Absen : 20%
UTS :
UAS:
Buku Hukum Pajak Soemitro
Dari PT ada aspek pajaknya, yaitu melihat dari modal dasarnya berapa. Pengembangan PT
juga ada aspek pajaknya. Jika PT dipecah, ada ketentuan pajak yang kebanyakan mengenai
pembagian tanahnya. Di peraturan pertanahan masih merujuk ke peraturan lama, padahal
sudah ada peraturan perpajakan yang terbaru.
Pajak bisa termasuk kedalam ekonomi, psikologi social, ataupun sosiologi dari pajak.
Science Fiscal mengenai apa pajak itu, prinsipnya, sistemasi pajak, jenis2 pajak,
pembagian pajak, dan perlawanan terhadap pajak.
Technic Fiscal Bagaimana science fiscal di praktikan dalam kehidupan sehari-hari disuatu
negara. Nanti dibahas yang berkaitan dengan kenotariatan yang berdasarkan UU Perpajakan.
Awalnya konsepsi pajak berasal dari pembayaran upeti di masa kerajaan, selain itu juga
berasal dari pembayaran atas melewati suatu daerah. Pajak awal-nya mulai dari masa
penjajahan Belanda. Dimulai dari ordonasi pajak perseroan (1925), Ordonansi pajak
kekayaan (1930).
Pada zaman Romawi, administrasi pajaknya sudah bagus namanya Tributum Soli (tanah dan
kadaster) dan Tributun Capity (capital tax: dihitung perkepala di sebuah keluarga). Pajak itu
yang menentukan adalah penguasa, di Eropa pajak makin berkembang atas ketentuan Raja.
Semakin Modern, maka semakin banyak orang-orang yang dibebaskan atas pajak
(pembebasan-pembebasan pajak) dan uang pajak yang diterima dari rakyat banyak yang
dikorupsi sehingga negara merugi, dan atas hal tersebut pajak diberlakukan kembali untuk
semua orang.
Di Eropa, seluruh masyarakat yang memiliki tanah bersatu untuk persetujuan mengenai
pungutan pajak oleh penguasa. Sehingga penguasa dan masyarakat berdiskusi untuk
menentukan pajak yang akan berlaku bagi para pemilik tanah.
Konsep pajak awalnya adalah solidaritas untuk keperluan public (suatu beban public secara
Bersama). Mulai abad ke-18 sampai awal ke-19, Konsep pajaknya berubah menjadi beberapa
aliran seperti Montesque, john lock, Adam smiths, dll. Montesque Menganggap pajak
merupakan suatu pertukaran dan dianggap sebagai harga yang harus dibayarkan oleh individu
ini atas keamanan hidupnya (kontra prestasi). Jadi semacam harga yang harus dibayarkan atas
fasilitas yang diberikan oleh penguasa.
Di dalam perkembangannya, ada banyak kritik mengenai kontra prestasi seperti jika harganya
sama padahal apa yang dinikmati setiap orang berbeda. Sehingga konsepsinya berubah
menjadi pembiayaaan untuk kepentingan bersama, jadinya semua masyarakat menyumbang
(membayar pajak) sebesar kapasitas kontributifnya. Dari hal tersebut, pajak menjadi sebuah
kewajiban masyarakat untuk membiayai kepentingan bersama.
Dalam pemungutan pajak ini harus ada izin dari yang dipungut. Semua putusan masalah2
keuangan dari suatu negara harus mendapat persetujuan dari rakyat (demokrasi keuangan)
sudah tidak ada kontra prestasi. Jadi rakyat yang menentukan apa saja yang dipungut darinya.
Jadi zaman sekarang berdasarkan consentment, kalo zaman kerajaan pajak lebih karena
perintah raja.
Pajak dibayarkan untuk kepentingan negara. Dalam zaman modern, pajak bukan kontra
prestasi (bukan untuk membiayai keperluan umum negara). Pajak itu untuk membiayai
kepentingan bersama, sehingga harus ada persetujuan orang yang dipungut, sehingga dilihat
sebagai suatu kontribusi untuk kepentingan bersama. Pajak dibayarkan sebanyak kapasitas
kontributif perorangan, sehingga besaran pajak masing-masing orang itu tidak sama.
