Anda di halaman 1dari 19

Terjemah Kitab

al-Jawahir al-Sinambiliyah
[Tentang Mahram dalam Madzhab Syafi’i

Karya Ust. Faruq Sinambela

1
📎-Mahram menurut mazhab Syafi’iy

Bagian ke 1: Mahram Nasab dan Mahram


Mua’qqat

🍏 Islam memberikan batas-batas dan aturan dalam


berbagai aspek kehidupan manusia. Salah satu yang
paling penting di dalamnya adalah berkaitan dengan
interaksi antara lawan jenis, laki-laki dan perempuan.
Islam membuat dua kategori lawan jenis bagi setiap
orang, yaitu mahram dan Ajnaby. Kedua kategori
tersebut menghasilkan batas interaksi yang berbeda,
sederhananya mahram adalah kategori lawan jenis
yang memiliki hubungan tertentu dengan seseorang,
sehingga ia tidak boleh dinikahi. Selain itu ada batas-
batas interaksi yang diperbolehkan dengan lawan jenis
dalam kategori mahram, tetapi ia terlarang dengan
lawan jenis kategori Ajnaby.

📺 Kriteria dan hukum-hukum yang berkaitan dengan


mahram adalah permasalahan yang dibahas secara
mendalam dalam kajian fiqih. Pada pembahasan ini

2
kita akan menjelaskan tentang batas-batasan mahram
menurut mazhab Syafi’iy.

⚫1. Mahram dari sisi batas berlakunya terbagi kepada


dua pembagian.
Pertama adalah mahram ‫( تأبيد‬abadi), maksudnya
adalah hubungan mahram yang tidak akan dibatalkan
dengan sebab apapun. Kedua, mahram ‫( مؤقّت‬terbatas
waktu) yaitu ikatan mahram yang bisa saja batal oleh
sebab-sebab tertentu.

⚫2. Mahram berdasarkan sebab-sebabnya terbagi


kepada tiga, yaitu mahram karena sebab nasab atau
keturunan, mahram karena sebab Ridha’ atau
persusuan, dan mahram karena sebab Mushaharah
atau rumah tangga.

⚫3. Mahram ‫ تأبيد‬bagi laki-laki karena sebab nasab


ada tujuh yaitu: al-Ummuhat (mencakup ibu, nenek
dari pihak ibu maupun ayah dan seterusnya ke tingkat
generasi berikutnya), al-Banat (mencakup anak
perempuan dan cucu perempuan dan seterusnya pada
tingkat generasi di bawahnya), al-akhawat (saudara
perempuan baik seayah seibu maupun salah satunya
saja), al-’ammat (bibi atau saudara perempuan dari
ayah kita baik yang seayah seibu maupun salah satunya
3
saja), al-Khalat (bibi atau saudara perempuan dari ibu
kita baik yang seayah seibu maupun salah satunya saja),
Banat al-Akh (anak perempuan dari saudara laki-laki
yang seayah seibu maupun salah satunya saja), dan
Banat al-Ukht (anak perempuan dari saudara
perempuan yang seayah seibu maupun salah satunya
saja).

⚫4. Definisi dari al-Ummuhat (‫ )األمهات‬adalah:


‫ك ّل من ولدتك أو ولدت من ولدك‬
Artinya: setiap “orang yang melahirkanmu” atau
“melahirkan orang yang kamu lahir darinya”.

⚫5. Definisi dari al-Banat (‫ )البنات‬adalah


‫ك ّل من ولدتها أو ولدت من ولدها‬
Artinya: setiap “orang yang lahir darimu” atau “orang
yang lahir dari orang yang lahir darimu”

⚫6. Definisi dari al-akhawat (‫ )األخوات‬adalah:


‫ك ّل أنثى شاركتك فى أصليك أو أحدهما‬
Artinya: setiap perempuan yang membersamaimu
dalam dua orang tuamu atau salah satunya.

⚫7. Definisi dari al’ammat (‫ )العمات‬adalah


‫ك ّل أنثى شاركت أباك فى أصليه أو فى أحدهما‬
4
Artinya: setiap perempuan yang membersamai ayah
mu dalam dua orang tua mereka atau salah satunya.

⚫8. Definisi dari al-Khalat (‫ )الخاالت‬adalah:


‫ك ّل أنثى شاركت أ ّمك فى أصليه أو فى أحدهما‬
Artinya: setiap perempuan yang membersamai ibumu
dalam dua orang tua mereka atau salah satunya.

