Anda di halaman 1dari 2

Nama : Zulfa Fitratul Aufa

Nim : 215551119
Prodi : Studi Islam Interdisipliner

Rangkuman Ulumul Qur’an


Tema : Ilmu Nasakh Dan Mansukh
Dalam bidang ibadah dan mu’amalah, prinsip dasar umumnya sama yaitu bertujuan
untuk membersihkan jiwa dan memelihara keselamatan masyarakat dan mengikatnya
dengan ikatan kerjasama dan persaudaraan. Akan tetapi tuntutan dan kebutuhan antara
umat yang satu dengan yang lainnya tidak sama, hal ini dikarenakan perjalanan dakwah dan
taraf pertumbuhan serta pembentukan yang tidak sama . begitu pula hikmah al-tashri’ pada
suatu periode akan berbeda dengan periode yang lain. Tetapi tidak diragukan lagi bahwa
pembuat shari’at adalah Allah SWT yang rahmat dan ilmu-Nya meliputi segala sesuatu
begitu pula terhadap otoritas perintah dan larangan-Nya. Oleh karena itu sangatlah wajar
jika kemudian Allah menghapuskan suatu shari’at dengan shari’at yang lain demi menjaga
kemaslahatan para hamba berdasarkan pengetahuan-NYA.
Nasash itu memiliki arti banyak yaitu mengilangkan, mengangkat, mengganti atau
memindah satu hukum syara’ kepada hukum syara’ yang lain, maksudnya ketika ada suatu
hukum yang pada saat itu di gunakan lalu di kemudian tahun hukum itu diganti dengan yang
baru dengan tujuan untuk kemaslahatan masyarakat contoh pada awalnya hukum ziarah
kubur itu tidak boleh karna pada masa itu islam belum kuat jadi dikhawatirkan nanti malah
menyembah kepada kuburan, nah ketika umat islam mulai kuat digantilah hukum ziarah
kubur menjadi boleh, karna umat islam sudah kuat jadi tidak dikhawatirkan umat islam
malah menyembah kuburan .
Para ulama sepakat tentang tidak ditemukannya ikhtilaf dalam arti kontradiksi dalam
kandungan ayat-ayat Alquran. Dalam menghadapi ayat-ayat yang sepintas lalu dinilai
memiliki gejala kontradiksi, mereka mengkompromikannya. Pengkompromian tersebut
ditempuh oleh satu pihak tanpa menyatakan adanya ayat yang telah dibatalkan, dihapus
atau tidak berlaku lagi, dan ada pula yang menyatakan bahwa ayat yang turun kemudian
telah membatalkan kandungan ayat sebelumnya, akibat perubahan kondisi sosial. Apapun
cara rekonsiliasi tersebut, pada akhirnya mereka sependapat bahwa tidak ada kontradiksi
dalam ayat-ayat Alquran. Karena disepakati bahwa syarat kontradiksi antara lain, adalah
persamaan subjek, objek, waktu, syarat, dan lain-lain.
Dalam memansukhkan hukum syara’ tentu memiliki ketentuan khusus atau syarat
khusus yaitu yang pertama hukum yang mansukh juga harus merupakan hukum syara’
kemudian yang kedua dalil yang mansukh juga harus termasuk khitab syar’i atau dalil-dalil
hukum yang syar’i kemudian yang ketiga khitab/dalil yang dihapus hukumnya tidak terikat
waktu tertentu.
Jenis – jenis nasakh yaitu 1). Nasakh alqur’an dengan alqur’an 2). Nasakh alqur’an
dengan hadist atau sunnah 3). Nasakh hadist atau sunnah dengan alqur’an 4). Nasakh
sunnah dengan sunnah nah untuk yang nasakh sunnah dengan sunnah ada empat bentuk,
yang pertama sunnah yang di nasakh termasuk sunnah mutawatir yang di mansukh dengan
mutawatir yang kedua sunnah yang nasakh adalah sunnah ahad yang di mansukh dengan
ahad yang ketiga sunnah yang dinasakh adalah sunnah ahad yang di mansukh dengan
sunnah mutawatir yang ke empat sunnah yang dimansukh adalah sunnah mutawatir yang di
mansukh dengan sunnah ahad, untuk bentuk satu, dua dan tiga itu di bolehkan tapi untuk
bentuk ke empat itu masih beda pendapat.
Macam – macam nasakh menurut alz-zarkashi ada tiga macam nasakh dari segi
tilawah { bacaan } dan hukumnya :
1). Nasakh dari segi bacaan dan hukumnya sekaligus maksudnya bacaan dan tulisan
hukum syara’nya sudah tidak ada dan di ganti dengan hukum syara’ yang lain.
2). Menghapus hukumnya tanpa menghapus bacaan nya maksudnya hukumnya
sudah dihapus tapi bacaannya masih aada seperti hukum tentang perceraian yang awalnya
iddahnya 1 tahun yand ada dalm surah albaqoroh ayat 240 kemudian di ganti dengan surah
ablbaqoroh ayat 234 yang menyebutkan iddah perceraian itu 40 hari , ayat nya masih ada
dalam alquran tapi hukum awalnya telah dihapus.
3). Menghapus bacaannya tanpa menghapus hukumnya, maksudnya tulisan atau
bacaan ayat nya telah di hapus akan tetapi hukumnya masih berlaku.
Nasakh terjadi hanya pada perintah atau larangan, baik yang diungkapan tegas dan
jelas ataupunya yang memalalui khabar atau berita yang bermakna perintah atau larangan,
bagaimana cara mengetahu nasakh dan mansukh? Tentu ada beberapa hal :
1. Keterangan perintah atau larangannya itu tegas dari nabi atau sahabat
2. Sepakat para ulama bahwa hukum yang ini nasakh dan yng itu mansukh
3. Mengetahu mana yang dahulu dan mana yang belakangan berdasarkan sejarah
Banyak hikmah yang dapat dipetik setelah mempelajari Nasakh dan Mansukh, sehingga setelah
mengetahui lebih dalam lagi maka kita makin kuat keimanan kita dan kepercayaan kita bahwa Allah
tidak akan menguji hambanya di luar batas kemampuannya.

Anda mungkin juga menyukai