Anda di halaman 1dari 16

BAB 1 SEJARAH PAJAK DI INDONESIA

Dalam buku perpajakan penulis Badingatus Solikhah dan Trisni Suryarini, sejarah panjang
tentang pengenaan pajak di Indonesia telah berlangsung sejak zaman kerajaan, kolonial sampai
dengan masa sekarang.

1. Masa kerajaan
Pajak di kenal sejak zaman kerajaan dan kesultanan. Raja raja nusantara telah memungut
pajak atau upeti dari masyarakat untuk menghidupi kerajaannya, antara lain untuk
kegiataan oprasional kerjaan, membangun dan merawat infrastruktur, serta
menyelenggarakan acara keagmaan. Berbagai pajak/upeti yang di tarik antara lain : pajak
tanah, hasil hutan hingga pajak pelacuran, dan pertunjukan seni.
2. Masa hindia timur (1600-1800)
Bangsa eropa yang datang ke wilayah indonesia yaitu bangsa portugis, inggris, spanyol
dan belanda aktif berdagang ke wilayah hindia timur, voc sebagai perusahaan dagang
milik belanda berhasil mendominasi perdagangan di hindia timur kala itu pada abad ke
17, voc membangun dan mengurus kota batavia dengan menarik pajak sehingga bisa
sukses hingga batavia mendapat sebutan koningen het van Oosten atau Ratu di timur
keberlangsungan Voc untuk sangat bergantung pada pajak.
3. Fase hindia belanda/fase liberal (1870-1942)
Pada masa ini pemerintah belanda menarik pajak langsung dan tidak langsung yang
terlalu tinggi, upah tenaga kerja keras paksa yang tidak memadai dan kurangnya
perhatian terhadap kesejahteraan, oleh karna itu tahun 1850-1880 di ambil langkah untuk
mengatasi keluhan-keluhan ini salah satunya adalah sistem hak milik perorangan
terhadap tanah, tetapi banyak di tolak kerna pajak tanah tetap tinggi yang hampir sama
dengan sistem sewa tanah kepada negara, sementara barang-barang dari luar yang di
perlukan rakyat di bebani berbagai macam pajak.
4. Fase tanam paksa/masa pendudukan jepan (1942-1945)
Periode sebelumnya, tanah menjadi sumber pajak utama bagi pengguasa,era jepang tanah
lebih di tunjukan untuk pelipatgandaan hasil bumi yang penting bagi jepang. Masuk nya
jepang ke indonesia mengubah nuansa feodal yang di terapkan kolonial belanda. jepang
meneruskan londrent yang dikenakan inggris dan kolonial belanda terhadap semua jenis
tanah produktif dan kewajiban pajaknya kepada desa bukan perseorangan namun pada
masa pemerintahan jepang, nama landrent atau landrente di ubah menjadi land tax.
Jepang juga menetapkan sistem wajib serah padi. Selain itu juga di tetapkan pembayaran
pajak untuk penggunaan fasilitas-fasilitas tertentu seperti jembatan, jalan raya, dan
fasilitas umum lainnya. Masyarakat juga diwajibkan untuk membayar pajak sepeda bagi
siapa yg memlikinya.
5. Masa revolusi kemerdekaan(1945-1950)
Setelah proklamasi kemerdekaan republik indonesia 17 agustus 1945, para pendiri
republik menuangkan masalah pajak ke dalam undang-undang dasar 1945, dalam pasal
23 butir kedua menyatakan bahwa segala pajak untuk keperluan negara berdasarkan
undang-undang dengan demikian pajak sebagai nyawa negara telah secara resmi di atur
oleh uud 1945, pada 19 agustus 1945 organisasi kementrian keuangan juga di bentuk
yang di dalamnya antara lain terdapat pejabatan pajak, pada 1946 ketika belanda
melancarkan agresi militer pertama, kementrian keuangan, termasuk pejabatan pajak
harus mengikuti presiden soekarno dan seluruh jajaran kabinet hijrah ke yogyakarta dan
sekitarnya. Pejabatan pajak berkantor pusat di magelang, atau pajak tanah di sebut
dengan pajak bumi.
6. Masa penerintahan presiden soekarno(1950-1966)
Pemerintahan presiden soekarno pasca revolusi kemerdekaan mengalami situasi yang
belum stabil. UU belum dapat dilaksanakan dengan baik. Untuk mengelola pendapatan
negara dari pajak, pemerintah masih kesulitan. Itu sebabnya aturan warisan kolonial
masih di gunakan. Perlahan pemerintah membenahi berbagai aturan, pada tahun 1957
mengganti pajak peralihan dengan nama pajak pendapatan tahun 1944 yang di singkat
ord. Ppd.1944 jawatan pajak hasil bumi pada direktorat jendral moneter yang bertugas
melakukan pungutan pajak hasil bumi dan pajak atas tanah. Kemudian pada 1963 di ubah
menjadi direktorat pajak hasil bumi, tahun 1965 berubah lagi menjadi direktorat iuran
