bekerja dengan membuka usaha di untuk akses masuk. Sedangkan pada rumah tapak,
rumahnya, misalnya sebagai pedagang makanan mereka dapat menggunakan banyak akses masuk,
dan bahan kebutuhan sehari-hari. baik di samping maupun di depan rumah. Berikut
gambar rumah di kawasan tepi perairan yang
Kondisi fisik permukiman dapat dijelaskan dari disajikan pada Gambar 7.
material bangunan yang digunakan oleh masyarakat
untuk membangun rumah. Seperti yang terlihat
pada Tabel 4, mayoritas rumah yang ada di Kampung Gambar 7 menujukkan bahwa Penduduk di kawasan
Laut sudah menggunakan dinding tembok. Ada pula ini dilayani oleh bak penampung air dengan sistem
yang menggunakan sebagian tembok namun masih perpipaan yang mana saat musim kemarau air
banyak juga rumah yang menggunakan papan/kayu tidak mengalir dan bak penampungan tersebbut
Tabel 4. Material Rumah Masyarakat Kampung Laut
(Sumber: Data Dasar Kampung Laut, 2014)

terisi air payau. Dengan demikian, penduduk


dan bambu. harus mengambil air hingga ke goa-goa di Nusa
Kambangan.
4.3. Pola Permukiman di Tepi Perairan
Kondisi sanitasi dasar hampir sama dengan
Permukiman di tepi perairan Segara Anakan kawasan lainnya. Akan tetapi, mayoritas penduduk
terletak di sebelah barat Desa Klaces (Gambar 6). di kawasan ini memiliki rumah dengan bilik terpisah
Pola permukiman berupa linear mengikuti Segara dari rumahnya untuk MCK. Sayangnya, black water
Anakan. Kawasan ini cukup dekat dengan fasilitas dari bilik ini langsung masuk ke badan air Segara
perkantoran dan kesehatan. Penduduk kawasan Anakan karena letak MCK ini berada di atas perairan
ini merupakan penduduk asli Desa Klaces. Pada Segara Anakan.
awalnya mereka hidup di kawasan peralihan. Setelah
berumah tangga mereka berpindah ke bagian Sebelum memulai melakukan desain terhadap
barat. Selain penduduk asli, ada pula pendatang rumah adaptif di Desa Klaces, dipetakan terlebih
dari daerah lain. Rata-rata tiap rumah terdiri atas

1 - 40 Jurnal INFRASTRUKTUR
Vol.02 No.01 Agustus 2016

Gambar 6. Letak Permukiman Tepi Perairan

Gambar 7. Rumah di Kawasan Tepi Perairan


(Sumber: Observasi Lapangan, 2015)
dahulu tantangan yang dihadapi Desa Klaces, akan mengembang disertai tekanan air pori dan
yaitu masih ada rumah yang mempertahankan timbulnya tekanan pengembangan. Sebaliknya jika
bentuk panggung sehingga dapat mengantisipasi kadar air berkurang sampai batas susutnya, akan
terjadinya banjir sekaligus mempertahankan corak terjadi penyusutan tanah. Kembang susut tanah
asli permukiman Kampung Laut yang menggunakan yang tinggi di Desa Klaces ini menyebabkan rumah
rumah panggung. Jenis rumah panggung saat ini retak dan penurunan tanah.
sudah mulai berkurang jumlahnya. Sedimentasi
Segara Anakan yang terjadi secara cepat dan masif Dalam hal infrastruktur permukiman, Desa Klaces
menyebabkan hasil tangkapan ikan berkurang, alur memiliki tantangan yang cukup pelik, misalnya
pelayaran menyempit dan kerusakan hutan bakau. pembuangan air limbah ke lingkungan dilakukan
masyarakat tanpa adanya pemrosesan terlebih
Pada musim hujan setiap tahunnya, Desa Klaces dahulu sehingga dapat mencemari badan air atau
pasti mengalami banjir dan genangan yang tanah. Selain itu, minimnya sumber air bersih
diakibatkan oleh pasang dan surut Segara Anakan. mengakibatkan penduduk hanya memanfaatkan
Pada kondisi pasang, genangan air dapat mencapai sumber mata air goa. Di samping itu, tidak ada
ketinggian 1 meter sehingga air Segara Anakan pengolahan sampah sehingga sampah dibakar atau
membanjiri permukiman dan kawasan pertanian ditimbun di pekarangan rumah masing-masing.
penduduk. Selain dari Segara Anakan, pada musim
hujan Desa Klaces juga mengalami banjir rob yang 4.4. Usulan Desain Rumah Adaptif di Desa
berasal dari Nusa Kambangan. Klaces

Banyak terdapat balong yang dapat dimanfaatkan Desain rumah yang adaptif pada permukiman di
khususnya untuk kegiatan perikanan. Saat ini, Desa Klaces perlu untuk direncanakan sesuai dengan
balong yang ada di Desa Klaces tidak dimanfaatkan kondisi lingkungannya. Berdasarkan karakteristik
sepenuhnya oleh penduduk untuk menambah lingkungan yang ada di Desa Klaces maka usulan
penghasilan sehingga balong eksisting cenderung desain rumah yang sesuai adalah berbentuk rumah
terbengkalai. panggung. Rumah panggung adalah rumah yang
dikhususkan untuk kawasan tepi air.
Tantangan selanjutnya adalah adanya kembang
susut tanah yang tinggi yang mempengaruhi Rumah di kawasan pesisir yang diusulkan adalah
stabilitas bangunan. Kembang susut tanah ini rumah sehat. Rumah ini memiliki ruang-ruang dasar
terjadi karena adanya perubahan kadar air. Apabila yang cukup dan dilengkapi dengan fasilitas kamar
terjadi peningkatan kadar air, tanah ekspansif mandi sehat. Penampilan rumah panggung dibangun

Jurnal INFRASTRUKTUR 1 - 41
Vol.02 No.01 Agustus 2016

sebagai rumah panggung urban yang nampak indah


dan bersih. Berikut adalah denah rumah yang
diusulkan. Berikut denah rumah panggung yang
disajikan dalam Gambar 8.

Seperti dalam Gambar 8, Rumah ini didesain dengan


empat tiang penyangga berukuran 30x30 sentimeter
dengan tinggi 1,8 meter. Rumah dengan luas 36
m2 ini berdinding papan kayu. Papan kayu dipilih
karena kawasan ini merupakan penghasil kayu.
Atap rumah yang dipilih adalah atap berjenis perisai
yang dimodifikasi pada bagian yang menghadap
Segara Anakan. Modifikasi ini berupa atap yang
separuh jatuh mengarah ke dinding beranda dan
disangga tiang kayu miring di kanan kiri bangunan.
Atap yang separuh jatuh ini terdiri dari papan kayu
yang menghalangi angin dari arah Segara untuk
langsung menerpa dinding rumah. Material penutup
atap adalah jenis polimer ringan UPVC. Usulan Model
Rumah Panggung disajikan dlam Gambar 9 dan 10.

Seperti dalam Gambar 9 dan 10, Usulan model


rumah panggung dibuat dengan pertimbangan
adanya banjir yang terjadi setiap tahun. Rumah
panggung dapat menjadi rumah adaptif sebagai
bentuk antisipasi terhadap banjir tersebut. Selain
Gambar 8. Denah Rumah Panggung di Tepi itu ketika musim kering, bagian bawah rumah
Perairan panggung dapat dimanfaatkan untuk berbagai

Gambar 9. Usulan Model Rumah Panggung di Tepi Perairan (Tampak Kiri dan Kanan)

Gambar 10. Usulan Model Rumah Panggung di Tepi Perairan (Tampak Depan dan Belakang)

1 - 42 Jurnal INFRASTRUKTUR
Vol.02 No.01 Agustus 2016

kegiatan komunitas.

5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Desa Klaces sebagai Ibu Kota Kecamatan Kampung


Laut dan sebagai pintu gerbang ke kawasan Segara
Anakan telah beradaptasi dengan perubahan alam air
menuju daratan. Penduduk beralih mata pencaharian
dari nelayan tangkap menjadi petani. Desa Klaces
memiliki masalah yang khas yakni tingginya laju
sedimentasi di Segara Anakan dan banjir/ genangan
tiap tahun. Hasil analisis menunjukkan bahwa
Desa Klaces dapat diusulkan sebagai Model Rumah
Adaptif, yang menekankan model hunian adaptif
sesuai dengan kondisi lingkungan Desa Klaces.