Fungsi ekonomi ini bersifat konjungtural (ada naik-turunnya ekonomi. Ex: kalo ada inflasi
maka pajak dinaikan) dan ada sifat structural (untuk mendorong kegiatan ekonomi tertentu.
Ex: mendorong industry maka melakukan bebas pajak terhadap industry terkait).
Bentuk-bentuk kebijakan dari sifat structural:
1. tax holiday (bebas pajak) itu biasanya diberikan untuk Pajak Penghasilan.
2. Investment allowance, yaitu mengurangi laba yang dikenai pajak.
3. Accelerated Depreciation, yaitu penyusutan yang dipercepat.
4. Carry toward lasses
Bentuk-bentuk diatas, banyak sekali diberikan pada saat orde baru kurang lebih tahun
1970an. Kemudian pada tahun 1984, bentuk-bentuk tersebut dihapuskan.
Fungsi ekonomi dan fungsi social selalu bertentangan dengan fungsi keuangan. Kalo fungsi
ekonomi selalu berupa pengurangan pajak, sedangkan fungsi keuangan itu selalu untuk
menaikan pajak.
Pemungutan pajak itu bersifat definitive, sehingga tidak ada kontraprestasi yang bersifat
unilateral.
Ada penghasilan tertentu yang mempunyai pajak tersendiri. Ada Pajak secara global dan
Pajak ada yang personil memperhatikan keadaan subjek. Misal terhadap orang yang sudah
berkeluarga, pajak penghasilannya lebih kecil. Bisa dipajaki dengan tarif progresif
Terhadap seseorang yang penghasilannya berbeda dengan satu sama lain, keadaannya tidak
diperhatikan. Misal : PBB (msuk pajak penghasilan), tp dalam UU Pajak Penghasilan,
Pajak dikenakan atas konsumsi. Dasarnya adalah jumlah yang dikeluarkan untuk
konsumsi. Dalam menentuakan tax based nya adalah dikenakan terhadap konsumsi barang
dan jasa atau hanya untuk barang tertentu saja.
Pilihannya ada 3 yaitu, Pertama, pajak atas suatu produksi dari komoditas (barang-barang
yang diperdagangkan) berarti hanya dikenakan sekali. Perdebatannya adalah
mempertanyakan maksud produksi itu sendiri. Kalo hanya saat produksi saja maka akan
mengalami banyak kesulitan dan tarifnya tinggi, sehingga mendorong orang untuk
menggelapkan pajak.
Kedua, pajak penjualan atau pajak atas transaksi, sehingga tax basednya adalah seluruh
transaksi dikenai pajak. Sehingga tarifnya harus rendah, maka timbul suatu beban yang ganda
misalnya timbul tax on tax. Namun karena ini, makin lama harga suatu barang itu akan
semakin tinggi. Biasanya transaksi atas barang dalam negeri. Kelemahannya adalah pajak
yang tinggi dan tidak bisa dikembalikan sehingga menyebabkan kita kalah bersaing.
Sehingga atas hal tersebut pajak untuk transaksi hanya untuk barang tertentu saja yaitu
terhadap barang mewah dengan tarif yang tinggi. Disebut PPn. Tapi definisi barang mewah
itu apa? Sehingga dalam hal ini definisi barang mewah mengikuti perkembangan zaman.
Sehingga, ketentuan mengenai apa saja yang termasuk barang mewah disebutkan dalam UU.
Untuk transaksi keperluan pokok, maka tidak dikenai pajak.