pembangunan daerah (ipeda) pemerintah mulai mendirikan kantor kantor inspeksi
keuangan di tingkat kabupaten dan kota yang untuk menggali potensi pajak di masyarakat
karena perekonomian yang terus berkembang.
7. Masa pemerintah presiden soeharto (1967-1998)
Pada masa pemerintahan presiden soeharto beberapa perubahan dan penyempurnaan UU
pajak di lakukan. Awalnya pemerintah mengeluarkan UU nomor 8 tahun 1970 tentang
perubahan dan tambahan ordonasi pajak perseroan 1925 yang berlaku hingga 31
desember 1983 ketika reformasi pajak atau tax reform yang berlaku hingga 31 desember
1983 ketika reformasi pajak atau tax reform di gulirkan, selanjutnya terbitlah keputusan
presiden RI nomor 12 tahun 1976 yang menetapkan direktorat ipeda diserahkan dari
direktorat jenderal moneter kepada direktorat jendral pajak pada tahun1983. Pemerintah
melaksanakan reformasi pajak melalui pembaharuaan sistem perpajakanb nasional (pspn)
dengan mengundangkan ilmu paket UU perpajakan, yaitu tentang ketentuan umum dan
tata cara perpajakan (kuhp), pajak penghasilan (pph), PPn dan ppnBm, PBB serta bea
materai (BM) sejak 1984 indonesia memasuki era baru sistem official- assessment
dengan memberikan kewenangan sepenuh nya kepada wajib pajak untukb menghitung,
memperhitungkan, menyetor, dan melaporkan pajak yg terutang.
8. Masa Reformasi 1998 hingga sekarang
Perkembangan ekomoni dan masayarakat membuat pemerintah kembali mengubah
undang-undang perjakan pada tahun 2000 sebuah pengadilan pajak di bentuk tahun 2002.
Pemerintah juga mewajibkan untuk menyelenggarakan pembukuaan yang tegas di atur
dalam uu nomor 28 tahun 2007 pasal 28. Insentif pajak juga di terapkan mancakup pajak
penghasil, pajak pertambahan nilai, fasilitas perpajakan (pph,ppn dan pbb) serta
intensifikasi perpajakan yang lebih sistematis dan terstandart serta penegak hukum,
gebrakan pemberian fasilitas sunset policy di lakukan, yaitu memberikan kesempatan
untuk merestrukturisasi pajak bagi perusahaan dan membuka peluang masyarakat Npwp
sebagai WP baru, kebijakan sunset policy berlanjut pada wacana pengampunan pajak
atau tax amnesty yang menuai pro-kontra antara aparat pajak dan kalangan pengusaha.
Pada pertengahan 2016 di munculkan tax amnesty jilid dua yang ternyata menarik animo
masyarakat luas untuk mengikutinya. Pada tahun 2016 penghasilan tidak kena pajak
(PTKP) dinaikkan. Target penerimaan negara dari perpajakan juga terus meningkat.
Pajak Sebagai Sumber Pendapatan Utama Negara Indonesia, Di indonesia pajak
memiliki peranan yang sangat penting bagi perumbuhan ekonomi kerana pajak
merupakan sumber pendapatan utama untuk membiayai pengeluaran negara. Bahkan
sumber penrimaan negara dari pajak dalam 10 tahun terkahir pada kisaran angka 70%-
80% dari total penerimaan negara dalam APBN. Semantara itu relasasi penerimaan pajak
dalam 10 tahun terakhir selalu di bawah target yang di tetapkan. Perpajakan di indonesia
ditangani oleh Direktorat Jendral pajak (DJP) dibawah kementrian keuangan. Sedangkan
untuk pajak Daerah ditangani oleh kepala daerah baik provinsi maupun kabupaten/kota
yang secara oprasional dijalankan oleh dinas/badan/instansi tertentu yang di tetapkan
masing- masing kepala daerah. Pengertian pajak berdasarkan UU KUHP nomor 16 tahun
2009 pasal 1 ayat 1, pajak adalah konstribusi wajib kepada negara yang terutang oleh
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi
sebesar besarnya kemakmuran rakyat.
Ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak
Defenisi yang telah dikemukakan diatas, ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak
yaitu:
1. Pajak merupakan kontribusi wajib pajak yang berlaku bagi setiap warga negara. Hal
ini di berarti, setiap warga negara yang telah memenuhi syarat sebagai wajib pajak
adalah warga negara yang telah memenuhi syarat subjektif dan syarat objektif.
2. Pajak dipungut berdsarkan undang-undang serta aturan pelaksanannya.
3. Warga negara tidak dapat imbalan ( kontra prestasi ) langsung dari pemerintah.
4. Pajak dipungut oleh negara dan dapat dipaksakan ( baik oleh pemerintah pusat
maupun daerah )
5. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran pemerintah yakni pengeluaran yang
bermanfaat bagi masyarakat luas.