5.2. Saran

Saran yang sekiranya dapat diberikan adalah


sekiranya penelitian selanjutnya dapat membahas
mengenai penataan kawasan permukiman sesuai
dengan keinginan stakeholder (masyarakat
setempat, instansi setempat, akademisi, dan swasta
yang tertarik melakukan kegiatan CSR). Metode
yang digunakan dapat berupa Delphi untuk menggali
informasi terkait keinginan stakeholder sehingga
hasil yang didapat lebih sesuai. Selain itu, penelitian
lanjutan dapat dilakukan untuk menggali gap
antara keinginan dan kondisi eksisting infrastruktur
permukiman bagi masyarakat, sehingga dapat
diketahui perbedaan antara penyediaan infrastruktur
dengan keinginan masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Bappeda Kabupaten Cilacap. 2010. Rencana Tata


Ruang Wilayah Kabupaten Cilacap tahun
2010 - 2029

BPS. 2014. Statistik Daerah Kecamatan Kampung


Laut 2014

BPS. 2014. Data Dasar Kampung Laut 2014

Dahuri, R. dkk. 2008. Pengelolaan Sumber Daya


Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu.
PT. Pradnya Paramita: Jakarta

Direktorat Penataan Ruang Wilayah II. NA. Materi


Teknis Penataan Ruang Kawasan DAS
Citanduy-Laguna Segara Anakan

Undang-Undang No. 1 Tahun 2014 tentang


Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 27
Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

Sajid, S. M. (2014). Adaptasi Bentuk Permukiman


Pesisir Kampung Laut Segara Anakan Akibat
Sedimentasi. Bandung: Universitas Katolik
Parahyangan

Jurnal INFRASTRUKTUR 1 - 43
Vol.02 No.01 Agustus 2016

PENYUSUNAN APLIKASI DATABASE SUMUR BOR SNVT AIR TANAH DAN


AIR BAKU BALAI WILAYAH SUNGAI NUSA TENGGARA II
Widana Bayu Nugraha

Dierektorat Jenderal Sumber Daya Air


Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Email : widanabnugraha@gmail.com

Abstrak

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat melalui Satuan Kerja Non Vertikal Tertentu (SNVT) Air
Tanah dan Air Baku Balai Wilayah Sungai (BWS) Nusa Tenggara II telah membangun 1.295 titik sumur bor,
60 embung air baku dan memanfaatkan 26 titik mata air di Provinsi Nusa Tenggara Timur Hingga Desember
2014. Namun data teknis mengenai sumur bor, mata air dan embung air baku tersebut tidak tersusun
secara baik dan lengkap. Di sisi lain, data teknis ini dibutuhkan untuk menggambarkan kondisi dan sebaran
sumur bor, mata air dan embung air baku di Provinsi Nusa Tenggara Timur serta sebagai pertimbangan
dalam penentuan titik-titik pembangunan sumber air bagi masyarakat ke depannya. Penelitian ini bertujuan
untuk menyusun suatu database sumur bor, mata air dan embung air baku untuk kemudian dikembangkan
menjadi suatu aplikasi yang mampu menyimpan, memperbaharui dan menampilkan data-data mengenai
sumur bor, mata air dan embung air baku yang telah dibangun oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat. Tahapan yang digunakan dalam penyusunan aplikasi ini antara lain adalah analisa
masalah, perencanaan dan pengumpulan data, perancangan aplikasi, pembuatan aplikasi, penyusunan
petunjuk penggunaan aplikasi serta sosialisasi penggunaan aplikasi kepada personil-personil di SNVT Air
Tanah dan Air Baku BWS Nusa Tenggara II. Aplikasi disusun dengan menggunakan bahasa pemrograman
VB.net dan compiler Ms.Visual Studio 2012. Dengan penggunaan yang optimal, aplikasi database sumur
bor SNVT Air Tanah dan Air Baku BWS Nusa Tenggara II dapat memberikan informasi mengenai data-
data teknis sumur bor, mata air dan embung air baku di Provinsi Nusa Tenggara Timur dan dapat menjadi
rujukan dalam penentuan titik-titik pembangunan berikutnya.

Kata Kunci: aplikasi, sumur bor, database, data teknis.

Abstract

Until December 2014, the Ministry of Public Works and Public Housing through Non-Vertical Specific Working
Unit (SNVT) Groundwater and Raw Water, Center for River Basins (BWS) Nusa Tenggara II, has built 1,295
points artesian well, 60 raw water reservoirs and take advantage of 26 water springs in the province of East
Nusa Tenggara. However, the technical data of the artesian wells, water springs and raw water reservoirs is
not well structured and uncomplete. On the other hand, this technical data needed to describe the condition
and distribution of artesian wells, water springs and raw water reservoirs in East Nusa Tenggara, as well as
a consideration in the determination of the points of water resources development for the community in the
future. This study aims to compile a database of artesian wells, water springs and raw water reservoirs for
later developed into an application that is capable of storing, updating and displaying the data on artesian
wells, water springs and raw water reservoirs that has been built by the Ministry of Public Works and
Public Housing. Stages are used in the preparation of this application include problem analysis, planning
and data gathering, application design, application development, application usage instructions preparation
and dissemination of the use of the application to the personnel in SNVT Groundwater and Raw Water
BWS Nusa Tenggara II. Applications compiled using VB.net programming language and compiler Ms.Visual
Studio 2012. With optimal usage, database applications artesian wells SNVT Groundwater and Raw Water
BWS Nusa Tenggara II can provide information on technical data of artesian wells, springs and raw water
reservoirs in East Nusa Tenggara and could be a reference in the determination of the points of development
next.

Keyword: application, artesian well, database, technical data.

1 - 44 Jurnal INFRASTRUKTUR
Vol.02 No.01 Agustus 2016

1. PENDAHULUAN inilah yang mendorong penulis membangun suatu


perangkat lunak yang bertujuan untuk membantu
1.1. Latar Belakang Masalah penyusunan database sumur bor di lingkungan
SNVT Air Tanah dan Air Baku BWS NT II.
Kondisi wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur yang
umumnya berupa tanah karang menyebabkan 1.2. Batasan Masalah
masyarakat kesulitan mendapatkan air untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka, Batasan penelitian ini adalah pembuatan perangkat
khususnya di musim kemarau. Sungai-sungai tidak lunak database sumur bor, mata air dan embung air
dapat diandalkan sebagai sumber air baku karena baku, dimulai dari penyusunan database sumur bor,
pada musim kemarau mengalami kekeringan. Hal mata air dan embung air baku di Provinsi NTT dalam
inilah yang mendorong teknisi-teknisi di lingkungan bahasa pemograman VB.net.
Balai Wilayah Sungai (BWS) Nusa Tenggara II harus
mencari alternatif sumber air lain. Pilihan populer 1.3. Maksud dan Tujuan
saat ini jatuh kepada sumur bor. Sejak tahun 1980-
an, Kementerian PUPR telah banyak membangun Kegiatan penyusunan database sumur bor dan
sumur bor di Provinsi Nusa Tenggara Timur baik pembuatan aplikasi database sumur bor SNVT Air
untuk air baku maupun jaringan irigasi air tanah Tanah dan Air Baku BWS Nusa Tenggara II bertujuan
(JIAT). Hingga Desember 2014, sebanyak 1295 untuk menghasilkan suatu program mandiri sebagai
sumur bor telah dibangun di 21 kabupaten/kota di media penyimpanan dan master data sumur bor di
Provinsi NTT. lingkungan SNVT Air Tanah dan Air Baku BWS Nusa
Tenggara II. Dengan adanya program tersebut,
Pengelolaan pembangunan sumur bor, mata air dan diharapkan data sumur bor lebih tertata rapi dan
embung air baku di BWS Nusa Tenggara II Provinsi terakomodasi dalam suatu master database. Selain
NTT berada di tangan SNVT Air Tanah dan Air Baku. itu, data-data teknis sumur bor yang belum lengkap
Tugas pembangunannya dibagi kepada 3 (tiga) dapat dengan mudah dilengkapi secara bertahap
PPK, yaitu PPK PAT Timor dan Kepulauan, PPK PAT seiring dengan proses monitoring di lapangan.
Flores dan Kepulauan serta PPK PAT Sumba dan
Kepulauan. Hingga tahun 2014, Kementerian PUPR 2. LANDASAN TEORI
telah membangun 1295 titik sumur bor di Provinsi
1.1. Air Tanah dan Pemanfaatannya
Nusa Tenggara Timur. Sumur tersebut tersebar di
21 kabupaten/kota untuk dimanfaatkan sebagai Air tanah adalah istilah yang digunakan untuk
sumber air baku masyarakat atau sumber air menunjukkan semua perairan yang ditemukan di
untuk jaringan irigasi air tanah (JIAT). Penggunaan bawah permukaan tanah. Dalam hidrologi, air tanah
sumur tersebut ditentukan oleh dua hal, yaitu yang dimaksud adalah air yang terkandung di zona
kebutuhan masyarakat dan debit air maksimal jenuh air (zone of saturation). Air dapat keluar dari
yang dapat dimanfaatkan dari suatu sumur bor. zona jenuh air tersebut melalui sumur, mata air dan
Umumnya, sumur bor untuk JIAT memiliki debit sungai. (Bear, 2007)
yang dapat dimanfaatkan yaitu lebih dari 10 liter/
detik, sedangkan untuk air baku debitnya berkisar Ada beberapa solusi untuk mencari air bersih yang
antara 3 sampai 7 liter/detik. Dari 1295 sumur bor memenuhi syarat kuantitas dan kulitasnya sehingga
tersebut, 550 titik sumur bor dimanfaatkan untuk air tersebut benar-benar dapat diperuntukkan untuk
JIAT, 530 titik sumur bor dimanfaatkan untuk air kebutuhan air baku. Salah satu di antaranya adalah
baku dan 215 titik sumur bor dalam kondisi kering penggunaan air tanah dengan membuat sumur bor
sehingga tidak dapat dimanfaatkan. Sebaran sumur karena sumur bor masih berkualitas airnya.
bor terbanyak berada di Kabupaten Kupang, yaitu
sebanyak 235 titik sumur bor. 1.2. Database

