NIM : 201102030017
TUGAS : UAS ULUMUL QUR’AN
MUBAYYAN-MUJMAL, MANTHUQ-MAFHUM
MUBAYYAN
Al-Mubayyan adalah mengeluarkan suatu ungkapan dari keraguan menjadi
jelas.Maksudnya , jika ada suatu ungkapan yang masih mujmal (samar), maka dengan
mubayyan ungkapan itu menjadi jelas. Jadi, mubayyan adalah penjelas dari mujmal.
Adapun fungsinya yaitu, antara lain :
- Menjelaskan isi al-Qur’an, antara lain dengan merinci ayat-ayat global.
- Membuat aturan tambahan yang bersifat teknis atas sesuatu kewajban yang disebutkan
pokok-pokoknya di dalam al-Qur’an.
- Menetapkan hukum yang belum disinggung dalam al-Qur’an.
MUJMAL
Suatu lafal atau ungkapan yang belum jelas dan tidak dapat dipahami maksudnya dan
untuk mengetahuinya diperlukan penjelasan dari lainnya. Atau kandungan maknanya masih
global dan memerlukan perincian atau penjelasan dari pembuat mujmal atau syara’ itu
sendiri.
Penyebab kemujmalan yaitu,
- mengandung makna lebih dari satu
- Arti kata secara bahasa yang sudah dikenal yang dikehendaki syari’ (sholat,zakat,haji)
- Lafal yang maknanya asing ketika digunakan
MANTHUQ
Secara bahasa manthuq berasal dari kata nathaqa yang bermakna berucap. Manthuq
adalah makna yang dikandung oleh kata yang terucapkan. Al-Qatthan (2002: 358)
menjelaskan manthuq adalah suatu makna yang ditunjukkan oleh lafadh menurut ucapannya,
yakni petunjuk makna berdasarkan materi huruf-huruf yang diucapkan. Petunjuk (dilalah)
lafadh kepada makna adakalanya kepada bunyi (mantuq, arti tersurat) perkataan yang
diucapkan itu, baik secara tegas maupun mengandung kemungkinan makna lain dengan
taqdir mapun tanpa taqdir.
MAFHUM
Mafhum secara bahasa bisa berarti, di faham, dan tersirat.Mafhum menurut istilah
ushul fiqih adalah “Sesuatu yang ditunjuk oleh lafaz di luar teks ucapan itu”. Maksudnya
ialah suatu hukum yang di ambil tidak dari bunyi suatu dalil, akan tetapi dari makna yang
tersimpan didalamnya.
MACAM-MACAM MAFHUM
Mafhum Muwafaqah, adalah suatu petunjuk kalimat yang menunjukkan bahwa
hukum yang tertulis pada kalimat itu berlaku pada masalah yang tidak tertulis.
Disebut mafhum muwafaqah karena hukum yang tidak tertulis sesuai dengan
hukum yang tertulis.
Mafhum mukhalafah, adalah pengertian yang dipahami berbeda dengan
ucapan, baik dalam istinbat (menetapkan) maupun nafi (meniadakan). Oleh
karena itu, hal yang dipahami selalu kebalikannya daripada bunyi lafal yang
diucapkan.
KEMU’JIZATAN AL-QUR’AN
Kata mukjizat terderivasi dari kata a’jaza-yu jizu-i’jaz yang memiliki arti membuat
seseorang atau sesuatu menjadi lemah dan tidak berdaya apapun.
Pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) disebutkan mukjizat berarti peristiwa ajaib
yang sukar dijangkau oleh kemampuan akal manusia.
