Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Jika kita berbicara tentang hukum, yang terlintas dalam pikiran kita adalah
segala peraturan-peraturan atau seperangkat norma yang mengatur tingkah laku
manusia dalam suatu masyarakat, yang dibuat dan ditegakkan oleh penguasa atau
manusia itu sendiri seperti hukum adat, hukum pidana, hukum perdata dan
sebagainya.
Berbeda dengan sistem hukum yang lain, hukum islam tidak hanya merupakan
hasil pemikiran yang dipengaruhi oleh kebudayaan manusia di suatu tempat pada
suatu masa tetapi dasarnya ditetapkan oleh Allah melalui wahyunya yang terdapat
dalam AL-Qur’an dan dijelaskan oleh Nabi Muhammad sebagai Rasulnya melalui
wahyu dan sunnah beliau yang yang terhimpun dalam kitab dan hadits. Dasar
inilah yang membedakan hukum islam secara fundamental dengan hukum yang
lain.
Adapun konsepsi hukum islam, dasar dan kerangka hukumnya ditetapkan oleh
Allah. Hukum tersebut tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan manusia
lain dan benda dalam masyarakat, akan tetapi juga hubungan manusia dengan
Tuhan, hubungan manusia dengan dirinya sendiri, hubungan manusia dalam
bermasyarakat, dan hubungan manusia dengan benda alam dan sekitarnya yang
ditungkan kedalam peraturan-peraturan hukum.

B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi fokus permaslahan yang akan di bahas dalam makalah ini
dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan Hukum Islam?
2. Apa ciri- ciri dan karakteristik Hukum Islam?
3. Apa fungsi Hukum Islam dalam kehidupan bermasyarakat?

1
C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah sebagaimana dijabarkan di atas, maka tulisan ini


bertujuan untuk:

1. Mengetahui pengertian Hukum Islam


2. Mengetahui ciri- ciri dan karakteritik Hukum Islam
3. Mengetahui fungsi Hukum Islam dalam kehidupan bermasyarakat

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hukum Islam


Hukum adalah seperangkat norma atau peraturan-peraturan yang mengatur
tingkah laku manusia, baik norma atau peraturan itu berupa kenyataan yang tumbuh
dan berkembang dalam masyarakat maupun peraturan atau norma yang dibuat dengan
cara tertentu dan ditegakkan oleh penguasa. Bentuknya biasa berupa hukum tidak
tertulis, seperti hukum adat, bisa juga berupa hukum tertulis dalam peraturan berupa
perundang-undangan. Hukum sengaja dibuat oleh manusia untuk mengatur hubungan
manusia dengan manusia lain.
Sedangkan pengertian hukum islam atau syariat islam adalah sistem kaidah-
kaidah yang didasarkan pada wahyu Allah SWT dan Sunnah Rasul mengenai tingkah
laku mukalaf (orang yang sudah dapat dibebani kewajiban) yang diakui dan diyakini,
yang mengikat bagi semua pemeluknya. Dan hal ini mengacu pada apa yang telah
dilakukan oleh Rasul untuk melaksanakannya secara total. Syariat Islam menurut
istilah berarti hukum-hukum yang diperintahkan Allah SWT untuk umat-Nya yang
dibawa oleh seorang Nabi, baik yang berhubungan dengan kepercayaan (aqidah)
maupun yang berhubungan dengan amaliyah.Syariat Islam menurut Bahasa Arab
berarti jalan yang dilalui umat manusia untuk menuju kepada Allah Ta’ala. Dan
ternyata Islam bukanlah hanya sebuah agama yang mengajarkan tentang bagaimana
menjalankan ibadah kepada Tuhannya saja. Keberadaan aturan atau sistem ketentuan
Allah SWT untuk mengatur hubungan manusia dengan Allah Ta’ala dan hubungan
manusia dengan sesamanya. Aturan tersebut bersumber pada seluruh ajaran Islam,
khususnya Al-Quran dan Hadits. Hukum Islam berisi keseluruhan ketentuan-
ketentuan perintah Allah yang wajib diturut (ditaati) oleh seorang muslim.
Berikut pengertian Hukum Islam menurut para ahli maupun ulama:
1. Ahmad Rofiq, Pengertian Hukum Islam adalah seperangkat kaidah-kaidah hukum
yang didasarkan pada wahyu Allah SWT dan Sunnah Rasul mengenai tingkah
laku mukallaf (orang yang sudah dapat dibebani kewajiban) yang diakui dan
diyakini, yang mengikat bagi semua pemeluk agama islam.

