PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
C. Tujuan
1. Menjelaskan pengertian Mut}laq dan Muqayyad .
2. Menjelaskan hukum Mut}laq dan Muqayyad.
3. Menjelaskan pendapat ulama tentang perubahan status Mut}laq menjadi Muqayyad.
D. Manfaat
1. Mengetahui pengertian Mut}laq dan Muqayyad.
2. Mengetahui hukum Mut}laq dan Muqayyad.
3. Mengetahui pendapat ulama tentang perubahan status Mut}laq menjadi Muqayyad.
BAB II
MUTLAQ DAN MUQAYYAD
A. Pengertian Mutlaq dan Muqayyad
1. Pengertian Mutlaq
Kaidah lafazh mutlaq dan Muqayyad dapat dibagi dalam lima bentuk:
a. Suatu lafazh dipakai dengan mutlaq pada sauatu nash, sedangkan pada nash
lain digunakan dengan muqayyad; keadaan ithlaq dan taqyid-nya bergantung
pada sebab hukum.
b. Lafazh mutlaq dan muqayyad berlaku sama pada hukum dan sebabnya.
c. Lafazh mutlaq dan muqayyad yang berlaku pada nash itu berbeda, baik dalam
hukumnya ataupun sebab hukumnya.
e. Mutlaq dan muqayyad sama dalam hukumnya, tetapi berbeda dalam sebabnya.
B. Hukum yang Terkandung di Dalam Mut}laq dan Muqayyad
Pada prinsipnya para ulama sepakat bahwa hukum lafazh mutlaq itu wajib
diamlkan kemutlakannya, selama tidak ada dalik yang membatasi kemutlakannya.
Begitu juga hukum lafazh muqayyad itu berlaku pada kemuqayyadannya. Yang
menjadi persoalan di sini adalah mutlaq dan muqayyad yang terbentuk pada lima
bentuk tersebut, ada yang disepakati dan ada yang diperselisihkan. Yang disepakati
ialah:
a. Hukum dan sebabnya sama, di sini para ulama sepakat bahwa wajibnya membaawa
lafazh mutlaq kepada muqayyad.
b. Hukum dan sebabnya berbeda. Dalam hal ini, para ulama sepakat wajibnya
memberlakukan masing-masing lafazh, yakni mutlaq tetap pada kemutlakannya dan
muqayyad tetap pada kemuqayyadannya.
c. Hukumnya berbeda sedangkan sebabnya sama. Pada bentuk ini, para ulama sepakat
pula bahwa tidak boleh membawa lafazh mutlaq kepada muqayyad, masing-masing
tetap berlaku pada kemutlakannya dan kemuqayyadannya.
5. Hal-hal yang Diperselisihkan dalam Mutlaq dan Muqayyad
a. Kemutlaqan dan kemuqayyadan terdapat pada sebab hukum. Namun, masalah
(maudu’) dan hukumnya sama. Menurut Jumhur Ulama dari kalangan Syafi’iyah,
Malikiyah, dan Hanafiyah, dalam masalah ini wajib membawa mutlaq kepada
muqayyad.
b. Mutlaq dan muqayyad terdapat pada nash yang sama hukumnya, namun sebabnya
berbeda. Masalah ini juga diperselisihkan. Menurut Ulama Hanafiyah tidak boleh
membawa mutlaq pada muqayyad, melainkan masing-masingnya berlaku sesuai
dengan sifatnya.
Alasan Masing-masing Golongan
a. Alasan Hanafiyah
Merupakan suatu prisip bahwa kita melaksanakan adalah lafazh atas semua hukum
yang dibawa saja, sesuai dengan sifatnya, sehingga lafazh muthlaq tetap pada
kemuthlaqannya dan lafazh muqayyad tetap pada kemuqayyadannya. Tiap-tiap nash
merupakan hujjah yang berdiri sendiri. Pembatasan terhadap keluasan makna yang
terkandung pada mutlaq tanpa dalil dari lafazh itu sendiri berarti mempersempit yang
bukan dari perintah syara’. Berdasarkan pada ini, lafazh muthlaq tidak bisa dibawa
pada muqayyad, kecuali apabila terjadi saling menafikan antara dua hukum, yakni
sekiranya mengamalkan salah satunya membawa pada tanaqud (saling bertentangan)
Hukum yang berlaku di dalam lafaz mut}laq adalah hukum ke-mut}laq-kannya
selama masih tidak terdapat dalil atau qarinah yang menunjukkan kemuqayyadannya.
Apabila dalil yang menunjukkan kemuqayyadannya, maka dalil ini memindahkan
hukum mut}laq kepada hukum muqayyad.[3]
Contoh dari lafad mut}laq yang berlaku hukum ke- mutlaq-kannya terdapat
dalam surah al-Mujadalah ayat 3,
Artinya: “…anak-anak isterimu yang dalam pemeliharaanmu dari isteri yang telah
kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan isterimu itu (dan sudah kamu
ceraikan), Maka tidak berdosa kamu mengawininya; (dan diharamkan bagimu) isteri-
isteri anak kandungmu (menantu); dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua
perempuan yang bersaudara…”
Hukum yang diberlakukan adalah batasan yang kedua, yaitu disyaratkannya
“bercampur” dengan istri. Batasan yang pertama, yaitu pengasuhan suami,
penjagaannya, dan pendidikannya tidak diberlakukan, karena dalam mayoritas
kebiasaan manusia, pengasuhan anak lebih banyak diperankan oleh sang ibu. Hal ini
َ فَِإ ْن لَ ْم تَ ُكوْ نُوْ ا َد َخ ْلتُ ْم بِ ِه َّن فَالَ ُجن
diperkuat dengan ayat ]6[. َاح َعلَ ْي ُك ْم
C. Peralihan Mut}laq ke Muqayyad
Di dalam Alquran terdapat banyak lafaz-lafaz yang mempunyai redaksi
mirip yang maksud maknanya sama. Dengan adanya hal ini, timbul sebuah
pertanyaan, apabila terdapat suatu ayat dengan lafaz mutlaq dan di ayat lain terdpat
ayat dengan lafaz muqayyad yang kedua-duanya mempunyai redaksi yang mirip,
apakah lafaz mutlaq beralih maknanya kepada muqayyad? Atau lafaz mutlaq tersebut
berlaku atau beramal sesuai dengan kemutlakannya? Dan atau
lafaz muqayyad beramal sebagaimana pembatasannya di dalam ayat tersebut.