⚫9. Definisi dari Banat al-Akh (‫ )بنات األخ‬adalah:


‫ك ّل أنثى ألخيك عليها والدة مباشرة أم بواسطة‬
Artinya: setiap perempuan yang memiliki hubungan
wiladah (peranakan) dari saudara lakimu baik langsung
(anak langsung dari saudara) atau dengan perantara
(keturunan dari saudara)

⚫10. Definisi dari Banat al-Ukht (‫ )بنات األخت‬adalah:


‫ك ّل أنثى ألختك عليها والدة مباشرة أم بواسطة‬
Artinya: setiap perempuan yang memiliki hubungan
wiladah (peranakan) dari saudara perempuanmu baik
langsung (anak langsung dari saudara) atau dengan
perantara (keturunan dari saudara)

⚫11. Mahram Ta’bid bagi perempuan karena sebab


nasab juga ada tujuh yaitu: al-Aba’ (mencakup ayah,
kakek dari pihak ibu maupun ayah dan seterusnya ke
tingkat generasi berikutnya), al-Abna’ (mencakup anak
5
laki-laki dan cucu laki-laki dan seterusnya pada tingkat
generasi di bawahnya), al-Ikhwan (saudara laki-laki
baik seayah seibu maupun salah satunya saja), al-
A’mam (paman atau saudara laki-laki dari ayah kita
baik yang seayah seibu maupun salah satunya saja), al-
Akhwal (paman atau saudara laki-laki dari ibu kita baik
yang seayah seibu maupun salah satunya saja), Abna’
al-Akh (anak laki-laki dari saudara laki-laki yang
seayah seibu maupun salah satunya saja), dan Abna’ al-
Ukht (anak laki-laki dari saudara perempuan yang
seayah seibu maupun salah satunya saja). Definisi dari
ketujuh istilah tersebut sama seperti penjelasan tentang
mahram nasab bagi laki-laki, hanya saja jenis
kelaminnya diganti.

⚫12. Mahram Mua’qqat adalah ikatan mahram


temporal, jadi ikatan mahram tersebut hanya
mengharamkan pernikahan saja tetapi tidak
membolehkan interaksi seperti melihat aurat atau
bersentuhan sebagaimana mahram ‫تأبيد‬

⚫13. Mahram Mua’qqat bagi laki-laki adalah:

🔰a. dilarang memiliki ikatan pernikahan secara


berbarengan dengan seorang perempuan dan
saudaranya (saudara ini berlaku baik seayah & seibu
maupun salah satunya, atau saudara sepersusuan).
6
🔰b. dilarang memiliki ikatan pernikahan secara
berbarengan dengan seorang perempuan dan
al’ammat-nya (bibi: saudara perempuan dari ayah baik
seayah & seibu maupun salah satunya, atau
sepersusuan).

🔰c. Dilarang memilki ikatan pernikahan secara


berbarengan dengan seorang perempuan dan al-Khalat-
nya (bibi: saudara perempuan dari ibunya baik saudara
seayah seibu maupun salah satunya atau sepersusuan).

🔰d. Dilarang memiliki ikatan pernikahan secara


berbarengan dengan seorang perempuan dan Banat al-
Akh-nya (anak perempuan dari saudara laki-laki yang
seayah seibu maupun salah satunya saja, atau
sepersusuan)

🔰e. Dilarang memiliki ikatan pernikahan secara


berbarengan dengan seorang perempuan dan Banat al-
Ukht (anak perempuan dari saudara perempuan yang
seayah seibu maupun salah satunya saja, atau
sepersusuan).

🎲Sederhananya Mahram Mua’qqat bagi laki-laki


adalah kerabat perempuan dari istrinya yang
disebutkan di atas yang tidak dapat dinikahi selama kita
7
ia masih terikat pernikahan dengan istri nya,
seandainya ikatan pernikahan itu putus dengan sebab
kematian istri atau perceraiann maka Mahram
Mua’qqat tersebut menjadi orang Ajnaby seperti biasa.

⚫14. Mahram Mua’qqat bagi perempuan adalah:

🔰a. Saudara dari suaminya (baik seayah & seibu


maupun salah satunya, atau saudara sepersusuan).

🔰b. ‘Amm dari suaminya (paman: saudara laki-laki


dari ayah suaminya baik seayah & seibu maupun salah
satunya, atau sepersusuan).