3
2. Zainuddin Ali, Pengertian Hukum Islam adalah hukum yang diinterprestasikan
dan dilaksanakan oleh para sahabat nabi yang merupakan hasil ijtihad dari para
mujtahid dan hukum-hukum yang dihasilkan oleh ahli hukum islam melalui
metode qiyas dan metode ijtihad lainnya.
3. Ulama Ushul, Hukum Islam merupakan tata cara hidup mengenai doktrin syariat
dengan perbuatan yang diperintahkan maupun yang dilarang.
4. Ulama Fiqih, Hukum Islam merupakan segala perbuatan yang harus dkerjakan
menurut syariat Islam.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hukum islam atau syariat
islam adalah sistem kaidah-kaidah yang didasarkan pada wahyu Allah SWT dan
Sunnah Rasul mengenai tingkah laku mukalaf yang diakui dan diyakini, yang
mengikat bagi semua pemeluknya.

B. Ciri- Ciri dan Karakteristik Hukum Islam


1. Ciri – Ciri Hukum Islam
Dasar dan kerangka Hukum Islam ditetapkan oleh Allah, tidak hanya mengatur
hubungan manusia dengan manusia lain dan benda dalam masyarakat, tetapi juga
hubungan-hubungan lainya, karena manusia yang hidup dalam masyarakat itu
mempunyai berbagai hubungan. Hubungan-hubungan itu, seperti telah terulang
disinggung dimuka, adalah hubungan manusia dengan tuhan, hubungan manusia
dengan dirinya sendiri, hubungan manusia dengan manusia yang lain, dan hubungan
manusia dengan benda dalam masyarakat serta alam sekitarnya seperangkat ukuran
tingkah laku yang di dalam bahasa arab ,disebut hukuman zama’nya ahkam. Dari
uraian di atas dapat di tandai ciri-ciri hukum Islam,yakni:
1. Merupakan dan bersumber dari agama islam.
2. Mempunyai hubungan yang erat dan tidak dapat dipisahkan dari iman atau
kaidah dan kesusilaan atau ahlak islam.
3. Mempunyai dua istilah kunci, yaitu :
a) Syariat : Terdiri dari wahyu Allah dan Sunnah Nabi Muhammad.
b) Fikih : Pemahaman / hasil pemahaman manusia tentang syariah.
4. Terdiri dari dua bidang utama, yaitu :
a) Ibadat bersifat tertutup karena telah sempurna.
b) Muamalat dalam arti luas bersifat terbuka untuk dikembangkan oleh
manusia yang memenuhi syarat dari masa ke masa.

4
5. Strukturnya berlapis, terdiri dari :
a) Nas atau teks alqur’an.
b) Sunnah Nabi Muhammad (untuk syari’at)
c) Hasil ijtihad (doktrin) manusia yang memenuhi syarat tentang al-
qur’an dan as-sunnah.
6. Mendahulukan kewajiban dari hak, amal dari pahala.
7. Pelaksanaannya dalam praktek digerakkan oleh iman dan akhlak umat
islam.
2. Karakteristik Hukum Islam
Hukum Islam mempunyai watak tertentu dan beberapa karakteristik yang
membedakannya dengan berbagai macam hukum yang lain. Karakteristik tersebut ada
yang memang berasal dari watak hukum itu sendiri dan ada pula yang berasal dari
proses penerapan dalam lintasan sejarah dalam menuju ridha Allah. Dalam hal ini,
beberapa karakteristik seperti hukum Islam bersifat sempurna, universal,
kemanusiaan, mengandung moral agama, dan dinamis akan dijelaskan dalam bagian
ini.
Pertama, sempurna. Artinya syari’at itu akan selalu sesuai dengan segala
situasi dan kondisi manusia, dimana dan kapanpun, baik sendiri maupun
berkelompok. Hal ini didasarkan pada bahwa syariat Islam diturunkan dalam bentuk
yang umum dan garis besar permasalahan, sehingga hukum-hukumnya bersifat tetap
meskipun zaman dan tempat selalu berubah. Penetapan hukum yang bersifat global
oleh al-Qur’an tersebut dimaksudkan untuk memberikan kebabasan kepada umat
manusia untuk melakukan ijtihad sesuai dengan situasi dan kondisi ruang dan waktu.
Kedua, Universal. Hukum Islam atau Syari’at Islam meliputi seluruh alam
tanpa ada batas wilayah, suku, ras, bangsa, dan bahasa. Universal ini pula tergambar
dari sifat hukum Islam yang tidak hanya terpaku pada satu masa saja (abad ke-VII
saja, misalnya), tetapi untuk semua zaman. Hukum Islam menghimpun segala sudut
dan segi yang berbeda-beda di dalam suatu kesatuan, dan ia akan senantiasa cocok
dengan masyarakat yang menghendaki tradisi lama atau pun modern, seperti halnya ia
dapat melayani para ahli aql dan ahl naql, ahl al-ra’y atau ahl al-hadits.
Ketiga, elastis, dinamis, dan fleksibel, dan tidak kaku. Karena hukum Islam
merupakan syariat yang universal dan sempurna, maka tak dapat dipungkiri pula
kesempurnaannya ini membuatnya bersifat elastis, fleksibel dan dinamis dalam
perkembangan zaman, karena jika hukum Islam menjadi sesuatu yang kaku jutsru

5
akan menjadikannya tak relevan pada masa atau ruang tertentu. Bila syariat diyakini
sebagai sesuatu yang baku dan tidak pernah berubah, maka fiqih menjembatani antara
sesuatu yang baku (syariat) dan sesuatu yang relatif dan terus berubah tersebut (ruang
dan waktu). Syari’at Islam hanya memberikan kaidah dan patokan dasar yang umum
dan global. Perinciannya dapat disesuaikan dengan kebutuhan manusia, dan dapat
berlaku dan diterima oleh seluruh manusia. Dengan ini pula dapat dilihat bahwa
hukum Islam mempunyai daya gerak dan hidup yang dapat membentuk diri sesuai
dengan perkembangan dan kemajuan, melalui suatu proses yang disebut ijtihad.
Dalam ijitihad – yang menjadi hak bagi setiap muslim untuk melakukannya –
merupakan prinsip gerak dalam Islam yang akan mengarahkan Islam kepada suatu
perkembangan dan bersifat aktif, produktif serta konstruktif.
Keempat, sistematis. Artinya antara satu doktrin dengan doktrin yang lain
bertautan, bertalian dan berhubungan satu sama lain secara logis. Kelogisan ini
terlihat dari beberapa ayat dalam al-Qur’an yang selalu menghubungkan antara satu
institusi dengan institusi yang lain. Selain itu, syariat Islam yang mendorong umatnya
untuk beribadah di satu sisi, tetapi juga tidak melarang umatnya untuk mengurusi
kehidupan duniawi.
Kelima, bersifat Ta’abuddi dan ta’aqulli. Warna Syari’at Islam dapat
dibedakan dengan dua warna: yaitu ta’abuddi bentuk ibadah yang fungsi utamanya
َ ‫ت ْال ِج َّن َواإْل ِ ْن‬
untuk mendekatkan manusia kepada Allah ( ‫س إِاَّل لِيَ ْعبُدُو ِن‬ ُ ‫) َو َما َخلَ ْق‬. Bentuk ibadah
seperti ini sudah given, taken from granted, makna yang terkandung didalamnya tidak
dapat dinalar, irrasional, seperti jumlah rakaat shalat. Sedangkan yang ta’aqulli adalah
bersifat duniawi yang maknanya dapat difahami oleh nalar manusia, rasional.
Keenam, menegakkan Maslahat. Karena seluruh hukum itu harus bertumpu
pada maslahat dan dasar dari semua kaidah yang dikembangkan dari seluruh hukum
Islam harus bersimpul pada maslahat. Syariat berurusan dngan perlindungan maslahat
entah dengan cara yang positif,misalnya dengan tindakan untuk menopang landasan-
landasan mashalih, syariat mengambil tindakan-tindakan untuk menopang landasan-
landasan mashalih tersebut. Atau dengan cara preventif, yaitu untuk mencegah
hilangnya mashalih, ia mengambil tindakan-tindakan untuk melenyapkan unsure apa
pun yang secara actual atau potensial merusak mashalih.
Ketujuh, tidak Menyulitkan (‘adamul kharaj). Yang disebut dengan tidak
menyulitkan adalah hukum Islam itu tidak sempit, sesak tidak memaksa dan tidak
memberatkan. Di antara cara meniadakan kesulitan itu ada beberapa bentuk:

6
1. Pengguguran kewajiban, yaitu dalam keadaan tertentu kewajiban
ditiadakan seperti gugurnya kewajiban shalat jum’at dan gugurnya
kewajiban puasa dibulan Ramadhan bagi orang yang sedang dalam
perjalanan atau sakit.2
2. Pengurangan kadar yang telah ditentukan, seperti qashar shalat dari yang
jumlahnya empat rakaat menjadi dua rakaat yaitu shalat Dzuhur, Ashar
dan Isya’.
3. Penukaran, yaitu penukaran satu kewajiban dengan yang lain, seperti
wudhu atau mandi besar ditukar dengan tayammum., atau menukar
kewajiban berpuasa di bulan Ramadhan dengan hari lain bagi orang yang
mempunyai halangan puasa Ramadhan.
4. Mendahulukan, yaitu mengerjakan suatu kewajiban sebelum waktunya
hadir seperti shalat jama takdim, shalat Ashar yang dilaksanakan pada
waktu Dzuhur, melaksanakan shalat Isya pada waktu shalat Magrib.
5. Menangguhkan atau mentakhirkan kewajiban yaitu mengerjakan suatu
kewajiban setelah waktunya tidak ada seperti shalat jama takhir.
mengerjakan shalat Dzuhur diwaktu shalat Ashar atau mengerjakan shalat
Magrib di waktu shalat Isya.
6. Mengubah dengan bentuk lain, seperti merubah perbuatan shalat dengan
shalat khauf karena alasan keamanan. atau mengganti kewajiban puasa
bagi orang yang sudah tidak kuat lagi puasa dengan membayar fidyah.
7. Menyedikitkan beban (taqlil at-takalif), yaitu dengan mengerjakan
perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Kedelapan, berangsur-angsur atau tadrij. Hukum Islam dibentuk secara
gradual tidak sekaligus. Diantara hukum Islam yang diturunkan secara gradual adalah
shalat, pertama hanya dua waktu (Hud : 114) kemudian tiga waktu (al-Isra: 78), dan
akhirnya lima waktu. Kemudian larangan riba, pertama hanya dikatakan sebagai
perbuatan tercela (QS. al-Rum: 39), kemudian riba yang dilarang adalah yang berlipat
ganda (QS. Ali Imran: 130) terakhir dikatakan haram secara mutlak (QS. al-Baqarah:
275, 278). Demikian juga dalam pelarangan minuman keras, awalnya hanya dikatakan
bahwa madharatnya lebih besar dari manfaatnya (QS. al-Baqarah: 219), kemudian
larangan untuk mendekati shalat dalam keadaan mabuk (QS. al-Nisa: 43), dan terakhir
diharamkan secara mutlak bahkan dikatakan sebagai perbuatan syetan (al-Ma’idah :
90).