Keadaan ini menimbulkan empat kemungkinan, yaitu sebagai berikut
1. Apabila hukum dan objek pembahasannya mempunyai makna yang sama, ahli
Fikih menyepakati bahwa mutlaq berubah menjadi muqayyad, seperti contoh firman
Allah SWT surah al-Maidah ayat 3,
Artinya: “diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah[394], daging babi, (daging
hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, …“
Lafaz al-damu merupakan bentuk mutlaq, tetapi berubh menjadi muqayyad dengan
adanya firman Allah SWT suran al-An’am ayat 145
Artinya: “laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan
keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan
dari Allah. dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
dan surah al-Maidah ayat 6
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat,
Maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku…”
Lafaz aidiyahuma> pada ayat yang pertama merupakan lafaz mut}laq dan
lafaz aidiykum merupakan lafaz muqayyad. Sebab dalam dua ayat tersebut berbeda,
yaitu pencurian dan akan bersholat setelah berhadas. Hukumnya pun juga berbeda.
Hukum pada ayat pertama adalah memotong tangan orang yang mencuri dan pada
ayat yang kedua adalah membasuh tangan.[9] Oleh karena itu, mutlaq pada keadaan
ini tidak bisa berubah status menjadi muqayyad karena tidak ada korelasi sama sama
di dalam kedua ayat itu.
3. Apabila hukum berbeda tetapi sebabnya sama, maka mutlaq tetap berstatus
menjadi mutlaq dan kedua-duanya diberlakukan pada tempatnya masing-masing.
[10] Contohnya adalah firman Allah SWT dalam surah al-Maidah ayat 6,
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat,
Maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, …”
dan surah al-Maidah ayat 6 pula
Artinya: “…lalu kamu tidak memperoleh air, Maka bertayammumlah dengan tanah
yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu…”
Sebab dari dua ayat tersebut adalah satu, yaitu berhadas ketika akan melaksanakan
shalat. Hukum dalam dua ayat tersebut berbeda, yaitu membasuh tangan dalam
wudhu dan mengusap tangan dalam tayammum. Mutlaq dalam keadaan ini tidak bisa
berubah status menjadi muqayyad. Akan tetapi, kedua-duanya diberamalkan pada
tempatnya masing-masing.[11]
4. Apabila hukum dalam mutlaq dan muqayyad satu dan sebab hukumnya berbeda,
ulama berbeda pendapat. Menurut ulama Hanafiyyah dan Ja’fariyyah, mutlaq tidak
berubah status menjadi muqayyad dan mutlaq beramaldengan kemutlakannya
dan muqayyad beramal dengan kemuqayyadannya pada tempatnya masing-masing.
[12] Ulama Hanafiyyah beralasan bahwa perbedaan sebab merupakan faktor
kemutlakan atau kemuqayyadan. Sedangkan ulama Shafi’iyyah dan
ulama Hanabilah berpendapat bahwa mutlaq berubah status
menjadi muqayyad dengan alasan bahwa selama hukum itu satu beserta dengan
adanya lafaz yang mutlaq di satu sisi dan adanya lafaz yang muqayyad di sisi lain,
maka mulaq seharusnya berubah menjadi muqayyad karena menolak pertentangan
antara dalil dan menguatkan keselarasan antara beberapa nash.[13]
PENUTUP
A. Simpulan
Dari penjelasan yang singkat dan padat di makalah ini, bisa diambil
beberapa benang merah sebagai berikut,
1. Mut}laq adalah lafaz khas yang menunjukkan kepada makna keseluruhan dan tidak
dibatasi dengan suatu sifat dari beberapa sifat. Muqayyad adalah lafaz khas yang
menunjukkan kepada makna keseluruhan yang dibatasi dengan suatu sifat dari
beberapa sifat.
2. Hukum yang berlaku di dalam lafaz mut.laq adalah hukum kemutlakannya selama
masih tidak terdapat dalil atau qarinah yang menunjukkan kemuqayyadannya. Hukum
yang berlaku di dalam lafaz muqayyad adalah tetapnya mengamalkan atas
kemuqayyadannya selama tidak ada dalil yang membatalkan batasannya.
3. Apabila Hukum dan sebab di dalam mutlaq dan muqayyad satu,
maka mutlaq berubah status menjadi muqayyad. Apabila sebab dan hukum berbeda
dalam keduanya, maka mutlaq tidak berubah status menjadi muqayyad. Apabila
sebabnya satu dan hukumnya berbeda dalam keduanya, maka mutlaq tidak berubah
status menjadi muqayyad dan kedua-duanya diberamalkan. Apabila hukumnya satu
dan sebabnya berbeda, ulama berbeda pendapat.
B. Saran
Dengan adanya makalah ini, diharapkan para membaca memahami
pengertian mutlaq dan muqayyad dan mengerti bagaimana hukum dan status
perubahan mutlak dan muqayyad.
DAFTAR PUSTAKA