Namun, data teknis mengenai sumur-sumur bor Database adalah kumpulan dari item data yang
tersebut tidak terinventarisasi secara baik oleh saling berhubungan satu dengan yang lainnya
BWS NT II, dalam hal ini SNVT Air Tanah dan yang diorganisasikan berdasarkan sebuah skema
Air Baku. Oleh sebab itu, perlu adanya proses atau struktur tertentu, tersimpan di hardware
pengumpulan data sumur bor dan disusun komputer dan dengan software untuk melakukan
dalam bentuk database. Kemudian, supaya data manipulasi untuk kegunaan tertentu. (Jogiyanto,
tersebut dapat terinventarisasi dengan baik secara 1995). Database merupakan salah satu komponen
berkesinambungan, dibutuhkan suatu inovasi dalam penting dalam sistem informasi, karena merupakan
pengumpulan data sumur bor tersebut supaya dasar dalam menyediakan informasi. Jenjang data
data teknis sumur-sumur bor tersebut dapat sehingga pada akhirnya tersusun menjadi database
terkumpul dan tersaji dengan mudah dan lengkap. tersusun dalam Gambar 1 berikut ini.
Perkembangan teknologi merupakan hal yang sudah
akrab dalam kehidupan sehari-hari saat ini. Tidak
dapat dipungkiri bahwa teknologi menjadi syarat
mutlak demi membantu aktifitas manusia. Hal

Jurnal INFRASTRUKTUR 1 - 45
Vol.02 No.01 Agustus 2016

Berangkat dari kebutuhan akan perangkat lunak yang


dapat memfasilitasi pengumpulan kelengkapan data
teknis sumur bor dan menyimpan data sumur bor
yang dibangun di kemudian hari, maka disusunlah
suatu aplikasi database sumur bor SNVT Air Tanah
dan Air Baku BWS NT II. Penyusun membangun
aplikasi ini menggunakan bahasa pemrograman
VB.net dengan compiler Ms. Visual Studio versi
2012. Proses pembuatannya memakan waktu
selama 3 bulan dan dilaksanakan selama masa
orientasi lapangan (OJT Tahap 2) CPNS Kementerian
PUPR angkatan 2014 pada bulan Agustus hingga
Gambar 1. Jenjang Data bulan Oktober 2015. Penelitian ini berada dalam
bimbingan Kepala SNVT Air Tanah dan Air Baku
1.3. Bahasa Pemrograman VB.net BWS Nusa Tenggara II, Bapak Ir. Agus Sosiawan,
ME. Metode penelitian dalam pembuatan aplikasi
Microsoft Visual Basic .NET adalah sebuah bahasa database sumur bor SNVT Air Tanah dan Air Baku
yang digunakan dalam pembangunan dan BWS Nusa Tenggara II ini dengan :
pengembangan aplikasi yang bergerak di atas sistem.
NET Framework, dengan menggunakan bahasa 2.1. Analisa Masalah
BASIC (Hidayatullah, 2012). Dengan menggunakan
alat ini, para programmer dapat membangun Suatu program yang berfungsi sebagai media
aplikasi Windows Forms, aplikasi web berbasis ASP. penyimpanan data yang terstruktur dengan baik
NET, dan juga aplikasi command-line. Alat ini dapat diperlukan karena adanya ketidaklengkapan
diperoleh secara terpisah dari beberapa produk dan ketidakteraturan data sumur bor yang telah
lainnya (seperti Microsoft Visual C++, Visual C#, dibangun BWS Nusa Tenggara II.
atau Visual J#), atau juga dapat diperoleh secara
terpadu dalam Microsoft Visual Studio .NET. Bahasa 2.2. Perencanaan Dan Pengumpulan Data
Visual Basic .NET sendiri menganut paradigma
Penyusunan aplikasi database sumur bor dimulai
bahasa pemrograman berorientasi objek yang dapat
dengan pengumpulan data sumur bor di lingkungan
dilihat sebagai evolusi dari Microsoft Visual Basic
BWS Nusa Tenggara II Provinsi NTT untuk kemudian
versi sebelumnya yang diimplementasikan di atas
disusun menjadi suatu database Ms.Access.
.NET Framework.
2.3. Perancangan Aplikasi
1.4. Aplikasi Visual Studio 2012 Express
Edition
Merancang aplikasi database sumur bor BWS Nusa
Tenggara II dengan memperhatikan kemudahan
Microsoft Visual Studio 2012 Express Edition
bagi pengguna aplikasi dalam memahami semua
merupakan sebuah perangkat lunak lengkap (suite)
menu dalam aplikasi sehingga tidak ada kendala
yang dapat diperoleh secara bebas (free) yang
dalam penginputan data dan pemahaman terhadap
dapat digunakan untuk melakukan pengembangan
informasi yang ditampilkan.
aplikasi, baik itu aplikasi bisnis, aplikasi personal,
ataupun komponen aplikasinya, dalam bentuk
2.4. Pembuatan Aplikasi
aplikasi console, aplikasi Windows, ataupun aplikasi
web. Visual Studio mencakup kompiler, SDK, Pembuatan aplikasi database sumur bor SNVT
Integrated Development Environment (IDE), dan Air Tanah dan Air Baku BWS Nusa Tenggara II
dokumentasi (umumnya berupa MSDN Library). menggunakan bahasa pemrograman VB.net dengan
Kompiler yang dimasukkan ke dalam paket Visual compiler Ms.Visual Studio 2012.
Studio antara lain Visual C++, Visual C#, Visual
Basic, Visual Basic.NET, Visual InterDev, Visual J++, 2.5. Penyusunan Petunjuk Penggunaan
Visual J#, Visual FoxPro, dan Visual SourceSafe. Aplikasi
Microsoft Visual Studio dapat digunakan untuk
mengembangkan aplikasi dalam native code (dalam Petunjuk penggunaan aplikasi disusun sebagai
bentuk bahasa mesin yang berjalan di atas Windows) acuan dalam penggunaan aplikasi tersebut.
ataupun managed code (dalam bentuk Microsoft
Intermediate Language di atas .NET Framework). 2.6. Sosialisasi Penggunaan Aplikasi
Selain itu, Visual Studio juga dapat digunakan
Pengguna aplikasi database sumur bor ini adalah
untuk mengembangkan aplikasi Silverlight, aplikasi
SNVT Air Tanah dan Air Baku BWS Nusa Tenggara II,
Windows Mobile (yang berjalan di atas .NET Compact
sehingga perlu disosialisasikan di lingkungan satuan
Framework).
kerja tersebut supaya dapat digunakan secara
2. TAHAPAN PENELITIAN optimal.

1 - 46 Jurnal INFRASTRUKTUR
Vol.02 No.01 Agustus 2016

3. HASIL OBSERVASI DAN PEMBAHASAN dari aplikasi ini, yaitu menampilkan data, input data
baru, edit data yang telah tersimpan sebelumnya,
3.1. Penyusunan Database Sumur Bor
simpan data dan export data ke dalam format
Langkah pertama yang penulis lakukan adalah
Ms.Excel. Data yang diakomodir dalam aplikasi ini
mengumpulkan data sumur bor dari setiap PPK di
antara lain adalah sumur bor JIAT, sumur bor air
lingkungan SNVT Air Tanah dan Air Baku BWS NT II.
baku, sumur bor dengan kondisi kering, mata air dan
Data yang tersedia adalah dalam bentuk Ms.Excel
embung air baku untuk masing-masing kabupaten
dengan format dan kondisi kelengkapan data yang
dan kota di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur.
berbeda-beda di masing-masing PPK. Data-data
Aplikasi ini memiliki tampilan awal seperti Gambar 3
tersebut disusun dalam suatu datasheet baru,
dan halaman depan seperti Gambar 4 di bawah ini.
disamakan formatnya, dipisahkan berdasarkan
pemanfaatan dan kondisinya serta direkap untuk
mengetahui jumlah di masing-masing kabupaten/
kota.