🔰c. Khal dari suaminya (paman: saudara laki-laki dari


ibu suaminya baik saudara seayah seibu maupun salah
satunya atau sepersusuan)

🔰d. Ibn al-Akh dari suaminya (anak laki-laki dari


saudara laki-laki suaminya yang seayah seibu maupun
salah satunya saja, atau sepersusuan)

🔰e. Ibn al-Ukht dari suaminya (anak laki-laki dari


saudara perempuan suaminya yang seayah seibu
maupun salah satunya saja, atau sepersusuan).

8
🍉Berkaitan dengan Mahram Mua’qqat bagi
perempuan tidak perlu disebutkan tentang larangan
memilki iktana pernikahansecara berbarengan,
mengingat seorang perempuan memang tidak dapat
memiliki ikatan pernikahan dengan lebih dari satu
orang dalam satu waktu pada keadaan apapun.yait

Bagian ke 2: mahram dengan sebab persusuan

🍀penyebab munculnya ikatan mahram selain


disebabkan karena nasab adalah persusuan, atau dalam
bahasa fiqih diistilahkan dengan ‫( رضاع‬rodho’),
pembahasan berkaitan dengan mahram persusuan lebih
rumit daripada mahram nasab. Berikut beberapa
rangkuman penting berkaitan mahram persusuan
menurut mazhab Syafi’iy:

🔰1. Ada tiga pihak yang terlibat dalam mazhab


persusuan, tiga pihak tersebut adalah
⚫a. ‫( المرضع‬al-Murdhi') yaitu ibu yang menyusui,
⚫b. ‫( الرضيع‬al-Radhi’) yaitu anak yang menyusu.

9
⚫c. dan ‫( صاحب اللبن‬Shahib al-Labn) yaitu suami dari
ibu yang menyusui, dimana air susu dari si ibu keluar
dari hasil hubungan intim dari suami tersebut, oleh
karena itu suaminya disebut dengan “pemilik air susu”
karena memang sejatinya air susu tersebut keluar
melalui hubungan badan dengan dirinya sebelumnya.

🍥Terjadinya Radha’ atau persusuan memberikan


pengaruh ikatan mahram kepada tiga pihak tersebut.

🔰2. Dari pihak al-Murdhi' (ibu susu) yang menjadi


mahram bagi anak susu-nya terbagi kepada tiga, yaitu
⚫a. ‫ أصل‬mencakup ibu dari ibu susu-nya dan ke atas
seterusnya.
⚫b. ‫ فروع‬mencakup anak keturunan dari ibu susu-
nya.
⚫c. ‫ حواشى‬mencakup saudara dari ibu susu-nya dan
bibi dari ibu susunya.

🔰3. Dari pihak al-Radhi’ (anak susu) yang menjadi


mahram bagi orangtua susu-nya hanya satu yaitu ‫فروع‬,
artinya yang menjadi mahram bagi orangtua susu-nya
hanyalah anak keturunan dari anak susu.

10
🔰4. Dari pihak Shahib al-Labn (ayah susu atau suami
ibu susu)yang menjadi mahram sama seperti ketentuan
yang berlaku pada pihak al-Murdhi'.

🔰5. Istri dari anak susu tidak halal bagi ayah susu,
begitu juga suami dari anak susu tidak halal bagi ibu
susu.

🔰6. Saudara sepersusuan atau saudara Radha’


diketahui dengan sembilan keadaan, yaitu:

⚫a. Anak susuan dari ayah dan ibu nasab-mu, yaitu:


Seseorang yang menyusu pada ibumu dan Shahib al-
Labn-nya adalah ayahmu juga, maka orang tersebut
tergolong sebagai saudara sepersusuan yang Syaqiqah
(kuat)

⚫b. Anak nasab dari ibu dan ayah susu-mu, yaitu:


Seseorang dimana kamu menyusu dari ibunya dan
Shahib al-Labn-nya juga ayahnya. Maka kamu baginya
adalah saudara sepersusuan yang Syaqiqah.

⚫c. Anak susuan dari ayah dan ibu susu-mu, yaitu:


Seseorang dimana kamu dengan dirinya menyusu pada
ibu susu yang sama dan Shahib al-Labn-nya juga laki-

11
laki yang sama yaitu suami dari ibu susu tersebut. Maka
kalian berdua adalah saudara sepersusuan.

