INDONESIA
pajak, kita tidak akan luput dari keinginan mengetahui untuk terlebih dahulu
mengenai apa sebenarnya pajak itu. Jika pembicaraan itu mengarah kepada
pengertian yang diberikan oleh para sarjana mengenai apa sebenarnya defenisi
wajib, berupa uang atau barang, yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-
norma hukum, guna menutup biaya produksi barang-barang dan jasa-jasa kolektif
memenuhi ciri bahwa pajak dipungut dengan bantuan dari dan kerja sama wajib
pajak, sehingga perlu di hindari penggunaan istilah “paksaan”. Apalagi bila suatu
Undang menunjukkan cara pelaksanaannya yang lain. Hal tersebut tidak hanya
dalam hal pajak saja, melainkan juga untuk hal-hal lain juga dikenal. Cara tersebut
25
Soeparman Soemahamidjaja, Pajak Berdasarkan Asas Gotong Royong, (Bandung:
Universitas Padjajaran, 1964).
ini ditekannya pentingnya paksaan karena memberi kesan seakan-akan tidak ada
masyarakat.
“Pajak adalah iuran kepada negara (yang dipaksakan) yang terhutang oleh
mendapatkan prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya
Dari defenisi ini terlihat bahwa pajak diangap sebagai pengertian yang
pungutan lingkupnya lebih luas daripada pajak sendiri. Di dalam defeisi tersebut
terlihat bahwa beliau menekankan pada fungsi budgeter (keuangan) dari pajak,
sementara pajak sebenarnya masih mempunyai fungsi yang lain yang juga sangat
26
Ibid
27
Santoso Brotodihardjo, Op.Cit.
kembali dari negara” ialah prestasi khusus yang erat hubungannya dengan
pembayaran “iuran”. Prestasi dari negara seperti adanya hak untuk menggunakan
keamanan dan ketertiban dari tentara dan polisi, tentu saja akan diperoleh para
pembayar pajak itu. Akan tetapi, dalam hal ini mereka memperoleh hal-hal
tersebut tidak secara individual, dan juga tidak ada hubungannya secara langsung
dengan pembayaran pajak itu. Hal tersebut dapat dibuktikan dari adanya
kenyataan bahwa mereka yang tidak ikut membayar pajak pun juga mengenyam
kenikmatan tersebut.
pengertian pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui norma-
norma umum dan yang dapat dipaksakan, tanpa adanya kontraprestasi yang dapat
terseut terlihat menonjolkan adanya fungsi budgeter dari pajak, yakni untuk
defenisi dari Prof Adriani, ditunjukkan bahwa pajak tidak mengenal adanya
Dari berbagai defenisi diatas, dapat ditarik adanya beberapa ciri atau
28
Ibid, hlm. 4
29
Y. Sri Pudyatmoko., Pengatar Hukum Pajak, (Yogjakarta: Penerbit Andi, 2004), hlm.4
pelaksanaannya.
pemerintah daerah, karena itu ada istilah pajak pusat dan pajak daerah.
Karena pajak merupakan bagian dari satu species yang sama maka mempunyai
1. Ada masyarakat.
2. Ada Undang-Undang.
3. Pemungut pajak-Penguasa masyarakat.
4. Subjek pajak-objek pajak
5. Objek pajak-tatbestand.
6. Surat ketetapan pajak (Fakultatif). 31
30
Ibid , hlm 7
31
Rochmat Soemitro., Op.Cit, hlm.10
kriteria-kriteria tertentu. Pajak dapat dilihat dari segi administratif yuridis, dari
pemungutannya. 32
Penggolongan pajak dari sisi ini akan menghasilkan apa yang sering
dikenal dengan pajak langsung dan pajak tidak langsung. Kedua jenis pajak
tersebt masih dapat dibagi lagi kedalam dua segi lain, yaitu sisi yuridis dan
ekonomis.
atau juga Pajak Pertambahan Nilai atas Barang dan jasa. Dalam Bea
32
Y. Sri Pudyatmoko, S.H., Op.Cit, hlm 9
Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak. Apabila tidak terjadi
pajak.
b. Segi Ekonomis
pajak tidak dapat dilimpahkan kepada pihak lain. Jadi, dalam hal ini
pihak lain. Atau dengan kata lain, antara mereka yang menjadi wajib
pihak yang berbeda. Sebagai contoh, untuk jenis pajak ini, dalam
menyerahkan barang dan/atau jasa kena pajak. Dalam hal ini yang
sehingga dalam hal ini ada beberapa pihak. Pertama adalah mereka
pajak.
akan menghasilkan dua jenis pajak, yakni pajak subyektif dan pajak obyektif.
