Kesimpulan :
Munculnya pajak adalah untuk membiayai kepentingan masyarakat atau negara,
sehingga Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara.
Penghasilan Negara :
1. Penghasilan dari perusahaan-perusahaan negara.
2. Barang-barang milik atau yang dikuasai pemerintah.
3. Denda-denda dan perampasan-perampasan untuk kepentingan umum
4. Hak-hak waris atas harta peninggalan yang terlantar.
5. Hibah wasiat dan hibah lainnya.
6. Pajak, Retribusi, Sumbangan.
Pengertian Pajak :
Perikatan yg timbul karena UU yg mewajibkan seseorang yg memenuhi syarat yg diten
tukan oleh UU utk membayar sejumlah uang ke kas negara, yg dapat dipaksakan (sifat
memaksanya umum-nya lebih kuat dari pada sumbangan) tanpa mendapat imbalan yg
secara langsung dapat ditunjuk, yang digunakan untuk membiayai segala pengeluaran
negara dan sebagai alat untuk mencapai tujuan lain di luar bidang keuangan.
Secara garis besar ciri-ciri yang ada pada pajak adalah :
1. Perikatan pajak hanya dapat timbul karena UU jadi perikatan pajak tidak bisa
timbul karena perjanjian.
2. Pemungutan pajak dapat dipaksakan dan pihak yang membayar pajak tidak
langsung mendapat kontra prestasi.
3. Pajak dipungut oleh negara, baik oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah.
4. Pajak digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah dan jika ada kelebihan
digunakan untuk investasi publik. Selain itu, pajak juga dapat digunakan untuk
tujuan lain di luar bidang keuangan.
“Retribusi daerah” yang selanjutnya disebut Retribusi adalah pungutan daerah sebagai
pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau
diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan (Pasal
1 angka 27 UU PDRD).
Sumbangan :
Biaya yg dikeluarkan oleh warga masyarakat untuk mendapatkan prestasi tertentu dari
pemerintah (prestasi pemerintah itu ditujukan tidak untuk seluruh penduduk, melainkan
hanya untuk sebagian penduduk tertentu saja).
Contoh : pajak kendaraan bermotor.
Pendekatan Pajak :
1. Dari segi Ekonomi.
- Mikro Ekonomi :
Peralihan kekayaan individu ke pemerintah tanpa imbalan yg secara langsung dpt
ditunjuk.
- Makro Ekonomi :
Peralihan kekayaan dari swasta ke pemerintah yang dapat dipaksakan utk penge-
luaran negara
2. Dari segi Keuangan.
Pajak hanya ditinjau sebagai alat untuk memasukan uang ke kas negara, sehingga
pajak digunakan sebagai :
- Sumber pembiayaan pembangunan.
- Mencegah atau menghambat inflasi.
- Memberi insentif kepada para penanam modal.
- Meratakan pendapatan dengan penerapan tarif progresif.
Fungsi Pajak :
1. Budgeter :
Fungsi utk memasukan uang sebanyak mungkin ke kas negara guna memenuhi keperlu
an negara.
2. Reguleren :
Fungsi utk mengatur, sebagai alat utk mencapai tujuan tertentu di luar bidang keuangan
Contoh : pajak tabungan, pajak minuman keras, pengenaan PPnBM.
3. Stabilitas :
Fungsi ini berhubungan dgn kebijakan Pemerintah utk menjaga stabilitas harga, sehing
ga laju inflasi dapat dikendalikan.
4. Redistribusi :
Pada penerapan fungsi ini lebih ditekankan unsur pemerataan dan keadilan dlm masya-
rakat. Fungsi ini tampak dari adanya lapisan tarif dalam pengenaan pajak penghasilan.
5. Demokrasi :
Fungsi ini dikaitkan dengan tingkat pelayanan pemerintah kepada masyarakat pembayar
pajak.
Perikatan Pajak :
Ada 2 macam perikatan pajak, yaitu :
1. Perikatan Pajak yang timbul karena UU saja.
2. Perikatan Pajak yang timbul karena UU dan perbuatan manusia.
2. Ajaran Formal :
Hutang pajak baru timbul pada saat dikeluarkannya “SKP”. Jadi selama belum ada
“SKP” belum ada hutang pajak walaupun tatbestand sudah dipenuhi.
Contoh : PBB.
Tatbestand dapat dikatakan sebagai sasaran yang akan dikenai pajak dapat
berupa :
1. Keadaan
Contoh : dalam PPh ditetapkan PTKP Rp.54.000.000,- per-tahun.
2. Perbuatan
Contoh : Balik nama kendaraan bermotor – Pajak Bea Balik Nama, BPHTB.
3. Peristiwa
Contoh : Pajak untuk harta warisan yang belum dibagi dikenakan PPh.
Penggolongan Pajak :
1. Berdasarkan Kewenangan Memungut
a. Pajak Pusat : kewenangan memungut ada pada Pemerintah Pusat, dikelola oleh
Dep.Keu – Dirjen Pajak.
b. Pajak Daerah : kewenangan memungut ada pada Pemda :
- Pemda Provinsi : Pajak Kendaraan Bermotor.
- Pemda Kabupaten/Kota : Pajak reklame, pajak kuburan, pajak tontonan.
Terdapat beberapa asas yg dapat dipakai oleh negara dlm menggunakan wewenang-
nya untuk mengenakan pajak, khususnya untuk pengenaan pajak penghasilan.
