Anda di halaman 1dari 15

Nasakh, Nasikh dan

Mansukh
Kelompok 5 (Lima)

‫مرحبا‬
1. Dellas Akhmeidi
2. Fania Wulandari
(12270321355)
(12270321061)
‫مرحبا‬
3. Saskia Amanda (12270322675)
Contoh Nasakh dan Mansuk
Pengertian Nasakh, Nasikh
dan Mansukh

01 02
Persamaan dan perbedaan
Nasakh & Takhsis
Cara mengetahui Nasakh,
Mansukh &
Rumusan 03
04
urgensinya
Masalah
Macam-macam Nasakh &
Pendapat ulama tentang 05 06 jenisnya
Nasakh dan hikmahnya
Pengertian Nasakh, Nasikh dan Mansukh
Penertian Nasakh
Menurut bahasa, kata nasakh mempunyai beberapa macam arti, sebagai berikut:
1) Menghapus/ meniadakan (Al-Izalah Wal I’daam).
2) Memindahkan sesuatu yang tetap sama (At-Tahwill Ma’a Baqaa’ihi fi Nafsihi).
3) Menyalin/ mengutip (An-Naqlu Min Kitaabin IIaa Kitaabin).

Menurut Istilah Nasakh adalah mengubah sesuatu ketentuan/ hukum, dengan cara membatalkan
ketentuan hukum yang ada, diganti dengan hukum baru yang lain ketentuannya.

Pengertian Nasikh
Hampir sama dengan pengertian nasakh menurut bahasa seperti yang diterangkan diatas. Bedanya,
nasakh itu kata masdar, sedangakan nasikh ini isim fa‟il, sehingga berarti pelakunya. Nasikh itu
ialah Allah SWT, bahwa sebenarnya yang menghapus dan menggantikan hukum syarak itu ialah
Allah SWT, tidak ada yang lain.
Pengertian Nasakh, Nasikh dan Mansukh
Pengertian Mansukh

Mansukh menurut bahasa, berarti sesuatu yang dihapus/ dihilangkan/ dipindah ataupun
disalin. Sedangkan menurut istilah menurut istilah para ulama, mansukh ialah hukum syarak
yang diambil dari dalil syarak yang pertama, yang belum diubah dengan dibatalkan dan
diganti dengan hukum dari dalil syarak baru yang datang kemudian.

Tegasnya, dalam mansukh itu adalah berupa ketentuan hukum syarak pertama yang telah
diubah dan diganti dengan yang baru, karena adanya perubahan situasi dan kondisi yang
menghendaki perubahan dan penggantian hukum tadi.
Contoh Nasakh
• Contoh nasakh dalam Al-Quran adalah Ayat Rajam (hukuman rajam bagi penzina),
yang semula ada dalam Al-Quran tetapi dihapus dan tidak lagi berlaku. Ayat ini
dianggap "mansukh" oleh mayoritas ulama Islam, dan hukuman penzina saat ini diatur
berdasarkan hadis dan fatwa.

• Ayat mengenai minuman keras dalam Al-Quran adalah contoh lainnya. Awalnya,
Al-Quran melarang minuman keras secara bertahap, tetapi kemudian ayat-ayat yang
lebih tegas yang melarangnya sepenuhnya dianggap "mansukh," sehingga penggunaan
alkohol dinyatakan sebagai haram.

• Ayat yang mengatur hukuman pencurian dalam Al-Quran juga


mengalaminasakh.Awalnya, tangan pencuri harus dipotong, tetapi kemudian ayat-ayat
yang lebih rinci mengenai hukuman pencurian dianggap menggantikan aturan asal.
Persamaan dan perbedaan Nasakh & Takhsis
● Takhsis menjelaskan bahwa apa yang keluar dari keumuman suatu lafaz tidak
dimaksudkan untuk memberi petunjuk dengan lafaz itu. Sedangkan naskh menjelaskan
bahwa apa yang keluar dari keumuman suatu lafaz tidak bermaksud menciptakan beban
hukum meskipun dari segi lafaznya menunjukkan demikian.