Meskipun kelengkapan data sumur bor ini belum


optimal, namun database ini telah mampu
menggambarkan jumlah sumur bor di setiap
kabupaten/kota. Lebih lanjut lagi, database ini
digunakan sebagai dasar penyusunan aplikasi
database sumur bor agar data yang ada saat ini
dapat dengan mudah dilengkapi oleh personil SNVT
Air Tanah dan Air Baku BWS NT II secara bertahap
bersamaan dengan proses pemantauan di lapangan.
Proses penyusunan database ini memakan waktu Gambar 4. Halaman Depan Aplikasi Database
selama 6 minggu. Hasil kompilasi data sumur bor ini Sumur Bor SNVT Air Tanah dan Air Baku BWS Nusa
tertuang dalam sebuah dokumen seperti Gambar 2 Tenggara II
di bawah ini.
Dalam aplikasi ini pada Gambar 4, sebaran masing-
masing jenis sumur bor (sumur bor JIAT, air baku
dan kondisi kering), mata air dan embung air
baku pada setiap kabupaten/kota di Provinsi Nusa
Tenggara Timur dalam peta dan tersaji data teknis
sumur-sumur tersebut dalam tabel yang tersedia di
masing-masing tab control yang ada (Gambar 5).
Pengguna dapat mengubah dan menambahkan data
sumur bor yang ada.

Gambar 2. Dokumen Data Sumur Bor SNVT Air


Tanah dan Air Baku BWS Nusa Tenggara II

3.2. Pembuatan Aplikasi Database Sumur


Bor

Gambar 5. Contoh Tampilan Data

3.3. Sosialisasi Penggunaan Aplikasi


Database Sumur Bor

Aplikasi database sumur bor yang telah disusun oleh


penulis kemudian diserahkan kepada pihak SNVT Air
Tanah dan Air Baku BWS NT II untuk dimanfaatkan
sepenuhnya dalam mendukung kegiatan di satuan
kerja tersebut. Personil-personil di masing-masing
Gambar 3. Tampilan Awal Aplikasi Database PPK diberikan bekal pengetahuan dalam penggunaan
Sumur Bor SNVT Air Tanah dan Air Baku BWS aplikasi tersebut supaya dapat dimanfaatkan secara
Nusa Tenggara II optimal. Master aplikasi tersebut dituangkan
dalam bentuk CD untuk mempermudah instalasi di
Perangkat lunak ini menggunakan Ms.Access sebagai komputer-komputer lain jika suatu saat diperlukan
media penyimpanan databasenya. Terdapat 5 fungsi di komputer lain (Gambar 6).

Jurnal INFRASTRUKTUR 1 - 47
Vol.02 No.01 Agustus 2016

Gambar 6. CD Instalasi Aplikasi Database Sumur


Bor

Database sumur bor dan aplikasi database sumur


bor SNVT Air Tanah dan Air Baku BWS Nusa
Tenggara II dapat menjadi alat untuk menyimpan
dan menyajikan data-data teknis mengenai sumur
bor, mata air dan embung air baku yang telah
dibangun di Provinsi Nusa Tenggara Timur oleh
Kementerian PUPR melalui BWS Nusa Tenggara II.
Dengan penggunaan yang optimal, aplikasi ini dapat
memberikan informasi yang baik mengenai sebaran
sumber-sumber air bagi masyarakat berupa sumur
bor, mata air maupun embung air baku dan menjadi
rujukan dalam penentuan titik-titik sumur bor yang
akan dibangun selanjutnya.

4. Kesimpulan

1. Menghasilkan suatu program mandiri sebagai


media penyimpanan dan master data sumur bor
di lingkungan SNVT Air Tanah dan Air Baku BWS
Nusa Tenggara II.

2. Data sumur bor lebih tertata rapi dan


terakomodasi dalam suatu master database.

DAFTAR PUSTAKA

Bear, J. (2007). Hydraulics of Groundwater. New


York: Dover Publications.

Hidayatullah, P. (2012). Visual Basic.net (Membuat


Aplikasi Database dan Program Kreatif).
Bandung: Penerbit Informatika.

Jogiyanto. (1995). Pengenalan Komputer. Jakarta:


Erlangga.

1 - 48 Jurnal INFRASTRUKTUR
Vol.02 No.01 Agustus 2016

SURVEY PERMASALAHAN DANAU SEMAYANG DAN MELINTANG

Davidson Rofiano Lombogia, ST

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air


Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Email : davidson.lombogia@gmail.com

Abstrak

Danau memiliki total tampungan yang sangat besar. Danau merupakan ekosistem perairan darat yang
keberadaannya sangat penting bagi kehidupan manusia. Danau Semayang dan Danau Melintang adalah
danau paparan banjir. Kedua danau ini sangat berpengaruh dalam kehidupan masyarakat Karena musim
panas berkepanjangan maka terjadi penurunan tinggi muka air di sungai, ini juga mengakibatkan tinggi
muka air di danau turun dan dapat mengakibatkan pendangkalan. Berdasarkan keadaan iklim saat itu
maka dilaksanakan Survey untuk melihat keadaan dan kondisi danau disaat musim kemarau dan melihat
permasalahan permasalahan yang terjadi di danau dan sekitar danau. Dalam penelitian ini metode yang
dilakukan adalah observasi. Dari hasil observasi terdapat berbagai macam permasalahan. Dan untuk
mengatasi keadaan danau sekarang ini maka yang dilakukan adalah pengerukan. Pengerukan dilakukan
adalah untuk menambah volume tampungan di danau sehingga tidak menyebabkan banjir

Kata kunci : Danau Semayang dan Danau Melintang, Danau Paparan banjir, tinggi muka air, pengerukan

Abstract

Lakes have enourmous water reservoir in total. They are inland water ecosystem that are significant for
human lives. Semayang Lake and Melintang Lake are lakes with flood exposure. Both lakes significantly
influencethe lives of the local communities. Due to long dry season, the water level of the rivers decrease,
and so are the water level of the lakes, and this can lead to silting. Based on the climate at the time, this
survey was conducted to observe the situation and condition of the lakes during dry season and to identify
issues on and around the lakes. In this research, the method used is observation. The observation result
shows various issues. To deal with the current issues of the lakes, a dredging is required/suggested. The
dredging is done/suggested in order to increase the reservation volume of lakes and by doing so also
reducing the risk of flood.

Keywords: Semayang Lake and Melintang Lake, Flood Exposure Lakes, water level, dredging.

Jurnal INFRASTRUKTUR 1 - 49
Vol.02 No.01 Agustus 2016

1. PENDAHULUAN mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke


laut secara alami, yang batas di darat merupakan
1.1. Latar Belakang pemisah toppografis dan batas di laut sampai
dengan daerah perairan yang masih terpengaruh
Danau memiliki total tampungan yang sangat aktifitas daratan (Permen PUPR No.28, 2015)
besar, dan masih perlu mendapatkan perhatian
serius terkait operasi dan pemeliharaan maupun 2.2. Fungsi dan Manfaat Danau.
pengelolaannya agar fungsi dan manfaatnya
dapat ditingkatkan antara lain untuk penyediaan Fungsi dan nilai manfaat dari danau di lihat dari segi
kebutuhan air baku, pariwisata, perikanan, irigasi manfaat langsung (Direct Function) adalah sebagai
dapat dioptimalkan. Danau Semayang dan Danau pengendali banjir dan kekeringan, pengisi air tanah
Melintang merupakan danau terbesar di Kalimantan dan pencegah intrusi air laut, jalur transportasi,
Timur. Dua Danau ini terletak di daerah Kabupaten rekreasi, penelitian dan pendidikan. Dari fungsi
Kutai Kartanegara dan merupakan danau paparan ekologi danau itu sebagai penambat sedimen dari
banjir, dimana pada saat air sungai Mahakam dan darat dan penjernih air. Dari segi hasil produksi
anak anak sungainya naik dua danau ini menyatu, danau itu berfungsi sebagai peneydiaan air untuk
dan pada saat air sungai Mahakam turun kedua masyarakat, pengisi air tanah, penyedia air untuk
danau ini terpisah. Luas dari danau Melintang adalah lahan basah lainnya, sumber perikanan, pendukunng
11.000 Ha. Sedangkan luas dari danau Semayang pertanian, sumber energi. Sedangkan di lihat dari
adalah 13.000 Ha. Kedua Danau ini juga termasuk segi kekhasan danau itu berfungsi sebagai tempat
Dalam WS Mahakam. Secara geografis danau habitat berbagai keanekaragaman hayati, budaya
Semayang terletak pada koordinat 001324,48 S dan warisan. (Kementerian Lingkungan Hidup,
dan 11602717,55 E, sedangkan danau melintang 2014)
001733,82 S dan 11601942,55 E. Di kedua danau
ini wisatawan dapat menikmati pemandangan 2.3. Danau Paparan Banjir
hamparan air sungai yang tenang dan juga kicauan
burung. Keindahan alam ini mencapai puncaknya Danau Paparan Banjir (Flood Plain), merupakan
pada saat matahari terbit dan matahari terbenam. danau yang terletak pada elevasi rendah dan dangkal
Seolah-olah matahari terbit dan tenggelam serta cenderung mengalami pendangkalan terus
ditengah rimba Pulau Kalimantan. Selain sebagai menerus akibat pelumpuran dan berkembangnya
kawasan wisata alam, kedua danau ini dijadikan tumbuhan air (Kementerian Lingkungan Hidup,
sebagai sumber mata pencaharian penduduk 2014). Danau paparan banjir adalah tampungan
yang ada disekitar danau, dan sebagai salah satu air alami yang merupakan bagian dari sungai yang
pusat perikanan di Kabupaten Kutai Kartanegara. muka airnya terpengaruh langsung oleh muka air
Namun keadaannya sangat menyedihkan ketika langsung (Permen PUPR No. 28, 2015)
musim kemarau tiba. Sebagian besar permukaan
danau mengalami kekeringan terutama di daerah 2.4. Pendangkalan Danau
pinggiran danau, seperti bagian danau yang terletak
di sebelah barat dan timur desa Semayang. Yang Erosi pada Daerah Aliran Sungai (DAS) / Daerah
tersisa hanya alur-alur air ditengah danau dengan Tangkapan Air (DTA) danau telah menyebabkan
kedalaman sekitar 0,5 meter. Alur-alur inilah yang pendangkalan dan penyempitan danau.
dijadikan masyarakat sebagai jalur transportasi Pendangkalan danau terjadi di danau dangkal
perahu ketinting. maupun danau dalam. Di danau dangkal dampaknya
sangat nyata dan mengkhawatirkan karena lambat
1.2. Rumusan Masalah laun status danau berubah menjadi rawa dan
selanjutnya menjadi lahan daratan. (Kementerian
Apa saja yang menjadi permasalahan di Danau Lingkungan Hidup, 2014)
Semayang dan Melintang, dan bagaimana cara
mengatasi permasalah tersebut. 2.5. Pencemaran Air

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian Sumber pencemaran air danau adalah limbah
domestik berupa bahan organik dari pemukiman
Melalui Survey dan Monitoring ini dapat dianalisa penduduk di daerah tangkapan air dan sempadan
permasalahan yang terjadi di danau dan dapat danau. Adanya kegiatan lain berupa usaha pertanian,
mengetahui penyelesaian permasalahan yang peternakan, industri rumah tangga dan pariwisata
terjadi di Danau Semayang dan Danau Melintang. akan menambah limbah bahan organic yang masuk
ke perairan danau. (Kementerian Lingkungan Hidup,
2. TINJAUAN PUSTAKA 2014)
2.1. Daerah Aliran Sungai (DAS) 2.6. Sempadan Danau
Suatu wilayah daratan yang merupakan atu Sempadan danau adalah luasan lahan yang
kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, mengelilingi dan berjarak tertentu dari tepi badan
yang berfungsi menampung, menyimpan, dan

1 - 50 Jurnal INFRASTRUKTUR
Vol.02 No.01 Agustus 2016

danau yang berfungsi sebagai kawasan pelindung


danau. (Permen PUPR No.28, 2015)

3. METODE PENELITIAN

Dalam Penelitian ini menggunan metode penelitian


secara observasi yaitu metode dengan pengumpulan
data melalui pengamatan langsung atau peninjauan
secara cermat dan langsung di lapangan atau lokasi
penelitian. Dalam hal ini peneliti mengunjungi lokasi
penelitian untuk mengamati langsung berbagai hal
dan kondisi yang ada di lapangan. Kunjungan ke
lokasi ini dilaksanakan pada tanggal 26 September Gambar 4. Keadaan Danau Semayang
2015 bersama dengan PPK Prasarana dan Konservasi
Sumber Daya Air Balai Wilayah Sungai Kalimantan
III.

4. HASIL DAN PEMBAHSAN

Hasil survey dan monitoring yang dilakukan di danau


semayang dan melintang adalah sebagai berikut:

Gambar 5. Keadaan Danau Melintang

Dari hasil pengamatan tersebut dapat dilihat


bahwa yang terjadi di danau Semayang dan
Melintang adalah telah menjadi alih fungsi danau
Gambar 1. Sedimentasi di Danau oleh masyarakat, karena dalam keadaan musim
panas berkepanjangan masyarakat sekitar yang
sebelumnya berprofesi sebagai nelayan beralih
profesi menjadi petani. Masyarakat sekitar bercocok
tanam didaerah yang dangkal. Akibat kemarau yang
berkepanjangan maka terjadi kebakaran di sekitar
lokasi danau sehingga mengakibatkan terjadinya
lahan kritis di Daerah Tangkapan Air. Dan juga
terjadi penurunan kualitas air di danau semayang
tesebut.

Berdasarkan hasil survey di lapangan tersebut


maka dapat dilihat terdapat banyak permasalahan
Gambar 2. Nelayan di Danau Semayang
yang terjadi, adapun upaya upaya yang dapat
dilakukan dalam menangani masalah yang ada di
danau Semayang dan danau Melintang.

1. Penetapan tata ruang kawasan danau

Permasalahan yang di hadapai adalah pemanfaatan


ruang yang tidak sesuai dengan peruntukannya, dan
konflik pemanfaatan ruang. Dan untuk menangani
masalah tersebut perlu diadakan program dan
kegiatan penataan ruang kawasan danau yaitu,
penyusunan RTRW dan RDTR Kawasan Danau,
penyusunan kajian lingkungan hidup strategis
Gambar 3. Kondisi Danau Semayang saat kawasan Ekosistem Danau, dan penyusunan zonasi
dijadikan lahan untuk menanam padi pemanfaatan perairan danau. Sasaran dari kegiatan
ini adalah untuk pemanfaatan ruang kawasan danau
sesuai dengan daya dukung dan daya tampung
kawasan.

Jurnal INFRASTRUKTUR 1 - 51
Vol.02 No.01 Agustus 2016

2. Penyelamatan ekosistem perairan danau lain, yang meliputi pembuatan bronjong/pelindung


tebing, pembangunan sarana dan prasarana
Pencemaran air oleh limbah merupakan salah satu pengendalian sedimen (check dam/dam penahan/
permsalahan danau. Adapaun kegiatan dan program dam pengendali), perlu diadakan pengukuran debit
guna mengatasi pencemaran air adalah penentuan dan sedimen, pembuatan outlet pintu air sungai
dan penetapan kelas air, penertiban terhadap terpadu, pembangunan embung, pembangunan
kegiatan yang dapat menyebabkan pencemaran air, sumur resapan.
serta pemantauan dan evaluasi kualitas air. Sasaran
dari kegiatan dan program ini adalah pemanfaatan 5.Pemanfaatan sumber daya air danau
danau dan beban pencemaran limbahnya tidak
melebihi daya tampung beban pencemaran air Permasalahan yang dihadapi adalah penurunan
danau. tinggi muka air danau, program dan kegiatan yang
dilakukan adalah penyusunan master plan tata guna
Perubahan morfologi danau akibat pendangkalan air danau, penyediaan air baku yang berkelanjutan.
dan penyempitan merupakan permasalahan Sasaran dari program yang akan dilaksanakan
utama saat ini, program dan kegiatan untuk adalah demi tercapainya keseimbangan hidrologi
mengatasi masalah ini adalah revitalisasi danau. dan tata guna air danau.
Pengerukan dasar danau dengan memperhatikan
kondisi ekosistem. Sasaran dari kegiatan ini adalah 5. KESIMPULAN
mengurangi pendangkalan yang terjadi.
Berdasarkan hasil observasi pada Danau Melintang
Untuk menangani masalah banjir perlu diadakan dan Semayang maka dapat diambil kesimpulan
kegiatan survey, investigasi, dan desain pengendali bahwa :
banjir kawasan danau dan sekitarnya. Sasaran dari
kegiatan ini adalah mengatasi permasalahan banjir 1. Danau Semayang dan danau Melintang telah
dikawasan sekitar danau. mengalami pendangkalan dan telah mengalami
alih fungsi danau menjadi sawah yang dilakukan
Sedimentasi yang terjadi di danau merupakan
oleh masyarakat sekitar
permasalahan yang ada, adapun kegiatan dan
program untuk mengatasi sedimentasi. Program dan 2. Pendangkalan yang terjadi dapat mempengaruhi
kegiatan yang dilaksanakan adalah pengendalian kapasitas tampungan danau sehingga apabila
dan pemanfaatan sedimen perairan danau yaitu terjadi musim hujan akan mengakibatkan
dengan cara pengerukan sedimen/lumpur danau, naiknya tinggi muka air dan dapat berakibat
pemanfaatan sedimen/tanah mineral danau untuk banjir di daerah sungai Mahakam, dan apabila
kompos/pupuk organik, pemanfaatan sedimen/ terjadi musim kemarau akan mempengaruhi
tanah mineral danau untuk bahan baku pembuatan kapasitas dan kualitas air.
batu bata. Kegiatan dan program ini bertujuan untuk
meningkatkan volume tampung perairan danau. 3. Perlu diadakan revitalisasi di danau Semayang
dan danau Melintang yang pekerjaannya
3. Penyelamatan lahan sempadan danau dilaksanakan oleh PPK Prasarana dan Konservasi
Sumber Daya Air BWS Kalimantan III.
permasalahan yang dihadapi adalah alih fungsi lahan.
Sebagian lahan sempadan danau diisi pemukiman
DAFTAR PUSTAKA
penduduk , dan lahan yang ada didanau di garap
untuk pertanian sawah, kegiatan pariwisata yang
Kementerian PUPR. (2015). Permen PUPR No. 28.
mencemari kawasan danau. Melihat permasalahan
Jakarta: Kementerian PUPR.
yang ada maka perlu diadakan program dan kegiatan
sebagai berikut, penentuan daerah sempadan dan
Kementerian Lingkungan Hidup. (2014). Grand
daerah air surut sebagai zona perlindungan danau
Design Penyelamatan Ekosistem Danau
dalam tata ruang ekosistem danau., pemasangan
Indonesia. Jakarta: Kementerian Lingkungan
patok batas sempadan sungai, relokasi bangunan
Hidup.
/ pemukiman di sempadan danau, larangan dan
penertiban pengolahan lahan sempadan dan air
surut. Kegiatan dan program ini dilakukan adalah
untuk mengembalikan fungsi sempadan danau.