7
C. Fungsi Hukum Islam dalam Kehidupan Bermasyarakat
Manusia adalah mahkluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri manusia
membutuhkan pertolongan satu sama lain dan memerlukan organisasi dalam
memperoleh kemajuan dan dinamika kehidupannya. Setiap individu dan kelompok
social memiliki kepentingan. Namun demikian kepentingan itu tidak selalu sama satu
sama lain, bahkan mungkin bertentengan. Hal itu mengandung potensi terjadinya
benturan dan konflik. Maka hal itu membutuhkan aturan main agar kepentingan
individu dapat dicapai secara adil, maka dibutuhkan penegakan aturan main tersebut.
Aturan main itulah yang kemudian disebut dengan hukum islam dan menjadi
pedoman setiap pemeluknya.
Dalam hal ini hukum islam memiliki tiga orientasi, yaitu :
a. Mendidik individu (tahdzib al-fardi) untuk selalu menjadi sumber kebaikan,
b. Menegakkan keadilan (iqamat al-‘adl).
c. Merealisasikan kemashlahatan (al-mashalahah).
Orientasi tersebut tidak hanya bermafaat bagi manusia dalam jangka pendek dalam
kehidupan duniawi tetapi juga harus menjamin kebahagiaan kehidupan di akherat
yang kekal abadi, baik yang berupa hukum-hukum untuk menggapai kebaikan dan
ksempurnaan hidup (jalbu almanafi’), maupun pencegahan kejahatan dan kerusakan
dalam kehidupan (dar’u al-mafasid). Begitu juga yang berkaitan dengan kepentingan
hubungan antara Allah dengan mahkluknya maupun kepentingan orientasi hukum itu
sendiri. Sedangkan fungsi hukum islam dirumuskan dalam empat fungsi, yaitu:
1. Fungsi ibadah
Fungsi utama hukum Islam adalah untuk beribadah kepada Allah SWT. Hukum
Islam adalah ajaran Allah yang harus dipatuhi umat manusia, dan kepatuhannya
merupakan ibadah yang sekaligus juga merupakan indikasi keimanan seseorang.
Dalam adz-Dzariyat: 56, Allah berfirman “dan tidak aku ciptakan jin dan manusia
melainkan untuk beribadah kepadaKu”. Maka dengan dalil ini fungsi ibadah tampak
paling menonjol dibandingkan dengan fungsi lainnya.
2. Fungsi amr makruf naahi munkar (perintah kebaikan dan pencegahan
kemungkaran)
Hukum Islam sebagai hukum yang ditunjukkan untuk mengatur hidup dan
kehidupan umat manusia, jelas dalam praktik akan selalu bersentuhan dengan
masyarakat. Sebagai contoh, proses pengharaman riba dan khamar, jelas
menunjukkan adanya keterkaitan penetapan hukum (Allah) dengan subyek dan obyek

8
hokum (perbuatan mukallaf). Penetap hukum tidak pernah mengubah atau
memberikan toleransi dalam hal proses pengharamannya. Riba atau khamar tidak
diharamkan sekaligus, tetapi secara bertahap. Ketika suatu hukum lahir, yang
terpenting adalah bagaimana agar hukum tersebut dipatuhi dan dilaksanakan dengan
kesadaran penuh. Penetap hukum sangat mengetahui bahwa cukup riskan kalau riba
dan khamar diharamkan sekaligus bagi masyarakat pecandu riba dan khamar. Berkaca
dari episode dari pengharaman riba dan khamar, akan tampak bahwa hukum Islam
berfungsi sebagai salah satu sarana pengendali sosial. Hukum Islam juga
memperhatikan kondisi masyarakat agar hukum tidak dilecehkan dan tali kendali
terlepas. Secara langsung, akibat buruk riba dan khamar memang hanya menimpa
pelakunya. Namun secara tidak langsung, lingkungannya ikut terancam bahaya
tersebut. Oleh karena itu, kita dapat memahami, fungsi kontrol yang dilakukan lewat
tahapan pengharaman riba dan khamar. Fungsi ini dapat disebut amar ma’ruf nahi
munkar. Dari fungsi inilah dapat dicapai tujuan hukum Islam, yakni mendatangkan
kemaslahatan (manfaat) dan menghindarkan kemudharatan(sia-sia) , baik di dunia
maupun di akhirat kelak.
3. Fungsi zawajir (penjeraan)
Fungsi ini terlihat dalam pengharaman membunuh dan berzina, yang disertai
dengan ancaman hukum atau sanksi hukum. Qishash, Diyat, ditetapkan untuk tindak
pidana terhadap jiwa/ badan, hudud untuk tindak pidana tertentu (pencurian,
perzinaan, qadhaf, hirabah, dan riddah), dan ta’zir untuk tindak pidana selain kedua
macam tindak pidana tersebut. Adanya sanksi hukum mencerminkan fungsi hukum
Islam sebagai sarana pemaksa yang melindungi warga masyarakat dari segala bentuk
ancaman serta perbuatan yang membahayakan. Fungsi hukum Islam ini dapat
dinamakan dengan Zawajir.
4. Fungsi tadzim wa ishlah al-ummah (organisasi dan rehabilitsi masyarakat)
Fungsi hukum Islam selanjutnya adalah sebagai sarana untuk mengatur sebaik
mungkin dan memperlancar proses interaksi sosial, sehingga terwujudlah masyarakat
yang harmonis, aman, dan sejahtera. Dalam hal-hal tertentu, hukum Islam
menetapkan aturan yang cukup rinci dan mendetail sebagaimana terlihat dalam
hukum yang berkenaan dengan masalah yang lain, yakni masalah muamalah, yang
pada umumnya hukum Islam dalam masalah ini hanya menetapkan aturan pokok dan
nilai-nilai dasarnya.