Landasan pengertian kemujizatan yang disandarkan kepada al- Qur’an merupakan sebuah
proses cara memahami kalam Tuhan yang melibatkan pada interpretasi masing-masing
cendekiawan muslim klasik mengenai kalam Tuhan
Perbedaan yang bisa kita amati antara mukjizat dan kemukjizatan Al-Qur’an berupa:
1. Mukjizat merupakan kejadian ajaib yang ditunjukkan oleh orang yang mengaku sebagai
Nabi, sedangkan kemukjizatan Al-Qur’an mampu dipaparkan oleh siapapun yang bisa
meneliti makna yang tersurat dan tersirat dari Al-Qur’an
2. Mukjizat lebih cenderung terdapat tantangan di dalamnya bagi siapapun yang tidak
percaya atau ragu terhadap kenabian seorang yang mengaku sebagai Nabi, sedangkan
kemukjizatan Al-Qur’an dengan sendirinya mampu menunjukkan keotentikannya
dibandingkan dengan kitab umat agama lain dan seolah-olah menantang kepada orang-orang
yang meragukan keotentikannya untuk mendalami dan meneliti isi dan kandungan yang
terdapat dalam Al-Qur’an
3. Dalam mukjizat tantangan yang dihadapi tidak mampu membendung atau menghadapi
mukjizat Nabi sesuai dengan zamannya, sedangkan kemukjizatan Al-Qur’an lebih cenderung
menunjukkan keterbatasan bagi yang tidak percaya atau meragukannya dalam menjawab
problematika umat secara umum, baik yang sedang terjadi maupun yang akan datang.
1. Al-Qur’an merupakan bagian ilmu kitab yang telah mencapai kesuksesan dan
mengubah peradaban Arab jahiliyah menjadi pemuka agama yang berdasarkan politik.
2. Penjelasan tahap-tahap penciptaan manusia pada ayat dan hadith diutarakan 14 abad
yang lalu dan para ilmuan baru bisa menemukan dan mengetahui kepastian tentang
embriologi 30 tahun yang lalu
Tantangan ini berupa tantangan untuk mendatangkan seperti Al-Qur’an dari segi
penjelasannya baik yang berupa hukum maupun bahasa, seperti gaya bahasa, ungkapannya
dan kefasihannya. Allah Swt
Tantangan tersebut terlepas dari unsur pribadi yang ada pada diri Muhammad sebagai
pengemban risalah. Meskipun dalam mukjizat tersebut terdapat dua hal, yaitu berkaitan
dengan ajaran agama dan yang tidak berkaitan dengan ajaran agama tapi tidak terintervensi
oleh dirinya.
Perumpamaan atau Amtsal adalah bentuk jamak dari kata mitsal. Bentuk tersebut
diungkapkan sebanyak sembilan belas kali dalam berbagai ayat dan surah. Sedangkan dalam
bentuk lain diungkapkan sebanyak 146 kali dalam berbagai ayat dan surah. Secara etimolog
kata matsal, mitsal dan matsil berati sama dengan syabah, syibah dan syabih. Kata matsal
juga digunakan untuk menunjukkan atau menfenisikan keadaan, sifat dan kisah yang
mengagumkan. Berdasarkan beberapa definisi dan pendapat, dapat ditarik suatu pengertian
bahwa amtsal al Qur’an adalah membuat perumpamaan-perumpamaan mengenai keadaan
sesuatu dengan sesuatu yang lainya baik dengan menggunakan kalimat metaforis (isti’arah),
dengan cara anthrofomorphism (tasybih) atau dengan cara lainya. Dengan demikian, jika
diperhatikan secara seksama, bahwasannya perumpamaan-perumpamaan di dalam al Qur’an
menggunakan bentuk yang beragam, yang kira-kira denganya dapat diperoleh pelajaran dan
nasihat serta dapat ditangkap dan difahami oleh akal sehat.Baik yang berkaitan dengan
masalah metafisika, seperti gambaran keindahan syurga, sikap orang-orang kafir dalam
menghadapi petunjuk dan lain-lain.
