Anda di halaman 1dari 6

SEJARAH PERPAJAKAN

Abstrak: Sejarah Perpajakan. Pajak merupakan salah satu sumber utama penerimaan
negara yang sangat penting untuk pelaksanaan pembangunan nasional. Oleh sebab itu, pajak
yang dikelola dengan baik akan menjadi sumber penerimaan yang potensial untuk membiayai
jalannya pembangunan nasional. Pajak adalah kontribusi wajib yang diberikan wajib pajak
kepada negara. Saat membayarkan pajak, negara tidak memberikan imbalan langsung. Pajak
pun bersifat memaksa dan hasil pungutannya tersebut harus digunakan untuk keperluan
negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Di era pra kolonial (sebelum masuknya
Belanda), pajak dikenal dengan istilah upeti. Upeti dipungut oleh raja untuk kepentingan
pribadi dan operasional kerajaannya. Contohnya seperti membangun istana atau membiayai
rumah tangga kerajaan. Jenis pajak yang diberlakukan di era ini misalnya pajak tol dan pajak
candu. Saat Indonesia dijajah oleh Belanda, saat itulah sistem kita mengenal sistem
perpajakan modern. Salah satu jenis pajak yang berlaku saat itu di antaranya pajak rumah
tinggal yang diberlakukan tahun 1839 dan pajak usaha.

Kata Kunci: Pajak, Sejarah Perpajakan, Pra Kolonial, Kolonial.


Pendahuluan

Negara Republik Indonesia adalah Negara Hukum berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945, dalam perkembangannya telah menghasilkan pembangunan yang pesat
dalam kehidupan nasional yang perlu dilanjutkan dengan dukungan Pemerintah dan seluruh
potensi masyarakat. Dalam menyelenggarakan pemerintahan, negara mempunyai kewajiban
untuk menjaga kepentingan rakyatnya, baik dalam bidang kesejahteraan, keamanan,
pertahanan, maupun kecerdasan kehidupannya. Hal ini sesuai dengan tujuan negara yang
dicantumkan di dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi “melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban
dunia yang berdasarkan keadilan sosial”.

Keberhasilan pelaksanaan pembangunan memerlukan dana yang tidak sedikit,


kebutuhan untuk pembangunan sifatnya proporsional dan disesuaikan dengan kebutuhan
pembangunan yang sedang dan akan berlangsung. Kebutuhan akan dana pembangunan dapat
diperoleh melalui berbagai cara yang kesemuanya diharapkan dapat memperkuat sektor
keuangan negara dalam hal ini adalah sektor pajak. Pajak merupakan sumber pendapatan
negara yang sangat penting bagi penyelengaraan pemerintahan dan pelaksanaan
pembangunan nasional. Sehingga Pemerintah menempatkan kewajiban perpajakan sebagai
salah satu pewujudan kewajiban kenegaraan yang merupakan sarana dalam pembiayaan
Negara dalam Pembangunan Nasional guna tercapainya tujuan negara.
Sejarah Pajak

Pajak merupakan salah satu komponen penting dalam perjalanan suatu bangsa.
Hampir semua negara yang ada di dunia ini menerapkan suatu aturan maupun skema tentang
pengenaan pajak. Baik secara langsung maupun tidak langsung. Tak terkecuali di Indonesia
ini. Sejarah panjang tentang pengenaan pajak di Indonesia telah berlangsung sejak zaman
kerajaan, kolonial sampai dengan sekarang. Sehingga sebetulnya masyarakat Indonesia
sendiri tidak asing dengan kata "pajak". Namun, karena pengenaan tiap-tiap zaman berbeda
dan di era sebelumnya cenderung merugikan masyarakat akhirnya menimbulkan sifat
resistance terhadap pajak itu sendiri.

Sejarah Pajak Dunia. Sejarah mencatat kehadiran pajak berawal dari peradaban
masyarakat maju (Frecknall-Hughes, 2015). Awalnya dari ditemukannya beberapa dokumen
berupa tulisan kuno berbentuk baji di Mesopotamia, sekarang lokasi itu dikenal sebagai
negara Irak. Dalam dokumen kuno itu menunjukkan pemungutan pajak dimulai sekitar 3300
sebelum masehi (SM). Pada saat itu objek pajaknya dalam bentuk emas, hewan ternak, dan
budak yang diterima oleh kuil sebagai pusat kekuasaan dan simbol kemasyarakatan bangsa
Sumeria (Smith, 2015).

Penemuan dokumen sejarah tertulis di Mesopotamia telah membuktikan bahwa pajak


merupakan suatu subjek yang memiliki sejarah besar dan sangat panjang, yang praktiknya
telah dilakukan sejak ribuan tahun lamanya. Bentuk awal pemungutan pajak juga ditemukan
di Mesir Kuno sejak 3000 SM atau pada saat sistem pembayaran dengan mata uang belum
dikembangkan seperti sekarang ini. Pembayaran pajak di Mesir Kuno dalam bentuk barang.
Secara umum pemungutan di sana tidak jauh berbeda dengan di Mesopotamia, pembayar
juga dilakukan dalam bentuk bagi hasil barang produksi dan pertanian serta pemberian
pelayanan atau tenaga kerja.

Pada kala itu, Mesir Kuno pun sudah menetapkan beberapa barang atau produk yang
dikenakan pajak, Ada beberapa objek pajak seperti gandum, minyak goreng, peternakan, bir,
hasil pertanian lainnya, penggunaan sungai Nil untuk pengangkutan barang, serta
perdagangan dengan pihak asing (Blankson, 2017). Seiring waktu berjalan, pemungutan
pajak dengan cara lebih modern mulai dipraktekkan oleh bangsa Yunani Kuno dan Romawi
Kuno. Pemungutannya pada saat ini masih dalam bentuk barang, dan untuk beberapa
transaksi tertentu seperti transaksi impor barang atau penjualan tanah sudah dilakukan dalam
bentuk uang tunai.
Sejarah Pajak di Indonesia. Pemungutan pajak pun terus berkembang dan
diterapkan oleh banyak negara di belahan dunia, termasuk di Indonesia. Sejarah pajak di
Indonesia sebenarnya sudah dimulai jauh sebelum kedatangan bangsa Eropa dan Jepang ke
Nusantara. Ketika itu rakyat Indonesia mengenalnya dengan istilah upeti, pemungutan jenis
pajak yang bersifat memaksa.

Perbedaannya adalah upeti diberikan kepada raja, dan sebagai imbal baliknya maka
masyarakat mendapat jaminan keamanan dan ketertiban dari raja. Pada saat itu, raja dianggap
sebagai wakil Tuhan dan apa yang terjadi di masyarakat dianggap dipengaruhi oleh raja.
Meski begitu ada beberapa kerajaan seperti Majapahit, Demak, Pajang, dan Mataram
mengenal sistem pembebasan pajak. Terutama pajak atas kepemilikan tanah yang biasa
disebut tanah perdikan. Namun demikian memasuki era kolonialisasi mulai diberlakukan
kembali.

Selama terjajah, pengenaan pajak dirasa sangat berat dan membebani. Selain monopoli
aturan pengenaan pajak juga karena terjadi banyaknya penyelewengan oleh pemerintah
kolonial sehingga kata pajak meninggalkan kesan negatif. Namun demikian, setelah
Indonesia merdeka babak baru sejarah pajak di Indonesia dimulai. Pada saat Sukarno-Hatta
memimpin Indonesia, aturan pajak tertuang pada Pasal 23 UU Dasar 1945. Bunyinya,
"Segala pajak untuk keperluan negara berdasarkan Undang-Undang".

Pemikiran dasar pada saat itu adalah negara harus memiliki sumber pembiayaan untuk
bisa mandiri dan berdiri setara dengan bangsa lainnya di dunia. Ini menjadi babak baru
sejarah pajak di Indonesia serta cikal bakal diperingatinya tanggal 14 Juli sebagai Hari Pajak.
Selang satu bulan kemudian, tepatnya pada 19 Agustus 1945 pemerintah membentuk
Kementerian Keuangan dan menugaskan mengenai hal-hal yang menyangkut keuangan
negara, salah satunya pajak.

