Adapun tujuan dipungutnya Pajak Bumi dan Bangunan atau PBB adalah
sebagai berikut:
1. Memudahkan peraturan perundang-undangan perpajakan agar lebih mudah
dipahami oleh masyarakat.
2. Memberikan dasar hukum yang kuat untuk pengenaan pajak atas harta tak
gerak dan secara bersamaan menyelaraskan pajak atas harta tak gerak di
semua daerah untuk menghilangkan simpang siur.
3. Memberikan kepastian hukum kepada masyarakat dan memberi tahu
masyarakat ruang lingkup hak dan kewajibannya serta penghapusan pajak
berganda yang terjadi karena berlakunya berbagai undang-undang
perpajakan yang sifatnya sama.
4. Memberikan penghasilan kepada daerah yang membutuhkan untuk
melaksanakan otonomi daerah dan memajukan pembangunan daerah.
5. Meningkatkan pendapatan daerah.
Nomor Objek Pajak (NOP) yang nantinya diperoleh oleh Wajib Pajak akan
digunakan dalam administrasi perpajakan dan juga sebagai sarana bagi Wajib Pajak
dalam menjalankan hak dan kewajiban perpajakannya sesuai dengan ketentuan
yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
Berikut ini merupakan beberapa tujuan yang berkaitan dengan tujuan
pemberian Nomor Objek Pajak (NOP):
1. Nomor Objek Pajak (NOP) dapat dimanfaatkan untuk mempermudah
mengetahui lokasi maupun letak dari objek pajak.
2. Digunakan untuk mempermudah pengambilan dan pemantauan terhadap Surat
Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP), dengan ini dapat diketahui pula informasi
mengenai objek pajak yang sudah maupun belum terdaftar.
3. Dapat digunakan sebagai penghubung antara data atributik dan peta/grafis atas
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).
4. Untuk menghindari kemungkinan terjadinya ketetapan ganda.
5. Dapat digunakan untuk menyampaikan Surat Pemberitahuan.
6. Pajak Terutang (SPPT) sehingga memudahkan Wajib Pajak untuk dapat
menerimanya tepat waktu.
7. Wajib Pajak akan memperoleh suatu identitas dari setiap objek pajak yang
dimiliki atau dikuasainya.
Cara penilaian objek PBB (Pajak Bumi dan Bangunan) yaitu sebagai berikut:
a. Penilaian Massal (Massal Appraisal)
1) NJOP bumi dihitung berdasarkan nilai indikasi rata-rata (NIR) yang
terdapat pada setiap zona nilai tanah (ZNT).
2) NJOP Bangunan dihitung berdasarkan Daftar Biaya Komponen
Bangunan (DBKB) dikurangi penyusutan fisik.
3) perhitungan penilaian misalnya dilakukan dengan menggunakan
program komputer (Computer Assisted Valuation/CAV).
b. Penilaian Individual (Individual Appraisal)
Diterapkan untuk objek tertentu yang bernilai tinggi atau
keberadaannya mempunyai sifat khusus diantaranya seperti sebagai
berikut:
1) jalan tol;
2) pelabuhan laut, sungai, maupun udara;
3) lapangan golf;
4) industri semen ataupun pupuk;
5) PLTA, PLTU, PLTG;
6) pertambangan;
Jika dilihat dari NJOP nya yaitu, jika NJOP kurang dari Rp 1 Miliar, maka
persentase NJKP sebesar 40%. Sedangkan jika NJOP nya mencapai lebih dari Rp
1 Miliar, maka persentase NJKP nya sebesar 20%.
Dalam Pasal 6 ayat 3 Undang-Undang No.12 Tahun 1985 mengenai Pajak
Bumi dan Bangunan sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang
No.12 Tahun 1994, NJKP terbagi menjadi:
2. Tarif PBB
Besarnya tarif PBB adalah 0,5% rumus perhitungan PBB = Tarif × NJKP.
Misalnya sebagai berikut:
a. Jika NJKP = 40% × ( NJOP - NJOPTKP) maka besar nya PBB
= 0,5% × 40% × ( NJOP - NJOPTKP)
= 0,2% × ( NJOP – NJOPTKP )
b. Jika NJKP = 20% × ( NJOP – NJOPTKP )
= 0,5% × 20% × ( NJOP – NJOPTKP )
= 0,1% × ( NJOP – NJOPTKP )
Contoh:
Andi menjual tanahnya kepada Beni pada tanggal 2 Januari 2020. Kewajiban PBB
tahun 2020 masih menjadi tanggung jawab Andi. Sejak tahun pajak 2021
kewajiban PBB menjadi tanggung jawab Beni.
M. Tempat Pembayaran
Wajib pajak yang telah menerima Surat Pemberitahuan Pajak terhutang
(SPPT), Surat Ketetapan Pajak (SKP) dan Surat Tagihan Pajak (STP) dari KPP
Pratama, KP PBB atau disampaikan lewat Pemerintah Daerah harus melunasi nya
tepat waktu pada tempat pembayaran yang telah ditunjuk dalam SPPT yaitu Bank
Persepsi atau Kantor Pos dan Giro.
O. Sanksi
1. Sanksi Administrasi
a. dalam hal Wajib Pajak tidak menyampaikan kembali SPOP pada
waktunya dan setelah ditegur secara tertulis tidak tersampaikan
sebagaimana diturunkan dalam Surat Teguran maka akan diterbitkan Surat
Ketetapan Pajak (SKP) dengan sanksi berupa denda administrasi sebesar
25% dari PBB yang terutang.
