Anda di halaman 1dari 11

PERPAJAKAN SECARA UMUM

TUGAS KELOMPOK :

NAMA KELOMPOK :
1. ANGGA F. CANDAR
2. AGUNG P. RINATA
3. NOVIAR F.
4. INTAN PERMATA SARI
5. RUDIANSYAH
6. RISTA DIANRINI

PERGURUAN TINGGI TEKNORAT LAMPUNG


PERPAJAKAN SECARA UMUM
A. PENGERTIAN
Berdasarkan UU KUP NOMOR 28 TAHUN 2007 Pasal 1 Ayat 1 disebutkan bahwa
pengertian pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau
badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat.
Dalam pengertian diatas ada beberapa komponen dalam wajib pajak yaitu :
1. Pajak adalah kontribusi wajib warga negara
Yang dimaksud dengan kontribusi wajib warga negara adalah setiap orang memiliki
kewajiban untuk membayar pajak. Namun dalam UU KUP juga sudah dijelaskan, walaupun
pajak merupakan kontribusi wajib seluruh warga negara, namun hal itu hanya berlaku untuk
yang memenuhi syarat subjektif dan objektif. Lalu siapa yang memenuhi syarat subjektif
dan objektif itu? Secara sederhana dapat saya jelaskan, siapa saja yang telah memiliki
penghasilan (PTKP) lebih dari Rp 2.050.000 per bulan.
2. Pajak bersifat memaksa
Memaksa di sini berarti bahwa jika seseorang sudah memenuhi syarat subjektif maupun
syarat objektif, maka Anda wajib untuk membayar pajak Anda. Dalam undang-undang pajak
juga sudah dijelakan bahwa jika Anda dengan sengaja tidak membayar pajak yang
seharusnya Anda bayarkan, maka ada sanksi administratif maupun hukum pidana.
3. Tidak mendapat imbalan secara langsung
Pajak berbeda dengan retribusi. Jika Anda pernah membayar uang parkir, itu adalah salah
satu bentuk dari retribusi. Ketika Anda mendapat manfaat parkir, maka Anda harus
membayar sejumlah uang, itulah retribusi. Namun pajak tidak seperti itu. Pajak adalah salah
satu sarana pemerataan pendapatan bagi warga negara. Jadi ketika Anda membayar pajak
dalam jumlah tertentu, Anda tidak langsung menerima manfaat dari pajak yang Anda bayar.
Namun yang Anda dapatkan dapat berupa perbaikan jalan raya di daerah Anda, Fasilitas
kesehatan gratis bagi keluarga Anda, Beasiswa Pendidikan bagi anak Anda, dan lain-lain.
4. Berdasarkan Undang-Undangan
Berdasarkan undang-undang yang sudah berlaku bahwa setiap peraturan pajak pasti ada
perundang-undanganya dan ada hukum nya.

B. Fungsi Pajak
Ada beberapa fungsi pajak yaitu:

 Fungsi pajak yang pertama adalah sebagai fungsi anggaran atau penerimaan (budgetair):
pajak merupakan salah satu sumber dana yang digunakan pemerintah
dan bermanfaat untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran. Penerimaan negara dari
sektor perpajakan dimasukkan ke dalam komponen penerimaan dalam negeri pada APBN.
 Fungsi pajak yang kedua adalah sebagai fungsi  mengatur (regulerend) : pajak sebagai alat
untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan
ekonomi. Contohnya adalah pengenaan pajak yang lebih tinggi kepada barang mewah dan
minuman keras.
 Fungsi pajak yang ketiga adalah sebagai fungsi stabilitas : pajak sebagai penerimaan
negara dapat digunakan untuk menjalankan kebijakan-kebijakan pemerintah. Contohnya
adalah kebijakan stabilitas harga dengan tujuan untuk menekan inflasi dengan cara
mengatur peredaran uang di masyarakat lewat pemungutan dan penggunaan pajak yang
lebih efisien dan efektif.
 Fungsi pajak yang keempat adalah fungsi redistribusi pendapatan : penerimaan negara dari
pajak digunakan untuk membiayai pengeluaran umum dan pembangunan nasional
sehingga dapat membuka kesempatan kerja dengan tujuan untuk meningkatkan
pendapatan masyarakat.

