FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MERDEKA MALANG
2020
KATA PENGANTAR
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................... 1
DAFTAR ISI .................................................................................................. 2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 3
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 3
C. Tujuan Penulisan................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Hakim .................................................................................................. 4
B. Mahkum fih ......................................................................................... 6
C. Mahkum alaih ...................................................................................... 8
D. Korelasi antara Hakim Mahkum fih dan Mahkum alaih ...................... 9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................... 10
B. Saran..................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan hakim, , mahkum fih, dan mahkum alaih?
2. Apa hubungan atau korelasi antara hakim, mahkum fih dan mahkum alaih?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan hakim, mahkum fih, dan mahkm
alaih.
2. Untuk mengetahui hubungan atau korelasi antara hakim, mahkum fih dan
mahkum alaih
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakim
Di antara masalah yang sangat penting yang harus dijelaskan dalam kajian
syari'at Islam, ialah mengetahui siapa yang berhak mengeluarkan hukum, yakni
siapakah Sang Pembuat Hukum (Al-Hakim) itu. Sebab pengetahuan terhadap Al
Hakim akan membawa pengetahuan terhadap hukum dan hal-hal yang berkaitan
dengannya. Yang dimaksud dengan hakim di sini bukanlah pemegang kekuasaan
(pemerintahan), tetapi Al Hakim di sini ialah siapa yang berhak mengeluarkan
hukum atas perbuatan manusia (Al Af'aal) dan atas benda-benda (Al-Asy-yaa').
Hakim secara etimologi, mempunyai dua pengertian[1][1][1] :
ِّر َها ِ ِ
ُ صد َ َواض ُع ااْل َ ْح َكام َو ُمثَبَُّت َها َو ُمْنثُئ َها َو َم
“Pembuat, yang menetapkan, yang memunculkan dan sumber hukum”.
ِ ِ
ُ الَّذ ْي يُ ْد ِر ُك ااْل َ ْح َك ِام َويَظْ َه ُر َها َويُ َعِّر ُف َها َويَكْش
ف َعْن َها
Artinya: “Yang menemukan, menjelaskan, memperkenalkan, dan menyingkapkan
hukum”.
Pengertian hukum menurut ulama ushul fiqh ialah Firman Allah yang
berhubungan dengan perbuatan mukallaf, ini mengisyaratkan bahwa al-Hakim
ialah Allah. Para ulama telah sepakat bahkan seluruh umat Islam bahwa al Hakim
ialah Allah SWT dan tidak ada syari’at (undang-undang) yang sah melainkan dari
Allah, karena hukum menurut mereka ialah khitab (pernyataan) al syari’( Allah)
yang berhubungan dengan perbuatan mukallaf, baik itu tuntutan, pilihan ataupun
hukum wadli (sebab, syarat, dan mani’).[1][2][2] Al Qur’an telah mengisyaratkan
hal ini dengan firman Allah:
Contoh :
الَتَ ُموتُ َّن اِالَّ َواَْنتُ ْم ُم ْسلِ ُم ْو َن
Artinya: "Maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama
Islam" (Q.S. Al-Baqarah : 132).
Lahirnya ialah membebani mereka sekarang agar mereka itu ketika mati
dalam keadaan Islam.[1][9][9]
Dalam setiap perbuatan yang dibebankan manusia pastilah ada kesulitan,
karena beban (taklif) itu ialah menetapkan suatu yang mengandung kesulitan.
A. Kesimpulan
Al-Hakim yang muthlaq hanyalah Allah SWT. Namun, dengan adanya
manusia maka untuk menegakkan hukum-Nya, Allah mengutus Rasul untuk
menyampaikan risalah tersebut. Kemudian setelah Nabi tiada, tugas itu menjadi
tugas para mujtahid, ulama’, serta umat muslim itu sendiri untuk menegakkan
hukum Allah SWT.
Mahkum fih ialah objek hukum yaitu perbuatan mukallaf yang berhubungan
dengan hukum syar'i, yang bersifat tuntutan mengerjakan, meninggalkan suatu
pekerjaan, memilih suatu pekerjaan, dan yang bersifat syarat, sebab, halangan,
azimah, rukhsah, serta halangan.
Mahkum alaih ialah seorang mukallaf yang perbuatannya berhubungan
dengan hukum syara’.
B. Saran
Alhamdulillah makalah yang penulis buat telah selesai. Penulis sangat
bersyukur kepada Allah SWT. Yang telah memberikan penulis kesabaran dan
kesehatan dalam mengerjakan makalah ini. Dan kami ucapkan terimakasih kepada
dosen pembimbing dan rekan-rekan yang telah membantu dalam pembuatan
makalah ini.
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, dikarenakan keterbatasan
pengetahuan yang penulis miliki. Walaupun demikian semoga maklah ini dapat
bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca. Kritik dan saran
yang membangun sangat penulis harapkan.
DAFTAR PUSTAKA