Ketiga, pajak dikenakan atas nilai tambah. Misal harga bahan Rp 1000,- dengan pajak 10%
(Rp 100,-), sehingga pembeli membeli dengan harga Rp 1100. Sehingga apabila ditingkatkan
si bahan itu menjadi suatu barang dengan nilai tambah baru menjadi dari harga Rp 1.000,-
menjadi Rp 1.500,-, maka saat menjual barang tersebut dan dikenai pajak 10% (Rp 150,-),
maka harga barang menjadi Rp 1.650,-. Strukturnya :
Harga VAT Total
A 1000 10% 1000 + 100 100 input
A+ 1500 10% 1500+150 150 output
Pajak yang dibayarkan untuk negara adalah selisih dari output dan input yaitu Rp 50,-. Pajak
atas nilai tambah ini adalah PPN.
Pilihan Yuridis:
Terbagi atas, Pajak Langsung atau Pajak Tidak Langsung. Pajak Langsung adalah pajak yang
pemungutannya didasarkan pada daftar nominative. Umumnya dibayar oleh dia yang
dibebani pajak (tax payer dan tax barrier/tax buyer itu jadi satu). Pajak tidak langsung adalah
pemungutannya tidak ada daftar nominativenya. Yang membayar Pajak Tidak Langsung ini
adalah pihak konsumen akhir. Jadi dalam pajak tidak langsung ini antara tax payer dan tax
barrier/buyer ini tidak sama.
Sumber Normative Pajak:
- Internal (dalam negeri)
1. Konstitusional
Normanya ada 3, yaitu pertama, dalam pemungutan pajak harus ada persetujuan
dari pihak yang dipungut atau rakyat (prinsip consentment/legalitas). Kedua,
semua orang harus dipungut pajak sesuai dengan daya pikulnya (prinsip
kesamaan/legalitas). Ketiga, prinsip solidaritas untuk kapasitas kontributif.
Terdapat pula prinsip-prinsip umum Pajak yang berlaku secara internasional, yaitu
prinsip pemungutan pajak yang dikemukakan oleh Adam Smith, yaitu:
Prinsip Keadilan semua orang harus di pungut pajak
Prinsip kepastiaan terkait subjek dan objek Pajak
Prinsip kemudahan Pajak itu dibayar pada saat memperoleh
penghasilan
Prinsip ekonomis/efisiensi pajak yang dipungut tidak boleh besar dari
biaya pajaknya.
Prinsip-prinsip tersebut disebut the four maxims. Persetujuan dari rakyat ini
merupakan prinsip yang suprakonstitusional seperti system pembagian
kekuasaan.
Dalam legistlatif ada prinsip nonretroaktif, enterpretasi yang strict.
Kuliah IV September, 28 2019
2. Undang-Undang
Prinsip-prinsip yang pokok dalam UU Pajak secara eksternal :
1. Mutabilitas ketentuan pajak bisa berubah
2. Treteality UU Pajak hanya berlaku didalam territorial negara itu sendiri.
3. UU Pajak bersifat untuk kepentingan public/aturan public Pajak termasuk
hukum public
4. Otonomi hukum pajak bisa mengatur prinsip2nya sendiri tanpa tunduk
pada cabang hukum lain. Ex: 1) Penyelundupan. Hukum pajak tidak melihat
bahwa penyelundupan itu merupakan kejahatan/bukan, tp melihat suatu fakta
apakah perbuatan tersebut dapat dikenai pajak. Jadi tidak ada hubungannya
dengan sah/tidaknya suatu perbuatan. 2) kalo di LN ada pajak untuk perjudian
atau prostitusi. Pajak tidak melihat perbuatan itu bertentangan dengan
moral/tidak.
5. Prinsip Riil yang dikenakan pajak adalah suatu kejadian yang sebenarnya
(fakta) yang menimbulkan objek, bukan dalam situasi hukum tertentu.
Sehingga tidak melihat sah/tidak, moral/tidak.
Ada hubungan istimewa, misal ortu-anak atau perusahaan-anak perusahaan,
sehingga bila ada transaksi yang tidak wajar maka bisa dikenai mekanisme
perpajakan dr perbuatan tersebut.
Dalam pajak pertambahan nilai, secara teknis ada nilai tambah yang dihitung
untuk dipajaki. Dilihat dari suatu perbuatan yaitu penyerahan barang atau
jasa.