Penyempurnaan aturan pajak di tanah air pun terhambat lantaran pusat pemerintahan
pindah ke Yogyakarta. Hal itu dikarenakan Agresi Militer Belanda Pertama yang dibonceng
oleh NICA berhasil menguasai ibukota Jakarta. Dengan begitu pemerintah belum dapat
mengeluarkan UU khusus pajak meskipun pasal 23 UUD 1945 sudah mengamanatkan.
Dengan begitu pemerintah mengadopsi beberapa aturan pajak peninggalan pemerintahan
kolonial untuk memutarkan roda pemerintahan. Salah satu beleid yang diadopsi adalah
Ordonansi Pajak Pendapatan 1944 serta membentuk beberapa sub organisasi dalam
melaksanakan pemungutan pajak. Seperti Jawatan Pajak, Jawatan Bea dan Cukai serta
Jawatan Pajak Hasil Bumi pada Direktorat Jenderal Moneter.

Pemerintah menerapkan sistem official assessment, yaitu pemungutan pajak dengan


cara penetapan oleh fiskus. Masyarakat sebagai wajib pajak bersifat pasif dan utang pajak
akan timbul ketika Surat Ketetapan Pajak dikeluarkan. Meski begitu, sistem tersebut tidak
mengubah banyak kondisi perekonomian nasional alias Indonesia masih menjadi negara
miskin. Kondisi ini semakin parah ketika Presiden Sukarno mengubah haluan politiknya lebih
ke arah paham sosialisme Karl Max versi Indonesia. Akibatnya adalah kampanye politik luar
negeri yang ekspansif dilakukannya sehingga menimbulkan dampak pengeluaran negara yang
lebih besar. Sedangkan penerimaan negara dari pajak cenderung stagnan.

Puncaknya adalah ketika di tahun 1960-an, kala itu Sukarno gencar sekali
menggalakkan proyek-proyek besar seperti pembangunan Senayan dan Monumen Nasional
(Monas). Keputusan tersebut berdampak besar pada inflasi yang meroket hingga 500%,
imbas lanjutannya terjadi pada rezim selanjutnya yang mulai terjadi gejolak ekonomi.

Pada era Orde Baru tepatnya tahun 1965, pemerintahan di bawah kepemimpinan
Soeharto berhasil memberi terobosan di bidang fiskal khususnya pajak. Soeharto melakukan
desentralisasi pajak atas Pajak Hasil Bumi kepada pemerintah daerah dan mengubah
namanya menjadi IPEDA (Iuran Pembangunan Daerah). Maka dimulailah pembangunan
kantor IPEDA di berbagai daerah.

Pada saat ini juga awal mula menerapkan sistem pajak yang self assessment, apalagi
pemerintah berhasil menerbitkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1967 dan Peraturan
Pemerintah Nomor 11 Tahun 1967 tentang perubahan mengenai Tata Cara Pemungutan Pajak
Pendapatan Tahun 1944, Pajak Kekayaan 1932, dan Pajak Perseroan 1925 menjadi cikal
bakal pemungutan pajak dengan menggunakan sistem self assessment.

Terobosan ini pun diterapkan oleh Amerika dan beberapa negara Eropa lainnya karena
terbukti efektif dalam melakukan pemungutan pajak. Hingga saat ini, pemerintah masih
menerapkan sistem self assessment dalam memungut pajak.
Kesimpulan

Pajak merupakan kewajiban kenegaraan dan pengabdian peran aktif warga negara
dalam upaya pembiayaan pembangunan nasional. kewajiban perpajakan setiap warga negara
diatur dalam undang-undang dan peraturan-peraturan pemerintah, dalam rumusan simple
yakni iuran dari rakat kepada kas negara. Di Indonesia telah diatur salah satu direct tax, yakni
undang-undang Republik Indonesia nomor 12 tahun 1985, tentang pajak bumi dan bangunan,
dan penjelasannya dimuat dalam tambahan lembaran negara republik Indonesia tahun 1985
nomor 68.

Fungsi utama pajak bagi pemerinthan ialah dimana pajak memegang peranan penting
bagi suatu negara, karena pajak merupakan sumber pandapatan negara yang dapat digunakan
sebagai alat untuk mengatur kegiatan ekonomi dan sebagai pemerataan pendapatan
masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai