Anda di halaman 1dari 12

MATERI FILOSOFI PEMUNGUTAN PAJAK

FILOSOFI PEMUNGUTAN PAJAK

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perpajakan 1

Dosen Pengampu: Drs. Rusman Thoeng, M.Com., (Hous). BAP., Ak.

DISUSUN OLEH:

SAMINTANG (A031191129)

KELAS: PERPAJAKAN 1 KELAS F

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

2021

SAMINTANG A031191129
MATERI FILOSOFI PEMUNGUTAN PAJAK

1. Definisi dan Fungsi Pajak


Definisi Pajak
Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H, pajak adalah iuran rakyat kepada
kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak
mendapat jasa timbal (kontraprestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan yang
digunakan untuk membayar pengeluaran umum ((Dasar-dasar hukum pajak dan
pajak pendapatan 1990:5).
Pajak dalam istilah asing disebut tax (Inggris); import contribution, taxe, droit
(Prancis); steuer, abgabe, gebuhr (Jerman); impuesto contribution, tributo,
gravamen, tasa (Spanyol), dan belasting (Belanda). Dalam literatur Amerika, selain
istilah tax, dikenal pula istilah tariff. Dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007
tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, disebutkan bahwa pajak adalah
kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang
bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapatkan imbalan
secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat. Berikut ini disajikan beberapa definisi dari para ahli pajak yang
beberapa di antaranya disebutkan dalam modul “Dasar-dasar Perpajakan” oleh Safri
Nurmantu.
Salah satu definisi pajak yang terpendek adalah an individual sacrifice for a
collective goal, yakni individu berkorban untuk tujuan bersama. Definisi ini
dirumuskan oleh Ferdinand H.M. Grapperhaus, seorang guru besar di Universitas
Leiden bidang hukum pajak dan sejarah pajak. Kebanyakan para ahli tersebut
menggunakan istilah iuran atau contribution, sedangkan R.M. Sommerfeld
menggunakan istilah nonpenal transfer of resources. ran atau pungutan mempunyai
pengertian yang lebih luas daripada pajak. Pajak adalah spesies dari genus pungutan.
Asher dan Heij mengemukakan unsur-unsur yang selalu berulang disebutkan dalam
definisi-definisi pajak, yaitu 1. a legal compulsory, 2. contribution in monetary form,
3. by individuals, organizations or other entities, 4. received by the government, 5.
for public purposes.
Dari definisi-definisi tersebut, terlihat beberapa unsur pokok sebagai berikut.
a. Iuran atau pungutan. Dilihat dari segi arah arus dana pajak, jika arah datangnya
pajak berasal dari wajib pajak, pajak disebut sebagai iuran. Sementara itu, jika arah
datangnya kegiatan untuk mewujudkan pajak tersebut berasal dari pemerintah, pajak
itu disebut sebagai pungutan. Dalam berbagai literatur, lebih banyak dijumpai istilah
SAMINTANG A031191129
MATERI FILOSOFI PEMUNGUTAN PAJAK