Di Indonesia, tidak ada pajak warisan.
Kapan timbulnya utang pajak? mengacu pada suatu system dari negara itu
masing-masing. Ada 2 konsep mengenai timbulnya hutang pajak, yaitu:
a. Ajaran Materiil
Timbulnya hutang pajak adalah ketika muncul fakta pemicu
(Taatsbestaud) yang bisa menimbulkan kewajiban pajak.
b. Ajaran Formil
Timbulnya hutang pajak adalah karena adanya tindakan administrative
dari otoritas pajak atau fiskes. Tindakan administrasi yang dimaksud
adalah jika pihak fiskes mengeluarkan Surat Ketetapan Pajak (SKP).
Masing-masing system perpajakan memilih ajaran mana yang dianut dari
pengambilan pajak. Sistem pemajakan Indonesia memakai Self-Assesment
(ajaran materiil) sejak reformasi perpajakan tahun 1984. Ex: ketika seseorang
telah mendapat penghasilan, berarti sudah mulai terhitung Taatsbestaud nya.
Di Indonesia memakai kedua ajaran tersebut. Dimana Ajaran materiil untuk
PPH dan PPN sedangkan Ajaran Formil untuk PBB.
Jika wajib pajak tidak melaksanakan Self-Assestment dengan baik maka akan
diberlakukan ajaran formil dimana fiskes akan menghitung kembali pajaknya,
setelah itu fiskes akan mengeluarkan Surat untuk si wajib pajak membayar
pajaknya tetap memakai self-assesment.
SOAL UTS :
1. Prinsip Di UU (3), form maxim adam smith, asas kemudahan dan asas
ekonomi
2. Prinsip Otonomi Pajak (bahwa dalam hukum pajak, bisa menentukan
prinsip2nya sendiri dan tidak tunduk terhadap cabang hukum lain) dan
prinsip Riil (pajak tidak melihat bahwa sah/tidak, moral/tidak, tapi
melihat fakta dari suatu perbuatan apakah menimbulkan hutang pajak
atau tidak)
3. Fungsi Pajak [fungsi budgeting dan fungsi mengatur. Klo untuk budgeting
untuk mengisi anggaran negara atau menjadi fungsi keuangan bergeser ke
fungsi ekonomi untuk mengatur perekonomian yang bersifat structural
(mendorong investasi: Memberikan bebas pajak, tax holiday: tidak kena
pajak dalam jangka waktu 5 tahun dengan persyaratan2 tertentu,
investment allowance) atau konjungtural (berhubungan dengan naik
turunnya cycle of business). Konsep ini dipakai setelah tahun 1929. Dan
Fungsi Sosial
4. Timbulnya hutang pajak dan Sistem Pemajakannya: Ajaran Materiil/formil
Materiil timbulnya hutang pajak karena staatbestad
Formil adanya tindakan administrative dari otoritas pajak, missal
mengeluarkan SKP, SPNKP. Dibuat official assessment.
5. Daluwarsa penetapan : Menentukan jumlah pajak yang terutang, yang
dihitung sejak timbulnya terutang pajak sampai 5 tahun kedepan.
6. Daluwarsa penagihan : daluarsa untuk dilakukan penagihan dalam jangka
waktu 5 tahun setelah dikeluarkan SKP atau SKPKB, atau Surat keputusan
Banding, Surat Keputusan PK. Daluarsa penagihan itu bisa tertangguh, bila
wajib pajak mengakui dia memiliki hutang pajak. (Ps. 22 KUP)
Daluwarsa Penetapan dihitung sejak terutangnya pajak. Jika PPH adalah sejak kita
memperoleh penghasilan.
Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan (SPHP), dengan membawa bukti-bukti dalam
waktu 3 (tiga) hari. Jika SPT dikeluarkan tanpa SPHP, maka SPT tidak sah. Jika SPT tidak
sah, maka akan dilakukan pemeriksaan ulang.
