al-Jawahir al-Sinambiliyah
[Tentang Mahram dalam Madzhab Syafi’i
1
📎-Mahram menurut mazhab Syafi’iy
2
kita akan menjelaskan tentang batas-batasan mahram
menurut mazhab Syafi’iy.
8
🍉Berkaitan dengan Mahram Mua’qqat bagi
perempuan tidak perlu disebutkan tentang larangan
memilki iktana pernikahansecara berbarengan,
mengingat seorang perempuan memang tidak dapat
memiliki ikatan pernikahan dengan lebih dari satu
orang dalam satu waktu pada keadaan apapun.yait
9
⚫c. dan ( صاحب اللبنShahib al-Labn) yaitu suami dari
ibu yang menyusui, dimana air susu dari si ibu keluar
dari hasil hubungan intim dari suami tersebut, oleh
karena itu suaminya disebut dengan “pemilik air susu”
karena memang sejatinya air susu tersebut keluar
melalui hubungan badan dengan dirinya sebelumnya.
10
🔰4. Dari pihak Shahib al-Labn (ayah susu atau suami
ibu susu)yang menjadi mahram sama seperti ketentuan
yang berlaku pada pihak al-Murdhi'.
🔰5. Istri dari anak susu tidak halal bagi ayah susu,
begitu juga suami dari anak susu tidak halal bagi ibu
susu.
11
laki yang sama yaitu suami dari ibu susu tersebut. Maka
kalian berdua adalah saudara sepersusuan.
12
⚫g. Anak susuan dari ibu nasab-mu, yaitu: seseorang
yang menyusu dari ibu mu tetapi Shahib al-Labn-nya
bukan ayahmu, maka I adalah saudara sepersusuan
yang seibu saja.
14
Bagian ke 3: Mahram Mushaharah
15
🔰3. Empat golongan mahram Mushaharah bagi laki-
laki di atas berlaku baik dari jalur nasab maupun jalur
Radha’. Maksudnya ibu dari istri itu menjadi mahram,
hal ini berlaku bagi ibu nasabnya maupun ibu
radha’nya. Begitu pula dengan anak perempuan istri,
baik anak nasabnya maupun anak radha’nya. Istri dari
ayah juga menjadi mahram baik ayah nasab kita
maupun ayah radha’ kita. Istri dari anak juga menjadi
mahram, baik anak nasab kita maupun anak radha’.
16
suami adalah mahram, baik ayah nasab dari suami
maupun ayah radha’nya, begitu juga seterusnya.
19