⚫d. Anak susuan dari ayah nasab-mu, yaitu: Seseorang


yang menyusu pada istri ayahmu yang bukan ibu mu,
dalam hal ini ayah mu menjadi Shahib al-Labn. Maka
orang tersebut menjadi saudara sepersusuan yang se-
ayah saja.

⚫e. Anak nasab dari ayah susu-mu, yaitu: Seseorang


dimana kamu menyusu dari istri ayahnya yang bukan
ibunya. Dalam kasus ini ayahnya menjadi Shahib al-
Labn bagimu, tetapi ibu susu-mu bukan ibunya. Maka
kamu adalah saudara sepersusuan baginya yang se-
ayah saja.

⚫f. Anak susuan dari ayah susu-mu, saudara semacam


ini terjadi karena dua kasus, yaitu: Pertama, seseorang
dimana kamu dan dirinya menyusu pada dua orang ibu
susu yang berbeda sekaligus, tetapi Shahib al-Labn-nya
adalah laki-laki yang sama. Salah satu ibu susu
menyusui kalian berdua dengan dua hisapan, satunya
lagi menyusui kalian berdua dengan tiga hisapan.
Kedua, seseorang dimana kamu dan dirinya menyusu
pada masing-masing dua ibu susu yang berbeda, tetapi
Shahib al-Labn-nya adalah laki-laki yang sama.

12
⚫g. Anak susuan dari ibu nasab-mu, yaitu: seseorang
yang menyusu dari ibu mu tetapi Shahib al-Labn-nya
bukan ayahmu, maka I adalah saudara sepersusuan
yang seibu saja.

⚫h. Anak nasab dari ibu susu-mu, yaitu: seseorang


dimana kamu menyusu dari ibunya tetapi Shahib al-
Labn-nya bukan ayahnya. Maka kamu adalah saudara
sepersusan yang seibu baginya.

⚫i. Anak susuan dari ibu susu-mu, saudara semacam


ini terjadi karena dua kasus, yaitu: pertama: seseorang
dimana kamu dan dia menyusu pada satu orang
perempuan dimana Shahib al-Labn-nya adalah laki-laki
yang sama, kemudian ibu- susu tersebut
menyempurnakan susuan bagi kalian berdua dengan
susu dari Shahib al-Labn yang berbeda. Kedua:
seseorang dimana kamu dan dia menyusu pada
perempuan yang sama, tetapi Shahib al-Labn-nya
adalah dua orang laki-laki yang berbeda.

🔰7. Dengan demikian saudara sepersusuan terbagi


menjadi tiga, yaitu:

⚫a. Saudara perempuan sepersusuan yang Syaqiqah:


yaitu perempuan yang menyusu pada ibumu dan Shahib
13
al-Labn-nya adalah ayahmu juga. Atau kamu menyusu
pada ibunya dan Shahib al-Labn-nya juga ayahnya.
⚫b. Saudara perempuan sepersusan yang seayah saja:
yaitu perempuan yang menyusu pada perempuan yang
bukan ibumu, tetapi Shahib al-Labn-nya adalah
ayahmu. Atau kamu menyusu bukan pada ibunya,
tetapi Shahib al-Labn-nya adalah ayahnya.

⚫c. Saudara perempuan sepersusan yang seibu saja:


yaitu perempuan yang menyusu dari ibumu, tetapi
Shahib al-Labn-nya bukan ayahmu.

🔰8. Untuk perempuan maka dapat disesuaikan pula


dengan ketentuan mahram sepersusuan di atas.

14
Bagian ke 3: Mahram Mushaharah

🌏Penyebab ketiga dari munculnya mahram adalah


akad pernikahan antara suami dan istri sehingga
membuat masing-masing keduanya dan kerabat
keduanya terjalin ikatan mahram dengan ketentuan
sebagai berikut:

🔰1. Mahram Mushaharah bagi laki ada empat, yaitu


➡a. Ibu dari istri, ikatan mahram ini muncul semata-
mata setelah terjadinya akad nikah.
➡b. Anak perempuan dari istri, ikatan ini muncul
dengan syarat jika telah melakukan hubungan intim
dengan istri.
➡c. Istri dari ayah, ikatan ini muncul semata-mata
setelah terjadinya akad nikah.
➡d. Istri dari anak laki-laki, ikatan ini muncul semata-
mata setelah terjadinya akad nikah.

🔰2. Anak perempuan dari hasil zina menurut pendapat


mu’tamad dalam mazhab Syafi’iy bukan merupakan
mahram bagi ayah biologisnya, artinya boleh dinikahi,
ini salah satunya dipegang oleh imam Nawawi. Namun
ada silang pendapat di kalangan para ulama terkait
masalah ini.

15
🔰3. Empat golongan mahram Mushaharah bagi laki-
laki di atas berlaku baik dari jalur nasab maupun jalur
Radha’. Maksudnya ibu dari istri itu menjadi mahram,
hal ini berlaku bagi ibu nasabnya maupun ibu
radha’nya. Begitu pula dengan anak perempuan istri,
baik anak nasabnya maupun anak radha’nya. Istri dari
ayah juga menjadi mahram baik ayah nasab kita
maupun ayah radha’ kita. Istri dari anak juga menjadi
mahram, baik anak nasab kita maupun anak radha’.

🔰4. Mahram Mushaharah bagi perempuan juga ada


empat, yaitu
➡a. Ayah dari suami, ikatan mahram ini muncul
semata-mata setelah terjadinya akad nikah.
➡b. Anak laki-laki dari suami, ikatan ini muncul
dengan syarat jika telah melakukan hubungan intim
dengan istri.
➡c. Suami dari ibu, ikatan ini muncul semata-mata
setelah terjadinya akad nikah.
➡d. Suami dari anak perempuan, ikatan ini muncul
semata-mata setelah terjadinya akad nikah.

🍏Sebagaimana ketentuan pada mahram bagi laki-laki,


mahram Mushaharah bagi perempuan juga berlaku
pada nasab dan radha’ juga. Maksudnya ayah dari

16
suami adalah mahram, baik ayah nasab dari suami
maupun ayah radha’nya, begitu juga seterusnya.

🔰5. Ada dua istilah yang berbeda dalam permasalahan


mahram yaitu ‫( ال ُمح َّرمة‬al-Muharramat) dan ‫( الم ْحرم‬al-
Mahram). Istilah al-Muharramat lebih umum dari al-
Mahram. Jadi setiap al-Mahram pasti juga al-
Muharramat, namun setiap al-Muharramat belum
tentu merupakan al-Mahram.

🔰6. al-Mahram artinya adalah seseorang yang haram


dinikahi dan sekaligus boleh saling melihat
,bersentuhan dan bepergian bersama seperti ibu,
saudara, anak dan lain-lain, sedangkan al-Muharramat
adalah orang yang haram dinikahi saja, tetapi tetap
tidak boleh untuk saling melihat, bersentuhan dan
berpergian bersama. Contohnya seperti saudara
perempuan dari istri.

🔰7. Diantara yang tidak termasuk al-Muharramat bagi


laki-laki adalah:
⚫anak perempuan dari istri anak laki-lakinya (anak
tiri dari anak laki-lakinya),
⚫ibu dari istri anaknya (besan),
⚫anak dari istri bapaknya (anak tiri bapaknya atau
dengan kata lain saudara tirinya),
17
⚫ibu dari istri bapaknya (mertua ayahnya),
⚫ ibu dari anak susuan-nya,
⚫ saudara perempuan dari anak susuan-nya,
⚫ bibi dari anak susuan,
⚫ istri dari ayah susuan,
⚫anak dari paman dan bibi (sepupu),
⚫ istri dari paman.

🍀Dengan demikian semua golongan di atas tidak


dapat saling melihat aurat, bersentuhan dan bepergian,
bahkan boleh untuk dinikahi.

🔰8. Diantara yang tidak termasuk al-Muharramat bagi


perempuan adalah:
⚫anak dari suami anak perempuan-nya (anak tiri dari
anak perempuan-nya),
⚫ayah dari suami anak perempuan-nya (besan),
⚫anak dari suami ibunya (saudara tirinya),
⚫ayah dari suami ibunya (ayah mertua ibunya),
⚫ayah dari anak susuan-nya,
⚫saudara dari anak susuan-nya,
⚫paman dari anak susuan-nya,
⚫anak dari paman dan bibi (sepupu),
⚫suami dari paman.
18
🔰Dengan demikian semua golongan di atas tidak dapat
saling melihat aurat, bersentuhan dan bepergian,
bahkan boleh untuk dinikahi.

📚Mohon koreksi jika ada kekeliruan.


✏Disarikan dari kitab ‫( الجواهر السينامبيلة‬al-Jawahir al-
Sinambela) karya Ust. Faruq Sinambela dan
diterjemahkan oleh Ust. Rudy Fachruddin.

19

Anda mungkin juga menyukai