● Takhsis tidak berlaku pada perintah yang hanya mengandung satu perintah, sedangkan
nasakh berlaku terhadap perintah yang mengandung satu perintah.

● Nasakh tidak dapat terjadi kecuali dengan khitab dari pembuat hukum, sedangkan
takhsis bias dilakukan dengan dalil aqli dan naqli.

● Nasakh datangnya kemudian dari mansukh berbeda halnya dengan takhsis datang boleh
dahulu atau kemudian dari yang ditakhsiskan.
Persamaan dan perbedaan Nasakh &
Takhsis
● Takhsis tidak mengeluarkan dalil umum dari kebolehan berhujjah dengannya dalam
masa kemudian, karena dalil umum itu diamalkan dan berdaya hukum diluar apa yang
telah ditetapkan secara khusus. Sedangkan pada nasakh terkadang mengeluarkan
hukum dari dalil yang telah dinasakhkan itu dalam hal penggunaannya untuk masa
kemudian secara keseluruhan yaitu pada saat datangnya nasakh.

● Takhsis boleh dengan qiyas, sedangkan nasakh tidak boleh.

● Nasakh mengangkatkan hukum setelah ditetapkan sedangkan yang dikeluarkan pada


takhsis dan tidak diberlakukan lagi dari lafaz umum adalah hukum yang belum pernah
berlaku sama sekali.
Urgensi Nasakh Seperti yang dijelaskan oleh Imam Ibnu Abdil Bar, bahwa
karena adanya naskh maka tidak seluruh ilmu yang ada itu diwajibkan bagi ulama
dan umat Islam untuk dikerjakan. Kaum muslim memiliki kewajiban untuk
mengetahui nasikh wa al-mansukh dan setelah mengerti, kita diwajibkan untuk
mengamalkan ayat nasikh atau ayat yang mengganti dan tidak diwajibkan untuk
mengamalkan ayat mansukh atau ayat yang diganti. Dengan begitu kita tidak akan
mengerjakan apa yang tidak lagi diperintahkan ataupun mengabaikan apa yang telah
Allah perintahkan
Pendapat ulama tentang Nasakh
Orang Yahudi. Mereka tidak mengakui adanya nasakh merinci lebih lanjut bahwa terdapat dua
pendapat dikalangan Yahudi. Satu kelompok tidak menerima kemungkinan nasakh secara akal.
Mereka beralasan bahwa perintah untuk melakukan sesuatu menunjukkan baiknya sesuatu yang
diperintah itu dan larangan tentang sesuatu menunjukkan buruknya sesuatu yang dilarang itu.
Sesuatu tidak dapat dikatakan baik atau bruk. Pendapat yang membolehkan nasakh berarti pendapat
yang membolehkan bada', sedangkan bada' tidak layak menjadi sifat Allah. Kelompokm kedua tidak
mengakui adanya nasakh karena nasakh itu mengandung konsep bada' yaitu nampak jelas setelah
kabur. Maksudnya adalah nasakh itu adakalanya tanpa hikmah dan ini mustahil bagi Allah. Dan
adakalanya sesuatu hikmah yang sebelumnya tidak nampak. Ini berarti terdapat suatu kejelasan yang
didahului oleh ketidakjelasan. Dan inipun mustahil pula bagi-Nya.
Pendapat ulama tentang Nasakh
Abu Muslim al-Asfahani. Menurutnya secara logika nasakh dapat saja terjadi, tetapi tidak mungkin
terjadi menurut syara'. Ia menolak adanya nasakh dalam al-Qur'an dengan mengemukakan beberapa
alasan:
• Nasakh adalah suatu pembatalan hukum. Jika di antara hukum-hukum yang terkandung dalam al-
Qur'an ada yang dinasakh, berarti ada ayat-ayat al-Qur'an yang dibatalkan.
• Hukum-hukum yang terkandung dalam al-Qur'an adalah syari'at yang bersifat abadi, yang berlaku
hingga hari kiamat.
• Kebanyakan hukum yang terkandung dalam al-Qur'an bersifat kulli dan umum bukan bersifat juz'I
dan khusus.