4. Penyelamatan Ekosistem DAS dan DTA

Masalah yang dihadapi dalam penyelamatan


ekosistem DAS adalah lahan kritis, erosi, banjir,
pembukaan perkebunan kelapa sawit dan
sedimentasi. Melihat permasalahan ini maka perlu
diadakan kegiatan dan program guna memulihkan
lahan kritis dan mempertahankan luas lahan. Ketan
dan programnya adalah konservasi sumber daya

1 - 52 Jurnal INFRASTRUKTUR
Vol.02 No.01 Agustus 2016

PERAN MODAL SOSIAL KEPERCAYAAN DALAM STRUKTUR SOSIAL


MASYARAKAT TERHADAP RENCANA PEMBANGUNAN BENDUNGAN
KUWIL-KAWANGKOAN, SULAWESI UTARA
Ganggaya Sotyadarpita, S.Si.

Badan Penelitian dan Pengembangan


Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Email : ganggaya@gmail.com

Abstrak

Pembangunan infrastruktur bendungan tidak terlepas dari permasalahan sosial yang kerap menghambat
jalannya pelaksanaan pembangunan. Permasalahan sosial timbul karena perubahan sosial maupun
perbedaan kepentingan yang terjadi akibat pembangunan tersebut. Kepercayaan yang terdapat pada
struktur sosial masyarakat di daerah terdampak pembangunan dapat dipandang sebagai modal sosial yang
berpotensi mempengaruhi perencanaan pembangunan dalam kaitannya dengan permasalahan sosial. Lokasi
yang menjadi obyek kajian adalah daerah terdampak rencana pembangunan Bendungan Kuwil Kawangkoan
di Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara. Tulisan ini bertujuan untuk (1) mengungkap gambaran
modal sosial kepercayaan dalam struktur sosial di daerah terdampak pembangunan; dan (2) menganalisis
peran modal sosial kepercayaan dalam struktur sosial terhadap rencana pembangunan bendungan.
Metode yang digunakan adalah kualitatif deskriptif, dengan dua teknik perolehan data yaitu penelusuran
literatur dan wawancara. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa dalam struktur sosial masyarakat di daerah
terdampak, terdapat modal sosial kepercayaan masyarakat yang tinggi terhadap kepala desa (Hukum
Tua). Tingginya kepercayaan masyarakat terhadap hukum tua memiliki peran positif dan sejauh ini telah
berhasil meminimalisir permasalahan sosial yang berkaitan dengan rencana pembangunan Bendungan
Kuwil Kawangkoan.

Kata kunci: pembangunan infrastruktur bendungan, permasalahan sosial, modal sosial kepercayaan,
struktur sosial, hukum tua

Abstract

Dam infrastructure construction cannot be separated from social problems which frequently delay the
progress of construction. Social problems occur through social changes or conflict of interests within the
construction. Trusts which exist in social structure within local community in the affected areas of construction
can be seen as a social capital which may potentially affect the construction plan. The study location to
be observed was the affected areas of Kuwil-Kawangkoan Dam construction planning which located in
Minahasa Utara Regency, North Sulawesi Province. This research was aimed to (1) reveal the form of trust
as a social capital within the social structure in community within the affected areas of construction; and (2)
analyze the role of trust as a social capital within the social structure in local community towards the dam
construction planning. The method used was descriptive qualitative using two data acquisition techniques,
literature research and depth interview. The result showed that the local community highly trusts their
village chief (Hukum Tua). This high trust affected positively towards the dam construction planning, and
so far was one of the key to successfully avoid the occurrence of social problems related with the Kuwil-
Kawangkoan Dam construction plan.

Keywords: dam infrastructure construction, social problems, social capital trust, social structure, old law

Jurnal INFRASTRUKTUR 1 - 53
Vol.02 No.01 Agustus 2016

1. PENDAHULUAN memiliki modal sosial yang lebih tinggi daripada


situasi sebaliknya.
Pembangunan infrastruktur bidang pekerjaan umum
adalah suatu upaya penyediaan sarana dan prasarana Struktur sosial yang dimaksud tersebut dapat
bagi kebutuhan masyarakat umum. Pada hakikatnya berupa sistem tata posisi, kekerabatan,
pembangunan infrastruktur diselenggarakan pemerintahan, maupun hukum yang berlaku,
pemerintah dalam rangka meningkatkan misalnya adanya tokoh adat/sesepuh/tetua yang
kesejahteraan rakyat. Soemarwoto (dalam menjadi panutan atau pemegang hukum adat
Suwartapradja, 2005) menyatakan bahwa tidak ada yang dianut masyarakat. Kepercayaan dalam
pembangunan yang tidak melibatkan lingkungan, struktur sosial tersebut adalah salah satu bentuk
baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. modal sosial yang dapat mempengaruhi jalannya
Oleh sebab itu, setiap sentuhan pembangunan akan proses perencanaan pembangunan dalam konteks
menimbulkan perubahan dalam lingkungan fisik pengelolaan permasalahan sosial.
maupun lingkungan sosial. Perubahan-perubahan
tersebut acapkali memunculkan perbedaan Berdasarkan uraian di atas, tulisan ini disusun dalam
kepentingan yang selanjutnya memicu timbulnya rangka menjawab dua rumusan masalah, yaitu (1)
permasalahan sosial. Akibat permasalahan sosial bagaimana gambaran modal sosial kepercayaan
yang terjadi, maka pelaksanaan pembangunan dalam struktur sosial di daerah terdampak
infrastruktur dapat menjadi terhambat. pembangunan Bendungan Kuwil Kawangkoan; dan
(2) bagaimana peran modal sosial kepercayaan
Sasaran dari Nawa Cita (sembilan agenda prioritas) dalam struktur sosial tersebut terhadap perencanaan
pemerintah antara lain adalah meningkatnya pembangunan Bendungan Kuwil Kawangkoan.
ketahanan air dan ketahanan pangan. Guna
mencapai sasaran tersebut, pembangunan 2. TINJAUAN PUSTAKA
infrastruktur bendungan menjadi program utama
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian 2.1. Pembangunan Infrastruktur Bendungan
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dalam lima
Pembangunan adalah proses perubahan sosial
tahun ke depan. Salah satu bendungan yang saat
dengan partisipatori yang luas dalam suatu
ini sedang direncanakan pembangunannya adalah
masyarakat yang dimaksudkan untuk kemajuan
Bendungan Kuwil Kawangkoan yang terletak di
sosial dan material (termasuk bertambah besarnya
Kabupaten Minahasa Utara, Provinsi Sulawesi Utara.
kebebasan, keadilan dan kualitas lainnya yang
Pembangunan bendungan juga tidak terlepas dari dihargai) untuk mayoritas rakyat melalui kontrol
permasalahan sosial karena tujuan dan kepentingan yang lebih besar yang mereka peroleh terhadap
dalam perencanaan dan pemanfaatan pembangunan lingkungan mereka (Rogers dalam Nasution, 2007).
bendungan antara pemerintah dengan berbagai
Menurut Inayatulah (dalam Nasution, 2007),
pihak atau masyarakat masih berbeda dan belum
pembangunan ialah perubahan menuju pola-
terjadi secara sinergi (Kementerian PUPR, 2009).
pola masyarakat yang memungkinkan realisasi
Salah satu contoh adalah pembangunan Bendungan
yang lebih baik dari nilai-nilai kemanusiaan yang
Jatigede di Sumedang, Jawa Barat. Tahap
memungkinkan suatu masyarakat mempunyai
perencanaan telah dilaksanakan sejak puluhan
kontrol yang lebih besar terhadap lingkungan dan
tahun yang lalu, namun hingga saat ini bendungan
terhadap tujuan politiknya, dan yang memungkinkan
tersebut belum mampu beroperasi. Meskipun secara
para warganya memperoleh kontrol yang lebih
fisik, konstruksinya telah hampir selesai seluruhnya,
terhadap diri mereka sendiri.
namun permasalahan sosial-ekonomi terutama
yang berkaitan dengan pembebasan lahan terus Shoemaker (dalam Nasution, 2007) mengungkapkan
menghambat proses penyelesaian pembangunan. bahwa pembangunan merupakan suatu jenis
perubahan sosial di mana ide-ide baru diperkenalkan
Lingkungan sosial yang kerap menjadi dimensi dari
kepada suatu sistem sosial untuk menghasilkan
permasalahan pembangunan bendungan, terdiri
pendapatan perkapita dan tingkat kehidupan yang
dari kumpulan individu yang saling berinteraksi/
lebih tinggi melalui metode produksi yang lebih
bersosialisasi hingga membentuk kesatuan
modernisasi pada tingkat sistem sosial.
masyarakat. Sistem kemasyarakatan tersebut
memiliki struktur sosial di dalamnya. Coleman (dalam Pakar lain mendefinisikan pembangunan sebagai
Siisiinen, 2000) menyebutkan bahwa salah satu proses pencapaian pengetahuan dan keterampilan
bentuk dari modal sosial adalah struktur kewajiban baru, perluasan wawasan manusia, tumbuhnya
(obligations), ekspektasi, dan kepercayaan. Pada suatu kesadaran baru, meningkatnya semangat
konteks tersebut, bentuk modal sosial tergantung kemanusiaan dan suntikan kepercayaan diri
dari dua elemen yaitu kepercayaan dari lingkungan (Kleinjans dalam Nasution, 2007).
sosial dan perluasan aktual dari kewajiban yang
sudah dipenuhi (obligation held). Berdasarkan Nasution sendiri menyimpulkan bahwa pembangunan
persepektif itu, individu yang bermukim dalam adalah suatu proses perubahan ke arah yang
struktur sosial dengan saling kepercayaan tinggi lebih baik dalam lingkungan masyarakat. Ditinjau

1 - 54 Jurnal INFRASTRUKTUR
Vol.02 No.01 Agustus 2016

dari konsep-konsep pembangunan di atas, dapat pembangunan bendungan antara lain:


dihasilkan dua tujuan dari pembangunan, yaitu:
a. pemindahan penduduk yang sering
a. Tujuan umum pembangunan adalah suatu mengakibatkan menurunnya kesejahteraan
proyeksi terjauh dari harapan-harapan dan ide- masyarakat;
ide manusia, komponen-komponen dari yang
terbaik atau masyarakat ideal terbaik yang dapat b. persepsi negatif dari masyarakat mengenai
dibayangkan; dan kegiatan pembebasan lahan;

b. Tujuan khusus pembangunan adalah tujuan c. konflik sosial yang bersifat vertikal antara
jangka pendek, yang berupaya mencapai sasaran pemerintah dan masyarakat;
dari suatu program tertentu.
d. konflik sosial yang bersifat horizontal antara
Infrastruktur lazim dikonsepsikan sebagai masyarakat dan masyarakat;
fasilitas fisik beserta sistem layanannya.
Umumnya infrastruktur dibedakan menjadi e. tekanan penduduk (perubahan tingkat kepadatan)
dua kategori, yaitu: (1) public utilities (fasilitas pada daerah tujuan migrasi penduduk;
umum) seperti sarana telekomunikasi, pipa air
f. perubahan mata pencaharian masyarakat yang
bersih, pipa gas, sanitasi dan pengolahan limbah,
direlokasi;
dan lain-lain, serta (2) public works (pekerjaan
umum) seperti jalan, jembatan, rel kereta api, g. perubahan mata pencaharian masyarakat di
pelabuhan, bandar udara, dam/bendungan, sekitar lokasi bendungan;
kanal, irigasi, saluran drainase, dan sebagainya
(Usman, 2014). h. perubahan pola hubungan sosial antar
masyarakat; dan
Pembangunan infrastruktur dalam konteks
tulisan ini adalah pembangunan bendungan. i. sikap dan persepsi negatif masyarakat terhadap

Gambar 1. Dimensi Modal Sosial


(sumber: Punescu dan Badea, 2014)

Pembangunan bendungan tidak terlepas proses pemindahan.


dari permasalahan sosial karena tujuan
dan kepentingan dalam perencanaan dan 2.3. Struktur Sosial
pemanfaatan pembangunan bendungan antara
pemerintah dengan berbagai pihak atau Konsep struktur sosial sering dianggap sama dengan
masyarakat masih berbeda dan belum terjadi organisasi sosial, khususnya jika dihubungkan
secara sinergi. dengan masalah kekerabatan dan kelembagaan atau
hukum pada masyarakat yang masih sederhana.
2.2. Permasalahan Sosial Soekanto (1993) menjelaskan bahwa organisasi
berkaitan dengan pilihan dan keputusan dalam
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 03 Tahun 2009 hubungan-hubungan sosial aktual. Struktur sosial
Tentang Pedoman Rekayasa Sosial Pembangunan mengacu pada hubungan-hubungan yang lebih
Bendungan mendefinisikan permasalahan sosial fundamental yang memberikan batas-batas pada
sebagai suatu kondisi sosial dimana cita-cita warga aksi yang mungkin dilakukan secara organisasi.
masyarakat tidak terpenuhi. Permasalahan sosial Dengan kata lain, struktur sosial diartikan sebagai
yang berpotensi timbul selama masa pra-konstruksi hubungan timbal balik antara posisi-posisi sosial

Jurnal INFRASTRUKTUR 1 - 55
Vol.02 No.01 Agustus 2016

dan peranan-peranan sosial. Asjhari (2010) dalam a. Kecamatan Kalawat : Desa Kawangkoan, Desa
penelitiannya, menggambarkan bahwa struktur Kolongan, dan Desa Suwaan
sosial adalah bagian dari dimensi social fabric yang b. Kecamatan Airmadidi : Kelurahan Sukur
merupakan salah satu komponen model kesiapan Wilayah tersebut masuk dalam Kabupaten Minahasa
masyarakat dalam menghadapi perubahan akibat Utara, sehingga kondisi penduduk dan situasi
pembangunan. kehidupan di sana didominasi oleh homogenitas
suku dan kultur Minahasa. Hukum Tua adalah
2.4. Modal Sosial dan Kepercayaan (Trust) sebutan bagi pemimpin desa (kepala desa) di
daerah Minahasa. Secara terminologi, Istilah Hukum
Modal sosial merupakan sumber daya yang muncul Tua berasal dari kata ukung tua yang berarti orang
dari adanya relasi sosial dan dapat digunakan
sebagai perekat sosial untuk menjaga kesatuan
anggota kelompok dalam mencapai tujuan bersama,
ditopang oleh adanya kepercayaan dan norma sosial
yang dijadikan acuan bersama dalam bersikap,
bertindak, dan berhubungan satu sama lain (Satria,
2014). Menurut Robert D. Putnam (1993), modal
sosial memiliki tiga komponen yaitu obligasi moral
dan norma, nilai-nilai sosial (terutama kepercayaan),
dan jaringan sosial.

Kepercayaan (trust) berada pada urutan teratas


dalam dimensi modal sosial (Gambar 1). Melalui
konsep tersebut, kepercayaan dalam struktur sosial
dapat menjadi modal atau sumberdaya utama
yang mampu mendorong suatu masyarakat dalam
mencapai suatu tujuan tertentu.

3. METODE PENELITIAN

Kegiatan penulisan ini diawali dengan penelusuran


literatur sebagai pendukung latar belakang dan
tinjauan pustaka yang digunakan. Penelusuran
literatur lebih daripada sekedar meyalani fungsi-
fungsi yang ada pada kajian pustaka, namun
sekaligus memanfaatkan sumber pustaka tersebut
untuk mencapai tujuan penelitian (Zed, 2008).
Gambar 2. Peta Lokasi Rencana Pembangunan
Oleh sebab itu, studi literatur juga digunakan untuk
Bendungan Kuwil Kawangkoan
menggali teori-teori yang relevan dengan konteks
(sumber: Balai Litbang Sosekling Jalan
bahasan dan menggunakannya sebagai bahan
Jembatan Puslitbang KPT, 2015)
analisis yang akan dilaksanakan.