Berbagai fungsi pajak antara lain:

1. Fungsi Anggaran (Budgetair)


Misalnya pajak digunakan untuk pembiayaan rutin seperti belanja pegawai,belanja
barang,pemeliharaan,dan lain sebagainya untuk pembiayaan pembangunan, uang di
keluarkan dari tabungan pemerintah,yakni penerimaan dalam negeri dikurangi
pengeluaran rutin.
2. Fungsi mengatur (Regurelend)
Contohnya dalam rangka menggiring penanaman modal, baik dalam negeri maupun
luar negeri, diberikan berbagai macam fasilitas keringanan pajak. Dalam rangka
melindungi produksi dalam negeri, pemerintah menetapkan bea masuk yang tinggi
untuk produk luar negeri.
3. Fungsi Stabilitas
Dengan adanya pajak, pemerintah memiliki dana untuk menjalankan kebijakan yang
berhubungan dengan stabilitas harga sehingga inflasi dapat di kendalikan, hal ini bisa
dilakukan antara lain dengan jalan mengatur peredaran uang di masyarakat,
pemungutan pajak, penggunaan pajak efektif dan efisien.
4. Fungsi Redistribusi Pendapatan
Pajak yang sudah di pungut oleh negara akan digunakan untuk membiayai semua
kepentingan umum, termasuk juga membiayai pembangunan, senhingga dapat
membuka kesempatan kerja, yang pada akhirnya akan dapat meninggkatkan
pendapatan masyarakat.

Perbedaan Pajak Dengan Pungutan Lain, Selain pajak terdapat punggutan lain
yang resmi dilakukan oleh pemerintah baik pusat maupun daerah seperti retribusi,
cukai,bea maupun sumbangan.

1. Retribusi adalah pembayaran pembayaran kepada negara yang di lakukan oleh


mereka yang menggunakan jasa pemerintah pusat maupun daerah dimana
pembayaran mendapat manfaat yang berlangsung misalnya: pembayaran uang
sekolah, langganan PAM, retribusi pasar,parkir jalan tol dll.
2. Cukai adalah pungutan yang di kenakan atas barang barang tertentu yang telah
ditetapkan pemerintah, biasanya untuk barang yang konsumsinya perlu di kendalikan,
peredarannya perlu di awasi, pemakiannya dapat meninbulkan dampak negatif bagi
masyarakat atau lingkungan hidup, atau pemakaiannya perlu pembebanan pungutan
negara demi keadilan dan keseimbangan contoh: hasil tembakau seperti
(rokok,cerutu,tembakau iris), etanol,minuman keras.
3. Bea cukai adalah pungutan negara berdasarkan undang undang yang di kenakan
terhadap barang yang memasuki daerah pabean sebagai salah satu jenis pajak
berdasar asas domisili, sedangkan bea keluar adalah pungutan negara yang dikenakan
terhadap barang ekspor.
4. Bea materai adalah pajak yang dikenakan atas dokumen yang bersifat perdata dan
dokumen untuk digunakan di pengadilan. Nilai bea materai yang berlaku saat ini Rp.
3.000.00 dan Rp. 6.000.00 yang disesuaikan dengan nilai dokumen dan penggunaan
dokumen.
5. Iuran adalah pungutan yang dikenakan sehubung Dengan suatu jasa atau fasilitas
yang di berikan pemerintah secara langsung dan nyata kepada kelompok atau
golongan pembayar.