Jumhur Ulama, berpendapat adanya nasakh dalam al-Qur'an. Dalil yang dipakai adalah: Perbuatan-
perbuatan Allah tidak bergantung pada alasan dan tujuan. Ia boleh saja memerintahkan sesuatu pada suatu
waktu dan melarangnya pada waktu yang lain. Karena hanya dialah byang lebih mengetahui kepentingan
hamba-hamba-Nya.
Hikmah Nasakh, Adapun hikmah yang terdapat pada Nasakh adalah sebagai
berikut:

1. Mengukuhkan keberadaan Allah, bahwa Allah takkan pernah terikat dengan ketentuan-
ketentuan yang sesuai dengan logika manusia.
2. Dengan nasakh dan mansukh ini diharapkan pula kita akan mempunyai prediksi dan
pengertian bahwa Allah itu memang adalah zat yang Maha Bijak, Maha Kasih, Maha
Sayang, bahkan ‚al-Hamal Rahimin‚ yaitu lebih kasih dari pada yang berhati kasih dan
lebih sayang dari pada siapa saja yang berhati sayang.
3. Memelihara ke-maslahatan hamba.
4. Perkembangan tashri‟ menuju tingkat sempurna sesuai dengan perkembangan dakwah
dan kondisi umat Islam.
Macam-macam Nasakh & jenisnya.
Menurut al-Zarkashi, ada tiga macam nasakh, khususnya dari segi tilawah (bacaan) dan hukumnya.

1) Nasakh dari segi bacaan dan hukumnya sekaligus.


yaitu bacaan dan tulisan ayatnya pun tidak ada lagi termasuk hukum, ajarannya telah terhapus dan diganti dengan
hukum yang baru. Misalnya penghapusan ayat tentang keharaman kawin dengan saudara satu susuan karena
samasama menyusui kepada seorang ibu dengan sepuluh kali susuan dengan lima kali susuan saja.

2) Nasakh hukumnya tanpa menasakh bacaannya.


yaitu tulisan dan bacaannya tetap ada dan boleh dibaca sedangkan isi hukumnya sudah dihapus atau tidak boleh
diamalkan. Misalnya pada surat alBaqarah ayat 240 tentang istri-istri yang dicerai suaminya harus ber‟iddah selama
satu tahun dan masih berhak mendapatkan nafkah dan tempat tinggal selama „iddah satu tahun.

3) Menasakh bacaan ayat tanpa menasakh hukumnya.


Yaitu tulisan ayatnya sudah dihapus sedangkan hukumnya masih tetap berlaku.
4) Nasakh dengan pengganti dan tanpa pengganti.
Secara umum, bahwa adanya nasakh ini menunjukkan bahwa syariat Islam merupakan syariat paling
sempurna yang menasakh syariat yang datang sebelumnya. Karena syariat Islam berlaku untuk semua situasi
dan kondisi, maka adanya nasakh berfungsi untuk menjaga kemaslahatan umat.

5) Nasakh tanpa pengganti.


Terkadang ada nasakh terhadap suatu hukum tetapi tidak ditentukan hukum lain sebagai pennggantinya,
selain bahwa ketentuan hukumnya sudah berubah.

6) Nasakh dengan pengganti yang seimbang.


Nasakh disamping menghapuskan suatu ketentuan juga menentukan hukum baru sebagai penggantinya.
Penggantinya itu sering seimbang atau sama dengan ketentuan yang dihapusnya. Misalnya nasakh dari sholat
menghadap ke Bayt alMuqaddas yang beralih menghadap ke Bayt alHaram (Ka‟bah).

7) Nasakh dengan pengganti yang lebih berat,


Misalnya penghapusan hukuman penahan di rumah (terhadap wanita yang berzina).

8) Nasakh dengan pengganti yang lebih ringan.


Jenis Jenis Nasakh
4. Nasakh Sunnah dengan Sunnah Nasakh ini pada hakikatnya adalah hukum yang ditetapkan berdasarkan
sunnah dinasakh dengan dalil sunnah pula. Contoh tentang ziarah kubur yang sebelumnya dilarang oleh
Rasulullah saw, kemudian setelah itu Rasulullah malah menganjurkannya.
Syukron….

Anda mungkin juga menyukai