Anda di halaman 1dari 2

Nama; Icksan Abiyasa Hermawan

NIM; 21030802221024
Prodi; Pendidikan Agama Islam
Kelas; A.1
Mata kuliah; Ulumul Qur’an
Nama Dosen; Dr. Ahmad Sukandar, M.MPd.

RESUME NASIKH MANSUKH

A. Definisi Nasikh Mansukh

Kata nasikh dan mansukh adalah bentuk modifikasi dari kata naskh, kata
itu dalam bentuk masdar, dari bentuk kata kerja lampau (fi'il madli) nasakha.
Dari sisi lain kata Nasakh sendiri memiliki beberapa makna yaitu:
• Menghilangkan (al-Izalah)
• Menggantikan ( at-Tabdil)
• Peralihan (at-tahwil)
• Pemindahan (al-naql)

Dari pengertian naskh di atas, terlihat bahwa naskh memiliki banyak arti
yang berbeda, yaitu membatalkan, menghapus, membuang, mengarahkan, dll.
Di antara sekian banyak definisi, bagaimanapun, menurut ahli bahasa tarjih,
definisi naskh lebih dekat dengan fakta bahwa nasakh dalam arti al-izalah
(mengangkat sesuatu dan meletakkan sesuatu yang lain pada tempatnya),
pikirannya
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa naskh dalam istilah adalah
ketentuan hukum kemudian, dimaksudkan untuk membatalkan atau mencabut
atau menyatakan berakhirnya masa berlaku hukum sebelumnya, sehingga
ketentuan yang berlaku adalah yang ditentukan kemudian

Sedangkan, Mansuhk menurut bahasa ialah sesuatu yang di hapus atau


dihilangkan atau dipindah atau disalin atau dinukil. Sedangkan menurut istilah
para ulama’ ialah hukum syara’ yang diambil dari dalil syara’ yang sama, yang
belum diubah dengan di batalkan dan diganti dengan hukum syara’ yang baru
yang datang kemudian.
Adapun hukum yang dibatalkan disebut mansukh, sedangkan hukum yang
membatalkan disebut nasikh. Al-nasikh dapat bermakna pembatalan terhadap
sesuatu yang telah terjadi sebelumnya, sementara al-mansukh bermakna sesuatu
yang telah terjadi dibatalkan karena adanya yang dibatalkan (al-nasikh).
B. Pembagian Nasikh dan Mansukh

Adapun pembagian Nasikh dan Mansukh diantara lain yaitu:


1.) Nasakh Al-Qur’an dengan Al-Qur’an
2.) Nasakh Al-Qur’an dengan Sunnah
3.) Nasakh Sunnah dengan Sunnah
4.) Nasakh Sunnah dengan Al Qur’an
Namun nasakh seperti itu pun ditolak oleh Imam Syafi’i sebagaimana
dikutip Manna’ Alqatthan dari Al Itqan, menurut Imam Syafi’I, apa saja
yang ditetapkan sunnah tentu didukung oleh Al-Qur’an dan apa saja yang
ditetapkan Al-Qur’an tentu didukung pula oleh sunnah. Hal tersebut
menurut beliau antara Kitab dengan sunnah harus senantiasa sejalan dan
tidak bertentangan.

C. Syarat Nasikh Mansukh


• Hukum mansukh adalah hukum syara’
• Dalil penghapusan hukum tersebut adalah khitab syar’i yang datang lebih
kemudian dari khitab yang hukumnya Mansukh
• Khitab yang dihapuskan atau diangkat hukumnya tidak terikat (dibatasi)
dengan waktu tertentu. Sebab jika tidak demikian maka hukum akan
berakhir dengan berakhirnya waktu tersebut. Yang demikian tidak
dinamakan nasakh.

D. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang disajikan di atas, dia dapat


kesimpulannya adalah sebagai berikut:
Pertama, Naskh memiliki dua hal yaitu nasikh dan mansukh.
Nasikh adalah sesuatu yang membatalkan hal-hal lain, sedangkan
Mansukh adalah sesuatu yang dibatalkan oleh hal-hal lain.
Kedua, nasikh adalah ketentuan hukum kemudian yang
membatalkan atau mencabut atau menyatakan berakhirnya masa
hukum sebelumnya, sehingga istilah yang berlaku adalah ketentuan
yang telah ditetapkan secara final.
Ketiga, para ulama berbeda pendapat tentang keberadaan nasikh
dalam Al-Qur'an. Dan faktor yang paling mendasar dalam perbedaan
ini adalah perbedaan penafsiran kata “ayat” dalam dua ayat yang
menegaskan nasikh, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Di sisi
lain, banyak juga pelajaran yang bisa kita petik dari mengenal teks-
teks tersebut.

Anda mungkin juga menyukai