BAB 2 HUKUM PAJAK

Beberapa pengertian hukum pajak sebagaimana disampaikan oleh para ahli berikut ini :

1. Prof DR.H.Rochmat Soemitro,SH. menyatakan bahwa hukum pajak ialah suatu


kumpulan peraturan-peraturan yang mengatur hubungan antara pemerintah sebagai
pemungutan pajak dan rakyat sebagai pembayar pajak.
2. Bohari SH,M.S menyatakan bahwa hukum pajak merupakan kumpulan peraturan
undang undang yag mengatur rakyat selaku pihak membayar pajak dengan
pemerintah selaku pemnungutan pajak.

Hukum pajak adalah hukum yang bersifat public dalam mengatur hubungan segera
dengan orang/badan hukum yg wajib untuk membayar pajak, selain itu hukum pajak
diartikan sebagai keseluruhan dari peraturan yang mencakup tentang kewewnangan
pemerintah untuk mengambil kekayaan wajib pajak dan menyerahkan kembali kepada
masyarakat kepada masyarakat melalui kas negara. Hukum pajak merupakan suatu
bagian dari hukum tata usaha negara yang di dalam nya termuat juga anasir-anasir hukum
tata negara, hukum pidana, hukum perdata dan lain lain. Adapun fungsi hukum pajak
adalah sebagai berikut:

1. Hukum pajak berfungsi sebagai acuan dalam menciptakan sistem pemungutan pajak
yang berlandaskan atas dasar keadilan, efesien, serta diatur sejelas-jelasnya dalam
undang undang tentang hukum pajak itu sendiri.
2. Hukum pajak berfungsi sebagai sumber yang menerangkan tentang siapa subjek dan
objek yang perlu atau tidak perlu di jadikan sumber pemungutan pajak demi
meningkatkan potensi pajak secara keseluruhan.

Kedudukan Hukum Pajak Dalam Sistem Hukum Di Indonesia, secara umum hukum
terbagi atas hukum publik dan hukum perdata. Hukum publik mencakup hukum pidana
dan hukum tantra yang meliputi hukum tata negara dan hukum administrasi negara.
Hukum perdata mencakup hukum perdata arti sempit (B.W. = Burgelijke wetboek) dan
hukum dagang (W.v.k = wetboek van koophandel). Berikut ini adalah penjelasan
kedudukan perpajakan :

1. Hukum perdata yang mengatur hubungan antara individu dengan individu lainnya
2. Hukum publik dimana mengatur hubungan antara pemerintah negara dengan
rakyatnya. Antara lain terdiri dari hukum tata negara, hukum tata usaha negara
(hukum administrasi negar), hukum pajak , dan hukum pidana.

Hukum tata usaha negara atau hukum administrasi negara ialah segenap peraturan
hukum yang mengatur segala cara kerja dan pelaksanaan wewenang yang langsung dari
lembaga lembaga negara serta aparaturnya dalam melaksanankan tugasnya masing
masing, ( hukum tata usaha negara materil).

Pembagian Hukum Pajak

1. Hukum Pajak Formal


Hukum pajak formal ialah hukum pajak yang memuat peraturan mengenai cara-cara
hukum pajak material menjadi kenyataan. Hukum ini memuat cara pendaftaran diri
untuk memperoleh NPWP, cara pembukuan, cara pemeriksaan, cara penagihan hak
dan kewajiban wajib pajak, cara penyidikan, macam macam sanksi, dan lian lain,
undang undang pajak yang termasuk hukum pajak formal ialah :
a. UU NO 6 TAHUN 1983 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan,
sebagaimana telah di ubah terakhir dengan UU NO 16 TAHUN 2009.
b. UU NO 19 TAHUN 1997 sebagaimana telah di ubah dengan UU NO 19 TAHUN
2000 tentang penagihan pajak dengan surat paksa.
2. Hukum Pajak Material
Hukum pajak material adalah hukum pajak yang memuat norma norma yang
menerangkan keadaan,perbuatan dan peristiwa hukum yang harus dikenakan pajak,
siapa yang harus dikenakan pajak, beraoa besarnya pajak atau dapat dikatakan pula
segala sesuatu tentang timbulnya besarnya dan hapusnya utang pajak dan hubungan
hukum antara pemerintah/fiscus dan wajib pajak, undang undang pajak yang
termasuk dalam hukum pajak material ialah :
a. UU NO 13 Tahun 1985 Tentang Bea Materai
b. UU NO 12 Tahun 1994 Tentang Perubahan Atau atas UU NO. 12 Tahun 1985
Tentang Pajak Bumi dan Bnagunan.