1) a) Orang Pribadi;
2) Badan; dan
objek yang dikenai pajak dan untuk mengenakan pajak harus dicari
akan dikenai pajak. Contoh lainnya adalah Pajak Bumi dan Banunan,
pajaknya.
3. Berdasarkan sifatnya.
yang disebut dengan pajak yang bersifat pribadi (persoonlijk) dan pajak
kebendaaan (zakenlijk). Pembagian yang seperti ini kurang subjektif dan objektif,
karena istilah pajak zakenlijk dapat disalah artikan dan ditafsirkan seolah-olah
dalam menetapkan pajak ini tidak diindahkan sama sekali pribadi seseorang wajib
atau sering kali disebut dengan daya pikul wajib pajak itu sendiri.
Contoh dari pajak yang bersifat pribadi ini dapat dilihat dalam Pajak
Penghasilan,
33
Santoso Brotodihardjo., Op.Cit, hlm.90
dapat digolongkan menjadi dua yakni pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat
(pajak pusat) dan pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah (pajak daerah).
pada pemerintah pusat. Yang tergolong jenis pajak ini antara lain,
1) Pajak Hotel
2) Pajak Restoran
3) Pajak Hiburan
4) Pajak Reklame
5) Pajak Penerangan Jalan
6) Pajak Pengambilan dan Pengolahan Bahan Galian Golongan C
7) Pajak Parkir.
pos-pos pengeluaran. Pajak merupakan suatu sumber yang paling dominan dalam
penerimaan Negara, karena tanpa pajak tentunya akan berpengaruh pada sebagian
besar kegiatan Negara akan sulit untuk dilaksanakan. Dalam hal ini pentingnya
diadakan pajak karena tentunya banyak sekali kegunaan pajak bagi Negara,
yang berasal dari pajak tersebut.Ada beberapa alasan mengapa kebutuhan akan
lain dari pengeluaran yang dilaksanakan oleh sistem administrasi yaitu yang
Selain itu pula terdapat fungsi lain dari pajak yaitu dapat digunakan untuk
fasilitas atau pelayanan dari pemerintah yang semuanya dibiayai dengan uang
yang berasal dari pajak-pajak yang dilakukan oleh pemerintah. Tentunya perlu
dikatahui oleh masyarakat umum, banyak sekali manfaat pajak yang dapat
dirasakan secara tidak langsung. Karena seperti yang disebutkan tadi bahwa
kegunaan pajak bagi Negara Kebanyakan berupa barang publik seperti jalan raya,
Pada umumnya dikenal adanya dua fungsi utama dari pajak, yakni fungsi
1. Fungsi Anggaran
untuk memasukkan dana yang sebesar-besarnya ke dalam kas negara. Dalam hal
ini fungsi pajak lebih diarahkan sebagai intrumen untuk menarik dana dari
masyarakat untuk dimasukkan kedalam kas negara. Dana dari pajak itulah yang
34
Wulan Arsa, Pengaruh Pajak Terhadap Perekonomian
http://wulanarumsari.blogspot.co.id/2012/09/pengaruh-pajak-terhadap-perekonomian.html,
(diakses pada tanggal 11 Juni 2017, pukul 05.02 WIB)
mengganikan posisi dominan dari minyak dan gas bumi, maka sudah barang tentu
fungsi budgeter inilah yang mengedepan. Bahkan apabila kita melihat ke negara-
negara tertentu yang disebut-sebut tidak memungut pajak dari rakyatnya, tetapi
2. Fungsi Mengatur
kegiatan masyarakat agar tetap sejalan dengan rencana dan keinginan pemerintah.