Asas-asas itu antara lain :
1. Asas Domisili
- Negara yang berwenang memungut pajak adalah negara tempat subjek pajak
berdomisili.
- Wajib pajak adalah orang atau badan usaha yg berdomisili di negara tersebut.
- Objek pajaknya adalah penghasilan yang didapat subjek pajak di manapun (world
wide income).
2. Asas Nasionalitas
- Negara yang berwenang memungut pajak adalah negara tempat asal kebangsaan
orang tersebut.
- Wajib pajaknya adalah orang yang berkebangsaan negara tersebut dimana pun
mereka berada.
- Objek pajaknya adalah seluruh penghasilan dimanapun didapat.
3. Asas Sumber
- Negara yang berwenang memungut pajak adalah negara tempat sumber
penghasilan itu berada.
- Wajib pajaknya adalah orang/badan usaha yang mempunyai sumber penghasilan
dimanapun mereka berada.
- Objek pajaknya adalah penghasilan yang sumbernya terletak di negara tersebut.
4. Asas Yuridis
Hukum Pajak harus dapat memberi jaminan hukum baik untuk negara maupun untuk
warga, karenanya menyangkut pajak haruslah ditetapkan dalam UU.
5. Asas Ekonomis
Selain fungsi budgeter, pajak juga digunakan sebagai alat untuk menentukan politik
perekonomian. Berikut ini merupakan politik pemungutan pajak, yaitu :
a. Harus diusahakan agar pemungutan pajak jangan sampai menghambat lancarnya
produksi dan perdagangan.
b. Harus diusahakan agar pemungutan pajak jangan menghalangi rakyat dalam
usahanya menuju pada kebahagiaan dan jangan sampai merugikan kepentingan
umum.
6. Asas Finansial
Biaya untuk memungut pajak harus lebih kecil dari hasil pemungutan pajak tersebut dan
jika pembuat UU Pajak ingin menghapuskan satu macam pajak, ia perlu menilik dulu
keadaan keuangan negara.
Untuk dapat mencapai tujuan pemungutan pajak ada asas-asas pemungutan pajak
yang harus diperhatikan. Berikut ini asas-asas pemungutan pajak yang dikemukakan
oleh beberapa orang ahli.
1. Menurut Adam Smith dengan ajarannya “The Four Maxims” :
a. Syarat Equality
Dalam keadaan yang sama wajib pajak harus dikenakan pajak yang sama.
Contoh :
PPh dikenakan terhadap Penghasilan Kena Pajak (PKP) yang sama, bukan terhadap
penghasilan yang sama, karena dalam PKP sudah diperhitungkan dengan PTKP yang
tidak sama bagi setiap wajib pajak.
b. Syarat Certainty (Kepastian)
Kepastian hukum yang dipentingkan adalah kepastian hukum yang menyangkut
subjek, objek, besarnya pajak dan juga ketentuan mengenai waktu pembayarannya.
c. Syarat Convenience of Payment
Pajak hendaknya dipungut pada saat yang paling baik bagi wajib pajak.
d. Syarat Efisiensi
Biaya atau ongkos pemungutan pajak harus lebih rendah daripada hasil pajak yang
dipungut.
3. Teori Bakti
Negara mempunyai hak mutlak untuk memungut pajak dan warganya harus
membayar pajak sebagai perwujudan tanda bakti kepada negaranya.
Stelsel Pajak :
1. Stelsel Riil
Sistem pemungutan pajak yang mengenakan pajak atas hasil yang sebenarnya
didapat dalam 1 tahun pajak, biasanya dikenakan di belakang.
Contoh : Pajak thn 2010 baru dapat dipungut setelah tahun 2010 berakhir.
2. Stelsel Fiksi
Pajak dikenakan atas suatu hasil yg besarnya ditentukan berdasarkan suatu anggap-
an atau fiksi Ada 2 bentuk anggapan atau fiksi yaitu :
a. Dianggap sama dengan penghasilan yang sesungguhnya didapat dalam tahun yang
lalu.
b. Dianggap 12 kali hasil yang didapat pada bulan Januari dari tahun berjalan.
Karena pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan, maka besarnya hasil
yang didapat segera dapat diketahui jumlahnya.
3. Stelsel Campuran
Pengenaan pajak mula-mula didasarkan pada Stelsel Fiksi, kemudian setelah tahun
pajak berakhir dilakukan koreksi dengan menggunakan Stelsel Riil.
Sistem Tarif :
1. Tarif Tetap.
Tarif pajak yang besarnya tetap, tidak berubah walaupun jumlah yang dijadikan dasar
perhitungan-nya berubah, contoh : bea meterai.
2. Tarif Proporsional
Tarif yang prosentase pemungutannya tetap, tetapi pajak yang harus dibayar selalu
akan berubah sesuai dengan jumlah yang dikenakan.
Contoh : PPN – tarifnya sebesar 10%
3. Tarif Progresif
Tarif dengan prosentase yang semakin meningkat dengan semakin besarnya jumlah
yang dikenai pajak, contoh : PPh, semakin besar penghasilan wajib pajak, semakin
besar juga tarif pajaknya
4. Tarif Degresif :
Tarif yang besar prosentasenya semakin menurun bila semakin besar jumlah yang
harus dikenakan pajak.