Hubungan Hukum Pajak Dengan Hukum Perdata, hukum pajak banyak sekali
hubungannya dengan hukum perdata hal itu dapat dimengerti kerena hukum pajak
mencari dasar kemungungkinan pemungutan pajak atas dasar peristiwa (kematian,
kelahiran) keadaan (kekayaan), perbuatan (jual beli sewa menyewa) yang di atur dalam
hukum perdata. Hal ini dijadikan tesbestand yang di tuangkan dalam undang undang
pajak, dan bila dipenuhi syarat- syaratnya akan menyebabkan seseoarang atau badan
dikenakan pajak.

Hubungan Hukum Pajak Dengan Hukum Pidana, berikutnya ketentuan umum


dalam KHUP tercantum dalam pasal 103 KHUP yang berbunyi : ketentuan dalam bab 1
sampai bab Vll buku 1 juga berlaku bagi tindak pidana yang oleh ketentuan perundang
undangan lain diancam dengan pidana, kecuali jika oleh undang undang ybs diatur lain.
Ketentuan sampai dengan pasal 43 KHUP bab XII pasa 24 sampai dengan pasal 27 UU
PBB dan bab V pasal 13 dan pasal 14 UU Bea materai. Sanksi pidana terhadap
pelanggran atau kejahatan di bidang perpajakan yang di ancam baik dalam KHUP
maupun dalam undangan undang pajak diantaranya adalah: membuka rahasia/ rahasia
jabatan dan pemalsuan surat.

Pengadilan Pajak, pengadilan pajak adalah badan peradilan yang melaksanakan


kekuasaan kehakiman di indonesia bagi wajib pajak atau penanggung pajak yang mencari
keadilan terhadap sengketa pajak. Dimana yg dimaksud sengketa pajak adalah sengketa
yang timbul di bidang perpajakan antara wajib pajak dengan pejabat yang berwewenang
sebagai akibat dikeluarkannya keputusan yang dapat dilakukan banding atau gugatan
kepada pengadilan pajak. Itu termasuk gugatan atau pelaksanaan penagihan berdasarkan
undang undang penagihan dengan surat paksa. Pengadilan pajak dibentuk berdasarkan
undang undang nomor 14 tahun 2002 tentang pengadilan pajak kedudukan pengadilan
pajak berada di ibu kota negara, persidangan oleh pengadilan pajak dilakukan di tempat
kedudukannya, dan dapat pula dilakukan di tempat lain nya berdasarkan ketetapan ketua
pengadilan pajak susuana pengadilan pajak terdiri atas: pimpinan, hakim
anggota,sekertaris, dan panitera, pimpinan pengadilan pajak sendiri terdiri dari seorang
ketua dan sebanyak banyak 5 orang wakil ketua, adapun dasar untuk menegaskan
kedudukan pengadilan pajak dalam lingkup peradilan yang berada di bawah mahkamah
agung adalah berdasarkan putusan mahkamah konstitusi atas perkara nomor 004/PPU-
11/2004 dinyatakan, pihak-pihak yang bersengketa dapat mengajukan peninjauan
kembali atas putusan pengadilan pajak kepada mahkamah agung.

