Anda di halaman 1dari 21

Hukum Pajak berkaitan dengan Kenotariatan

Kuliah I September, 7 2019

Absen : 20%
UTS :
UAS:
Buku Hukum Pajak Soemitro

Kewajiban notaris untuk mengerjakan


Melaporkan penagihan pajak

Dari PT ada aspek pajaknya, yaitu melihat dari modal dasarnya berapa. Pengembangan PT
juga ada aspek pajaknya. Jika PT dipecah, ada ketentuan pajak yang kebanyakan mengenai
pembagian tanahnya. Di peraturan pertanahan masih merujuk ke peraturan lama, padahal
sudah ada peraturan perpajakan yang terbaru.

Pajak bisa termasuk kedalam ekonomi, psikologi social, ataupun sosiologi dari pajak.
Science Fiscal  mengenai apa pajak itu, prinsipnya, sistemasi pajak, jenis2 pajak,
pembagian pajak, dan perlawanan terhadap pajak.
Technic Fiscal  Bagaimana science fiscal di praktikan dalam kehidupan sehari-hari disuatu
negara. Nanti dibahas yang berkaitan dengan kenotariatan yang berdasarkan UU Perpajakan.

Awalnya konsepsi pajak berasal dari pembayaran upeti di masa kerajaan, selain itu juga
berasal dari pembayaran atas melewati suatu daerah. Pajak awal-nya mulai dari masa
penjajahan Belanda. Dimulai dari ordonasi pajak perseroan (1925), Ordonansi pajak
kekayaan (1930).

Pada zaman Romawi, administrasi pajaknya sudah bagus namanya Tributum Soli (tanah dan
kadaster) dan Tributun Capity (capital tax: dihitung perkepala di sebuah keluarga). Pajak itu
yang menentukan adalah penguasa, di Eropa pajak makin berkembang atas ketentuan Raja.
Semakin Modern, maka semakin banyak orang-orang yang dibebaskan atas pajak
(pembebasan-pembebasan pajak) dan uang pajak yang diterima dari rakyat banyak yang
dikorupsi sehingga negara merugi, dan atas hal tersebut pajak diberlakukan kembali untuk
semua orang.

Di Eropa, seluruh masyarakat yang memiliki tanah bersatu untuk persetujuan mengenai
pungutan pajak oleh penguasa. Sehingga penguasa dan masyarakat berdiskusi untuk
menentukan pajak yang akan berlaku bagi para pemilik tanah.

Konsep pajak awalnya adalah solidaritas untuk keperluan public (suatu beban public secara
Bersama). Mulai abad ke-18 sampai awal ke-19, Konsep pajaknya berubah menjadi beberapa
aliran seperti Montesque, john lock, Adam smiths, dll. Montesque Menganggap pajak
merupakan suatu pertukaran dan dianggap sebagai harga yang harus dibayarkan oleh individu
ini atas keamanan hidupnya (kontra prestasi). Jadi semacam harga yang harus dibayarkan atas
fasilitas yang diberikan oleh penguasa.
Di dalam perkembangannya, ada banyak kritik mengenai kontra prestasi seperti jika harganya
sama padahal apa yang dinikmati setiap orang berbeda. Sehingga konsepsinya berubah
menjadi pembiayaaan untuk kepentingan bersama, jadinya semua masyarakat menyumbang
(membayar pajak) sebesar kapasitas kontributifnya. Dari hal tersebut, pajak menjadi sebuah
kewajiban masyarakat untuk membiayai kepentingan bersama.

Pajak tidak langsung : Individu tidak terasa sudah membayar pajak


Pajak langsung : Individu terasa sudah membayar pajak. Ex : Pph
Tarif tunggal proporsional atau tarif tunggal progresif

Dalam pemungutan pajak ini harus ada izin dari yang dipungut. Semua putusan masalah2
keuangan dari suatu negara harus mendapat persetujuan dari rakyat (demokrasi keuangan)
sudah tidak ada kontra prestasi. Jadi rakyat yang menentukan apa saja yang dipungut darinya.
Jadi zaman sekarang berdasarkan consentment, kalo zaman kerajaan pajak lebih karena
perintah raja.

Tahun 1984 ada reformasi perpajakan nasional.


Konsep perpajakan itu mengikuti system pajak dari asalnya. Pajak-pajak yang ada di kerajaan
Romawi banyak konsepnya yang diambil untuk system pajak di Eropa. Pajak itu mulai timbul
sejak adannya kepentingan untuk kepentingan bersama. Di Romawi, pajak itu diperintahkan
oleh penguasa dalam bentuk ketetapan sehingga rakyat diperintahkan untuk membayar upeti
yang dipergunakan untuk kepentingan penguasa.

Pada 1789, pajak sudah diinisiasi oleh rakyat.


Pajak dianggap sebagai premi asuransi dan ada juga yang dianggap sebagai harga.
Kritik  Pajak sebagai harga karena dianggap tidak adil, karena harga yang dibayarkan sama
tapi fasilitas yang didapat berbeda. Sehingga pajak sebagai harga tidak dipakai lagi.

Pajak dibayarkan untuk kepentingan negara. Dalam zaman modern, pajak bukan kontra
prestasi (bukan untuk membiayai keperluan umum negara). Pajak itu untuk membiayai
kepentingan bersama, sehingga harus ada persetujuan orang yang dipungut, sehingga dilihat
sebagai suatu kontribusi untuk kepentingan bersama. Pajak dibayarkan sebanyak kapasitas
kontributif perorangan, sehingga besaran pajak masing-masing orang itu tidak sama.