pungutan daripada istilah iuran. Dalam bahasa Inggris, pungutan disebut levy dan
dalam bahasa Belanda disebut heffing.
b. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang. Salah satu karakteristik pokok
dari pajak adalah pemungutannya harus berdasarkan undang-undang. Hal ini
disebabkan pada hakikatnya pajak adalah beban yang harus dipikul oleh rakyat
banyak sehingga dalam perumusan macam, jenis, dan berat ringannya tarif pajak itu,
rakyat harus ikut serta menentukan dan menyetujuinya melalui wakil-wakilnya di
parlemen atau Dewan Perwakilan Rakyat. Menurut Pasal 23 ayat 2 Undang-Undang
Dasar 1945, segala pajak untuk keperluan negara berdasarkan undang-undang.
Penjelasan Pasal 23 Undang-undang Dasar 1945 antara lain menyatakan bahwa
betapa caranya rakyat sebagai bangsa akan hidup dan dari mana didapatnya belanja
buat hidup harus ditetapkan oleh rakyat itu sendiri dengan perantaraan dewan
perwakilannya. Rakyat menentukan nasibnya sendiri karena itu juga cara hidupnya.
Oleh karena penetapan belanja mengenai hak rakyat untuk menentukan nasibnya
sendiri, segala tindakan yang menempatkan beban kepada rakyat sebagai pajak dan
lain-lainnya harus ditetapkan dengan undangundang, yaitu dengan persetujuan
Dewan Perwakilan Rakyat. Dengan demikian, apabila ada pungutan dari pihak
pemerintah (apalagi pihak swasta) yang dapat dipaksakan yang tidak berdasarkan
undang-undang, jelas pungutan tersebut per definisi bukanlah pajak.
c. Pajak dapat dipaksakan. Fiskus mendapat wewenang dari undang-undang untuk
memaksa wajib pajak supaya mematuhi pelaksanaan kewajiban perpajakannya.
Kekuasaan tersebut dapat dilihat dengan adanya ketentuan sanksi-sanksi
administratif ataupun sanksi pidana fiskal dalam undang-undang perpajakan,
khususnya dalam UU Nomor 16 Tahun 2000 yang disebutkan di atas. Fiskus juga
mendapat wewenang dari undang-undang untuk mengadakan tindakan memaksa
wajib pajak dalam bentuk penyitaan harta gerak ataupun harta tetap wajib pajak.
Bahkan, dalam sejarah hukum pajak di Indonesia, dikenal adanya lembaga sandera
atau gijzeling, yakni wajib pajak yang pada dasarnya mampu membayar pajak, tetapi
selalu menghindar dengan berbagai dalih untuk tidak membayar pajak, fiskus dapat
menyandera wajib pajak yang bersangkutan dengan memasukkannya dalam
kurungan.
d. Tidak menerima atau memperoleh kontraprestasi langsung. Ciri khas utama
dari pajak adalah wajib pajak (taxpayer) yang membayar pajak tidak menerima atau
memperoleh jasa timbal atau kontraprestasi dari pemerintah (without receipt of
SAMINTANG A031191129
MATERI FILOSOFI PEMUNGUTAN PAJAK

special benefit of equal value; without reference to special benefit conferred). Jika
seorang wajib pajak membayar pajak penghasilan, fiskus tidak akan memberi apa
pun kepadanya sebagai jasa timbal. Dalam ilmu keuangan negara dan hukum pajak,
masalah jasa timbal ini pada awalnya telah menimbulkan debat yang panjang. Di
satu pihak, para pakar mengatakan bahwa wajib pajak tidak menerima jasa timbal
apa pun, sedangkan di pihak lain para pakar mengatakan bahwa wajib pajak
menerima jasa timbal setelah membayar pajak. Pendapat terakhir yang timbul adalah
sebenarnya ada juga jasa timbal yang diterima wajib pajak, tetapi jasa timbal tersebut
tidak diperolehnya secara langsung dan secara pribadi, tetapi diterimanya secara
kolektif dengan penduduk lainnya yang mungkin tidak membayar pajak. Misalnya,
setelah wajib pajak memenuhi kewajiban perpajakannya, pemerintah menggunakan
dana pajak tersebut untuk membuat atau memperbaiki jalan raya. Wajib pajak tentu
akan merasa lebih lega menggunakan jalan raya yang baru. Namun, bukan pembayar
pajak pun dapat menggunakan jalan yang sama.
e. Untuk membiayai pengeluaran umum pemerintah. Pajak itu dipergunakan
untuk membiayai pengeluaran umum pemerintah dalam menjalankan pemerintahan.
Dana yang diterima dari pemungutan pajak dalam pengertian definisi di atas tidak
pernah ditujukan untuk suatu pengeluaran khusus. Tidak pernah misalnya
pemerintah menyatakan bahwa pungutan pajak penghasilan di Daerah Tingkat II
Bojonegoro akan dipergunakan khusus untuk membantu para arkeolog mempelajari
prasasti-prasasti tentang perpajakan di zaman Majapahit. Namun demikian, dalam
praktik, banyak dijumpai “pajak atau tax” yang hasilnya untuk keperluan khusus,
misalnya hydrocarbon tax adalah pungutan yang hasil pemungutannya ditujukan
khusus untuk mencegah atau menanggulangi polusi akibat pencemaran udara oleh
hidrokarbon yang berasal dari pemakaian minyak bumi. Contoh lain, motor vehicles
tax, yaitu pungutan yang hasilnya digunakan untuk pemeliharaan jalan. Pajak yang
penggunaannya untuk keperluan khusus demikian ini disebut earmarked tax
A. Tinjauan Pajak Dari Berbagai Aspek
 Aspek Ekonomi
Dari sudut pandang ekonomi, pajak merupakan penerimaan negara yang
digunakan untuk mengarahkan kehidupan masyarakat menuju kesejahteraan.
 Aspek Hukum
Pajak merupakan masalah keuangan negara, karena itu dasar yang digunakan