BAB 3 KETENTUAN HUKUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

Tahun pajak. Pada umumnya tahun pajak sama dengan tahun takwim atau tahun
kelender. Akan tetapi, wajib pajak dapat menggunakan tahun pajak tidak sama dengan
tahun takwim dengan syarat konsisten (taat asas) selama 12 bulan dan melapor atau
memberitahu kepada kantor pelayanan pajak (KPP) setempat. Cara menentukan suatu
tahun pajak adalah sebagai berikut :

1. Tahun pajak sama dengan tahun takwim pembukaan dimulai 1januari 20XX dan
berkahir 31 Desember 20XX, disebut tahun pajak 20XX.
2. Tahun pajak tidak sama dengan tahun takwim
a. Pembukaan dimulai 1 juli 2020 dan berakhir 30 juni 2021 disebut tahun pajak
2020 karena 6 bulan pertama jatuh pada tahun 2020
b. Pembukaan dimulai 1 april dan berakhir 31 maret 2021. Disebut tahun pajak 2020
karena lebih dari 6 bulan jatuh pada tahun 2020
c. Pembukaan dimulai 1oktober 2020 dan berkahir 30 september 2021, disebut
tahun pajak 2021 karena lebih dari 6 bulan jatuh pada tahun 2021

Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), NPWP adalah nomor yang di berikan kepada
wajib pajak sebagai sarana dalam administrasi atau identitas wajib pajak dalam
melaksanakan hak dan kewajibannya. NPWP diberikan kepada wajib pajak yang telah
memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sebagaimana telah di atur dalam peraturan
perundang undangan perpajakan. NPWP tidak berubah meskipun wajib pajak pindah
tempat tinggal/tempat kedudukan atau mengalami pemindahan tempat terdaftar.

Fungsi NPWOP : Sebagai tanda pengenal diri atau identitas wajib pajak, untuk
menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan dalam pengawasan administrasi
perpajakan, menjadi persyaratan dalam pelayanan umum misalnya untuk pembukaan
rekening koran dan pengajuan kredit di bank pembuatan paspor, pendirian badan usaha
dan lain-lain.

Pendaftaran NPWP. Ada tiga saluran yang bisa dipilih untuk dapat memperoleh NPWP
yaitu :

1. Datang langsung ke kantor pelayanan pajak (KPP)/ kantor pelayanan penyuluhan dan
konstribusi perpajakan (KP2KP) yang wilayah kerjanya meliputi tempat
tinggal/tempat kegiatan usaha.
2. kirim pos yaitu dengan mengirimkan formulir pendaftaran dengan melampirkan
dokumen yang disyaratkan ke KPP/KP2KP yang wilayah kerjanya meliputi tempat
tinggal/kegiatan usaha.
3. Daftar online yaitu meliputi tempat tinggal/kegiatan usaha pajak pada
https://ereg.pajak.go.id/ dan mengunggah dokumen yang di syaratkan.

Penghapusan NPWP. NPWP dapat di hapus antara lain karena sebab-sebab:

1. Wajib pajak orang pribadi meninggal dan tidak meninggalkan warisan


2. Orang pribadi yang meninggalkan indonesia selama-lamanya.
3. Wanita kawin tidak dengan perjanjian pemisahan harta dan penghasilan yang
sebelumnya telah memiliki NPWP.
4. Wajib pajak badan yang telah dibubarkan secara resmi berdasarkan ketentuan
peraturan perundang- undangan yang berlaku.
5. Bentuk usaha tetap (BUT) yang telah kehilangan statusnya sebagai bentuk usaha
tetap.
6. Wajib pajak yang memiliki lebih dari satu nomor pokok wajib pajak.
Cara penghapusan NPWP yaitu mengisi formulir permohonan penghapusan NPWP,
memenuhi dokumen yang dipersyaratkan, Formulir dan lampiran persyaratan dapat
disampaikan secara langsung ke KPP tempat wp terdaftar/KP2KP atau kirim melalui
pos. NPWP dapat di hapus antara lain karena sebab-sebab :

1. Wajib pajak orang pribadi meninggal dan tidak meninggalkan warisan.


2. Orang pribadi yang meninggalkan indonesia selama-lamanya.
3. Wanita kawin tidak dengan perjanjian pemisahan harta dan penghasilan yang
sebelumnya telah memiliki NPWP.
4. Wajib pajak badan yang telah di bubarkan secara resmi berdasarkan

Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (NPPKP). Nomor pengukuhan PKP


(NPPKP) merupakan nomor identitas pengusaha kena pajak (PKP) yang berikan saat
pengusaha dilakukan sebagai PKP melalui surat pengukuhan PKP, jika pengusaha sudah
mendapat nomor pengukuhan PKP (NPPKP) berarti PKP tersebut dinyatakan sudah
resmi menjadi PKP dan dengan demikian terikat kewajiban-kewajiban perpajakan yang
diperuntukan bagi PKP. Nomor pengukuhan kena pajak sama dengan nomor pokok
wajib pajak sehingga format NPPKP juga terdiri dari 15 digit.