Karakteristik pajak pada zaman modern:


1. Pajak itu suatu kontribusi wajib;  artinya bisa dipaksakan
2. Bentuknya prestasi keuangan;
3. Yang dipungut dari individu;
4. Dipungut oleh penguasa;  didasarkan pada UU
5. Tanpa imbal balik secara langsung (kontraprestasi);
6. Untuk kepentingan negara;
7. Tujuannya untuk menutup beban negara.

Pada tahun 2008 ada definisi pajak di Indonesia.


Secara definitive, pajak itu tanpa kontraprestasi. Ada suatu ketika, pajak itu fungsinya untuk
membayar administrasi pemerintah (ex: membiayai polisi) yang tidak boleh mengganggu
perekonomian. Karena ada krisis pada tahun 1929, mulai ada intervensi dari pemerintah
mengenai pajak dari fungsi keuangan menjadi fungsi perekonomian.

Fungsi ekonomi ini bersifat konjungtural (ada naik-turunnya ekonomi. Ex: kalo ada inflasi
maka pajak dinaikan) dan ada sifat structural (untuk mendorong kegiatan ekonomi tertentu.
Ex: mendorong industry maka melakukan bebas pajak terhadap industry terkait).
Bentuk-bentuk kebijakan dari sifat structural:
1. tax holiday (bebas pajak) itu biasanya diberikan untuk Pajak Penghasilan.
2. Investment allowance, yaitu mengurangi laba yang dikenai pajak.
3. Accelerated Depreciation, yaitu penyusutan yang dipercepat.
4. Carry toward lasses

Bentuk-bentuk diatas, banyak sekali diberikan pada saat orde baru kurang lebih tahun
1970an. Kemudian pada tahun 1984, bentuk-bentuk tersebut dihapuskan.

Pajak dalam fungsi sosial :


- Bisa ditunjukan secara global
- Bisa ditunjukan dalam hal-hal spesifik
Tujuannya untuk membantu individu yang penghasilannya dibawah level tertentu (ex: pajak
kemiskinan).
Di Inggris, ada konsep tax expenditure yang merupakan penerimaan pajak yang hilang atau
berkurang akibat adanya ketentuan khusus yang berbeda dari sistem perpajakan secara umum
(benchmark tax system). Biasanya yang disasar hanya sebagian subjek pajak atau objek pajak
tertentu. Misalnya, Wajib Pajak (WP) yang ikut dalam skema Kawasan Ekonomi Khusus
(KEK), banyak fasilitas pajak yang dinikmati dan tidak menjadi penerimaan pajak melainkan
potential loss. Tujuannya agar kegiatan usaha atau bisnis WP dapat tumbuh dan berkembang.

Fungsi ekonomi dan fungsi social selalu bertentangan dengan fungsi keuangan. Kalo fungsi
ekonomi selalu berupa pengurangan pajak, sedangkan fungsi keuangan itu selalu untuk
menaikan pajak.

[FUNGSI-FUNGSI PAJAK KELUAR PAS UJIAN 1 SOAL]

Pemungutan pajak itu bersifat definitive, sehingga tidak ada kontraprestasi yang bersifat
unilateral.

Pembagian penggolongan pajak:


Pihak legistatif, dalam menentukan jenis pajak memilih beberapa pilihan:
1. Apakah akan pajak tunggal atau pajak multiple?
Bentuk dari pajak tunggal yaitu:
Pajak atas pengeluaran – expenditure tax
Pajak atas energi – Schuler
2. Pilihan bersifat social; Apakah pajak riil atau pajak personil?
Pajak Riil lihat materi yang dipajak tanpa melihat keadaan dari si wajib pajak atau
disebut sebagai pajak yang disebut sebagai pajak objektif.
Pajak personil disebut sebagai subjektif karena memperhatikan keadaan si wajib pajak
misalnya bagi pajak penghasilan. Pajak penghasilan membedakan subjek yang
bujangan dan yang sudah berkeluarga. Sehingga pajak personiil dianggap lebih adil
dibandingkan dengan pajak riil.
3. Pilihan bersifat ekonomi; Bagaimana memajaki kekayaan dari subjek pajak? Apakah
pajak dipungut pada saat kekayaan diterima atau dikenakan pada saat kekayaan
dikonsolidasi atau pada saat kekayaan dikeluarkan?
Pajak kekayaan diterima  Pajak penghasilan
Pajak dikonsolidasikan  kapital
Pajak pada saat keluar  dikonsumsikan, pajak atas pengeluaran/expend

Kuliah III September, 21 2019

Ada penghasilan tertentu yang mempunyai pajak tersendiri. Ada Pajak secara global dan

Pajak ada yang personil  memperhatikan keadaan subjek. Misal terhadap orang yang sudah
berkeluarga, pajak penghasilannya lebih kecil. Bisa dipajaki dengan tarif progresif

Terhadap seseorang yang penghasilannya berbeda dengan satu sama lain, keadaannya tidak
diperhatikan. Misal : PBB (msuk pajak penghasilan), tp dalam UU Pajak Penghasilan,

Pajak Penghasilan  tax based nya penghasilan


PBB  Tax based nya tidak dapat didefinisikan, karna berdasarkan transaksi.
Jadi tax basednya Perikatan Jual Beli.
Pilihan Ekonomi :
Pajak atas kapital. Penghasilan yang dikonsolidasikan dalam bentuk modal atau suatu asset
yang kita miliki. Apakah semua kapital dikenai pajak? atau hanya yg tertentu saja?
Pajak atas kapital ini tarifnya selalu kecil. Dalam pengenaannya, apakah langsung terhadap
asset tersebut? Atau jadi satu sama penghasilan? Dalam aplikasinya (menurut UU), pajak atas
kapital hanya terbatas terhadap tanah dan bangunan (PBB).

