Anda di halaman 1dari 10

Ayat Muhkamat Dan Mutasyabihat

(Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Ulumul Qur’an)

Disusun Oleh kelompok 5 :

1. Siti Halimah : 2022.06.10.024


2. Fitri Wulandari : 2022.06.10..003
3. Usman baras : 2022.06.10.009

Dosen Pengampu:

Agus Mukmin,Lc.H.Hum

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM (IAI) AL-AZHAAR LUBUKLINGGAU

2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Al-qur`an adalah kitab suci dan menjadi pedoman untuk umat
islam, allah menurunkan al-qur`an untuk dijadikan petunjuk, pedoman
hidup, dasar hukum, serta menjadikan islam sebagai penyempurna bagi
agama-agama yang lain. Oleh karena itu al qur`an dijadikan allah sebagai
mukjizat ter agung, terbesar, terbaik disepanjang dinamika kehidupan
manusia.
Namun, bagi umat islam sendiri masih banyak yang kesulitan dan
bahan tidak bisa memaknai atau memahami arti dari sebuah ayat yang ada
didalam al qur`an, sebab didalamnya memang terdapat banyak sekali ayat-
ayat yang membutuhkan penjelasan kembali dengan ayat-ayat muhkam
dan mutasyabihat, dalam hal ini penulis mencoba membahas tentang ayat-
ayat muhakamat dan mutasyabihat didalam makalah ini.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dari ayat muhkamat dan mutasyabihat?
2. Apasaja peranan ayat muhkam dan mutasyabih dalam penafsiran
3. Apa hikmah adanya ayat muhkamat dan mutasyabihat?
C. Tujuan Perumusan
1. Memahami apa yang dimaksud dari ayat muhkamat dan mutasyabihat
2. Memahami peranan ayat muhkam dan mutasyabihat dalam penafsiran
3. Memahami hikmah adanya ayat mutasyabihat

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ayat Muhkamat Dan Mutasyabihat

Muhkam berasal dari kata ihkam yang secara bahasa berarti


kekukuhan, kesempurnaan, keseksamaan dan pencegahan. Akan tetapi
semua pengertian tersebut kembali pada arti dasarnya yaitu pencegahan.
Seperti pada kalimat ahkam al Amr yang berarti Dia menyempurnakan
suatu hal dan mencegahnya dari kerusakan (Syadali, 1993: 199).

Sedangkan kata mutasyabih berasal dari kata tasyabuh secara


etimologis berarti keserupaan dan kesamaan yang biasanya membawa
kepada kesamaran antara dua hal (Syadali, 1993: 199)1

Dari segi bahasa muhkam berasal dari kata hakamtu ad-dabbah


wa ahkamtuha yang berarti Saya menahan binatang itu. Jika dikatakan
hakamtu ad-dabbah wa ahkamtuha maka berarti Saya memasang
“hikmah”pada binatang itu. Hikmah pada ungkapan ini berarti kendali
yang dipasang pada leher yang berfungsi untuk mencegah binatang
agar tidak liar dan lepas kendali. Muhkam berarti sesuatu yang
dikokohkan. Dengan pengertian ini, bisa dikatakan bahwa al-
Qur‟an, keseluruhannya adalah muhkam, sebagaimana ditegaskan dalam
firman Allah yang artinya:

“(inilah) suatu kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan


rapi serta dijelaskan secara terperinci, yang diturunkan dari Allah
yang Maha Bijaksana lagi Maha tahu”.(Al-Quran Surat Hud).

Muhkam, menurut al-Harari adalah ayat yang ditinjau dari segi


bahasa hanya mengandung satu makna, atau ayat yang terang dan tegas

1
Syadali, Ahmad dan Rofi‟I, Ahmad. 1997. Ulumul Quran I. Bandung: CV.Pustaka
Setia.dapat diakses di https://ejournal.uin-malang.ac.id/index.php/ululalbab/article/view/2930/pdf

2
3

maksudnya, dapat dipahami dengan mudah tanpa membutuhkan ta‟wil


pada makna lain.2

Pengertian yang lebih terperinci tentang muhkam dan


mutasyabihserta perbedaannya dipaparkan secara panjang lebar oleh Al-
Husni (1999:145), secara terminologis sebagai berikut :