Fungsi NPPKP yaitu Sebagai identitas PKP yang bersangkutan,selain NPWP,untuk


pemenuhan kewajiban pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang mewah
dan Untuk pengawasan administrasi perpajakan.

Syarat Medapatkan NPPKP. Pengusaha yang sudah memiliki per tahun Rp.4.8
miliar atau lebih wajib dikukuhkan sebagai PKP dan harus melaporkan usahanya untuk
dikukuhkan sebagai PKP, sementara bagi pengusaha yang belum memiliki omzet
sebesar Rp 4,8 Miliar namun ingin dikukuhkan sebagai PKP, harus mengajukan
permohonan pengukuhan PKP untuk mendapatkan surat pengukuhan dan nomor
pengukuhan PKP (NPPKP).

Surat Pemberitahuan (SPT). Fungsi SPT :

a. Fungsi spt bagi wajib pajak pribadi.


1. Sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggung jawabkan
perhitungan jumlah proyek terutang baik yang dilaksanakan sendiri atau
melalui pemotong/pemungutan pajak.
2. Melaporkan harta benda yang dimiliki di luar penghasilan tetap dari pekerjaan
utama.
3. Melaporkan penghasilan lainnya yang termasuk ke dalam kategori objek pajak
maupun bukan objek pajak.
b. Fungsi SPT bagi pengusaha kena pajak.
1. Sebagai sarana untuk nelaporkan dan mempertanggung jawabkan
perhitungan jumlah PPN dan PPnBM yang terhutang.
2. Untuk melaporkan perketeditan pajak masukan terhadap pajak keluaran.
3. Untuk melaporkan pembayaran atau pelunasan pajak yang telah
dilaksanakan.
c. Fungsi SPT bagi pemotong atau pemungut pajak sebagai sarana untuk
melaporkan dan mempertanggung jawabkan pajak yang dipotong atau di punggut
dan disetorkannya.

BAB 4 PAJAK PENGHASILAN PASAK 12 ORANG PRIBADI

PPh pasal 21 orang pribadi merupakan pajak atas penghasilan berupa


gaji,upah,honorarium, tunjangan dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk
apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan,jasa, dan kegiatan yang di lakukan
oleh wajib pajak orang pribadi dalam negeri. PPh pasal 21 adalah pajak atas penghasilan
berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam
bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa dan kegiatan yang
diterima oleh wajib pajak dalam negeri atau karyawan anda dan harus dibayar setiap
bulannya.

Berdasarkan hukum pajak penghasilan PPh pasal 21 yaitu:

1. Undang undang nomor 6 tahun 1983 tentang ketentuan umum dan tata cara
perajakan sebagaimana telah di ubah terakhir dengan undang undang No. 16
Tahun 2009.
2. Undang undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang pajak penghasilan sebagaimana
telah di ubah terakhir dengan undang undang Nomor 36 Tahun 2008
3. Peraturan menteri keuangan Republik indonesia nomor 242/pmk/03/2014
tentang tata cara pembayaran dan penyetoran pajak.

Subjek Atau Wajib Pajak. Wajib pajak yang di potong PPh pasal 21 adalah orang pribadi
yang merupakan :

1. Pegawai
2. Penerimaan uang pesangon,pensiun atau uang manfaat pensiun,tunjangan hari
tua, atau jaminan hari tua termasuk ahli warisnya.
3. Bukan pegawai yg menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan
pekerjaan, jasa, atau kegiatan seperti konsultan, pengacara dokter, arsitek pemain
music olahragawan,peneliti, agen,iklan,distributor MLM,dll.
4. Anggota dewan komisaris atau dewan pengawas yang tidak merangkap sebagai
pegawai tetap pada perusahaan yang sama.
5. Mantan pegawai,dan/atau
6. Peserta kegiatan yang menerima atau memperoleh penghasilan dari kegiatan
tersebut.