Pajak dikenakan atas konsumsi. Dasarnya adalah jumlah yang dikeluarkan untuk
konsumsi. Dalam menentuakan tax based nya adalah dikenakan terhadap konsumsi barang
dan jasa atau hanya untuk barang tertentu saja.
Pilihannya ada 3 yaitu, Pertama, pajak atas suatu produksi dari komoditas (barang-barang
yang diperdagangkan)  berarti hanya dikenakan sekali. Perdebatannya adalah
mempertanyakan maksud produksi itu sendiri. Kalo hanya saat produksi saja maka akan
mengalami banyak kesulitan dan tarifnya tinggi, sehingga mendorong orang untuk
menggelapkan pajak.

Kedua, pajak penjualan atau pajak atas transaksi, sehingga tax basednya adalah seluruh
transaksi dikenai pajak. Sehingga tarifnya harus rendah, maka timbul suatu beban yang ganda
misalnya timbul tax on tax. Namun karena ini, makin lama harga suatu barang itu akan
semakin tinggi. Biasanya transaksi atas barang dalam negeri. Kelemahannya adalah pajak
yang tinggi dan tidak bisa dikembalikan sehingga menyebabkan kita kalah bersaing.
Sehingga atas hal tersebut pajak untuk transaksi hanya untuk barang tertentu saja yaitu
terhadap barang mewah dengan tarif yang tinggi. Disebut PPn. Tapi definisi barang mewah
itu apa? Sehingga dalam hal ini definisi barang mewah mengikuti perkembangan zaman.
Sehingga, ketentuan mengenai apa saja yang termasuk barang mewah disebutkan dalam UU.
Untuk transaksi keperluan pokok, maka tidak dikenai pajak.

Ketiga, pajak dikenakan atas nilai tambah. Misal harga bahan Rp 1000,- dengan pajak 10%
(Rp 100,-), sehingga pembeli membeli dengan harga Rp 1100. Sehingga apabila ditingkatkan
si bahan itu menjadi suatu barang dengan nilai tambah baru menjadi dari harga Rp 1.000,-
menjadi Rp 1.500,-, maka saat menjual barang tersebut dan dikenai pajak 10% (Rp 150,-),
maka harga barang menjadi Rp 1.650,-. Strukturnya :
Harga VAT Total
A 1000 10% 1000 + 100 100  input
A+ 1500 10% 1500+150 150  output
Pajak yang dibayarkan untuk negara adalah selisih dari output dan input yaitu Rp 50,-. Pajak
atas nilai tambah ini adalah PPN.

Pilihan Yuridis:
Terbagi atas, Pajak Langsung atau Pajak Tidak Langsung. Pajak Langsung adalah pajak yang
pemungutannya didasarkan pada daftar nominative. Umumnya dibayar oleh dia yang
dibebani pajak (tax payer dan tax barrier/tax buyer itu jadi satu). Pajak tidak langsung adalah
pemungutannya tidak ada daftar nominativenya. Yang membayar Pajak Tidak Langsung ini
adalah pihak konsumen akhir. Jadi dalam pajak tidak langsung ini antara tax payer dan tax
barrier/buyer ini tidak sama.
Sumber Normative Pajak:
- Internal (dalam negeri)
1. Konstitusional
Normanya ada 3, yaitu pertama, dalam pemungutan pajak harus ada persetujuan
dari pihak yang dipungut atau rakyat (prinsip consentment/legalitas). Kedua,
semua orang harus dipungut pajak sesuai dengan daya pikulnya (prinsip
kesamaan/legalitas). Ketiga, prinsip solidaritas untuk kapasitas kontributif.
Terdapat pula prinsip-prinsip umum Pajak yang berlaku secara internasional, yaitu
prinsip pemungutan pajak yang dikemukakan oleh Adam Smith, yaitu:
 Prinsip Keadilan  semua orang harus di pungut pajak
 Prinsip kepastiaan  terkait subjek dan objek Pajak
 Prinsip kemudahan  Pajak itu dibayar pada saat memperoleh
penghasilan
 Prinsip ekonomis/efisiensi  pajak yang dipungut tidak boleh besar dari
biaya pajaknya.
Prinsip-prinsip tersebut disebut the four maxims. Persetujuan dari rakyat ini
merupakan prinsip yang suprakonstitusional seperti system pembagian
kekuasaan.
Dalam legistlatif ada prinsip nonretroaktif, enterpretasi yang strict.
Kuliah IV September, 28 2019

