Anda di halaman 1dari 3

Wanita-wanita Yang Haram Untuk Dinikahi (Mahram)

Oleh: As'ad Syamsul Arifin, SHi., MH.

Ketika Islam mensyariatkan pernikahan dan mendorong umat untuk melaksanakannya,


Islam juga memberikan larangan kepada umat untuk melakukan pernikahan dengan
sebagian wanita.
Sebab pengharaman tersebut, adakalanya sebab wanita itu adalah orang yang wajib dihormati
sebagaimàna ibu kandung dan nenek kandung. Adakalanya sebab tabiat manusia yang sehat sulit
menerimanya dan berbagai sebab lainnya.

Pembagian Mahram Dalam Pernikahan

Wanita-wanita yang haram untuk dinikahi (mahram) dikelompokkan menjadi dua bagian.

1. Hàram selamanya (mahram muabbad)


2. Haram dalam waktu tertentu/temporer (mahram muaqqot)

Haram selamanya maksudnya, seorang laki-laki diharamkan menikahi wanita-wanita yang termasuk
pada bagian ini selamanya, meskipun ada perubahan keadaan dan masa.

Mahram selamanya ini disebabkan tiga hal: sebàb kekerabatan, sebab ikatan perkawinan
(mushoharoh) dan sebab persusuan (rodlo’).

Mahram Selamanya (Muabbad)

Mahram sebab kekerabatan

Mahram sebab kekerabatan ada tujuh, yaitu:

1. Ibu kandung, ibunya ibu (nenek) dan ibunya bapak (nenek). Dari sini bisa juga diredaksikan,
seluruh wanita yang menjadi ushul (leluhur) seseorang, maka mereka semua adalah
mahramnya, haram menikahi mereka selamanya.
2. Anak perempuan kandung, anak perempuannya anak perempuan (cucu), anak
perempuannya anak laki2 (cucu). Dari sini bisa juga diredaksikan, seluruh wanita yang
menjadi furu’ (keturunan) dari seseorang, maka mereka semua adalah mahramnya, haram
menikahi mereka selamanya.
3. Saudara wanita sekandung, saudara wanita sebapak dan saudara wanita seibu.
4. Anak perempuan saudara laki2 sekandung, anak erempuan saudara laki2 sebapak, anak
perempuan saudara laki2 seibu.
5. Anak perempuan sudara perempuan sekandung, anak perempuan sàudara perempuan
sebapak, anak perempuan saudara perempuan seibu.
6. Bibi dari pihak bapak (saudara perempuan bapak), bibi bapak (saudara perempuan kakek
dari pihak bapak), bibi ibu (saudara perempuan kakek dari bapaknya ibu).
7. Bibi dari pihak ibu (saudara perempuan ibu), bibinya ibu (saudara perempuan nenek dari
pihak ibu), bibinya bapak (saudara perempuan nenek dari pihak bapak).

Perincian mahram sebab kerabat ini disebutkan dalam al-Qur’an surat an-Nisa’ ayat 23, yaitu:
ْ‫ي‬ َّ ْ ‫ت ْ َوأ ُ َّم َهاتُكُ ُْم‬
ْ ِّ‫الَّلت‬ ِّْ ‫خ ْ َوبَنَاتُْ ْاْلُخ‬
ِّْ َ‫َاَلتُكُمْ ْ َوبَنَاتُْ ْاْل‬ َ ‫ع َّماتُكُمْ ْ َوخ‬ َ ‫علَيكُمْ ْأ ُ َّم َهاتُكُمْ ْ َوبَنَاتُكُمْ ْ َوأَخ ََواتُكُمْ ْ َو‬ َ ْ ْ‫ُح ِّر َمت‬
ْ‫الَّلتِّيْ َدخَلت ُْم‬َّ ْ‫سائِّكُ ُْم‬ َ ِّ‫وركُمْمِّنْن‬
ِّ ‫الَّلتِّيْفِّيْ ُح ُج‬ َّ ْ‫سائِّكُمْْ َو َربَائِّبُكُ ُْم‬ ُ
َ ِّ‫ع ِّْةْ َوأ َّم َهاتُْْن‬
َ ‫ضا‬ َ ‫الر‬ َ
َّ َْْ‫ضعنَكُمْْ َوأخ ََواتُكُمْمِّن‬ َ ‫أَر‬
ْ‫ن‬َْ ‫ِّينْْمِّنْْْأَص ََّلبِّكُمْْْ َوأَنْْتَج َمعُواْْبَي‬ َْ ‫علَيكُ ْمْْ َو َح ََّلئِّ ُْلْْأَبنَائِّكُ ُْمْْالَّذ‬َ ْْ‫ح‬ َْ َ‫نْْف‬
َْ ‫َّلْْ ُجنَا‬ َّْ ‫نْْفَإِّنْْلَّمْْْتَكُونُوْاْْ َدخَلت ُْمْْبِّ ِّه‬ َّْ ‫بِّ ِّه‬
ْ‫وراْ َّرحِّ ي ًما‬ ً ُ‫غف‬ َ َْْ‫ّللاْكَان‬ ََّْ ْ‫ن‬ َْ َ‫سل‬
َّْ ِّ‫فْْإ‬ َ ْْ‫َلْ َمْاْقَد‬ ِّْ ‫اْلُختَي‬
َّْ ِّ‫نْإ‬
Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang perempuan; saudara-
saudaramu yang perempuan, saudara-saudara bapakmu yang perempuan; saudara-
saudara ibumu yang perempuan; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-
laki; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang
menyusui kamu; saudara perempuan sepersusuan; ibu-ibu isterimu (mertua); anak-anak
isterimu yang dalam pemeliharaanmu dari isteri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu
belum campur dengan isterimu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa kamu
mengawininya; (dan diharamkan bagimu) isteri-isteri anak kandungmu (menantu); dan
menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah
terjadi pada masa lampau; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Seorang laki2 yang menikahi wanita-wanita ini, maka pernikahannya batal. Barangsiapa
yang menghalalkan pernikahan seorang laki2 dengan wanita-wanita yang telah disebutkan
di atas, maka ia kafir.

Mahram sebab ikatan perkawinan (mushoharoh)


Mahram sebab ikatan perkawinan ada empat, yaitu:

1. Istrinya bapak, istrinya kakek dari pihak bapak, istrinya kakek dari pihak ibu. Dari sini
bisa juga diredaksikan, semua semua wanita yang menjadi istri dari ushul (leluhur)
adalah mahram.
2. Istri dari anak, istri cucu dari anak laki2, istri cucu dari anak perempuan. Dari sini bisa
juga diredaksikan, semua wanita yang menjadi istri dari furu’ (keturunan) adalah
mahram.
3. Ibu istri (mertua) dan semua wanita yang menjadi leluhur istri.
4. Anak perempuan dari istri (ar-rabibah). Ia haram dinikahi oleh suami ibunya. Hanya
saja, keharaman ini tidak hanya sebatas adànya akad nikah, tetapi disyaratkan telah
adanya jimak antara si laki2 dan ibu si anak perempuan tadi. Jika laki2 yg menikahi
ibu anak perempuan tadi blum jimak, kemudian bercerai, si laki2 boleh menikahi
mantan anak tirinya tsb.

Mahram sebab persusuan (rodlo’)


Mahram sebab persusuan juga ada tujuh, yaitu:
1. Wanita yang menyusuimu, ibu wanita yang menyusuimu, nenek dari wanita yang
menyusuimu. Begitu juga haram untuk dinikahi, ibu dari bapak wanita yang
menyusuimu.
2. Saudari sepersusuan, yaitu wanita yang menyusu pada ibumu atau wanita yang
engkau menyusu pada ibunya, juga wanita yang menyusu bersamamu pada seorang
wanita yang sama.
3. Anak perempuan dari saudara laki2 sepersusuan.
4. Anak perempuan dari saudara perempuan sepersusuan.
5. Bibi dari pihak bapak sepersusuan, yaitu perempuan yang menyusu bersama
bapakmu.
6. Bibi dari pihak ibu sepersusuan, yaitu perempuan yang menyusu bersama ibumu.
7. Anak perempuan yang menyusu pada istrimu.

Mahram Temporer (Muaqqot)

Wanita yang diharamkan secara temporer adalah wanita-wanita yang diharamkan karena
sebab tertentu. Jika penyebab tersebut hilang, maka hilang pula keharamannya dan wanita
tersebut kembali halal untuk dinikahi. Perinciannya yaitu:
1. Mengumpulkan dua wanita yang merupakan saudara, baik saudara secara nasab
maupun saudara serodlo’ (sepersusuan). Jika seorang laki-laki menikahi 2 wanita
bersaudara, maka pernikahannya batal. Jika seorang laki-laki menikahi seorang
wanita, kemudian wanita tersebut meninggal atau si laki-laki menceraikannya, maka
laki-laki tersebut boleh menikahi saudari dari wanita tersebut.
2. Mengumpulkan seorang wanita dengan bibinya dari pihak bapak, atau dengan
bibinya dari pihak ibu, atau dengan anak perempuan dari saudara perempuan
istrinya, atau dengan anak perempuan dari saudara laki-laki istrinya, atau dengan
anak perempuan dari anak perempuan istrinya, atau dengan anak perempuan anak
laki-laki istrinya.
3. Laki-laki yang telah menikahi empat orang wanita, haram menikahi wanita yang
kelima dan seterusnya, sehingga ia menceraikan salah satunya atau salah satunya
ada yang meninggal.
4. Laki-laki muslimah haram menikahi wanita musyrikah.
5. Laki-laki haram menikahi wanita yang masih menjadi istri orang lain.
6. Laki-laki haram menikahi wanita yang masih berada dalam masa iddah.
7. Laki-laki haram menikahi mantan istrinya yang telah ia cerai dengan talak 3 sehingga
wanita tersebut telah menikah dengan orang lain kemudian bercerai atau suami
kedua dari wanita tersebut meninggal dunia.

Anda mungkin juga menyukai