Selanjutnya, perolehan data primer mengenai pola tua yang melindungi. Ukung berarti kungkung/
struktur sosial dan kepercayaan dalam struktur sosial lindung/jaga, sedangkan tua berarti dewasa dalam
dilakukan dengan teknik wawancara/penggalian usia, berpikir, serta dalam mengambil keputusan
langsung dari narasumber. Wawancara dilaksanakan (Kalesaran dalam Lumantow, 2014).
pada beberapa warga yang lahannya terdampak
pembangunan. Selain itu tokoh masyarakat kepala Berdasarkan penggalian informasi melalui wawancara
desa/hukum tua juga turut menjadi informan. dan studi literatur, diketahui bahwa sosok Hukum
Tua memegang peran yang sangat penting dalam
Penyusunan tulisan ini menggunakan metode struktur sosial masyarakat di daerah terdampak
kuantitatif-deskriptif. Hasil perolehan data primer pembangunan. Hukum Tua memiliki peranan yang
diolah dan dianalisis dengan teori-teori terkait modal paling menonjol dibandingkan tokoh masyarakat
sosial kepercayaan dalam struktur sosial. maupun tokoh agama lainnya. Jabatan Hukum Tua
tidak hanya sebagai pemimpin pemerintahan, tetapi
4. HASIL OBSERVASI DAN PEMBAHASAN juga dianggap dan diakui sebagai jabatan adat/
budaya.
4.1. Modal Sosial Kepercayaan dalam
Struktur Sosial Warga di keempat desa/kelurahan menuturkan
bahwa setiap permasalahan yang terjadi di
Daerah terdampak pembangunan Bendungan Kuwil masyarakat selalu dibawa kepada Hukum Tua untuk
Kawangkoan meliputi dua wilayah kecamatan dan dibicarakan dan dipecahkan bersama solusinya. Baik
empat wilayah desa/kelurahan, yaitu: permasalahan kecil yang hanya melibatkan antar

1 - 56 Jurnal INFRASTRUKTUR
Vol.02 No.01 Agustus 2016

individu, maupun permasalahan yang menyangkut tentang pembebasan lahan telah direspon positif
kepentingan umum yang perlu dibicarakan dalam oleh masyarakat, dan tinggal menunggu realisasi
forum musyawarah. Peranan Hukum Tua dalam tindak lanjut teknisnya.
struktur masyarakat meliputi aspek penyedia
informasi (information provider), mediator, hingga Seperti yang diungkapkan Coleman (dalam
pengambil keputusan (decision maker). Kepercayaan Siisiinen, 2000), kepercayaan yang tinggi dalam
masyarakat terhadap Hukum Tua seperti yang terjadi struktur sosial suatu masyarakat menyebabkan
di daerah kajian, merupakan manifestasi kekuatan masyarakat tersebut memiliki modal sosial yang
modal sosial hubungan (relational) seperti yang tinggi. Melalui kekuatan modal sosial tersebut,
diungkapkan oleh Punescu dan Badea (2014). tujuan bersama tentu akan lebih mudah tercapai.
Apabila dikaitkan dengan konteks perencanaan
4.2. Peran Modal Sosial Kepercayaan pembangunan Bendungan Kuwil Kawangkoan di
Terhadap Perencanaan Pembangunan mana masyarakat telah mencapai kata sepakat
pada taraf sosialisasi, maka tampak bahwa modal
Sebagai pemimpin pemerintahan sekaligus pemimpin sosial masyarakat telah sejalan dengan rencana
budaya, posisi Hukum Tua adalah sebagai pelindung pemerintah sehingga menyurutkan potensi
dan penanggungjawab bagi daerah yang dipimpinnya. munculnya permasalahan sosial.
Berkaitan dengan rencana pembangunan Bendungan
Kuwil Kawangkoan, selain sebagai bagian dari 5. KESIMPULAN
masyarakat, Hukum Tua juga memegang peran
sebagai perwakilan bagi masyarakat yang harus 1. Modal sosial kepercayaan dalam struktur sosial
melindungi kepentingan masyarakat serta mampu masyarakat di daerah terdampak pembangunan
memfasilitasi dan mengakomodasi suara-suara adalah kepercayaan vertikal antara masyarakat
rakyat terhadap pemerintah selaku pihak pelaksana dengan Hukum Tua selaku pimpinan
pembangunan. Di sisi lain, posisinya sebagai kepala pemerintahan sekaligus pemimpin adat budaya.
pemerintahan desa membuat Hukum Tua juga Kepercayaan tersebut terjalin dengan baik dan
harus bertanggungjawab dan mendukung atas mengarah kepada sinergi positif, terwujud dalam
jalannya kebijakan pemerintah pusat yang terjadi di kepercayaan masyarakat terhadap sosok Hukum
daerahnya. Situasi tersebut menempatkan Hukum Tua sebagai penyedia informasi (information
Tua sebagai penengah di antara pemerintah dengan provider), mediator, dan pengambil keputusan
masyarakat, dengan bobot tanggungjawab dua (decision maker) dalam urusan maupun
arah. permasalahan sosial masyarakat.

Meninjau keadaan itu, dapat dilihat adanya dua 2. Modal sosial kepercayaan dalam struktur sosial
faktor yang menentukan yaitu tingkat kepercayaan masyarakat di daerah terdampak pembangunan
masyarakat terhadap Hukum Tua serta karakteristik memiliki peranan positif terhadap rencana
personal dari Hukum Tua itu sendiri. Bahasan pembangunan Bendungan Kuwil Kawangkoan.
sebelumnya telah menggambarkan tingginya Melalui modal sosial kepercayaan, potensi
tingkat kepercayaan masyarakat terhadap Hukum munculnya permasalahan sosial dapat ditekan
Tua dalam pengambilan keputusan perihal urusan atau diminimalisir sehingga tidak menghambat
sosial masyarakat. Sementara karakteristik personal jalannya proses pembangunan.
adalah faktor yang tergantung dari masing-masing
individu yang menjabat sebagai Hukum Tua. DAFTAR PUSTAKA

Pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa Asjhari, Ahsan. Laporan Akhir Penelitian


tiap-tiap Hukum Tua yang menjabat di keempat Sosial Ekonomi Lingkungan Optimalisasi
desa/kelurahan tersebut adalah sosok yang Pemanfaatan Jembatan Suramadu. Surabaya:
kompeten. Tidak hanya dari segi kemampuan tata Balai Penelitian Jalan dan Jembatan Puslitbang
pemerintahan, namun juga kemampuan mereka Sosekling Kementerian PUPR, 2010.
dalam merangkul dan mengakomodir masyarakat
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
dalam menghadapi rencana pembangunan
Rakyat. Laporan Pendahuluan Pemetaan
bendungan Kuwil Kawangkoan. Pernyataan ini
Sosial, Ekonomi, Lingkungan dan Analisis
didasarkan pada jawaban-jawaban masyarakat
Kebutuhan Teknologi Mendukung Rencana
yang mengaku telah sepakat dan mendukung
Pembangunan Bendungan. Surabaya: Balai
rencana pembangunan bendungan, dan siap
Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi
menerima ganti pembebasan lahan. Sebagian besar
Lingkungan Bidang Jalan Jembatan, 2015.
masyarakat melandaskan kesetujuannya terhadap
pembangunan karena pembangunan tidak akan Lumantow, Sandi Pelealu. Kepemimpinan Hukum
mengganggu permukiman maupun fasilitas publik. Tua dalam Melaksanakan Fungsi Manajemen
Lahan-lahan yang rencananya akan dibangun dan Pemerintahan di Desa Suluun Satu Kecamatan
digenangi adalah lahan yang tidak dikelola sehingga Suluun Tareran. Jurnal Eksekutif 1, no. 3
tidak bersifat produktif atau bernilai ekonomi (2014).
rendah. Sejauh ini sosialisasi dari pemerintah

Jurnal INFRASTRUKTUR 1 - 57
Vol.02 No.01 Agustus 2016

Nasution, Zulkarimen. Komunikasi Pembangunan


(Pengenalan Teori dan Penerapannya).
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 03/


PRT/M/2009 Tentang Pedoman Rekayasa
Sosial Pembangunan Bendungan. Jakarta:
Kementerian Pekerjaan Umum Republik
Indonesia, 2009.

Punescu, Carmen, and Mihaela Raluca Badea.


Examining The Social Capital Content and
Structure in The Pre-start-up Planning.
Procedia Economics and Finance (Elsevier) 15
(December 2014): 560-568.

Putnam, Robert D. Making Democracy Work.


Civic Traditions in Modern Italy. Princeton:
Princeton University Press, 1993.

Satria, Gema. Dukungan Modal Sosial Kepercayaan


Terhadap Pembentukan Lembaga Tani yang
Memiliki Kekuatan Posisi Tawar dalam Sistem
Tata Niaga (Studi Kasus: Desa Belendung,
Kab. Karawang). Jurnal Perencanaan Wilayah
dan Kota A SAPPK 1, no. 1 (2014): 163-172.

Siisiinen, Martti. Two Concepts of Social


Capital: Bourdieu vs Putnam. ISTR Fourth
International Conference. Dublin: Trinity
College, 2000.

Suwartapradja, Opan S. Konflik Sosial (Kasus Pada


Pembangunan Bendungan Waduk Jatigede di
Kabupaten Sumedang Jawa Barat). Bandung:
Universitas Padjajaran, n.d.

Suwartapradja, Opan S., Herry Y. Hadikusumah, and


Rimbo Gunawan. Konflik Sosial: Studi Kasus
Pada Rencana Pembangunan Waduk Jatigede
di Desa Cisurat Kecamatan Wado Kabupaten
Sumedang. Bandung: Universitas Padjajaran,
2005.

Usman, Sunyoto. Pendekatan-pendekatan Studi


Utilisasi Infrastruktur Bagi Pembangunan
Masyarakat. MICD. Sekolah Pascasarjana
UGM, 2014. 1-6.

Webster, Leonard, and Patricie Metrova. Using


Narrative Inquiry as a Research Method.
Oxon: Routledge, 2007.

Zed, Mestika. Metode Penelitian Kepustakaan.


Jakarta: Yayasan Obor, 2008.

1 - 58 Jurnal INFRASTRUKTUR

Anda mungkin juga menyukai