2. Undang-Undang
Prinsip-prinsip yang pokok dalam UU Pajak secara eksternal :
1. Mutabilitas  ketentuan pajak bisa berubah
2. Treteality  UU Pajak hanya berlaku didalam territorial negara itu sendiri.
3. UU Pajak bersifat untuk kepentingan public/aturan public  Pajak termasuk
hukum public
4. Otonomi hukum pajak  bisa mengatur prinsip2nya sendiri tanpa tunduk
pada cabang hukum lain. Ex: 1) Penyelundupan. Hukum pajak tidak melihat
bahwa penyelundupan itu merupakan kejahatan/bukan, tp melihat suatu fakta
apakah perbuatan tersebut dapat dikenai pajak. Jadi tidak ada hubungannya
dengan sah/tidaknya suatu perbuatan. 2) kalo di LN ada pajak untuk perjudian
atau prostitusi. Pajak tidak melihat perbuatan itu bertentangan dengan
moral/tidak.
5. Prinsip Riil  yang dikenakan pajak adalah suatu kejadian yang sebenarnya
(fakta) yang menimbulkan objek, bukan dalam situasi hukum tertentu.
Sehingga tidak melihat sah/tidak, moral/tidak.
Ada hubungan istimewa, misal ortu-anak atau perusahaan-anak perusahaan,
sehingga bila ada transaksi yang tidak wajar maka bisa dikenai mekanisme
perpajakan dr perbuatan tersebut.

Sumber ekternal dalam perpajakan internasional adalah perjanjian mengenai


keterbukaan informasi Pajak.

Bagaimana cara hitung pajak???


Pihak-pihak dalam pajak adalah subjek (orang yg dikenai pajak), objek, dan
tarif.
Tarif ada proporsional dan progresif. Subjek bisa orang atau badan hukum.
Objek adalah materi yang dipajaki. Untuk bisa mengetahui apakah sebuah
objek terutang pajak atau tidak, harus melihat konsep Taatbestaud, jadi suatu
fakta yang menimbulkan kewajiban pajak dari suatu perbuatan, keadaan,
tindakan atau peristiwa. Lalu setelah menentukan apakah objek tersebut ada
terutang pajak, maka akan menentukan tarifnya.

Dalam pajak pertambahan nilai, secara teknis ada nilai tambah yang dihitung
untuk dipajaki. Dilihat dari suatu perbuatan yaitu penyerahan barang atau
jasa.
Di Indonesia, tidak ada pajak warisan.
Kapan timbulnya utang pajak? mengacu pada suatu system dari negara itu
masing-masing. Ada 2 konsep mengenai timbulnya hutang pajak, yaitu:
a. Ajaran Materiil
Timbulnya hutang pajak adalah ketika muncul fakta pemicu
(Taatsbestaud) yang bisa menimbulkan kewajiban pajak.
b. Ajaran Formil
Timbulnya hutang pajak adalah karena adanya tindakan administrative
dari otoritas pajak atau fiskes. Tindakan administrasi yang dimaksud
adalah jika pihak fiskes mengeluarkan Surat Ketetapan Pajak (SKP).
Masing-masing system perpajakan memilih ajaran mana yang dianut dari
pengambilan pajak. Sistem pemajakan Indonesia memakai Self-Assesment
(ajaran materiil) sejak reformasi perpajakan tahun 1984. Ex: ketika seseorang
telah mendapat penghasilan, berarti sudah mulai terhitung Taatsbestaud nya.
Di Indonesia memakai kedua ajaran tersebut. Dimana Ajaran materiil untuk
PPH dan PPN sedangkan Ajaran Formil untuk PBB.

Jika wajib pajak tidak melaksanakan Self-Assestment dengan baik maka akan
diberlakukan ajaran formil dimana fiskes akan menghitung kembali pajaknya,
setelah itu fiskes akan mengeluarkan Surat untuk si wajib pajak membayar
pajaknya tetap memakai self-assesment.

Pembagian Hukum Pajak:


a) Hukum Pajak Materiil
Mengatur mengenai siapa itu subjek, apa itu objek, berapa tarifnya,
bagaimana jika subjek tidak setuju atas hasil pemeriksaan.
b) Hukum Pajak Formil
Mengatur bagaimana hukum pajak materiiil bisa dilaksanakan.

Notaris adalah pengusaha kena pajak ketika nilai transaksi keseluruhan


mencapai angka tertentu dalam satu tahun. Nah ketika sudah mencapai angka
tersebut, Notaris harus mendaftarkan diri sebagai Pengusaha Kena Pajak.
UUPPN  Penguasa Kena Pajak = orang/badan yang dalam lingkungan usaha
melakukan penyerahan barang/jasa.