SAMINTANG A031191129
MATERI FILOSOFI PEMUNGUTAN PAJAK

adalah UUD 1945 bahwa pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa
untuk keperluan negara diatur dengan UU.
 Aspek Keuangan
Pajak dipandang bagian yang sangat penting dalam penerimaan negara.
 Aspek Sosiologi
Pajak ditinjau dari segi masyarakat yaitu yang menyangkut akibat atau
dampak terhadap masyarakat atau pugutan dan hasil apakah yang dapat
disampaikan kepada masyarakat.
B. Perbedaan Pajak dan Jenis Pungutan Lainnya
 Retribusi. Retribusi pada umumnya mempunyai hubungan langsung
dengan kembalinya prestasi, karena pembayaran tersebut ditunjukkan
semata-mata untuk mendapatakan suatu prestasi dari pemerintah, misalnya
karcis masuk terminal, kartu langganan dan lain-lain.
 Sumbangan. Pada sumbangan, seseorang mendapatkan prestasi justru
tidak dapat ditunjuk, tetapi golongan tertentu yang dapat menikmati
kontraprestasi, contoh sumbangan bencana alam.
 Iuran. Yaitu pungutan yang dikenakan sehubungan dengan suatu jasa atau
fasilitas yang diberikan pemerintah secara langsung dan nyata kepada
kelompok atau golongan pembayar.

Fungsi Pajak
• Fungsi Anggaran (Budgetair). Sebagai sumber pendapatan negara, pajak
berfungsi untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara. Untuk
menjalankan tugas-tugas rutin negara dan melaksanakan pembangunan,
negara membutuhkan biaya. Biaya ini dapat diperoleh dari penerimaan
pajak. Dewasa ini pajak digunakan untuk pembiayaan rutin seperti belanja
pegawai, belanja barang, pemeliharaan, dan lain sebagainya. Untuk
pembiayaan pembangunan, uang dikeluarkan dari tabungan pemerintah,
yakni penerimaan dalam negeri dikurangi pengeluaran rutin. Tabungan
pemerintah ini dari tahun ke tahun harus ditingkatkan sesuai kebutuhan
pembiayaan pembangunan yang semakin meningkat dan ini terutama
diharapkan dari sektor pajak.

SAMINTANG A031191129
MATERI FILOSOFI PEMUNGUTAN PAJAK

• Fungsi Mengatur (Regulerend). Pemerintah bisa mengatur pertumbuhan


ekonomi melalui kebijaksanaan pajak. Dengan fungsi mengatur, pajak bisa
digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan. Contohnya dalam rangka
menggiring penanaman modal, baik dalam negeri maupun luar negeri,
diberikan berbagai macam fasilitas keringanan pajak. Dalam rangka
melindungi produksi dalam negeri, pemerintah menetapkan bea masuk yang
tinggi untuk produk luar negeri.
• Fungsi Stabilitas. Dengan adanya pajak, pemerintah memiliki dana untuk
menjalankan kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas harga sehingga
inflasi dapat dikendalikan, Hal ini bisa dilakukan antara lain dengan jalan
mengatur peredaran uang di masyarakat, pemungutan pajak, penggunaan
pajak yang efektif dan efisien.
• Fungsi Redistribusi Pendapatan. Pajak yang sudah dipungut oleh negara
akan digunakan untuk membiayai semua kepentingan umum, termasuk juga
untuk membiayai pembangunan sehingga dapat membuka kesempatan
kerja, yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.
2. Pengertian Hukum Pajak
Hukum pajak adalah keseluruhan peraturan-peraturan yang meliputi kewenangan
pemerintah untuk mengambil kekayaan seseorang dan menyerahkan kembali kepada
masyarakat melalui kas negara. Hukum pajak dibagi menjadi dua, yaitu hukum pajak
materiil dan hukum pajak formil.
a. Hukum pajak materiil. Hukum pajak materiil merupakan norma-norma yang
menjelaskan keadaan, perbuatan, dan peristiwa hukum yang harus dikenakan pajak,
siapa yang harus dikenakan pajak, dan berapa besar pajaknya. Dengan kata lain,
hukum pajak materiil mengatur timbulnya, besarnya, dan hapusnya utang pajak
beserta hubungan hukum antara pemerintah dan wajib pajak. Yang termasuk dalam
hukum pajak materiil adalah peraturan yang memuat kenaikan, denda, sanksi atau
hukuman, cara-cara pembebasan dan pengembalian pajak, serta ketentuan yang
memberi hak tagihan utama kepada fiskus. Peraturan tersebut ada yang bersifat
sederhana dan ada yang bersifat berbelit-belit seperti pajak penghasilan.
b. Hukum pajak formil. Hukum pajak formil merupakan peraturan-peraturan
mengenai berbagai cara untuk mewujudkan hukum materiil menjadi suatu kenyataan.
Bagian hukum ini memuat cara-cara penyelenggaraan mengenai penetapan suatu
utang pajak, kontrol oleh pemerintah terhadap penyelenggaranya, kewajiban para
wajib pajak (sebelum dan sesudah menerima surat ketetapan pajak), kewajiban pihak
ketiga, serta prosedur dalam pemungutannya. Hukum pajak formil dimaksudkan untuk