Dengan adanya fungsi mengatur, kadang kala dari sisi penerimaan (fungsi
apabila pemasukan pajaknya kecil. Sebagai contoh cukai minuman keras. Bila
pemasukan cukai minuman keras sangat sedikit, dan indikasi bahwa masyarakat
tidak lagi banyak mengkonsumsi minuman keras, maka justru ini suatu
dikatikan dengan salah satu dimensi hubungan antara pemerintah dengan rakyat,
maka kiranya fungsi ini tidak lepas dari fungsi pengendalian (sturen).
35
Chaidir Ali, S.H., Hukum Pajak Elementer, (Bandung: PT.Ereco, 1993), hlm.134.
a. Cara umum
dibicarakan belakang.
b. Cara khusus
dapat dibedakan menjadi dua, yakni yang bersifat positif dan yang
bersifat negatif.
1) Bersifat positif
c) Pemberian pengecuali-pengecualian
e) Kompensasi-kompensasi
2) Bersifat negatif
a) Pemberi hambatan-hambatan
c) Pemberatan-pemberatan khusus.
mempunyai wewenang hukum. Istilah subjek hukum berasal dari bahasa belanda
yaitu rechtsubject, yang secara umum diartikan sebagai pendukung hak dan
Menurut R. Subekti, badan hukum pada dasarnya adala suatu adan atau
depan hakim. 38
suatu badan yang dapat mempunyai harta, hak serta kewajiban seperti
orang pribadi.
bahwa badan hukum adalah setiap pendukung hak yang tidak berjiwa atau
36
Ibid, hlm, 151
37
Titik Triwulan, Hukum Perdata dalam Sistem Hukum Nasional, (Jakarta: Prenada
Media Group, 2008), hlm.40
38
Chaidir Ali, Badan Hukum (Bandung: Alumni, 1987), hlm. 19
39
Ibid,(Cetakan ke-2) hlm.18-19
hukum adalah subjek hukum yang tidak nampak seperti layaknya manusia, namun
mempunyai hak dan kewajiban yang sama seperti manusia (natural persoon).
hukum, baik menurut dasar hukum, golongan hukum dan sifatnya. Menurut dasar
2. Badan hukum tidak murni atau tidak asli, yaitu badan hukum yang
d. Badan hukum yang didirikan untuk suatu maksud atau tujuan tertentu.
40
Ibid, hlm.55
41
Ibid, hlm. 62-63
yang dibentuk oleh badan yang berwajib hanyak untuk tujuan tertentu.
2. Badan hukum perdata adalah badan hukum yang terjadi atau didirikan atas
Korporasi mempunyai hak dan kewajiban yang terpisah dari hak dan
kewajiban anggotanya.
dll.
42
Ibid, hlm. 63-64
43
Ibid, hlm.73
4. Yayasan.
ketentuannya diatur dalam beberapa pasal diantaranya, pasal 17 ayat (1b) yang
mengatakan bahwa “wajib pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap
adalah sebesar 28% (duapuluh delapan persen)”. Artinya setiap badan hukum
dalam bentuk apapun wajib dikenai pajak sebesar 28%. Pada dasarnya tarif PPh
Badan menganut tarif tunggal yaitu sebesar 28%. Tarif ini berlaku pada tahun
2009 namun pada tahun 2010 tarif ini diturunkan menjadi 25%. Tarif PPh Badan
sebesar 25% efektif berlaku untuk tahun 2010 dan seterusnya. 44Pajak terutang ini
Selain sistem pengenaan tarif sebesar 28%, pasal 17 ayat (2b) 45 juga
mengatakan bahwa “wajib pajak dalam negeri yang berbentuk perseroan terbuka
yang paling sedikit 40% (empat puluh persen) dari jumlah keseluruhan saham
44
Pasal 17 ayat (2a) UU Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan
45
UU Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan
lebih rendah daripada tarif sebegaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dan ayat
(2a) yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah. Artinya, untuk
memperoleh pengurangan tarif sebesar 5% ini wajib pajak harus memenuhi syarat
sebagai berikut:
dalam waktu paling singkat 183 hari kalender dalam jangka waktu 1
tahun pajak.