C. Perbedaan Pajak, Retribusi dan Sumbangan


Pajak Retribusi Sumbangan

Dasar Undang-undang Peraturanpemerintah, Pemerintah daerah


Hukum peraturan menteri, atau
pejabat negara yang lebih
rendah

Balas jasa Tidak langsung Langsung dan nyata Langsung kepada golongan
kepada individu tersebut tertentu

Objek Umum(seperti orang-orang tertentu yang golongan tertentu.


penghasilan, kekayaan, menggunakan jasa
labaperusahaan dan
kendaraan).  Pemerintah

Sifat Dapatdipaksakan Dapat dipaksaan. Akan Dapat dipaksakan. Akan tetapi


(menurut UU).Jadi, tetapi paksaannya bersifat paksaan tersebut bukan untuk
wajib dibayar. Kalau ekonomis yang hanya umum. Paksaan tersebut hanya
tidak, maka akan berlaku kepada orang- berlaku kepada golongan-
mendapatkan sanksi orang yang menggunakan golongan tertentu.
jasa pemerintah.

Lembaga Pemerintah pusat Pemerintah daerah. Lembaga-lembaga tertentu.


Pemungu maupun daerah
t (negara).

Tujuan Kesejahteraan umtuk Kesejahteraan untuk Kesejahteraan hanya untuk


umum individu tersebut yang suatu golongan tertentu.
menggunakan jasa
pemerintah.

D. Pembagian Pajak
Pembagian pajak ada 3 yaitu berdasarkan golongan, fungsi dan pemungutan
1. Berdasarkan Golongan
A. Pajak Langsung
Pajak Langsung adalah pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak (wp) dan tidak
dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada oranglain.
Contoh : pajak penghasilan (PPh)
B. Pajak Tidak Langsung
Pajak Tidak Langsung adalah pajak yang dapat dibebankan dab dilimpahkan kepada orang
lain.
Contoh : Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
2. Berdasarkan Sifat
A. Pajak Subjektif
Pajak yang memperhatikan keadaan Wajib Pajak dalam menentukan pajaknya, harus ada
alasan obyektif yang berhubungan erat dalam keadaan materialnya.
Contoh : Pajak Penghasilan (PPh).
B. Pajka Obyektif
Pajak yang pada awalnya memerhatikan Obyek yang menytebabkan timbulnya kewajiban
membayar baru dicari subyeknya.
Contoh : Pajak Pertambahn Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM).
3. Berdasarkan Wewenang
A. Pajak Pusat / Pajak Negara
Pajak yang wewenangnya ada pada pemerintahan pusat pelaksanaannya dilakukan oleh
Departemen Keuangan Melalui Direktorat Jendral Pajak.
Contoh : Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas
Barang Mewah (PPnBM), Pajak Bumi dan Bnangunan (PBB), Bea Materai dan Bea
Perolehan Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).
B. Pajak Daerah
Pajak yang wewenang pemungutanya ada pada pemerintah daerah yang pelaksanaannya
dilakukan pada dinas pendapatan daerah.

C. Pajak Provinsi
Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan Diatas Air
Pajak Bahan bakar Kendaraan Bermotor
Bea Balik Nama Kendaraan
Pajak Pengambil;an dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air permukaan
D. Pajak Kabupaten / Kota
 Pajak Hotel
 Pajak Restoran
 Pajak Hiburan
 Pajak Penerangan Jalan
 Pajak Reklame
 Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C
 Pajak Parkir

E. Asas-asas pemungutan pajak


1. Asas-asas :
A. Asas keadilan
Menurut teori mendasari pengertiannya :
 Asas Equality
Pemungutan pajak harus bersifat adil dan merata, yaitu : dikenakan pada orang pribadi yang
harus sebanding dengan kemampuan membayar pajak (apibility to pay) dan sesuai manfaat
yang diterima.
 Asas convenience of payment
Kapan wajib pajak itu harus membayar pajak sebaiknya sesuai dengan saat-saat yang tidak
menyulitkan wajib pajak, misalnya pada saat meamperoleh penghasilan
 Asas economy
Biaya pemungutan dan pemenuhan kewajiban pajak bagi wajib pajak diharapkan seminim
mungkin , demikian pula beban yang di pikul.
2. Teori yang memisahkan hak negara pemungut pajak
 Teori asuransi
Dalam perjanjian asuransi perlu pembayran premi, premi tersebut dimaksudkan dengan
pembayaran atas usaha melindungi orang dari segala kepentingannya, misalnya keselamatan
atau keamanan harta benda nya.
 Teori kepentingan
Teori ini memperhatikan beban pajak yang harus dipungut dari masyarakat, pembebanan ini
harus didasarkan pada kepentingan setiap orang pada tuga pemerintah termasuk perlindungan
jiwa dan raga nya.
 Teori gaya pikul
Teori ini mengandung bahwa dasar keadilan pemungutan pajak terletak dalam jasa-jasa yang
diberikan oleh negara kepada masyarakat berupa perlindungan jiwa dan harta benda nya.
 Teori asas daya beli
Teori ini didasarkan pada pendapat bahwa penyelenggaraan kepentingan masyarakat
dianggap sebagai dasar keadilan pemungutan pajak yang bukan kepentingan individu atau
negara sehingga lebih menitikberatkan ke fungsi mengatur.
 Asas manfaat
Pengenaan pajak seharusnya seimbang dengan keuntungan (manfaat) yang didapat wajib
pajak dari jasa-jasa publik yang diberikan pemerintah.
 Asas pembuatan undang-undang
 Asas yurudis
Untuk menyatakan suatu keadilan, hukumm pajak harus memberikan jaminan kepada negara
atau warga negara
 Asas sumber
Negara mempunyai hak untuk memungut pajak atas penghasilan yang bersumber pada suatu
negara yang memungut pajak
A. Asas pemungutan Pajak
1. Asas tempat tinggal (asas domisili)
Negara Berhak Mengenakan Pajak atas seluruh penghasilan wajib pajak (WP) yang
bertempat tinggal diwilayahnya, baik penghasilan yang berasal dari dalam negeri maupun
luar negeri. Asas ini berlaku untuk wajib pajak dalam negeri.