SAMINTANG A031191129
MATERI FILOSOFI PEMUNGUTAN PAJAK

melindungi fiskus dan wajib pajak serta memberi jaminan bahwa hukum materiilnya
dapat diselenggarakan setepat mungkin. Hubungan hukum antara fiskus dan wajib
pajak tidaklah selalu sama karena kompetensi aparatur fiskus yang terkadang
ditambah atau dikurangi. Sebagai contoh, mula-mula tidak terdapat peraturan yang
melindungi wajib pajak, melainkan yang bersifat melawannya. Akan tetapi, lama-
kelamaan ada perbaikan dalam hal terdapatnya hak-hak wajib pajak yang umumnya
melindungi tindakan sewenang-wenang pihak fiskus.

SAMINTANG A031191129
MATERI FILOSOFI PEMUNGUTAN PAJAK

3. Pengelompokan Pajak
 Menurut sifatnya
Pajak langsung adalah pajak yang pembebanannya tidak dapat dilimpahkan
pihak lain, tetapi harus menjadi beban langsung Wajib Pajak yang
bersangkutan. Contoh, Pajak Penghasilan.
Pajak tidak langsung adalah pajak yang pembebannya dapat dilimpahkan ke
pihak lain. Contoh, Pajak Pertambahan Nilai.
 Menurut obyeknya
Pajak subjektif, adalah pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada
subjeknya yang selanjutnya dicari syarat objektifnya, dalam arti
memperhatikan keadaan dari Wajib Pajak. Contoh, Pajak Penghasilan.
Pajak objektif, adalah pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada
objeknya, tanpa memperhatikan keadaan diri WP. Contoh, PPN & PPnBM
 Menurut sifat pemungutnya
Pajak Pusat, adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga negara. Yaitu, PPh, PBB P3, PPN

SAMINTANG A031191129
MATERI FILOSOFI PEMUNGUTAN PAJAK

dan PPn BM, dan Bea Materai.