Pada tahun 2015 saham PT. Y Tbk. yang disetor dicatat untuk
dicatat untuk diperdagangkan dibursa efek di Indonesia tersebut dimiliki oleh 400
melebihi 5%, Kondisi tersebut terjadi selama 190 (seratus delapan puluh dua) hari
dalam 1 (satu) tahun pajak. PT. Y Tbk memenuhi syarat, sehingga PT. Y Tbk
pasal 31E ayat (1) yang mengatakan bahwa “wajib pajak badan dalam negeri
berupa pengurangan tarif sebesar 50% dan tarif sebagaimana dimaksud dalam
pasal 17 ayat (1) huruf b dan ayat (2a) yang dikenakan atas Penghasilan Kena
Pajak dari bagian peredaran bruto sampai dengan Rp. 4.800.000.000”. Artinya,
dalam ketentuan pasal ini perhitungan pajak terutang dapat dibedakan menjadi 2,
yaitu:
2. Jika peredaran bruto lebih dari Rp. 4.800.000.000 sampai dengan Rp.
Contoh 1:
terutang yaitu seluruh Penghasilan Kena Pajak yang diperoleh dari peredaran
bruto tersebut dikenakan tarif sebesar 50% dari tarif Pajak Penghasilan badan
4.800.000.000.
70.000.000
Contoh 2:
Jumlah Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto yang memperoleh
Rp.480.000.000
Maka, jumlah Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto yang
Tentang Pajak Penghasilan Atas Penghasilan dari Usaha yang Diterima atau
Diperoleh Wajib Pajak Yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu dimana dalam
wajib pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu atas penghasilan dari usaha
yang diterima adalah wajib pajak yang memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. Wajib pajak orang pribadi atau wajib pajak badan tidak termasuk bentuk
usaha tetap.
Setiap jenis usaha tentunya tidak akan lepas dari aspek perpajakan. Usaha
waralaba (franchise) juga termasuk satu dari beberapa jenis usaha yang pastinya
terkena pajak. Jenis pajak yang dikenakan terhadap usaha waralaba berbeda-beda
tergantung daru jenis waralaba itu sendiri. Tetapi secara garis besar jenis pajak
1. Pajak Penghasilan
pajaknya melekat pada Subjek Pajak yang bersangkutan, artinya kewajiban pajak
Penghasilan.
46
Pasal 2 dan 3 PP Nomor 46 Tahun 2013 Tentang Pajak Penghasilan Atas Penghasilan
Dari Usaha Yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak Yang Memiliki Peredaran Bruto
47
Pasal 2 3 PP Nomor 46 Tahun 2013 Tentang Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Dari
Usaha Yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak Yang Memiliki Peredaran Bruto
(seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas)
bulan, atau orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di
b. Subjek pajak harta warisan belum dibagi yaitu warisan dari seseorang
kriteria:
undangan
Pemerintah Daerah
negara
indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu dua belas bulan,
yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia
maupaun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk
menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan dengan nama dan dalam
bentuk apapun. 48
Penghasilan
c. laba usaha
penyertaan modal
48
Seri PPh-Objek Pajak Penghasilan (http://www.pajak.go.id/content/seri-pph-objek-
pajak-penghasilan), diakses pada tanggal 31 Mei 2017 pukul. 01.18 WIB
49
Op.Cit, pasal 4 ayat (1)
atau anggota
sebagai biaya
pengembalian utang
17) tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum
dikenakan pajak
Perpajakan
a. PPH 21
menjadi 6 macam, yaitu : PPh Pasal 21 untuk Pegawai tetap dan penerima pensiun
berkala, PPh pasal 21 untuk pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas, PPh
pasal 21 bagi anggota dewan pengawas atau dewan komisaris yang tidak
merangkap sebagai pegawai tetap, penerima imbalan lain yang bersifat tidak
teratur, dan peserta program pensiun yang masih berstatus sebagai pegawai yang
perhitungan PPh pasal 21 untuk Pegawai Tetap dan Penerima Pensiun Berkala.