SOAL UTS :
1. Prinsip Di UU (3), form maxim adam smith, asas kemudahan dan asas
ekonomi
2. Prinsip Otonomi Pajak (bahwa dalam hukum pajak, bisa menentukan
prinsip2nya sendiri dan tidak tunduk terhadap cabang hukum lain) dan
prinsip Riil (pajak tidak melihat bahwa sah/tidak, moral/tidak, tapi
melihat fakta dari suatu perbuatan apakah menimbulkan hutang pajak
atau tidak)
3. Fungsi Pajak [fungsi budgeting dan fungsi mengatur. Klo untuk budgeting
untuk mengisi anggaran negara atau menjadi fungsi keuangan bergeser ke
fungsi ekonomi  untuk mengatur perekonomian yang bersifat structural
(mendorong investasi: Memberikan bebas pajak, tax holiday: tidak kena
pajak dalam jangka waktu 5 tahun dengan persyaratan2 tertentu,
investment allowance) atau konjungtural (berhubungan dengan naik
turunnya cycle of business). Konsep ini dipakai setelah tahun 1929. Dan
Fungsi Sosial
4. Timbulnya hutang pajak dan Sistem Pemajakannya: Ajaran Materiil/formil
Materiil  timbulnya hutang pajak karena staatbestad
Formil  adanya tindakan administrative dari otoritas pajak, missal
mengeluarkan SKP, SPNKP. Dibuat official assessment.
5. Daluwarsa penetapan : Menentukan jumlah pajak yang terutang, yang
dihitung sejak timbulnya terutang pajak sampai 5 tahun kedepan.
6. Daluwarsa penagihan : daluarsa untuk dilakukan penagihan dalam jangka
waktu 5 tahun setelah dikeluarkan SKP atau SKPKB, atau Surat keputusan
Banding, Surat Keputusan PK. Daluarsa penagihan itu bisa tertangguh, bila
wajib pajak mengakui dia memiliki hutang pajak. (Ps. 22 KUP)

Kuliah V (ga masuk) 12, October 2019


Kuliah VI 19, October 2019
Notaris bisa membuatkan NPWP untuk kliennya, termasuk pembuatan Pengusaha Kena
Pajak (PKP). PKP istilahnya itu adalah dikukuhkan, sehingga keluar Surat Pengukuhan
PKP untuk pengusaha barang dan jasa.
Jika sudah membuat NPWP, maka yang dilakukan adalah pembukuan atau pencatatan.
Untuk orang pribadi, lebih baik menggunakan pencatatan saja agar tidak ribet. Jika
penghasilannya Rp 4,8 M dalam setahun maka akan dilakukan pencatatan.

Ada daftar penghitungan Penghasilan Netto.


Pembukuan ini untuk SPT, dimana ada berapa penghasilannya dan berapa pajaknya.
Untuk orang pribadi, pelaporan SPT harus dilakukan 3 bulan setelah masa tahun pajak.
SPT dapat di revisi dengan jangka waktu 2 tahun sebelum kadaluarsa. Kadaluarsanya 5
tahun. Sehingga jika sudah 5 tahun, maka data yang dimasukan dianggap benar atau
definitif. SPT dapat direvisi dalam jangka waktu 3 tahun, dengan syarat belum
dilakukan pemeriksaan. Ada sanksi jika SPT diisi tidak benar, yaitu bila menimbulkan
kerugian terhadap negara maka sanksinya bisa dipidana.
Menururt UU SPT jika sudah diperiksa, tidak bisa di betulkan. Namun, bila dilakukan
pemeriksaan dan menimbulkan kerugian negara, maka jika wajib pajak membayar
150% dari pajak terutang jika tidak ingin dilakukan penyidikan pidananya terhadap Ps.
38 UU Pajak.
Jika belum keluar Surat Ketetapan Pajak (SKP), lalu wajib pajak memberikan surat
pernyataan bahwa ia salah dalam mengisi SPT, maka ia akan dikenai denda 50% diluar
pajaknya. Hasil dari SKP adalah:
1. SKP Kurang Bayar
2. SKP Lebih Bayar
3. SKP Nihil : Pengisian SPT sudah sesuai dengan ketentuan UU
4. SKP Kurang Bayar Tambahan : Jika ada data yang belum terngungkap dalam SPT
dan sanksi nya 100%.

Daluwarsa Penetapan dihitung sejak terutangnya pajak. Jika PPH adalah sejak kita
memperoleh penghasilan.
Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan (SPHP), dengan membawa bukti-bukti dalam
waktu 3 (tiga) hari. Jika SPT dikeluarkan tanpa SPHP, maka SPT tidak sah. Jika SPT tidak
sah, maka akan dilakukan pemeriksaan ulang.
Terhadap hasil pemeriksaan, sikap kita bisa setuju ataupun tidak setuju. Yang kita
setuju untuk dikoreksi harus kita bayar pajaknya, koreksi terhadap apa yang tidak
setuju maka kita tidak perlu bayar pajaknya. Jika keberatan atas ketidaksetujuaan kita
ditolak, maka sanksinya 50%, jika kemudian melakukan banding dan ditolak, sanksinya
menjadi 100%. Dalam praktik, semua keberatan pasti ditolak.

UU dasar Penagihan Pajak:


- UU No. 6 tahun 1983 dengan UU No. 16 tahun 2009  Tata cara penyitaan
- PP 74/2011 dan PP No. 135 tahun 2000
- UU PPSP No. 19 tahun 1997 dengan perubahan UU 19 Tahun 2000
- PMK No. 24/KMK.03/2008 atay PMK 85 tahun 2010

Proses Penagihan dari SKP sampe Sita


Setelah SKP terbit ada waktu 9 hari untuk pembayaran
Dalam jangka waktu 21 hari setelah ditegur akan dikeluarkan Surat Paksa (SP), 2x24
jam setelah SP dikeluarkan tapi tidak bayar pajak juga maka akan dilakukan penyitaan
(SPMP) kemudian dalam waktu 14 hari ada pengumuman lelang dan 14 hari lagi akan
dilaksanakan lelang.
KULIAH VII 2 November 2019

