Anda di halaman 1dari 10

Edisi 28 Tahun 19

Bukan “Muhrim”!?
• Muhrim tidak sama dengan mahram.
• Muhrim: orang yang sedang ihram.
• Mahram: orang yang haram dinikahi karena sebab
tertentu, dengan sejumlah konsekuensi.
• Sebab mahram: kekerabatan, pernikahan, persusuan.
• Jangka waktu mahram: abadi (selamanya), sementara
(bisa menjadi non mahram pada keadaan tertentu).
• Yang sering dianggap mahram padahal bukan: ipar, se-
pupu, suami bibi/istri paman.
• Terdapat ancaman keras agar tidak bersentuhan la-
wan jenis yang bukan mahramnya.

Konsekuensi mahram Mahram Abadi Mahram Sementara


Contohnya Ibu mertua Ipar
Menikahi ×, selamanya ×, di kondisi tertentu
Bersalaman ✓ ×
Berdua-duaan ✓, selama aman dari fitnah ×
Membuka hijab ✓ ×
“Bukan muhrim!”, begitu kita sering mendengarnya dalam kesehari-
an. Apa sebenarnya makna muhrim? Apa bedanya dengan mahram?
Semoga tulisan ini bisa membantu menjawabnya.

Beda muhrim dan mahram


Kalimat “bukan muhrim” di Indonesia sering digunakan untuk
mengingatkan seseorang tentang terlarangnya bersentuhan kulit de-
ngan lawan jenisnya. Dalam bentuk lainnya, kalimat tersebut bisa
dibahasakan sebagai berikut, “Karena ia bukan muhrim Anda, Anda
tidak boleh bersentuhan dengannya. Kalau dia muhrim Anda, maka
tidak mengapa Anda menyentuhnya.”
Berdasarkan penjelasan tersebut, kita bisa memahami istilah
muhrim yang digunakan oleh banyak masyakarat Indonesia se-
benarnya adalah mahram dalam istilah Islam. Di dalam Islam, is-
tilah mahram bermakna orang yang haram untuk dinikahi kare-
na sebab-sebab tertentu. Konsekuensi jika seseorang itu merupakan
mahram (haram dinikahi) ada banyak, salah satunya adalah boleh
bersentuhan kulit dengannya. Jika bukan mahram, maka tidak bo-
leh bersentuhan kulit.
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memang dise-
butkan bahwa kata “muhrim” merupakan bentuk tidak baku dari
kata “mahram”. Di dalam bahasa aslinya (Bahasa Arab) istilah muh-
rim sebenarnya digunakan untuk menyebutkan orang yang sedang
ihram ketika haji atau umroh. Definisi ini juga sejalan dengan apa
yang disebutkan di dalam KBBI, bahwa “muhrim” adalah “orang yang
sedang mengerjakan ihram”.

2
Untuk definisi mahram sendiri di dalam KBBI disebutkan, “orang
yang masih termasuk sanak saudara dekat karena keturunan, sesu-
suan, atau hubungan perkawinan sehingga tidak boleh menikah di
antara mereka”.

Ringkasnya, muhrim yang dimaksud oleh banyak masyarakat


Indonesia sebenarnya adalah mahram dalam istilah Islam.

Mahram itu siapa saja?


Jika ditinjau dari sebabnya, mahram bisa dikelompokkan men-
jadi tiga: mahram karena (1) hubungan kekerabatan, (2) pernikahan,
dan (3) persusuan.

Mahram karena hubungan kekerabatan ada tujuh golongan,


yaitu:

1. Ibu, nenek, buyut perempuan dan seterusnya ke atas.


2. Anak perempuan, cucu perempuan, dan garis keturunan se-
terusnya ke bawah.
3. Saudara perempuan, baik saudara perempuan kandung se-
bapak-seibu, atau sebapak saja, atau seibu saja.
4. Anak perempuan dari saudara perempuan (keponakan) be-
serta garis keturunannya ke bawah.
5. Anak perempuan dari saudara laki-laki (keponakan) beserta
garis keturunannya ke bawah.
6. Saudara perempuan bapak (bibi jalur bapak).
7. Saudara perempuan ibu (bibi jalur ibu).