2. Asas sumber
Negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang bersumber di wilayahnya tanpa
memperhatikan tempat tinggal wajib pajak (WP)
3. Asas Kebangsaan
Pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu negara, misalnya pajak bangsa asing
di indonesia dikenakan pada setiap orang yang bukan berkebangsaan indonesia yang
bertempat tinggal di indonesia. Asas ini berlaku untuk Wajib Pajak Luar Negeri (WPLN).
B. Sistem pemungutan pajak
1. Official assessment system
Official assessment system adalah system pemungutan pajak yang memberi wewenang
kepada pemerintah (fiskus) untung mengetahu besarnya pajak terurtang.
Ciri-cirinya :
 Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang berada pada pemerintah
(fiskus)
 Wajib pajak (WP) Bersifat pasif
 Utang Pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh pemerintah (fiskus)
2. Self assessment system
Self assessment system adalah system pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada
wajib pajak (WP) untuk menghjitung, membayar dan melaporkan sendiri besarnya pajak
yang harus dibayar.
Ciri-cirinya :
 Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada wajib pajak (WP)
sendiri.
 wajib pajak (WP) aktif memulai dari menghitung, menyetor dan melaporkan sendiri
pajak terutang
 pemerintah (fiskus) tidak ikut campur dan hanya mengawasi.
3. Withholding system
Withholding system adalah system pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada
pihak ketiga untuk memotong atau memotong besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak
(WP).

F. Perlawanan pajak
Perlawanan Pajak adalah hambatan-hambatan dalam pemungutan pajak baik yang
disebabkan oleh kondisi negara dan rakyatnya maupun disebabkan oleh usaha-usaha wajib
pajak yang disadari ataupun tidak disadari mempersulit pemasukan pajak sebagai sumber
penerimaan negara. Walaupun pajak tidak bisa dipungut tanpa adanya persetujuan dari
rakyat, pemerintah selalu berusaha untuk memberikan penerangan dan penyuluhan agar
rakyat mempunyai kesadaran akan kewajibannya membayar pajak.
Menurut R. Santoso Brotodihardjo dalam bukunya “ Pengantar Ilmu Hukum Pajak
“ perlawanan terhadap pajak dapat dibedakan antara Perlawanan  Pasif dan Perlawanan Aktif.

 Perlawanan Pasif 
Perlawanan Pasif terdiri dari hambatan-hambatan yang mempersukar pemungutan pajak
yang erat hubungannya dengan struktur ekonomi, perkembangan intelektual dan moral
penduduk serta system pemungutan pajak itu sendiri.  Misalnya antara negara industri dengan
negara agraris, akan berbeda     dalam hal melaksanakan pencatatan pembukuan. Demikian
pula dalam kemajuan tingkat pendidikan menyebabkan masyarakat di negara industri telah
terorientasi “ bank minded “.      

 Perlawanan Aktif
Perlawanan Aktif adalah meliputi semua usaha dan perbuatan yang secara langsung
ditujukan terhadap fiskus dan bertujuan untuk menghindari pajak.
Usaha perlawanan aktif dapat dibedakan menjadi 3 ( tiga ) cara, yaitu :

 Penghindaran diri dari pajak ( Tax Saving )