Undang-Undang Pajak Penghasilan


Bukunya : Panduan Komprehensive Pajak Penghasilan Prof. Sunadi atau Prof. Mansury

Pajak penghasilan pertama kali diaplikasikan pada tahun 1984 dengan dikeluarkannya
UU No. 7 tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan. Diubah tahun 1992, 2000, dan terakhir
diubah pada UU No. 26 tahun 2008.
Wajib pajak bisa orang atau badan hukum yang menurut UU memenuhi syarat objektif
dan syarat subjektif untuk membayar pajak. Pajak penghasilan dikenakan atas
penghasilan yang di terima atau diperoleh. Jika kita menerima atau memperoleh pajak
pada tahun pajak, maka menggunakan self-assesment. Tahun pajak dalam perusahaan
bisa tahun buku atau tahun kalender yang berlaku 1 tahun.
Subjek pajak :
- Jenis/pembagian  Orang pribadi (OP) & Badan. Karena konsepnya sama,
yaitu baik orang dan badan mempunyai penghasilan yang sama.
- Status  orang dalam negeri atau luar negeri; dan
- Kriteria  Subjek pajak OP dalam negeri (orang pribadi yang bertempat
tinggal di Indonesia, orang pribadi yang tinggal di Indonesia lebih dari 183 hari
dalam jangka waktu 12 bulan, dan orang pribadi dalam suatu tahun pajak berada
di Indonesia dan berniat untuk menetap di Indonesia). Dalam kriteria diatas,
azas nya adalah azas tempat tinggal/domisili. Jika subjek pajak badan dalam
negeri, ditentukan dari pendiriannya berdasarkan hukum Indonesia atau
memiliki tempat kedudukan di Indonesia. Kalo badan ditentukan dari asas
incorporated dan domicile.
Subjek Pajak luar negeri kriterianya adalah yang menjalankan usaha atau yang
melakukan kegiatan melalui suatu bentuk usaha tetap (untuk memajaki bisnis
profit), dan yang dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia
yang tidak melalui kegiatan usaha dalam bentuk usaha tetap, terdiri dari:
a) OP yang tidak bertempat tinggal di Indonesia;
b) OP yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12
bulan;
c) Dan Badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia.
Warisan adalah sebagai subjek pajak pengganti dari pewaris karena sebagai satu
kesatuan. Jika warisan sudah dibagi, maka beban pajak selesai. Warisan bukan
merupakan objek pajak, yang dipajaki adalah hasil dari warisan itu.

Jadi kalo dia dalam jangkawaktu 60 hari dalam 12 bulan maka BUT, tp kalo kurang dari
60 hari ga ada BUT. Seharusnya jika tidak ada BUT, maka tidak bisa dipajaki di
Indonesia, tapi dalam UU pajak tidak adanya BUT di Indoenesia dipungut biaya jasa.

Badan-badan yang tidak termasuk sebagai subjek (ps. 3 KUP):


1. Perwakilan diplomatic dan pejabat-pejabatnya dengan syarat ia tidak
memperoleh penghasilan, kecuali dari penghasilannya sebagai diplomatic dari
negara asal
2. Badan-badan internasional yang ditentukan oleh Menteri Keuangan

Objek Pajak (ps. 4 KUP):


Yang menjadi objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap pertambahan kemampuan
ekonomis yang diterima atau diperoleh WP baik berasal dr Indonesia atau LN, baik
digunakan untuk konsumsi atau penambahan kekayaan dengan nama dan dalam bentuk
apapun.

Soal UAS  Prinsip-prinsip apa saja yang terkandung dalam pengertian objek pajak?

Kuliah VIII 16 November 2019

Ps. 4 ayat (1) adalah konsep dari penghasilan. Dalam perkembangannya, ada
penghasilan-penghasilan tertentu yang dipajaki secara berbeda. Untuk menentukan
subjek pajak dalam negeri, harus dilihat dimana PT itu didirikan. Klo anak perusahaan,
hukumnya mengikuti peraturan dimana anak perusahaan itu beroperasi.
Ada investor USA masuk ke Indonesia, maka:
Subsidiary  anak perusahaan (bentuknya jadi PT karena mengikuti peraturan UUPT)
 statusnya adalah subjek pajak dalam negeri

Branch  cabang (mengikuti asal pendiri yang merupakan satu kesatuan dengan
induknya sehingga status hukumnya mengikuti negara asal)  statusnya adalah subjek
pajak luar negeri.

Jika ada perusahaan Indonesia yang membuat anak perusahaan di Vietnam, maka anak
perusahaan tersebut bukan termasuk subjek pajak. Sedangkan cabang dari perusahaan
Indonesia yang ada di Vietnam termasuk subjek pajak dalam negeri. Kalo kantor
perwakilan di Luar negeri maka statusnya bisa masuk sebagai subjek pajak, bisa juga
tidak dilihat dari treaty yang dibuat.
Kalo dependent agent, dia bertindak untuk dan atas nama perusahaan yang ada di LN,
statusnya Badan Usaha Tetap (BUT).

Untuk penghasilan-penghasilan orang pribadi, sudah ditentukan. Orang pribadi seperti


apa yang pakaai norma penghasilan netto? Yang dibawah 4,8 M/tahun, maka ia bisa
pakai norma penghasilan netto, sehingga tidak perlu pembukuan, cukup dicatatkan
penerimaan saja.
Kalo UMKM harus dikalikan dengan ½% x Omzet.