Yang Tidak Termasuk Wajib Pajak PPh Pasal 21 Yaitu :

1. pejabat perwakilan diplomatic dan konsultan atau pejabat lain dari negara asing
dan orang- orang yang diperbantukan kepada mereka yang berkerja pada dan
bertempat tinggal bersama mereka, dengan syarat bukan warga negara indonesia
dan di indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan lain di luar jabatan
atau pekerjaan tersebut serta negara yang bersangkutan memberikan perlakuan
timbal balik.
2. Pejabat perwakilan organisasi internasional yang telah ditetapkan oleh menteri
keuangan, dengan syarat bukan warga negera indonesia dan tidak menjalankan
usaha atau kegiatan atau pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan dari
indonesia.
Pemotongan Pasal 21. Pemotongan pph pasal 21 atas penghasilan sehubungan
dengan pekerjaan jasa atau kegiatan dengan nama dan dalam bentuk apa pun yang di
terima atau di peroleh wajib pajak orang pribadi dalam negeri wajib pajak di lakukan
oleh :

1. Pemberi pajak
2. Bendahara atau pemegang kas pemerintah
3. Dana pensiun
4. Orang pribadi/badan
5. Penyelenggara kegiatan.

Sebagai contoh, perusahaan merupakan badan yang berwenang melakukan


penghitungan pajak penghasilan karyawan, memotongnya dari gaji setiap bulan, lalu
menyetorkan ke kas negara. Sehingga, upah yang di terima karyawan setiap
penggajian adalah upah setelah dipotong pajak. Dalam hitungan pph 21 karyawan,
perusahaan dapat menerapkan tiga metode yang di perbolehkan oleh direktorat
jendral pajak, yaitu:

1. Metode gross
2. Metode gross up
3. Metode net

Objek PPH PASAL 21, penghasilan yg di potong pph pasal 21 adalah :

1. Penghasilan yang di terima atau di peroleh pegawai tetap, baik berapa penghasilan
yang bersifat teratur mau pun tidak teratur
2. Penghasilan yang di terima atau di peroleh penerima pensiun secara teratur berupa
uang pensiun atau penghasilan sejenisnya.
3. Penghasilan berupa pesangon, uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua atau
jaminan hari tua yang di bayarkan sekaligus yang pembayaran nya melewati
jangka waktu 2 tahun sejak pegawai berhenti bekerja
4. Penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas, berupa upah harian, upah
mingguan, upah satuan, upah borongan atau upah yg di bayarkan secara bulanan
5. Imbalan kepada bukan pegawai, antara lain berupa honorium, komisi fee, dan
imbalan sejenisnya dengan nama dan dalam bentuk apa pun sebagai imbalan
sehubungan jasa yang di lakukan.

Objek pph pasal 21 yang di kecualikan

1. Pembayarn manfaat asuransi atau santunan asuransi dari perusahaan asuransi


jiwa, asuransi beasiswa,asuransi kesehatan, dan asuransi kecelakaan.
2. Penerimaan dalam bentuk natura atau kenikmatan lainnya oleh wajib pajak.
3. Iuran pensiun dan iuran jaminan hari tua (JHT)
4. Zakat
5. Beasiswa

Penghasilan Tidak Kenak Pajak (PTKP)

1. Penghasilan tidak kenak pajak (PTKP) adalah jumlah nilai penghasilan bruto bagi
wajib pajak yang di kenakan pajak.
2. Besarnya PTKP ditentukan berdasarkan kondisi awal tahun kalender, kecuali bagi
pegawai yang baru datang dan menetap di indonesia tidak pada awal tahun makan
PTKP sesuai kondisi pada awal bulan.

Komponen Perhitungan PPh 21

1. Penghasilan bruto/penghasilan kotor


a. Penghasilan rutin
 gaji pokok
 tunjangan
b. Penghasilan tidak rutin
 Bonus
 tunjangan hari raya keagamaan (THR)
 upah lembur
2. Iuran BPJS atau premi asuransi pegawai yang dibayarkan perusahaan
3. Jaminan kecelakaan kerja (JKK)
4. Jaminan kematian (Jk)
5. Jaminan kesehatan (jkes/bpjs kesehatan) berlaku sejak juli 2015
6. Tunjangan PPh 21 (yang di bayarkan perusahaan, jika ada)
7. Tunjangan BPJS (yang dibayarkan perusahaan,jika ada)
8. Pengurang penghasilan bruto
a. biaya jabatan
b. biaya pension
c. iuran bpjs yang di bayarkan karyawan
1. Jaminan hari tua (JHT)
2. jaminan pensiun (JP)
3. Jaminan kesehatan (JKes)

Anda mungkin juga menyukai