Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

PEMBAGIAN MAHRAM BERDASARKAN SURAT An-Nisa 22-24

Mata Kuliah Tafsir Ahkam

Dosen Pengampu: Reni Nur Aniroh S.Sy., M.S.I

OLEH:

Fahrizan Romadhon (2018060024)

PRODI HUKUM KELUARGA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS SAINS AL-QUR’AN JAWA TENGAH

DI WONOSOBO

2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ada beberapa pertanyaan yang masuk seputar permasalahan muhrim, demikian para


sahabat kaum muslim menyebutnya, padahal yang mereka maksud adalah mahram. Perlu
diluruskan bahwa muhrim dalam bahasa Arab adalah muhrimun, mimnya di-dhammah
yang maknanya adalah orang yang berihram dalam pelaksanaan ibadah haji sebelum
tahallul. Sedangkan mahram bahasa Arabnya adalah mahramun, mimnya di-fathah.

Mahram ini berasal dari kalangan wanita, yaitu orang-orang yang haram dinikahi oleh
seorang lelaki selamanya (tanpa batas). (Di sisi lain lelaki ini) boleh melakukan safar
(perjalanan) bersamanya, boleh berboncengan dengannya, boleh melihat wajahnya,
tangannya, boleh berjabat tangan dengannya dan seterusnya dari hukum-hukum mahram.

Lantas, siapa saja yang disebut muhrim untuk laki-laki ?Untuk menjawab pertanyaan
inilah kami membuat makalah ini, semoga pembahasannya cukup memuaskan.

B. Perumusan Masalah

       Didalam pembuatan makalah ini ada permasalah yang akan ditinjau dan dijadikan
bahan penerangan dalam makalah ini, terdari dari :

1. Apa pengertian mahram dan muhrim?


2. Siapa saja yang menjadi muhram selamanya?
3. Siapa yang menjadi muhram sementar?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Mahram

     Mahram berarti “sesuatu yang terlarang”, maksudnya yang terlarang


mengawininya. Kata mahram (mahramun) berasal dari bahasa Arab artinya orang-
orang yang merupakan lawan jenis kita, namun haram (tidak boleh) kita nikahi
selamanya. Namun kita boleh bepergian (safar) dengannya, boleh berboncengan
dengannya, boleh melihat wajahnya, boleh berjabat tangan atau dalam mazhab Syafi’i
tidak membatalkan wudlu ketika disentuh.
     Sedangkan istilah yang tepat adalah mahram bukan muhrim. Muhrim adalah orang
yang berihram. Muhrim adalah isim fa’il dari kata “ahrama” yang artinya berihram.
Sedangkan mahram adalah wanita yang haram dinikahi oleh laki-laki. Mahram adalah
isim maf’ul dari kata “harama” yang artinya melarang.
     Dibawah ini pengertian mahram menurut beberapa ulama:
a. Menurut Imam Ibnu Qudamah Mahram adalah semua orang yang haram untuk
dinikahi selama-lamanya dengan sebab nasab, persusuan dan pernikahan.
b. Menurut Imam Ibnu Atsir Mahram adalah orang-orang yang haram untuk
dinikahi selama-lamanya seperti bapak, anak, saudara, paman dan lain-lain.
c. Menurut Syaikh Sholeh Fauzan Mahram Wanita adalah suaminya dan semua
orang yang haram dinikahi selama-lamanya karena sebab nasab seperti bapak,
anak dan saudaranya atau dari sebab-sebab mubah yang lain seperti saudara
sepersusuannya, ayah ataupun anak tirinya.
Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa mahram adalah orang-
orang yang haram dinikahi oleh laki-laki.  
B. Macam-macam Mahram berikut Penjelasanya
    Untuk sahnya suatu akad nikah, disyaratkan agar tidak ada larangan-larangan
pada diri wanita tersebut untuk dikawini. Artinya, boleh dilakukan akad nikah terhadap
wanita tersebut. Larangan-larangan itu ada dua bagian: karena mahram muabbad
(halangan abadi) dan mahram muaqqat (halangan yang bersifat sementara).
1) Mahram Muabbad
        Mahram muabbad adalah orang-orang yang haram melakukan pernikahan
untuk selamanya, ada tiga kelompok yaitu:
a) Mahram karena pertalian nasab:  Para Ulama Mazhab sepakat bahwa
wanita-wanita tersebut dibawah ini haram dikawini   karena hubungan
nasabnya:
1. Ibu, termasuk nenek dari pihak ayah atau pihak ibu.
2. Anak-anak perempuan, termasuk cucu perempuan dari anak laki-
laki atau anak perempuan, hingga keturunan dibawahnya.
3. Saudara-saudara perempuan, baik saudara seayah, seibu maupun
seayah dan seibu.
4.  Saudara perempuan ayah, termasuk saudara perempuan kakek
dan nenek dari pihak ayah dan seterusnya.
5. Saudara perempun ibu, termsauk saudara perempuan kakek dan
nenek dari pihak ibu dan seterusnya.
6. Anak-anak perempuan saudara laki-laki hingga keturunan
dibawahnya.
7.  Anak-anak perempuan saudara perempuan hingga keturunan
dibawahnya. Dalil yang dijadikan pijakan untuk itu adalah:
9‫خت‬9‫أل‬9‫ ا‬9‫ت‬9‫ا‬9‫ن‬9‫ب‬9‫ و‬9‫خ‬9‫أل‬9‫ ا‬9‫ت‬9‫ا‬9‫ن‬9‫ب‬9‫ و‬9‫م‬9‫ك‬9‫ت‬9‫ل‬9‫ وخ‬9‫م‬9‫ك‬9‫ت‬9‫م‬9‫ع‬9‫ و‬9‫م‬9‫ك‬9‫ت‬9‫و‬9‫أخ‬9‫ و‬9‫م‬9‫ك‬9‫ت‬9‫ا‬9‫ن‬9‫ب‬9‫ و‬9‫م‬9‫ك‬9‫ت‬9‫ه‬9‫م‬9‫ أ‬9‫م‬9‫ك‬9‫ي‬9‫ل‬9‫ ع‬9‫مت‬9‫ر‬9‫ح‬
“Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu, anak-anakmu yang perempuan, saudara-
saudaramu yang perempuan, saudara-saudara bapakmu yang perempuan, saudara-saudara
ibumu yang perempuan, anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu laki-laki dan
perempuan...” (QS. An-Nisa: 23).
2) Karena ikatan perkawinan (mushaharah)
     Mushaharah adalah hubungan antara seorang laki-laki dengan perempuan yang dengan
itu menyebabkan dilarangnya suatu perkawinan, yaitu mencakup hal-hal berikut ini.
1. Mertua perempuan dan nenek perempuan istri, baik dari pihak bapak maupun ibu.
2. Anak tiri, dengan ketentuan telah bercampur dengan ibu anak tersebut.
3. Menantu, yaitu istri anak, istri cucu dan terus ke bawah.
4. Istri bapak (ibu tiri)
Haramnya menikahi istri bapak berdasarkan Firman Allah SWT:
 9‫اء‬9‫س‬9‫ن‬9‫ ال‬9‫ن‬9‫ م‬9‫م‬9‫ك‬9‫اؤ‬9‫ب‬9‫ا‬9‫ء‬9‫ح‬9‫ك‬9‫ن‬9‫ا‬9‫م‬9‫ا‬9‫و‬9‫ح‬9‫ك‬9‫ن‬9‫ت‬9‫ال‬9‫و‬
“Dan janganlah kamu kawini wanita-wanita yang telah dikawini oleh ayahmu” (An-Nisa:
22).
     Adapun keharaman Ibu mertua, anak tiri, jika ibunya telah digauli dan menantu
berdasarkan firman-Nya:
9‫م‬9‫ك‬9‫ي‬9‫ل‬9‫ ع‬9‫اح‬99‫ن‬9‫ج‬9‫ال‬9‫ ف‬9‫ن‬9‫ه‬9‫ ب‬9‫م‬9‫ت‬9‫ل‬9‫خ‬9‫د‬9‫ا‬9‫و‬99‫ن‬9‫و‬9‫ك‬9‫ ت‬9‫ لم‬9‫ن‬9‫ا‬99‫ ف‬9‫ن‬9‫ه‬9‫ ب‬9‫م‬9‫ت‬9‫ل‬9‫خ‬9‫ د‬9‫ي‬9‫ت‬9‫ال‬9‫ ا‬9‫م‬9‫ك‬9‫ئ‬9‫ا‬99‫س‬9‫ ن‬9‫ن‬9‫ م‬9‫كم‬9‫ر‬9‫و‬99‫ج‬9‫ح‬9‫ي‬9‫ ف‬9‫ي‬9‫ت‬9‫ال‬9‫ ا‬9‫م‬9‫ك‬9‫ب‬9‫ئ‬9‫ا‬99‫ب‬9‫ ور‬9‫م‬9‫ك‬9‫ئ‬9‫ا‬99‫س‬9‫ ن‬9‫ت‬9‫ا‬99‫ه‬9‫م‬9‫وأ‬
9‫م‬9‫ك‬9‫ب‬9‫ال‬9‫ص‬9‫ أ‬9‫ن‬9‫ م‬9‫ن‬9‫ي‬9‫ذ‬9‫ ال‬9‫م‬9‫ك‬9‫ئ‬9‫ا‬9‫ن‬9‫ب‬9‫ أ‬9‫ل‬9‫ئ‬9‫ال‬9‫وح‬
“Ibu-ibu istrimu (mertua), anak-anak istrimu yang dalam pemeliharaanmu dari istri yang
telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan istrimu itu (dan sudah kamu
ceraikan), maka tidak berdosa kamu mengawininya, (dan diharamkan bagimu) istri-istri
anak kandungmu (menantu).” (QS. An-Nisa: 23).
3) Mahram karena hubungan sesusuan (Rodlo’ah)
     Larangan pernikahan karena hubungan sesusuan berdasarkan pada lanjutan surat
An-Nisa ayat 23:
9‫ة‬9‫ع‬9‫ضا‬9‫ر‬9‫ ال‬9‫ن‬9‫ م‬9‫م‬9‫ك‬9‫ت‬9‫ا‬9‫خو‬9‫أ‬9‫ و‬9‫م‬9‫ك‬9‫ن‬9‫ع‬9‫ض‬9‫ أر‬9‫ي‬9‫ت‬9‫ال‬9‫ل‬9‫ ا‬9‫م‬9‫ك‬9‫ت‬9‫ا‬9‫ه‬9‫م‬9‫ا‬9‫و‬
Artinya: “Diharamkan atas kamu mengawini ibu-ibumu yang menyusukan
kamu dan saudara-saudara perempuan sepersusuan.”
     Jika diperinci hubungan sesusuan yang diharamkan adalah:
1. Ibu susuan, yaitu ibu yang menyusui, maksudnya seorang wanita yang pernah
menyusui seorang anak, dipandang sebagai ibu bagi anak yang disusui
tersebut, sehingga haram melakukan perkawinan.
2. Nenek susuan, yaitu dari ibu yang pernah menyusui atau ibu dari suami yang
menyusui.
3. Bibi susuan, yaitu saudara perempuan dari ibu susuan atau saudari perempuan
dari suami ibu susuan.
4. Keponakan perempuan, yaitu anak perempuan dari saudara ibu susuan.
5. Saudara perempuan, baik saudara sebapak kandung maupun seibu saja.
2). Mahram Ghairu Muabbad (Muaqqat)
     Larangan menikah yang berlaku untuk sementara waktu disebabkan oleh hal
tertentu, bila hal tersebut sudah tidak ada, maka larangan tersebut tidak berlaku lagi
seperti:
a. Karena mengumpulkan dua orang wanita yang ada hubungan mahram (mengawini
dua orang saudara daam satu masa).
b. Karena terikat dengan hak orang lain
     Seorang wanita yang terikat oleh hak orang lain, adakalanya disebabkan oleh
perkawinan, adakalanya terikat oleh hak bekas suaminya seperti istri yang masih
dalam masa iddah.
c. Larangan karena beda agama (wanita-wanita musyrik)
     Beda agama disini ialah perempuan muslimah dengan laki-laki non muslim dan
sebaliknya. Perempuan musyrik yaitu tidak percaya sama sekali kepada Allah.
Kelompok ini, haram melangsungkan perkawinan dengan seorang muslim. Seperti
yang termaktub dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 221:
9‫م‬9‫ك‬9‫ت‬9‫ب‬9‫ج‬9‫ع‬9‫أ‬9‫لو‬9‫ و‬9‫ة‬9‫ك‬9‫ر‬9‫ش‬9‫ م‬9‫ن‬9‫م‬9‫ر‬9‫ي‬9‫خ‬9‫ة‬9‫ن‬9‫م‬9‫ؤ‬9‫م‬9‫ة‬9‫م‬9‫أل‬9‫ و‬9‫ن‬9‫م‬9‫ؤ‬9‫ ي‬9‫ي‬9‫ت‬9‫ ح‬9‫ت‬9‫ك‬9‫شر‬9‫م‬9‫ل‬9‫ا‬9‫ا‬9‫و‬9‫ح‬9‫ك‬9‫ن‬9‫ت‬9‫ال‬9‫و‬
Artinya: “Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka
beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mu’min lebih baik dari wanita musyrik,
walaupun dia menarik hatimu...”
d. Karena telah di talak tiga kali
     Seorang suami yang telah menceraikan istrinya dengan tiga talak baik sekaligus
maupun bertahap, mantan suami haram mengawini mantan istrinya sampai dia kawin
dengan laki-laki lain dan habis pula masa iddahnya.
e. Karena mengawini lebih dari empat (poligami diluar batas)
     Hukum Islam sebagaimana terdapat dalam kitab fiqh membolehkan poligami.
Seorang laki-laki dalam perkawinan poligami paling banyak menikahi empat orang
dan tidak boleh lebih dari itu, kecuali bila salah seorang dari istrinya berempat itu,
telah diceraikannya dan habis pula masa iddahnya.
C. Implikasi Mahram dalam Perbikahan
     Larangan perkawinan karena hubungan darah dalam agama diharakman begitu
saja menurut medis, perkawinan antara keluarga yang berhubungan darah akan
mengakibatkan keturunannya kelak kurang sehat dan cacat, bahkan intelegensinya
kadang-kadang kurang cerdas. Larangan perkawinan karena hubungan susuan.
Larangan ini dimaksudkan karena air susu yang telah ditelan oleh si bayi akan
menjadi darah dan daging untuk membentuk fisik bayi.
     Terputusnya hubungan antara individu keluarga yang mengakibatkan putusnya
rahim antara mereka, dan menanamkan perasaan dendam, seandainya ada seorang
yang mau menikahi istri anaknya berarti akan menanamkan perasaan dendam
antara mereka. Karena ada kemunngkinan anak ingin rujuk kembali setelah dicerai
ketika melihat bapaknya menikahinya, hal tersebut dapat pula menjadikan anak
sakit hati, menyesalkan, dendam dan akhirnya saling memutuskan hubungan rahim
antara mereka. 

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
     Mahram (mahramun) merupakan orang-orang yang haram untuk dinikahi oleh laki-
laki. Adapun mahram dibagi menjadi dua, yaitu mahram muabbad (haram untuk dinikahi
selama-lamanya) dan mahram muaqqat (haram untuk dinikahi sementara waktu). Mahram
yang haram untuk dinikahi selamanya disebabkan karena pertalian nasab, rodlo’ah
(karena hubungan sepersusuan) dan karena hubungan mushaharah (hubungan pernikahan
atau besan).
     Mahram muaqqat (haram dinikahi untuk sementara waktu) disebabkan oleh hal
tertentu, bila hal tersebut sudah tidak ada, maka larangan tersebut tidak berlaku lagi,
seperti:
a.    Karena mengumpulkan dua orang wanita yang ada hubungan mahram.
b.    Karena terikat dengan hak orang lain.
c.    Larangan karena beda agama.
d.   Karena telah di talak tiga kali.
e.    Karena mengawini lebih dari empat wanita.
     Larangan perkawinan karena hubungan darah dalam agama dan secara medis
diharamkan sebab dapat mengakibatkan keturunannya kelak kurang sehat dan cacat.
Bahkan intelegensinya kadang-kadang kurang cerdas. Sedangkan larangan perkawinan
karena rodlo’ah dimaksudkan air susu yang telah di telan oleh si bayi akan menjadi darah
dan daging untuk membentuk fisik bayi.

Anda mungkin juga menyukai