Kuliah IX 23 November 2019

Objek yang diatur dalam pasal 4 ayat (1) Dr penghasilan Netto Untuk memperolehnya
adalah penghasilan bruto dikurangi oleh biaya-biaya. Biaya diatur dalam Ps. 6 dan Ps. 9
Pasal 4 (2)  Dari penghasilan bruto atau PPh final, dari transaksi atau dr omzet
Pasal 4 (3)  penghasilan bukan objek pajak

Jika Notaris menggunakan pembukaan, akan dapat diketahui Netto dari penghasilannya.
Ps. 7 setiap orang pribadi ada penghasilan yang tidak dikenai pajak.
Pembukuan : Penghasilan Brutto – Biaya= Penghasilan Netto – PTKP =DPP x tarif (ps.
17)
Pencatatan: Penghasilan Brutto x NPPN (Ps.16)= Penghasilan Netto – PTKP= lalu
ditemukan Dasar Pengenaan Pajak

PML No. 101/2006 tentang PTKP


Cara hitung (contoh): Ps. 7
WP Sendiri : Rp 54.000.000,-/tahun
Kawin : Rp 4.500.000
Tanggungan : Rp 4.500.000,- x 3(max)
___________________________________+
Rp 72.000.000,-

Ps. 8 Dalam menghitung pajak, penghasilan isteri dan suami digabung. Kecuali isteri
memperoleh penghasilan dari satu pemberi kerja
Kuliah X 30 November 2019

Pasal 5 adalah untuk objek BUT, dari Subjek pajak LN yang melakukan kegiatan di
Indonesia. Pasal 5 (1a) itu mengenai objek Penghasilan , 5 (1b) penghasilan dari
kegiatan yang sejenis dilakukan oleh induknya. 5 (1c) penghasilan dari induk yang
mempunyai hubungan efektif dengan BUT. Hubungan efektif ini biasanya muncul atas
merek LN yang dijual di Indonesia melalui PT Indonesia lalu pembayarannya
menggunakan royalty.

Pemajakan subjek LN sama dengan system pemajakan Netto di Indonesia. Selain pajak
penghasilan dari laba, harus membayar pajak profit after tax dari suatu BUT setelah
dipajaki saat akhir tahun sebesar 20%. Dalam tax treaty, bisa lebih rendah dari 20%
ada pula yang tidak sejutu. Jadi Subjek LN membayar 25% x profit dan ditambah 20% x
after tax dengan self- assessment.

Subjek pajak LN yang tidak melakukan BUT tp mendapat penghasilan dari Indonesia
(bisa kurang dari 180 hari atau tidak datang ke Indonesia) yaitu penghasilannya dalam
bentuk investment income dan passive income. Diatur dalam Ps. 26. Jadi pemajakannya
dengan cara 20% x bruto. Sistem pelunasan pajak melalui pemotongan oleh pihak
ketiga yang memberikan penghasilan (Ps. 26).

Pasal 14 adalah norma penghitungan penghasilan netto. Khusus untuk orang pribadi.
Pasal 21 itu untuk orang-orang pribadi yang memberikan penghasilan kepada orang
lain, wajib memotong penghasilan tersebut untuk pajak.

Sistem pemungutan itu biasanya dari bea cukai hal ini berlaku untuk pasal 22, karena
belum ada penghasilannya. Diperhitungkan dengan barang yang kita beli mau kita jual,
maka akan dihitung laba yg akan diperoleh itu berapa.

Ada 2 kelompok besar system pemajakan,


1. Yang menganggap bahwa pajak atas PT yg membayar adalah share holder,
2. Yang harus membayar pajak adalah share holder maupun PTnya itu sendiri.
Classical selfsystem atau separated system. Badan dipajaki pada tingkat laba, jika
shareholder dipajaki dari deviden.
Di Indonesia, kita memakai angka 2. Jadi dalam pasal 4 (3f) mengatur mengenai
deviden.
Jika deviden diterima oleh orang pribadi, maka pajaknya hanya 10% dengan tidak ada
persyaratan apapun. (1 soal). Pasal 4 Ayat (3) huruf f mengatur mengenai pajak atas
deviden di bawah ini sehingga tidak terlalu berat dalam hal double taxation?
Corporate Income Tax Subject:
1. Integrated tax system = Ekonomi
2. Classical System (separate system)
Badan – Harta
Shareholders – Deviden
Deviden antara company tidak menjadi objek pajak, apabila penyertaannya tidak lebih
dari 25%.
Deviden akan dikenakan dalam hal PT menerima Deviden yang penyertannya di bawah
25%. Jika deviden ini diterima oleh subjek pajak LN, jika kena orang pribadi dikenai
10%.
FINAL 7 December 2019

Pemajakan atas corporate (PT)


BKPM direct investment itu ada di PT. Sistem pemajakan PT di Indonesia menggunakan
system classic (separate system) yang diambil dari laba atas corporate dan deviden
yang dibagi dari profit after tax dalam bentuk deviden. Kritiknya adalah system kita ini
ada double tax, karena satu sumber pajak dikenakan pajak dua kali.
Siapa yang menanggung pajak PT? yang pertama adalah pemegang sahamnya,
sedangkan corporate hanya dianggap sebagai suatu alat untuk menjalankan kegiatan.
Kapan deviden dikenai pajak? deviden untuk subjek dalam negeri jadi objek kalo
penyertaannya kurang dari 25%.
Kalo penyertaanya ke org pribadi, maka orang pribadi akan kena 10% yang sifatnya
final (17 ayat 2c). Kalo deviden dibayarkan kepada subjek pajak luar negari sebesar
20% baik ke orang pribadi maupun badan. Subjek pajak luar negeri ini harus dilihat dari
tax treaty, kalo ga ada tax treaty maka pengenaannya ke 20%.