Terhadap hasil pemeriksaan, sikap kita bisa setuju ataupun tidak setuju. Yang kita
setuju untuk dikoreksi harus kita bayar pajaknya, koreksi terhadap apa yang tidak
setuju maka kita tidak perlu bayar pajaknya. Jika keberatan atas ketidaksetujuaan kita
ditolak, maka sanksinya 50%, jika kemudian melakukan banding dan ditolak, sanksinya
menjadi 100%. Dalam praktik, semua keberatan pasti ditolak.
Pajak penghasilan pertama kali diaplikasikan pada tahun 1984 dengan dikeluarkannya
UU No. 7 tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan. Diubah tahun 1992, 2000, dan terakhir
diubah pada UU No. 26 tahun 2008.
Wajib pajak bisa orang atau badan hukum yang menurut UU memenuhi syarat objektif
dan syarat subjektif untuk membayar pajak. Pajak penghasilan dikenakan atas
penghasilan yang di terima atau diperoleh. Jika kita menerima atau memperoleh pajak
pada tahun pajak, maka menggunakan self-assesment. Tahun pajak dalam perusahaan
bisa tahun buku atau tahun kalender yang berlaku 1 tahun.
Subjek pajak :
- Jenis/pembagian Orang pribadi (OP) & Badan. Karena konsepnya sama,
yaitu baik orang dan badan mempunyai penghasilan yang sama.
- Status orang dalam negeri atau luar negeri; dan
- Kriteria Subjek pajak OP dalam negeri (orang pribadi yang bertempat
tinggal di Indonesia, orang pribadi yang tinggal di Indonesia lebih dari 183 hari
dalam jangka waktu 12 bulan, dan orang pribadi dalam suatu tahun pajak berada
di Indonesia dan berniat untuk menetap di Indonesia). Dalam kriteria diatas,
azas nya adalah azas tempat tinggal/domisili. Jika subjek pajak badan dalam
negeri, ditentukan dari pendiriannya berdasarkan hukum Indonesia atau
memiliki tempat kedudukan di Indonesia. Kalo badan ditentukan dari asas
incorporated dan domicile.
Subjek Pajak luar negeri kriterianya adalah yang menjalankan usaha atau yang
melakukan kegiatan melalui suatu bentuk usaha tetap (untuk memajaki bisnis
profit), dan yang dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia
yang tidak melalui kegiatan usaha dalam bentuk usaha tetap, terdiri dari:
a) OP yang tidak bertempat tinggal di Indonesia;
b) OP yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12
bulan;
c) Dan Badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia.
Warisan adalah sebagai subjek pajak pengganti dari pewaris karena sebagai satu
kesatuan. Jika warisan sudah dibagi, maka beban pajak selesai. Warisan bukan
merupakan objek pajak, yang dipajaki adalah hasil dari warisan itu.
Jadi kalo dia dalam jangkawaktu 60 hari dalam 12 bulan maka BUT, tp kalo kurang dari
60 hari ga ada BUT. Seharusnya jika tidak ada BUT, maka tidak bisa dipajaki di
Indonesia, tapi dalam UU pajak tidak adanya BUT di Indoenesia dipungut biaya jasa.
Soal UAS Prinsip-prinsip apa saja yang terkandung dalam pengertian objek pajak?
Ps. 4 ayat (1) adalah konsep dari penghasilan. Dalam perkembangannya, ada
penghasilan-penghasilan tertentu yang dipajaki secara berbeda. Untuk menentukan
subjek pajak dalam negeri, harus dilihat dimana PT itu didirikan. Klo anak perusahaan,
hukumnya mengikuti peraturan dimana anak perusahaan itu beroperasi.
Ada investor USA masuk ke Indonesia, maka:
Subsidiary anak perusahaan (bentuknya jadi PT karena mengikuti peraturan UUPT)
statusnya adalah subjek pajak dalam negeri
Branch cabang (mengikuti asal pendiri yang merupakan satu kesatuan dengan
induknya sehingga status hukumnya mengikuti negara asal) statusnya adalah subjek
pajak luar negeri.