1. Pengertian
Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan atau PBB adalah pemberian
keringanan pajak yang terutang atas Objek Pajak dalam hal lain sebagai
berikut:
1) Wajib Pajak orang pribadi atau badan karena kondisi tertentu Objek
Pajak yang telah ada hubungannya dengan subjek pajak dan atau karena
sebab-sebab tertentu lainnya, yaitu:
a) Objek Pajak berupa lahan pertanian / perkebunan / perikanan /
peternakan yang hasilnya sangat terbatas yang dimiliki, dikuasai
dan atau dimanfaatkan oleh Wajib Pajak Orang Pribadi;
b) Objek Pajak yang dimiliki dikuasai dan atau dimanfaatkan oleh
Wajib Pajak Orang Pribadi yang berpenghasilan rendah yang Nilai
Jual Objek Pajak per meter nya meningkat akibat perubahan
lingkungan dan dampak positif pembangunan;
c) Objek Pajak yang dimiliki, dikuasai dan atau dimanfaatkan oleh
Wajib Pajak Orang Pribadi yang penghasilannya semata-mata
berasal dari pensiunan sehingga kewajiban PBB nya sulit dipenuhi;
1. Pengertian
Surat Tagihan Pajak (STP) PBB adalah surat yang diterbitkan oleh Kepala
Kantor Pelayanan Pajak untuk melakukan tagihan pajak yang terutang dalam
Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) atau Surat Ketetapan Pajak (SKP)
yang tidak atau kurang bayar setelah lewat jatuh tempo pembayaran atau denda
administrasi.
2. Dasar Penerbitan STP
a. Wajib pajak (WP) tidak melunasi pajak yang terutang sedangkan saat jatuh
tempo pembayaran Surat Pemberitahuan Pajak Terutang atau SPPT/Surat
Ketetapan Pajak atau SKP telah lewat.
b. Wajib pajak melunasi pajak yang terutang setelah lewat saat jatuh tempo
pembayaran SPPT atau SKP tetapi denda administrasi tidak dilunasi.
3. Keputusan Keberatan
Keputusan Keberatan atas SPPT atau SKP dapat berupa sebagai berikut:
a. menolak apabila permohonan keberatan Wajib Pajak memenuhi
persyaratan formal atau informal dan material dan setelah dilakukan
pemeriksaan ditemukan bahwa alasan yang diajukan oleh Wajib Pajak
tidak tepat atau tidak benar.
b. menerima seluruhnya atau sebagian apabila alasan Wajib Pajak sesuai
dengan data atau keterangan yang diperoleh dari hasil pemeriksaan dan
diterima seluruhnya berdasarkan perhitungan wajib pajak atau atas
perintah UU.
c. menambah besarnya jumlah pajak yang terutang apabila berdasarkan
hasil pemeriksaan diperoleh perhitungan yang menambah besarnya
jumlah pajak yang terutang.
V. Contoh Kasus
1. Contoh Perhitungan NJOP pada PBB
Santi memiliki 3 Objek Pajak atau OP pada lokasi yang berbeda. Masing-
masing NJOP adalah sebesar Rp500.000.0000, Rp999.0000.000, dan
Rp1.000.000.000. Berapakah NJOP untuk perhitungan PBB masing-masing
Objek Pajak apabila NJOPTKP sebesar Rp10.000.000,00.
Jawab:
NJOP – NJOPTKP = NJOP untuk perhitungan PBB
Rp500.000.000 – 0 = Rp500.000.000
Rp999.000.000 – 0 = Rp999.000.000
Rp1.000.000.000 – Rp1.000.000 = Rp999.000.000
Ibu Dinda:
NJOP Rp1.000.000.000
NJOPTKP Rp 10.000.000 -
NJOP dasar perhitungan PBB Rp 990.000.000
NJKP 40% Rp 396.000.000
PBB Terutang 0,5% Rp 1.980.000
Keterangan: Apabila seorang Wajib Pajak mempunyai beberapa Objek Pajak,
yang diberikan NJOPTKP hanya salah satu Objek Pajak yang nilainya terbesar.
W. Latihan Soal
Bab VII
1. Pajak Bumi dan Bangunan adalah pungutan pajak yang ditanggung oleh orang pribadi
atau badan atas kepemilikan atau penggunaan tanah dan bangunan yang bersifat
kebendaan dalam arti besarnya pajak terutang ditentukan oleh keadaan objek yaitu
bumi/tanah dan atau bangunan.
2. Objek pajak yang tidak dikenakan PBB adalah objek yang :
a. Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum di bidang ibadah,
sosial, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan nasional, yang nyata-nyata tidak
dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan;
b. Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau yang sejenis dengan itu;
c. Objek pajak merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman
nasional, tanah penggembalaan yang dikuasai oleh desa, dan tanah negara yang
belum dibebani suatu hak;
d. Digunakan oleh perwakilan diplomatik, konsulat berdasarkan asas perlakuan
timbal balik;
3. Subjek Pajak Bumi dan Bangunan menurut UU No. 1 Tahun 2022 Pasal 39 ayat (1)
dan (2) adalah orang pribadi atau badan yang secara nyata:
a. Mempunyai suatu hak atas bumi;
b. Memperoleh manfaat atas bumi;
c. Memiliki bangunan;
d. Menguasai bangunan;
e. Memperoleh manfaat atas bangunan.
4. Jika tidak terdapat transaksi jual-beli, Nilai Jual Objek Pajak ditentukan dengan cara
sebagai berikut:
a. Harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual-beli yang terjadi secara wajar;
b. Perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis yang letaknya berdekatan dan
fungsinya sama dan telah diketahui harga jualnya;
c. Nilai perolehan baru;
d. Penentuan Nilai Jual Objek Pajak pengganti;
e. Penentuan NJOP pendekatan penilaian, yaitu: