Anda di halaman 1dari 4

Nama : Nurfadillah

Nim : 10300119087
Kelas : PMH-C
Mata Kuliah : Ta’arud Al-adillah

RESUME

Ta‟arud aladillah menurut arti bahasa adalah pertentangan satu dengan yang lainnya.
Sementara kata Al-Adillah adalah bentuk plural dan kata dalil, yang berarti argument, alasan dan
dalil.

Sedangkan secara istilah Ta‟arud aladillah diartikan sebagai perlawanan antara kandungan
salah satu dari dua dalil yang sama derajatnya dengan kandungan dalil lain. Sehingga dalam
implikasinya kedua dalil yang berlawanan tersebut tidak mungkin dipakai pada satu waktu.
Perlawanan itu dapat terjadi antara ayat Al-Quran dengan Al-Quran yang lain, Hadist Mutawatir
dengan Hadist Mutawatir yang lain, Hadist Ahad dengan Hadist Ahad yang lain. Sebaliknya
perlawanan tersebut tidak akan terjadi apabila kedua dalil tersebut berbeda kekuatannya, karena
pada hakikatnya dalil yang lebih kuatlah yang diamalkan.

Macam-macam Ta‟arud aladillah yaitu :

1) Ta‟arud antara Al-Quran dengan Al-Quran


2) Ta‟arud antara Sunnah dengan Sunnah
3) Ta‟arud antara Sunnah dengan Qiyas
4) Ta‟arud antara Qiyas

A. Penyelesaian Ta’arud Aladillah dalam Mazhab Syafi’I dan Mazhab Hambali


 Menurut Syafi’iyah
Menurut Syafi‟iyah, apabila terjadi pertentangan antara dua qiyas maka yang dilakukan
seorang mujtahid adalah men-tarjih salah satu qiyas. Kemudian apabila terjadi
pertentangan atau ta‟arud antara dua nash dalam pandangan seorang mujtahid menurut
madzhab Syafi‟iyah, malikiyah, Hanabilah, dan Zhahiriyah wajib bagi mujtahid untuk
melakukan pembahasan dan berijtihad sesuai dengan tahapan-tahapan berikut ini secara
tertib.
1. Al-Jam‟u wa al-Taufiq
Menurut aliran Syafi‟iyah cara pertama untuk menyelesaikan dua dalil yang bertentangan
adalah dengan mengompromikan kedua dalil tersebut. Ketika memungkinkan untuk
mengompromikan, maka sudah seharusnya keduanya diamalkan dan tidak boleh men-
tarjih salah satu antara keduanya. Argumentasi mereka adalah bahwa mengamalkan dua
dalil yang bertentangan lebih utama daripada mendisfungsikan salah satu dalil secara
keseluruhan. Tarjih
2. Nasakh
Ketika cara tarjih tidak dapat memberikan jawaban atas ta‟arud baina al-adillah, maka
melangkah pada nasakh. Yakni membatalkan hukum yang terkandung dalam dalil yang
terdahulu dan mengamalkan hukum pada dalil yang turun kemudian.
3. Tatsaqut al-Dalilain
Langkah terakhir yang ditempuh apabila seorang mujtahid merasa kesulitan
menyelesaikan pertentangan antar dalil ialah Tatsaqut al-dalilain. Yakni meninggalkan
dalil-dalil yang bertentangan dan beralih pada dalil yang lebih rendah derajatnya.

 Menurut Hanafiyah
1. Nasakh
Dari metode ini, seorang mujtahid harus melacak sejarah dari kedua nash, dan ketika
sudah diketahui mana yang lebih dahulu datang dan mana yang datang kemudian, maka
nash yang datang kemudian hukumnya menasakh yang terdahulu.
2. Tarjih
Tarjih adalah menguatkan salah satu dalil dari dua dalil yang bertentangan berdasarkan
beberapa qorinah yang mendukung ketetapan tersebut.
3. Al-Jam wa al-Taufiq
Al-jam‟u wa al-taufiq yaitu mengompromikan dalil-dalil yang bertentangan setelah
mengumpulkan keduanya, hal ini berdasarkan kaidah “mengamalkan kedua dalil lebih
baik daripada meninggalkan atau mengabaikan dalil yang lain”.
4. Tasaqut al-Dalilain
Tasaqut al-dalilain adalah langkah terakhir mujtahid yang berarti menggugurkan kedua
dalil yang bertentangan dan mencari yang lebih rendah. Hal ini ditempuh apabila tidak
bisa menggunakan ketiga cara diatas.
B. Lafadz Amm Khash
a. Pengertian Lafadz’ Amm dan Khash
Al-„am secara etimologi berarti merata atau yang umum. Sedangkan secara terminologi
atau istilah Muhammad Adib Saleh mendefinisikan bahwa Al-Am adalah lafal yang
diciptakan untuk pengertian umum sesuai dengan pengertian tiap lafal itu sendiri tanpa di
batasi dengan jumlah tertentu. Sedangkan Lafadz Khas ialah lafadz yang dilalahnya
berlaku bagi seseorang yang namanya disebutkan seperti Muhammad atau seseorang yang
disebutkan jenisnya umpamanya seorang lelaki atau beberapa orang tertentu seperti tiga
orang, sepuluh orang, seratus orang, sekelompok orang. , lafadz khaas adalah lafadz yang
merupakan kebalikan dari lafadz „am yaitu tidak hanya menghabiskan semua apa
yangpantas baginya tanpa ada pembatasan.

b. Macam-macam lafadz amm dan khash


 Macam-macam lafadz‟ Amm
Lafal kulun, jamiun, kaffah,ma‟syar (seluruhnya). Masing-masing lafal tersebut
meliputi segala yang menjadi mudhaf ilaihi dari lafal-lafal itu.
 Macam-macam lafadz‟ Khash
Mukhassis ada 2 macam yaitu mukhassis muttashil dan mukhassis munfashil:
1. Mukhassis Muttashil Yaitu lafadz yang tidak berdiri sendiri, yaitu maknanya
bersangkutan dengan lafadz sebelumnya.
2. Mukhassis munfashil Yaitu lafadz yang berdiri sendiri, terpisah dari dalil yang
memberikan pengertian umum.

c. Dilalah lafadz’ Amm dan Khash


 Dilalah lafadz‟ Amm

Artinya : “apabila am dating karena sebab khas, mmaka yang dianggap adalah
umumnya lafal, bukan khususnya sebab.”
Hal tersebut karena perintah ibadah kepada seluruh hamba Allah hanya dengan
lafal yang dating dari syar‟i, padahal lafal ini umum. Jika menjumpai suatu hadist Nabi
SAW yang merupakan jawaban atas suatu pertanyaan tiba-tiba kita lihat bahwa itu
menggunakan perkataan (lafal) yang memberikan pengertian umum maka kita tidak
usah mengembalikan pada sebab timbulnya hadis tersebut.
 Dialah lafadz‟ Khash
Lafadz khas ditemui dalam nash diartikan sesuai dengan arti sebenarnya, selama tidak
ditemukan dalil yang memalingkannya pada arti lain. Contohnya, hukuman yang
dijatuhkan kepada orang yang menuduh berbuat zina adalah delapan puluh kali jera.
Tidak boleh lebih dan tidak boleh kurang. Namun apabila ditemukan dalil yang dapat
memalingkan arti lain.maka hukuman tersebut dilaksanakan sesuai dengan dilalah dari
arti bukti itu.
C. Mutlaq dan Muqayyad
a. Pengertian Mutlaq dan Muqayyad
Mutlaq adalah lafadz-lafaz yang menunjukkan suatu hakekat tanpa ada batasan (qayid)
tertentu. Sedangkan muqayyad adalah lafadzlafaz yang menunjukkan suatu hakekat
dengan ada batasan (qayid) tertentu.

b. Pembagian Lafadz Mutlaq dan Muqayyad


1. Sebab dan hukumnya sama
Dalam hal ini mutlaq harus ditarik pada yang muqayyad, artinya muqayyad menjadi
penjelasan mutlaq. Seperti “puasa” untuk kaffarah sumpah. Lafadz itu dalam qiraah
mutawatir yang terdapat dalam mushaf diungkapkan secara mutlaq.
2. Sebab sama namun hukum berbeda
Dalam hal ini masing-masing mutlaq dan muqayyad tetap pada tempatnya sendiri. Ayat
yang muqayyad tidak bisa menjadi penjelas hadits yang mutlaq, karena berbeda hukum
yang dibicarakan yaitu wudhu dan tayamum meskipun sebabnya sama yaitu hendak
shalat atau karena hadats.
3. Sebab berbeda namun hukum sama
 Menurut golongan Syafi‟i, mutlaq dibawa kepada muqayyad.
 Menurut golongan Hanafi dan Makiyah, mutlaq tetap pada tempatnya sendiri, tidak
dibawa kepada muqayyad.
4. Sebab dan hukum berbeda
Dalam hal inimasing-masing mutlaq dan muqayyad tetap pada tempatnya sendiri.
Muqayyad tidak menjelaskan mutlaq. Ayat yang muqayyad tidak bisa menjadi penjelas
yang mutlaq, karena berlainan sebab yaitu hendak shalat dan pencurian dan berlainan
pula dalam hukum yaitu wudhu dan potong tangan.

c. Contoh lafadz Mutlaq dan Muqayyad


 Contoh Mutlaq dalam firman Allah,

“Maka (wajib atasnya) memerdekaan seorang hamba sahaya.” (Qs. Mujadalah: 3).

 Contoh Muqayyad dalam firman Allah,

“Maka hendaklah pembunuh itu memerdekakan budak yang beriman.” (Qs. An-Nisa‟: 92)

Anda mungkin juga menyukai