Jika ada perusahaan Indonesia yang membuat anak perusahaan di Vietnam, maka anak
perusahaan tersebut bukan termasuk subjek pajak. Sedangkan cabang dari perusahaan
Indonesia yang ada di Vietnam termasuk subjek pajak dalam negeri. Kalo kantor
perwakilan di Luar negeri maka statusnya bisa masuk sebagai subjek pajak, bisa juga
tidak dilihat dari treaty yang dibuat.
Kalo dependent agent, dia bertindak untuk dan atas nama perusahaan yang ada di LN,
statusnya Badan Usaha Tetap (BUT).
Objek yang diatur dalam pasal 4 ayat (1) Dr penghasilan Netto Untuk memperolehnya
adalah penghasilan bruto dikurangi oleh biaya-biaya. Biaya diatur dalam Ps. 6 dan Ps. 9
Pasal 4 (2) Dari penghasilan bruto atau PPh final, dari transaksi atau dr omzet
Pasal 4 (3) penghasilan bukan objek pajak
Jika Notaris menggunakan pembukaan, akan dapat diketahui Netto dari penghasilannya.
Ps. 7 setiap orang pribadi ada penghasilan yang tidak dikenai pajak.
Pembukuan : Penghasilan Brutto – Biaya= Penghasilan Netto – PTKP =DPP x tarif (ps.
17)
Pencatatan: Penghasilan Brutto x NPPN (Ps.16)= Penghasilan Netto – PTKP= lalu
ditemukan Dasar Pengenaan Pajak
Ps. 8 Dalam menghitung pajak, penghasilan isteri dan suami digabung. Kecuali isteri
memperoleh penghasilan dari satu pemberi kerja
Kuliah X 30 November 2019
Pasal 5 adalah untuk objek BUT, dari Subjek pajak LN yang melakukan kegiatan di
Indonesia. Pasal 5 (1a) itu mengenai objek Penghasilan , 5 (1b) penghasilan dari
kegiatan yang sejenis dilakukan oleh induknya. 5 (1c) penghasilan dari induk yang
mempunyai hubungan efektif dengan BUT. Hubungan efektif ini biasanya muncul atas
merek LN yang dijual di Indonesia melalui PT Indonesia lalu pembayarannya
menggunakan royalty.
Pemajakan subjek LN sama dengan system pemajakan Netto di Indonesia. Selain pajak
penghasilan dari laba, harus membayar pajak profit after tax dari suatu BUT setelah
dipajaki saat akhir tahun sebesar 20%. Dalam tax treaty, bisa lebih rendah dari 20%
ada pula yang tidak sejutu. Jadi Subjek LN membayar 25% x profit dan ditambah 20% x
after tax dengan self- assessment.
Subjek pajak LN yang tidak melakukan BUT tp mendapat penghasilan dari Indonesia
(bisa kurang dari 180 hari atau tidak datang ke Indonesia) yaitu penghasilannya dalam
bentuk investment income dan passive income. Diatur dalam Ps. 26. Jadi pemajakannya
dengan cara 20% x bruto. Sistem pelunasan pajak melalui pemotongan oleh pihak
ketiga yang memberikan penghasilan (Ps. 26).
Pasal 14 adalah norma penghitungan penghasilan netto. Khusus untuk orang pribadi.
Pasal 21 itu untuk orang-orang pribadi yang memberikan penghasilan kepada orang
lain, wajib memotong penghasilan tersebut untuk pajak.
Sistem pemungutan itu biasanya dari bea cukai hal ini berlaku untuk pasal 22, karena
belum ada penghasilannya. Diperhitungkan dengan barang yang kita beli mau kita jual,
maka akan dihitung laba yg akan diperoleh itu berapa.
Kalo dari segi subjek, baik PT baik persekutuan termasuk subjek badan. Tapi system
pemajakan keduanya berbeda.
Persekutuan:
Pemajakannya ada kaitannya dengan Pasal 9 ayat 1 huruf d, yaitu jika salah satu
mendapat gaji dr CV, tidak boleh mengurangi jumlah pajaknya.