Penghindaran diri dari pajak dapat dilakukan dengan cara tidak melakukan kegiatan-
kegiatan yang menjadi penyebab timbulnya utang pajak. Misalnya dengan menahan diri
untuk tidak melakukan kegiatan yang menimbulkan pajak, mengganti pemakaian barang kena
pajak dengan barang yang tidak kena pajak atau kegiatan lainnya.
Ketidakjelasan atau lemahnya Undang Undang atau mungkin lemahnya control aparat pajak,
akan menyebabkan adanya lubang-lubang kelemahan yang dimanfaatkan oleh wajib pajak
untuk menghindari atau memperkecil jumlah pajaknya. Pemanfaatan lubang-lubang
kelemahan untuk menghindari atau memperkecil pajak oleh wajib pajak disebut
dengan “loopholes”. Dan penghindaran diri dari pajak yang seperti ini disebut “ tax
avoidance “.
 Pengelakan pajak ( Tax Evasion )
Pengelakan pajak dilakukan dengan cara penyelundupan pajak yaitu dengan
menyembunyikan keadaan-keadaan yang sebenarnya. Pengelakan yang seperti ini benar-
benar suatu pelanggaran terhadap Undang Undang atau ketentuan peraturan perpajakan.
Misalnya dengan membuat pernyataan yang tidak benar, membuat laporan yang tidak
benar/palsu, membuat pembukuan ganda, tidak melaporkan penghasilan yang diperoleh dari
pekerjaan sampingan.
Pengelakan pajak dengan cara seperti diatas disebut dengan “ tax Evasion “.

 Melalaikan Pajak
Melalaikan pajak meliputi tindakan menolak untuk membayar pajak yang telah ditetapkan
oleh fiskus atau menolak untuk memenuhi formalitas-formalitas yang harus dipenuhi
berdasarkan ketentuan perundang-undangan..

G. Cara pemungutan
Pemungutan Pajak dapat dilakukan berdasarkan 3 (tiga) stelse yaitu :
A.Stelsel nyata (Riel stelsel)
Pengenaan pajak berdasarkan pada obyek pajak (penghasilan yang nyata) sehingga
pemungutannya baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak, yakni setelah penghasilan
sesungguhnya telah dapat diketahui.
B.Stelsel anggapan (fictieve stelel)
Pengenaan pajak didasarkan pada suatu yang diatur oleh undang-undang, misalnya
penghasilan suatu tahun dianggap sama dengan tahun sebelumnya sehingga pada awal tahun
pajak telah dapat ditetapkan besarnya terutang.
C.Stelsel campuran
Stelse ini merupakan kombinasi antara stelse nyata dengan stelse anggapan pada awal
tahun, besarnya pajak dihitung berdasarkan suatau anggapan, kemudian pada akhir tahun
besar pajak disesuaikan dengan keadaan sebenarnaya.

H. Tarif Pajak
Tarif Pajak adalah dasar pengenaan pajak terhadap objek pajak yang menjadi tanggungannya.

I. Hapusnya Hitung Pajak


Hapusnya utang pajak dapat disebabkan oleh beberapa hal:
1. Pembayaran
Utang pajak yang melekat pada Wajib Pajak akan hapus karena pembayaran yang
dilakukan ke Kas Negara.
2. Kompensasi
Keputusan yang ditujukan kepada kompensasi utang pajak dengan tagihan seseorang
diluar pajak tidak diperkenankan. Oleh karena itu kompensasi terjadi apabila Wajib Pajak
mempunyai tagihan berupa kelebihan pembayaran pajak. Jumlah kelebihan pembayaran
pajak yang diterima Wajib Pajak sebelumnya harus dikompensasikan dengan pajak-pajak
lainnya yang terutang.
3. Daluwarsa (Daluwarsa diantikan sebagai daluwarsa penagihan).
Daluwarsa atau lewat waktu athlah sebagai salah satu sebab berakhirnya utang pajak dan
hapusnya perikatan (hak untuk menagih atau kewajiban untuk membayar hutang) karena
lampaunya jangka waktu tetentu, yang ditetapkan dalam unthng-undang. Hak untuk
melakukan penagihan pajak, daluwarsa setelah lampau waktu sepuluh tahun terhitung sejak
saat terutangnya pajak atau berakhimya masa pajak, bagian tahun pajak atau tahun pajak yang
bersangkutan. Hal ini untuk memberikan kepastian hukum kapan utang pajak tithk dapat
ditagih lagi. Namun daluwarsa panagihan pajak tertangguh, antara lain; apabila diterbitkan
Surat Teguran dan Surat Paksa
4. Pembebasan
Utang pajak tidak berakhir dalam arti yang semestinya tetapi karenaditiadakan.
Pembebasan umumnya tidak diberikan terhadap pokokpajaknya, tetapi terhadap sanksi
administrasi.
5. Penghapusan
Penghapusan utang pajak ini sama sifatnya dengan pembebasan, tetapi
diberikannya karena keadaan Wajib Pajak misalnya keadaan keuanganWajib Pajak.

Anda mungkin juga menyukai