9
Ketentuan hukum sanksi tersebut bukan sekedar sebagai batas ancaman dan untuk
menakut-menakuti masyarakat saja, akan tetapi juga untuk rehabilitasi dan
pengorganisasian umat menjadi lebih baik.

BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
1. Hukum islam atau syariat islam adalah sistem kaidah-kaidah yang didasarkan pada
wahyu Allah SWT dan Sunnah Rasul mengenai tingkah laku mukalaf (orang yang
sudah dapat dibebani kewajiban) yang diakui dan diyakini, yang mengikat bagi semua
pemeluknya.
2. Ciri – ciri Hukum Islam yakni bersumber dari agama islam, mempunyai hubungan
yang erat dengan iman atau kaidah dan kesusilaan atau ahlak islam, mempunyai
istilah kunci, terdiri dari dua bidang utama, yaitu: Ibadat dan Muamalat, strukturnya
berlapis, mendahulukan kewajiban dari hak, dan pelaksanaannya dalam praktek
digerakkan oleh iman dan akhlak umat islam. Sedangkan Karakteristik yang dimiliki
Hukum Islam yakni sempurna, universal, tidak kaku, sistematis, bersifat Ta’abuddi
dan ta’aqulli, menegakkan maslahat, tidak menyulitkan dan tidak berangsur- angsur.
3. Hukum islam mempunyai empat fungsi utama antara lain fungsi ibadah, fungsi amr
makruf naahi munkar (perintah kebaikan dan pencegahan kemungkaran), fungsi
zawajir (penjeraan) dan fungsi tadzim wa ishlah al-ummah (organisasi dan rehabilitsi
masyarakat).
2. Saran
Hukum Islam berisi wahyu Allah SWT dan Sunnah Rasul yang diyakini dan mengikat
bagi setiap pemeluknya. Oleh karena itu, Hukum Islam harus terus ditaati dan tidak
boleh dilanggar. Hendaknya para pengikutnya juga melaksanakan fungsi dari Hukum
Islam itu sendiri dengan baik dan benar

10
DAFTAR PUSTAKA

Alga, Syahruddin. 2011. Fungsi Hukum Islam Dalam Kehidupan Bermasyarakat.


http://syahruddinalga.blogspot.com/2011/10/fungsi-hukumislam-dalam-
kehidupan.html( Diakses pada 22 Maret 2020, Pukul 21:49)

Efendy, Jon. 2019. Pengertian Hukum Islam dan Ruang Lingkup Hukum Islam.
https://materihukumlbhtrisaktiforjustice.blogspot.com/2019/09/pengertian-hukum-islam-dan-
ruang.html ( Diakses pada 20 Maret 2020, Pukul 20:40 )

Glosarium. 2020. Pengertian Hukum Islam Menurut Para Ahli.


https://tesishukum.com/pengertian-hukum-islam-menurut-para-ahli/ (Diakses pada 20 Maret
2020, Pukul 21: 07 )

Mujiburrahman. 2013. Pengertian Hukum Islam.


https://studihukum.wordpress.com/2013/07/22/pengertian-hukum-islam/ ( Diakses pada 15
Maret 2020, Pukul 17:36 )

Referensiham. 2016. Karakteristik Hukum Islam.


https://taklimislam.wordpress.com/2016/12/24/karakteristik-hukum-islam/ ( Diakses pada 22
Maret 2020, Pukul 20:47)

Simatupang, Estomihi. 2016. Ciri- Ciri Hukum Islam.


https://www.berandahukum.com/2015/12/ciri-ciri-hukum-islam.html ( Diakses pada 22
Maret 2020, Pukul 19:09)

Wika. 2019. Ciri– Ciri Hukum Islam Secara Global.


https://www.datawika.com/ciri-hukum-islam/ ( Diakses pada 20 Maret, Pukul 21:24 )

Wikipedia. 2020. Hukum Islam di Indonesia.


https://id.wikipedia.org/wiki/Hukum_Islam_di_Indonesia ( Diakses pada 20 Maret 2020
Pukul 19:27)

11
12

Anda mungkin juga menyukai