3
Mahram karena pernikahan ada empat golongan, yaitu:

1. Ibu istri (ibu mertua), nenek istri dan garis keturunan sete-
rusnya ke atas.
2. Anak perempuan istri (anak tiri) dan garis keturunannya ke
bawah.
3. Istri bapak (ibu tiri), istri kakek (nenek tiri), dan garis keturunan
seterusnya ke atas.
4. Istri anak (menantu perempuan), istri cucu, dan seterusnya
ke bawah.

Total mahram dari dua kelompok di atas ada 11 golongan.

Selain sebab nasab dan pernikahan, ada pula sebab persusuan.


Seseorang yang disusui oleh ibu susu, maka ibu tersebut menjadi
mahram baginya dan begitu juga beberapa orang lainnya dari apa
yang telah disebutkan di atas. Namun hukum persusuan ini mem-
butuhkan pembahasan lebih lanjut secara terpisah.

Mahram abadi dan mahram


sementara
Selain itu, jika ditinjau dari sisi keabadiannya, ada mahram yang
merupakan mahram abadi (muabbad) dan ada pula mahram se-
mentara (muaqqat).

Mahram abadi adalah mahram yang akan tetap berstatus se-


bagai mahram selamanya, sedangkan mahram sementara adalah

4
mahram yang pada kasus tertentu bisa berubah statusnya menjadi
non mahram. Sebelas golongan mahram yang disebutkan di atas
seluruhnya mahram abadi.

Ada pun mahram sementara jumlahnya ada banyak, sehingga


membutuhkan pembahasan lebih lanjut secara terpisah. Salah
satu contoh mahram sementara adalah ipar. Ipar merupakan mah-
ram yang haram dinikahi selama seseorang masih menikah dengan
saudarinya. Jika seorang suami telah menceraikan istrinya -artinya
status pernikahannya sudah tidak berlaku- maka ipar tidak lagi ber-
status sebagai mahram dan ia boleh menikahi ipar tersebut.

Konsekuensi dari mahram


1. Terkait pernikahan
Ini merupakan konsekuensi utama dari mahram, yaitu haram-
nya menikahi orang-orang yang termasuk mahram kita. Larangan
menikahi mahram ini berlaku untuk seluruh mahram, baik itu mah-
ram abadi atau mahram sementara.

Ipar misalnya, haram untuk dinikahi oleh seorang lelaki selama


lelaki tersebut masih berstatus sebagai suami dari saudarinya. Jika
lelaki tersebut bukan lagi suami dari saudarinya, maka status mah-
ram sementara menjadi terhapus dan si ipar ini menjadi orang bia-
sa yang boleh dinikahi oleh si lelaki. Adapun untuk mahram abadi
yang jumlahnya sebelas di atas, maka selama-lamanya akan tetap
haram untuk dinikahi.

5
2. Bersalaman
Seorang lelaki diperbolehkan bersalaman dengan mahram
abadi yang jumlahnya sebelas di atas. Misal seorang lelaki boleh
bersentuhan tangan dengan bibi dan ibu mertuanya. Adapun untuk
selain mahram abadi yang sebelas, baik itu mahram sementara
(semisal ipar) atau pun orang lain yang sama sekali bukan mahram,
maka tidak boleh bersentuhan tangan.

3. Berdua-duaan
Seorang lelaki diperbolehkan berdua-duaan dengan mahram
abadi yang jumlahnya sebelas di atas selama tidak menimbulkan
fitnah. Misal seorang lelaki boleh berboncengan motor dengan me-
nantu perempuannya atau ibu tirinya. Adapun untuk selain mah-
ram abadi yang sebelas, baik itu mahram sementara (semisal ipar)
atau pun orang lain yang sama sekali bukan mahram, maka tidak
boleh berdua-duaan.

4. Melepas hijab
Seorang perempuan diperbolehkan melepas hijab di hadapan
lelaki yang merupakan mahram abadinya. Begitu juga dengan se-
orang lelaki, diperbolehkan melihat seorang perempuan yang me-
rupakan mahram abadinya. Adapun untuk selain mahram abadi
yang sebelas, baik itu mahram sementara (semisal ipar) atau pun
orang lain yang sama sekali bukan mahram, maka tidak boleh me-
lihat auratnya.

6
Kesimpulan penjelasan di atas bisa dilihat pada tabel di ba-
wah ini.

Mahram Abadi Mahram Sementara

Contohnya Ibu Mertua Ipar

Tidak boleh Tidak boleh dalam


Menikahi
selamanya kondisi tertentu

Bersalaman Boleh Tidak boleh

Boleh selama aman


Berdua-duaan Tidak boleh
dari fitnah

Membuka hijab Boleh Tidak boleh

Yang sering dianggap mahram,


padahal bukan:
1. Ipar
Ipar dianggap oleh banyak orang sebagai mahram, sehingga
banyak orang yang seakan-akan tidak ada batasan dengan iparnya,
seperti bebas bersalaman dan berdua-duaan.

Padahal Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memeringatkan ten-


tang bahayanya seorang ipar pada sabda beliau, “Saudara ipar ada-
lah kematian.” (H.R. Bukhari dan Muslim). Maksudnya, interaksi
yang tidak benar dengan ipar bisa menjadi sebab timbulnya mak-
siat dan kehancuran.

7
2. Sepupu
Sepupu bukanlah mahram abadi bukan pula mahram sementa-
ra. Tidak boleh seseorang bersalaman, berduaan, dan menampak-
kan aurotnya di hadapan sepupunya. Sebaliknya, seseorang diper-
bolehkan menikah dengan sepupunya.

3. Istri paman atau suami bibi


Yang menjadi mahram abadi adalah paman atau bibi yang me-
rupakan saudara langsung dari orang tua. Jika paman atau bibi ter-
sebut memiliki pasangan, maka pasangan tersebut bukanlah mah-
ram. Tidak diperkenankan seseorang bersalaman, berduaan, dan
menampakkan aurotnya dengan istri dari pamannya atau suami
dari bibinya.

Penutup
Masih banyak masyarakat kita yang belum paham tentang sia-
pa saja mahramnya. Perlu diingat, seseorang yang merupakan ba-
gian dari keluarga (kerabat) tidak otomatis menjadikannya seba-
gai mahram. Di antara fenomena yang kita sayangkan adalah keti-
ka momen kumpul keluarga, seperti ketika lebaran, banyak orang
yang melanggar aturan-aturan terkait mahram ini, semacam bebas
bersentuhan tangan. Wallahu A’lam.

8
Tambahan:
Larangan bersentuhan kulit dengan non
mahram
Rasulullaah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sungguh
jika kepala seorang laki-laki ditusuk dengan jarum besi lebih baik
baginya daripada dia menyentuh seorang perempuan yang tak ha-
lal baginya.” (H.R. Ath Thabarani, dinyatakan hasan oleh Syaikh Al
Albani). Referensi: muslim.or.id/27058-larangan-menyentuh-wanita-
yang-bukan-mahram.html

<>

Penulis: Ustadz Muhammad Rezki Hr., S.T., M.Eng., Ph.D.


(Alumnus Ma’had Al ‘Ilmi Yogyakarta)

Pemuroja’ah: Ustadz Abu Salman, B.I.S.

YUK NGAJI DI Dengarkan


radiomuslim.com BEDAH BULETIN AT-TAUHID
(1467 AM) Jum’at 20.00 WIB bersama
Ust. Abu Salman

SUSUNAN REDAKSI
Penanggung jawab Ari Wahyudi, S.Si. | Penasihat Ustadz Afifi Abdul Wadud, B.A.| Editor Ahli Ustadz Ammi Nur Baits, S.T., B.A.,
Ustadz Abu Salman, B.I.S., Ustadz Afifi Abdul Wadud, B.A. | Pemimpin redaksi Zulfahmi Djalaluddin, S.Si. | Redaktur pelaksana &
Editor Arif Muhammad N, S.Pd | Layouter Ramane musa .

ALAMAT REDAKSI
Kantor Yayasan Pendidikan Islam Al Atsari, Jalan Selokan Mataram No. 412 Sinduadi, Mlati, Sleman, D.I. Yogyakarta, Indonesia

WEBSITE | buletin.muslim.or.id @buletintauhid INFORMASI | 0823-2461-6668

Anda mungkin juga menyukai