Pajak Daerah, adalah pajak yang dipungut oleh Pemerintah daerah dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Contoh, Pajak Hotel, Pajak
Reklame dan Pajak hiburan, BPHTB, PBB P2.
4. Teori Yang Mendukung Pemungutan Pajak
 Teori asuransi, menyamakan pembayaran premi dengan pembayaran pajak;
 Teori kepentingan, pembebanan ini harus didasarkan pada kepentingan setiap
orang pada tugas pemerintah termasuk perlindungan jiwa dan hartanya;
 Teori gaya pikul, dasar keadilan pemungutan pajak terletak dalam jasajasa
yang diberikan oleh negara kepada masyarakat berupa perlindungan jiwa dan
harta bendanya;
 Teori bakti disebut juga teori kewajiban pajak mutlak, yaitu negara
mempunyai hak mutlak untuk memungut pajak;
 Teori asas daya beli, penyelenggaraan kepentingan masyarakat yang
dianggap sebagai dasar keadilan pemungutan pajak yang bukan kepentingan
individu atau negara.
5. Cara Pengenaan atau Pemungutan Pajak
1.Stelsel nyata (riil stelsel), pengenaan pajak didasarkan pada objek (penghasilan)
yang nyata, sehingga pemungutannya baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak,
yakni setelah penghasilan yang sesungguhnya telah dapat diketahui;
2.Stelsel anggapan (fictive stelsel), pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan
yang diatur oleh undang-undang. Sebagai contoh, penghasilan suatu tahun dianggap
sama dengan tahun sebelumnya sehingga pada awal tahun pajak telah dapat ditetapkan
besarnya pajak yang terutang untuk tahun pajak berjalan;
3. Stelsel campuran, merupakan kombinasi antara Stesel nyata dan Stelsel anggapan.
Pada awal tahun, besarnya pajak dihitung berdasarkan suatu anggapan, kemudian pada
akhir tahun besarnya pajak disesuaikan dengan keadaan yang sebenarnya. Apabila
besarnya pajak menurut kenyataannya lebih besar daripada pajak menurut anggapan,
maka Wajib Pajak harus menambah kekurangannya. Demikian pula sebaliknya,
apabila lebih kecil maka kelebihannya dapat diminta kembali.
6. Asas Pemungutan Pajak
 Asas Domisili (Asas tempat tinggal) yaitu pengenaan pajak atas seluruh
penghasilan Wajib Pajak yang bertempat tinggal di wilayahnya;

SAMINTANG A031191129
MATERI FILOSOFI PEMUNGUTAN PAJAK

 Asas Sumber, yaitu pengenaan pajak atas penghasilan yang bersumber di


wilayahnya tanpa memperhatikan tempat tinggal Wajib Pajak;
 Asas Kebangsaan, yaitu pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan
suatu negara.
7. Timbulnya Utang Pajak
• Ajaran Materiil sesuai dengan penerapan self assesment
• Ajaran formil sesuai dengan penerapan official assesment
8. Berakhirnya Utang Pajak
• Pembayaran/Pelunasan;
• Kompensasi;
• Daluwarsa;
• Pembebasan/ Penghapusan
9. Perlawanan Terhadap Pajak
• Perlawanan Pasif
Perlawanan pasif berupa hambatan yang mempersulit pemungutan pajak dan
mempunyai hubungan erat dengan struktur ekonomi.
• Perlawanan Aktif
Perlawanan aktif secara nyata terlihat pada semua usaha dan perbuatan yang
secara langsung ditujukan kepada pemerintah (fiskus) dengan tujuan untuk
menghindari pajak.
10. Tarif Pajak
• Tarif pajak proporsiona /sebanding (Misalnya PPN tarif 10%, PPh Psl 26 20%)
• Tarif Pajak Progresif. Tarif Progresif Proporsional (Misalnya tarif PPh yang
berlaku 1983 s/d 1994). Tarif Progresif Progresif (Misalnya tarif PPh yang
berlaku 1995 s/d 2000) dan Tarif Progresif Degresif.
• Tarif Pajak Degresif
• Tarif Pajak Tetap (Misalnya Bea Materai)
11. Sistem Pemungutan Pajak
• Official Assesment System, Sistem ini merupakan sistim pemungutan pajak
yang memberi wewenang kepada Pemerintah (fiskus) untuk menentukan
besarnya pajak yang terutang;
• Self Assesment System, Sistem ini merupakan pemungutan pajak yang
memberi wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada Wajib Pajak untuk

SAMINTANG A031191129
MATERI FILOSOFI PEMUNGUTAN PAJAK

menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri besarnya


pajak yang harus dibayar;
• Withholding System, Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak
memberi wewenang kepada pihak ketiga untuk memotong atau memungut
besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.

SAMINTANG A031191129
MATERI FILOSOFI PEMUNGUTAN PAJAK

DAFTAR PUSTAKA

Mas Rasmini, S.E., Dasar-dasar Perpajakan.

Nurmantu, Safri. 2003. Dasar-dasar Perpajakan. Jakarta: Universitas Terbuka.

Waluyo. 2006. Perpajakan Indonesia 1 & 2. Edisi 6. Penerbit Salemba Empat. Jakarta

SAMINTANG A031191129

Anda mungkin juga menyukai