Unsur yang harus dipenuhi jika dikehendaki suatu ucapan menjadi sebuah sumpah,
yaitu:
- Muqsim (Artinya sama, yaitu yang bersumpah. Dalam al-Qur’an yang
bersumpah tidak hanya Allah, tapi juga manusia dan setan. Meskipun
demikian, sumpah-sumpah yang diucapkan selain Allah dalam al-Qur’an
adalah firman Allah)
- Muqsam ‘alaih (Disebut juga dengan jawab qasam. Tujuan qasam adalah
untuk menguatkan dan mewujudkan muqsam ‘alaih, yaitu pernyataan
karenanya sumpah diucapkan. Jawab qasam tersebut haruslah berupa hal-hal
yang layak utuk dimunculkan suatu qasam terhadapnya)
- Muqsam Bih (Muqsam bih atau mahluf bih maksudnya adalah lafadz yang
digunakan setelah adat qasam yang dijadikan sandaran dalam bersumpah
Ada tiga macam pola penggunaan kalimat berita dalam al-Qur’an, Yaitu :
1. Ibtida’(berita tanpa penguat), yaitu untuk orang yang netral dan wajar-wajar
saja dalam menerima suatu berita, tidak ragu-ragu dan tidak mengingkarinya.
2. Thalabi, yaitu untuk orang-orang yang ragu terhadap kebenaran suatu berita,
sehingga berita yang disampaikan kepadanya perlu diberikan sedikit penguat
yang disebut dengan kalimat thalabiatau taukid untuk meyakinkan dan
menghilangkan keraguannya.
3. Inkari, yaitu untuk orang-orang yang bersifat ingkar dan selalu menyangkal
suatu berita, untuk kondisi seperti ini beritanya harus disertai dengan kalam
inkari(diperkuat sesuai dengan kadar keingkarannya). Oleh karena itu Allah
menggunakan kalimat sumpah dalam al-Qur’an, untuk menghilangkan
keraguan, menegakkan hujjah dan menguatkan berita terhadap orang-orang
yang seperti ini.
Adapun urgensi dari qasam yaitu, Qasam dalam al-Qur’an bermuatan rahasia untuk
menguatkan pesan-pesan al-Qur’an yang sampai kepada manusia terutama untuk orang yang
masih ragu-ragu, menolak bahkan mengingkari kebenaran ajaran-ajaran al-Qur’an.
A. Pengertian Terjemah
Pengertian terjemah secara bahasa adalah suatu teks dalam suatu bahasa “teks
sumber” dan hasil teks yang merupakan padanan, dalam bahasa lain, yang
mengkomunikasikan pesan serupa.Sedang pengertian terjemah secara istilah adalah
mengungkapkan perkataan atau kalimat dengan menggunakan bahasa lain atau
memindahkan suatu perkataan ke dalam bahasa lain, dengan tidak merubah semua
kandungan makna dan maksud awal. Jadi, makna terjemah adalah menjelaskan makna
suatu perkataan ke dalam bahasa yang lainnya, dengan tidak merubah semua
kandungan makna dan maksud awal.
- Ta’wil mengalihkan lafadz-lafadz ayat al-Qur’an dari arti yang lahir dan rajih
kepada arti lain yang samar dan marjuh.Perbedaan antara tafsir dan ta’wil adalah
bahwa tafsir itu menerangkan maksud yang ada pada lafazh, sedang ta’wil itu
menerangkan maksud yang ada pada maknanya.
B. METODE TAFSIR
1. Metode Tafsir Tahlili (Analitis)
Suatu metode tafsir yang bermaksud menjelaskan kandungan ayat-ayat Al-Qur’an
dari seluruh aspeknya.
2. Metode Tafsir Ijmali (Global)
Metode yang menjelaskan ayat-ayat Al-Qur’an secara ringkas, tetapi mencakup dan
enak di baca.
3. Metode Tafsir Muqarin (Komperatif/Perbandingan)
Metode yang membandingkan teks Al-qur’an yang memiliki persamaan dan
kemiripan redaksi dalam dua kasus atau lebih, dan membandingkan ayat dengan
hadist yang lahirnya terlihat bertentangan.
4. Metode Maudhu’i (Tematik)
Metode yang membahas ayat-ayat Al-Qur’an sesuai dengan tema atau judul yang
telah ditetapkan. Semua ayat yang berkaitan dihimpun kemudian dikaji secara
mendalam dan tuntas dari berbagai aspek.
Terima Kasih