1. Muhkam adalah ayat yang maksudnya dapat diketahui secara


jelas dan tegas, baik melalui takwil (metafora) ataupun tidak.
Sedangkan mutasyabih adalah ayat yang maksudnya hanya
dapat diketahui oleh Allah, seperti saat kedatangan hari kiamat,
keluarnya dajjal, dan huruf-huruf muqaththa‟ah. Definisi ini
dikemukakan kelompok ahlussunnah.
2. Muhkam adalah ayat yang maknanya jelas dan mudah
dipahami, sedangkan ayat-ayat mutasyabih sebaliknya.
3. Muhkam adalah ayat yang tidak mungkin dapat diartikan dari
sisi arti lain, sedangkan ayat mutasyabih mempunyai
kemungkinan muncul arti yang banyak. Definisi ini
dikemukakan Ibnu „Abbas.
4. Muhkam adalah ayat yang maknanya dapat dipahami akal,
seperti bilangan raka‟at shalat, kekhususan bulan Ramadhan
untuk pelaksanaan puasa wajib, sedangkan ayatayat mutasyabih
sebaliknya. Pendapat ini dikemukakan Al-Mawardi.
5. Muhkam adalah ayat yang pemahaman maknanya dapat berdiri
sendiri, sedangkan ayat-ayat mutasyabih untuk memahaminya
bergantung pada ayat lain.
6. Muhkam adalah ayat yang maksudnya segera dapat diketahui
tanpa ditakwil terlebih dahulu, sedangkan ayat mutasyabih
memerlukan penakwilan untuk mengetahui maksudnya.
2
Abdullah al-Harari, Sharih al-Bayanfi ar-Radd „ala Man Khalafa al-Qur‟an(Beirut: Dar
al-Masyari‟2002,cet.ke-4,).

Dapat diakses di http://www.journal.staihubbulwathan.id/index.php/alishlah/article/view/21/16


4

7. Muhkam adalah ayat yang lafazh-lafazhnya tidak berulang-


ulang, sedangkan ayat mutasyabih sebaliknya.
8. Muhkam adalah ayat yang berbicara tentang kefarduan,
ancaman, dan janji, sedangkan ayat mutasyabih berbicara
tentang kisah-kisah dan perumpamaan-perumpamaan.3
B. Peran Ayat Muhkamat Dan Mutasyabihat Dalam Penafsiran

Dengan adanya ayat-ayat muhkam dan mutasyabihat itu sangatlah


membantu dalam penafsiran ayat-ayat al Quran muhkam adalah
perimbangan mutasyabih. Dan hal itu mendorong dan membantu para
penafsir untuk mendefinisikannya secara tepat, sesuai dengan kandungan
ayat-ayat tersebut. Ia juga berguna dalam penafsiran untuk mengetahui
maksud Allah yang terdapat dalam ayat-ayat-Nyasesuai dengan
kemampuannya, sehingga dalam penafsirannya bisa terungkap, baik dari
aspek materinya, tujuannya, dan tingkat kebutuhan terhadapnya.4

Ayat-ayat mutasyabihat yang banyak mengandung kemungkinan


makna. Untuk itu para penafsir tidak boleh memahaminya secara berdiri
sendiri. Untuk memahaminya secara benar harus melalui petunjuk ayat-
ayat muhkamat. Oleh karena itu ayat-ayat mutasyabihat dapat dipahami
dengan menunjuk kandungan ayat-ayat muhkamat.

C. Hikmah Adanya Ayat Mutasyabihat


Allah menciptakan segala sesuatu pasti ada hikmahnya, begitu juga
dengan keberadaan ayat-ayat mutasyabihat memiliki hikmah sebagai
berikut:
1. Sebagai rahmat Allah kepada manusia agar mereka selalu
berpikir. Allah merahasiakan banyak hal, agar mereka mencari
dan berupaya mendapatkan serta membuka misteri-misteri itu.

3
Hasbi Ash-Shiddiqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Quran, Bulan Bintang, Jakarta,
1994 dapat diakses di http://jurnaltarbiyah.uinsu.ac.id/index.php/nizhamiyah/article/view/66/54
4
Al Farmawi, Abd.Hayy. 2002. Metode Tafsir Maudhu‟iy. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Dapat diakses di https://ejournal.uinmalang.ac.id/index.php/ululalbab/article/view/2930/pdf
5

Maka dengan adanya ayat-ayat mutasyabihat manusia tidak


bergantung secara terus menerus pada penjelasan Allah, tetapi
mereka bisa bergerak sendiri untuk mencari kebenaran dengan
bantuan cahaya ayat-ayat Allah.
2. Sebagai cobaan dari Allah. Maksudnya dengan adanya ayat-
ayat mutasyabihat, manusia diuji keimanannya, apakah mereka
tetap percaya dan tunduk kepada ayat-ayat Allah atau berpaling
dan cenderung memperalat ayat-ayat Allah untuk kepentingan
pribadi (mengikuti hawa nafsu).
3. Sesuai dengan perkataan Fakhr ar Raziy, ayat-ayat al Quran
ditujukan kepada semua manusia. Oleh karena itu ia
diformulasikan dalam bahasa yang universal dan mengandung
berbagai kemungkinan untuk ditakwilkan. Didalamnya
mengandung berbagai isyarat dan ketentuan-ketentuan yang
pasti. Dengan demikian ayat-ayat mutasyabihat adalah
konsekuensi yang tidak dapat dielakkan untuk menjaga
keutuhan dan universalitas al Quran itu sendiri.
4. Untuk menjadi bukti kelemahan manusia atas kebesaran Allah
dan ketinggian ayat-ayat-Nya. Dengan adanya ayat-ayat
mutasyabihat, manusia dijadikan tunduk terhadap ketentuan-
Nya dan menghancurkan kesombongannya terhadap ketetapan-
ketetapan Allah. Selanjutnya ayat-ayat mutasyabihat
menunjukkan keterbatasan manusia yang harus mereka sadari
setiap saat.
5. Untuk memberikan kebebasan kepada manusia untuk berbeda
dalam penafsiran dalam rangka menjadikan mereka lebih
terbuka dan toleran. Sekiranya semua ayat adalah muhkamat,
maka yang terjadi adalah kebekuan dan statis, madzhab hanya
6

satu, dan manusia tidak lagi berkompetisi dalam mencari


kebenaran.5

5
Al Zarqony. 1998. Manahil al Irfan fi Ulumil al Quran. Beirut Lebanon: Darul Kitab al
Arobi.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Ayat muhkamat adalah ayat yang artinya sudah jelas, maksudnya
untuk memahami arti atau maksud dari ayat tersebut tidak perlu penjelasan
melalui ayat atau surat yang lain, karna artinya atau makna dari ayat itu
sendiri sudah jelas artinya, sedangkan arti dari ayat mutasyabihat sendiri
kebalikan dari ayat muhkamat, yaitu ayat yang memerlukan penjelasan
dari ayat yang lain untuk memahami makna dari ayat tersebut.

7
Daftar Pustaka

Al Farmawi, Abd.Hayy. 2002. Metode Tafsir Maudhu‟iy. Jakarta: PT. Raja


Grafindo Persada.Dapat diakses di https://ejournal.uin-
malang.ac.id/index.php/ululalbab/article/view/2930/pdf

Al-Harari Abdullah, Sharih al-Bayanfi ar-Radd „ala Man Khalafa al-


Qur‟an(Beirut: Dar al-Masyari‟,cet.ke-4,2002). Dapat
diakses di
http://www.journal.staihubbulwathan.id/index.php/alish
lah/article/view/21/16

Al Zarqony. 1998. Manahil al Irfan fi Ulumil al Quran. Beirut Lebanon: Darul


Kitab al Arobi.

Hasbi Ash-Shiddiqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Quran, Bulan Bintang,


Jakarta, 1994 dapat diakses di
http://jurnaltarbiyah.uinsu.ac.id/index.php/nizhamiyah/
article/view/66/54

Syadali. Dkk 1997. Ulumul Quran I. Bandung: CV.Pustaka Setia.dapat diakses di


https://ejournal.uin-
malang.ac.id/index.php/ululalbab/article/view/2930/pd

8
8

Anda mungkin juga menyukai