Pemajakannya adalah sebagai berikut:
Laba 1000
Tax 25% 250 -
After tax 750
Jika after tax dibagi kepada anggota masing-masing, maka sudah tidak dikenakan pajak
lagi. Sehingga hanya tax yg 25% itu saja (hanya 1x).
Sistemnya disebut dengan transparence system.
Kalo dinegara-negara lain, ada juga yang memajaki persekutuan pada saat sudah
dibagikan ke anggota2nya karena persekutuan dianggap bukan suatu badan.
Pasal 4 ayat (2) diatur mengenai penghasilan-penghasilan tertentu yang dikenai pajak
secara final. Dalam PP 34 tahun 2016, dikenai pajak pada jual beli atas tanah dan
bangunan. Bagaimana cara menghitung pajak untuk jual beli tanah dan bangunan yang
di beli pada 10 tahun lebih? Jadi harga dikalikan dengan harga indeks berdasarkan
harga inflasi. Akhirnya pajaknya kenai 2,5% final.
Subjek dari pengalihan tanah dan bangunan adalah orang pribadi atau badan yang
mengalihkan. Pengalihan bisa karena tukar menukar, jual beli, hibah, dll. Perjanjian
Pengikatan Jual Beli (PPJB) ada ketika berurusan dengan perusahaan real estate.
Ada pengecualian atas yang dikenakan dalam pajak ini, yaitu pengalihan dibawah 60
Juta, atau akibat dari hibah atau pewarisan, maka orang pribadi tidak dikenakan pajak.
Jika harta warisan ditransaksikan, misalnya anak memperoleh warisan atas nama
ortunya masih dalam garis keturunan lurus kebawah satu derjat, dan mereka menjual
warisan tersebut. Terlebih dahulu harus diurus mengenai turun waris (buat akta waris)
dan membayar BPHTB (Biaya Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan) dengan tarif
5% dari nilai rumah, baru kemudian proses penjualan. Sebelum dikalikan 5% ada
pengurangan terhadap objek yang tidak kena BPHTB. Pengurangannya adalah
dikurangi 300 Juta dan dikali 5%. Kalo waris dasarnya adalah NJOP.
Ada PP 111 tahun 2000 tentang Pengenaan Bea Tanah dan Bangunan atas Waris dan
Hibah Wasiat. Diatur mengenai BPHTB untuk waris dan hibah. Dalam PP tersebut ada
contoh perhitungannya.
Hubungan garis lurus kebawah dalam satu derajat (PMK N0. 245/PMK.03/2008)
orang tua dan anak kandung.
Pajak Berganda ekonomis Karena system classic. Dianggap sebagai system yang
menimbulkan pajak berganda karena satu sumber penghasilan dikenai sumber pajak
2x.
Konsep mengenai objek berisi prinsip2 mengenai pemajakan (Pasal 4 ayat 1).
Pengertian objek dalam pertambahan ekonomis, pengakuan penghasilan yg diterima
atau diperoleh, asas cash basis (yang memperoleh. Pengakuan hak dan kewajiban yang
membayar pada saat dibayar secara tunai)/pro basis,
Yuridical Double Taxation Semua aspek pajak sama, hanya yang mengambil pajaknya
berbeda
Princip Subcance overcome principal
UAS !!
1. Sistem Pemajakan PT yang berlaku dalam UU kita Pakai system
classic/separate system. Aplikasinya dengan Pasal 4 ayat 3 huruf F.
Deviden tidak menjadi objek klo penyertaannya paling sedikit 25%. Untuk
orang pribadi dalam negeri dikenai pajak 10% final. Jika deviden dalam
negeri diterima juga oleh subjek pajak LN sebesar 20% atau berdasarkan
tax treaty.
2. Sistem Pemajak Persekutuan
3. Perhitungan pajak orang pribadi
4. Pehitungan di PP 111 tahun 2000
5. Objek Prinsip Pemajakan
Soalnya ada 2,
1. Perhitungan Pajak orang pribadi status kawin, pakai NPWP suami
2. Perhitungan BPHTB atas waris atau hibah waris