Pasal 4 ayat 3 huruf f: aplikasi system pemajakan PT


Pasal 4 ayat 3 huruf i: Partnership (system pemajakan atas persekutuan)

Kalo dari segi subjek, baik PT baik persekutuan termasuk subjek badan. Tapi system
pemajakan keduanya berbeda.

Persekutuan:
Pemajakannya ada kaitannya dengan Pasal 9 ayat 1 huruf d, yaitu jika salah satu
mendapat gaji dr CV, tidak boleh mengurangi jumlah pajaknya.
Pemajakannya adalah sebagai berikut:
Laba 1000
Tax 25% 250 -
After tax 750
Jika after tax dibagi kepada anggota masing-masing, maka sudah tidak dikenakan pajak
lagi. Sehingga hanya tax yg 25% itu saja (hanya 1x).
Sistemnya disebut dengan transparence system.
Kalo dinegara-negara lain, ada juga yang memajaki persekutuan pada saat sudah
dibagikan ke anggota2nya karena persekutuan dianggap bukan suatu badan.

Pasal 4 ayat (2) diatur mengenai penghasilan-penghasilan tertentu yang dikenai pajak
secara final. Dalam PP 34 tahun 2016, dikenai pajak pada jual beli atas tanah dan
bangunan. Bagaimana cara menghitung pajak untuk jual beli tanah dan bangunan yang
di beli pada 10 tahun lebih? Jadi harga dikalikan dengan harga indeks berdasarkan
harga inflasi. Akhirnya pajaknya kenai 2,5% final.
Subjek dari pengalihan tanah dan bangunan adalah orang pribadi atau badan yang
mengalihkan. Pengalihan bisa karena tukar menukar, jual beli, hibah, dll. Perjanjian
Pengikatan Jual Beli (PPJB) ada ketika berurusan dengan perusahaan real estate.
Ada pengecualian atas yang dikenakan dalam pajak ini, yaitu pengalihan dibawah 60
Juta, atau akibat dari hibah atau pewarisan, maka orang pribadi tidak dikenakan pajak.
Jika harta warisan ditransaksikan, misalnya anak memperoleh warisan atas nama
ortunya masih dalam garis keturunan lurus kebawah satu derjat, dan mereka menjual
warisan tersebut. Terlebih dahulu harus diurus mengenai turun waris (buat akta waris)
dan membayar BPHTB (Biaya Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan) dengan tarif
5% dari nilai rumah, baru kemudian proses penjualan. Sebelum dikalikan 5% ada
pengurangan terhadap objek yang tidak kena BPHTB. Pengurangannya adalah
dikurangi 300 Juta dan dikali 5%. Kalo waris dasarnya adalah NJOP.

Khusus Jakarta dikurangi 350 Juta.

Ada PP 111 tahun 2000 tentang Pengenaan Bea Tanah dan Bangunan atas Waris dan
Hibah Wasiat. Diatur mengenai BPHTB untuk waris dan hibah. Dalam PP tersebut ada
contoh perhitungannya.

Hubungan garis lurus kebawah dalam satu derajat (PMK N0. 245/PMK.03/2008) 
orang tua dan anak kandung.

Pajak Berganda ekonomis  Karena system classic. Dianggap sebagai system yang
menimbulkan pajak berganda karena satu sumber penghasilan dikenai sumber pajak
2x.
Konsep mengenai objek  berisi prinsip2 mengenai pemajakan (Pasal 4 ayat 1).
Pengertian objek dalam pertambahan ekonomis, pengakuan penghasilan yg diterima
atau diperoleh, asas cash basis (yang memperoleh. Pengakuan hak dan kewajiban yang
membayar pada saat dibayar secara tunai)/pro basis,
Yuridical Double Taxation  Semua aspek pajak sama, hanya yang mengambil pajaknya
berbeda
Princip Subcance overcome principal

UAS !!
1. Sistem Pemajakan PT yang berlaku dalam UU kita  Pakai system
classic/separate system. Aplikasinya dengan Pasal 4 ayat 3 huruf F.
Deviden tidak menjadi objek klo penyertaannya paling sedikit 25%. Untuk
orang pribadi dalam negeri dikenai pajak 10% final. Jika deviden dalam
negeri diterima juga oleh subjek pajak LN sebesar 20% atau berdasarkan
tax treaty.
2. Sistem Pemajak Persekutuan
3. Perhitungan pajak orang pribadi
4. Pehitungan di PP 111 tahun 2000
5. Objek Prinsip Pemajakan

Soalnya ada 2,
1. Perhitungan Pajak orang pribadi status kawin, pakai NPWP suami
2. Perhitungan BPHTB atas waris atau hibah waris

Anda mungkin juga menyukai