Anda di halaman 1dari 4

MAKALAH ULUMUL QUR’AN

“MUTLAK DAN MUQAYYAD”

Disusun Oleh :
1. Evasari fathurrahmah (2022060028)
2. Kholisoh indri parulian (2022060015)
3. Muhammadsofee Masae (2022060069)

Dosen Pengampu:
Rohatun Nihayah., Alh, S.HI., M.S.I

FAKULTAS HUKUM DAN SYARIAH


PRODI HUKUM KELUARGA ISLAM
UNIVERSITAS SAINS ALQURAN
2022

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dalam bahasan ushul fiqh, bahasa Arab adalah salah satu ilmu pendukung yang sangat
penting dalam rangka menggali dan memahami hukum syara’ yang bersumber dari
alQuran dan Sunnah Rasul. Hal ini sangatlah logis, mengingat nash-nash hukum Islam
adalah nash-nash yang memakai bahasa Arab. Karena itu, seorang yang akan memahami
nash dan menggali hukum yang terkandung di dalamnya harus menguasai bahasa Arab.
Lebih jauh lagi ia harus memahami detil-detil idiom (ibarat) dalam bahasa Arab,
menguasai gaya bahasa yang menggunakan ta’bir hakiki pada kondisi tertentu dan
menggunakan ta’bir majaz pada kondisi yang lain, menggunakan ta’bir lafaz ‘âm pada
kondisi tertentu dan lafaz khâs pada kondisi lainnya, demikian juga dengan lafaz
muthlaq dan muqayyad. Kesemuanya ini, hanya dapat dimengerti dengan menyimak
makna lafaz yang dikandungnya. Berpedoman dari latar belakang di atas, maka
pembahasan makalah ini difokuskan pada aspek cakupan lafaz yaitu: pertama, segi
cakupan lafaz terhadap bagian satuan yang termasuk di dalamnya, dalam hal ini ‘âm dan
khâs; kedua, dari segi sifat yang ditentukannya yaitu muthlaq dan muqayyad, dan hal-hal
berkaitan dengan keduanya.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang dimaksud dengan Mutlak dan muqayyad?
2. Apa saja macam-macam Mutlak dan muqayyad?
3. Apakah yang dimaksud dengan Mutlak dan muqayyad serta pembagiannya?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui pengertian mutlak dan muqayyad
2. Untuk mengetahui macam-macam mutlak dan muqayyad
3. Untuk mengetahui pengertian mutlak dan muqayyad serta pembagiannya

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian mutlak dan muqayyad
Sebagaimana dimaklumi, nash-nash Al Quran sebagai rujukan hukum acapkali turun
dalam bentuk mutlaq. Yaitu entitas penunjuk pada nomenklatur baik individu, benda
yang umum, tidak terbatas dan tidak diberi kriteria sifat atau syarat. Selain berupa
mutlaq, pensyariatan itu dibatasi oleh kisi-kisi sifat dan kriteria tertentu. Namun
hakikatnya nomenklatur individu itu masih meliputi segala jenis. Pembatasan seperti itu
diistilahkan dengan muqyyad. Dalam konteks ulumul Quran, Manna> Khalil al Qatta>n
menjelaskan telah definisi atau istilah terminologi mutlaq dan muqayyad. Menurut
Qattan, mutlaq adalah bacaan yang menunjukkan suatu hakikat tanpa suatu qayid atau
(pembatas). Jadi mutlaq hanya mengacu pada indivdu atau nomenlatur yang tak
tertentu. Hakikatnya, hal ikhwal individu itu masih belum terpermanai. Dalam bahasa
Inggris disebut dengan absolute. Pemaknaan absolute dalam kamus ini lebih tepat
dalam lema absolution, yang berarti pelepasan atau pembebasan. Mutlaq sebagai lafaz
biasanya, berbentuk nakiroh atau ism tanpa alif dan lam. Misalnya lafalz roqobah dalam
fatahriru roqobatin.
Artinya, maka wajib membebaskan budak (Al Mujadalah, 58: 3). Pernyataan ini meliputi
pembebasan seorang budak tanpa terbatas mukmin atau kafir. Lafaz roqobah adalah
nakiroh dalam kalimat positif. Namun demikian ada juga yang berbentuk mudhof wa
mudho ilaih.
Aidiyakum ‫ ايديكم‬adalah contohnya. Muqayyad, sementara itu, adalah lafaz yang
menunjukkan sutau nomenkaltur dengan batasan (qoyyid). Seperi roqobah yang dibatasi
dengan mukminah: fatahriru roqobatin mu’minatin.
‫ فتحرير رقبة مؤمنة‬Artinya, maka hendaklah membebaskan budak yang beriman (An Nisa, 4:
92). Muhammad Alwi Maliki Al Husni, dalam bukunya, Zubdatul Itqon fil Ulumil Quraan,
menerangkan mutlaq adalah penunjuk tanpa batasan. Al Husni merujuk pada pendapat
banyak ulama bahwa ketika ditemukan dalil dengan pembatasan, maka yang mutlaq
disandarkan pada pembatas itu, tetapi jika tidak ditemukan maka tidak berlaku
pembatasan tersebut. Maka posisi mutlaq dibiarkan dalam kebebasannya. Muqayyad,
sementara itu apa yang dibatasi atau disandarkan pada sesuatu. Semisal, kata aidiy

3
dalam perintah wudlu mendapat qoyyid ilal maro>fiqi. Begini definisi yang diuraikan
oleh Al Husni dalam kitabnya tersebut: ‫ على الدال قيد بال الماهية‬Segala yang umum tanpa
pembatas.
Dengan demikian pengertian muqayyad adalah segala sesuatu yang memiliki pembatas.
Contoh pada surat Albaqoroh dalam dialog Nabi Musa dengan Bani Israil tentang
perintah penyembelihan sapi. tanpa sapi menyembelih untuk diminta Mereka ‫ان هلال‬
‫ يأمركم ان تذبحوا بقرة‬kualifikasi, tanpa spesifikasi tanpa atribut dan tanpa pembatas,
awalnya. Namun kemudian mereka menanyakan spesifikasi sapi itu. Lalu, dijelaskanlah
spesifikasi . ‫ انها بقرة ال فارض وال بكر‬itu sapi Kasus lain yang menujukkan pentingnya
memahami mutlaq dan muqayyad bila dirujuk dari kalimat yang diutarakan Az Zuhri. Ahli
Hadith yang diminta Umar ibnu Abd Aziz mengkodifikasi hadith-hadith Nabi. Kalimat
atau makalahnya yang lengkap mengomentari perintah kebijakan penguasa tentang
kodifikasi Hadith begini, ‫ ان هؤالء العمراء اكرهونا على كتابة االحاديث‬Artinya, Sesungguhnya
mereka para penguasa itu memaksa kami menulis hadith-hadith. Namun kalimat ini oleh
seorang orientalis Iqnas Gholdziher diubah dari ‫ االحاديث‬menjadi ‫ احاديث‬. Yang pertama
jelas merujuk pada hadith-hadith Nabi. Sedangkan yang kedua bisa jadi sembarang
hadith atau yang dianggap hadith. Perbadaan isim makrifat dan nakiroh dalam kontek
kalimat ungkapan Az Zuhri bisa berdampak fatal.
B. Macam-macam mutlak dan muqayyad

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

https://media.neliti.com/media/publications/285469-lafaz-ditinjau-dari-
segi-cakupannya-am-k-651e88d9.pdf

Anda mungkin juga menyukai