berkala dibedakan menjadi 2 (dua): Penghitungan PPh Pasal 21 masa atau bulanan
yang rutin dilakukan setiap bulan dan Penghitungan kembali yang dilakukan
setiap masa pajak Desember (atau masa pajak dimana pegawai berhenti
bekerja). 50
b. PPH 22
pemungutan pajak yang dilakukan satu pihak terhadap wajib pajak dan berkaitan
pemungut dan bahkan tarifnya ketentuan PPh 22 lebih rumit dibanding PPh
keuntungan dari perdagangan tersebut. Karena itulah PPh 22 dapat dikenakan baik
50
Moh. Makhfal Nasirudin, Cara Menghitung PPh,
http://www.pajak.go.id/content/article/cara-penghitungan-pph-pasal-21-terbaru, (diakses pada
tanggal 31 Mei 2017 pukul 01.33 WIB)
c. PPH 23
atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dalam negeri dan
Bentuk Usaha Tetap yang berasal dari modal, penyerahan jasa, atau
penyelenggaraan kegiatan selain yang telah dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21,
yang dibayarkan atau terutang oleh badan pemerintah atau subjek pajak dalam
Umumnya penghasilan jenis ini terjadi saat adanya transaksi antara dua
pihak. Pihak yang menerima penghasilan atau penjual atau pemberi jasa akan
dikenakan PPh 23. Pihak pemberi penghasilan atau pembeli atau penerima jasa
d. PPH 24
PPh pasal 24 membahas tentang penghasilan yang berasal dari luar negeri.
Pada prinsinya dalam PPh pasal 24 adalah mencari besarnya pajak yang bisa
negeri dengan batas maksimum kredit pajak dipilih yang terkecil. Artinya, PPh 24
ini adalah sebuah peraturan yang mengatur hak wajib pajak untuk memanfaatkan
kredit pajak mereka diluar negeri, untuk mengurangi nilai pajak teruntang yang
51
http://www.pajak.net/info/PPh22.htm, (diakses pada tanggal 31 Mei 2017 pukul 01.33
WIB)
52
Seri Objek Pajak Penghasilan, http://www.pajak.go.id/content/seri-pph-objek-pajak-
penghasilan, (diakses pada tanggal 31 Mei 2017 pukul 01.48 WIB)
dapat dikurangi dengan jumlah pajak yang telah mereka bayar di luar negeri,
asalkan nilai kredit pajak di luar negeri tidak melebihi hutang pajak yang ingin
dibayar di Indonesia.
e. PPH 25
adalah untuk meringankan beban wajib pajak, mengingat pajak yang terutang
harus dilunasi dalam waktu satu tahun. Pembayaran ini harus dilakukan sendiri
PPN atau Pajak Pertambahan Nilai merupakan jenis pajak tidak langsung
untuk disetor oleh pihak lain (pedagang) yang bukan merupakan penanggung
pajak (konsumen akhir). Prinsip dasarnya adalah suatu pajak yang harus
dikenakan pada setiap proses produksi dan distribusi, tetapi jumlah pajak yang
a. Penyerahan Barang Kena Pajak (BPK) dan Jasa Kena Pajak (JKP) di
53
Dian Puspa, Pajak Pertambahan Nilai, (https://www.online-pajak.com/id/pajak-
pertambahan-nilai-ppn), diakses pada tanggal 31 Mei 2017 pukul 02.08. WIB
Pabean
e. Ekspor Barang Kena Pajak berwujud atau tidak berwujud dan Ekspor
Atas Barang Mewah (PPnBM) merupakan pajak yang dikenakan pada barang
pekerjaannya. 54
tergolong mewah
54
Alban Leandri, Pajak Penjualan Atas Barang Mewah, (https://www.online-
pajak.com/id/pajak-penjualan-atas-barang-mewah-ppnbm), diakses pada tanggal 31 Mei 2017
pukul 02.20 WIB
tergolong mewah
melakukan impor tersebut (lebih dari sekali atau hanya sekali saja).
sosial