0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
8 tayangan2 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang ilmu nasakh dan mansukh dalam Alquran dan hadis. Ia menjelaskan definisi nasakh yaitu menghapus atau mengganti hukum syara' yang satu dengan yang lain, contohnya perubahan hukum ziarah kubur. Dokumen ini juga menjelaskan jenis-jenis nasakh antara Alquran-Alquran, Alquran-hadis, hadis-Alquran, dan hadis-hadis. Terdapat empat bentuk nasakh hadis
Dokumen tersebut membahas tentang ilmu nasakh dan mansukh dalam Alquran dan hadis. Ia menjelaskan definisi nasakh yaitu menghapus atau mengganti hukum syara' yang satu dengan yang lain, contohnya perubahan hukum ziarah kubur. Dokumen ini juga menjelaskan jenis-jenis nasakh antara Alquran-Alquran, Alquran-hadis, hadis-Alquran, dan hadis-hadis. Terdapat empat bentuk nasakh hadis
Dokumen tersebut membahas tentang ilmu nasakh dan mansukh dalam Alquran dan hadis. Ia menjelaskan definisi nasakh yaitu menghapus atau mengganti hukum syara' yang satu dengan yang lain, contohnya perubahan hukum ziarah kubur. Dokumen ini juga menjelaskan jenis-jenis nasakh antara Alquran-Alquran, Alquran-hadis, hadis-Alquran, dan hadis-hadis. Terdapat empat bentuk nasakh hadis
Nim : 215551119 Prodi : Studi Islam Interdisipliner
Rangkuman Ulumul Qur’an
Tema : Ilmu Nasakh Dan Mansukh Dalam bidang ibadah dan mu’amalah, prinsip dasar umumnya sama yaitu bertujuan untuk membersihkan jiwa dan memelihara keselamatan masyarakat dan mengikatnya dengan ikatan kerjasama dan persaudaraan. Akan tetapi tuntutan dan kebutuhan antara umat yang satu dengan yang lainnya tidak sama, hal ini dikarenakan perjalanan dakwah dan taraf pertumbuhan serta pembentukan yang tidak sama . begitu pula hikmah al-tashri’ pada suatu periode akan berbeda dengan periode yang lain. Tetapi tidak diragukan lagi bahwa pembuat shari’at adalah Allah SWT yang rahmat dan ilmu-Nya meliputi segala sesuatu begitu pula terhadap otoritas perintah dan larangan-Nya. Oleh karena itu sangatlah wajar jika kemudian Allah menghapuskan suatu shari’at dengan shari’at yang lain demi menjaga kemaslahatan para hamba berdasarkan pengetahuan-NYA. Nasash itu memiliki arti banyak yaitu mengilangkan, mengangkat, mengganti atau memindah satu hukum syara’ kepada hukum syara’ yang lain, maksudnya ketika ada suatu hukum yang pada saat itu di gunakan lalu di kemudian tahun hukum itu diganti dengan yang baru dengan tujuan untuk kemaslahatan masyarakat contoh pada awalnya hukum ziarah kubur itu tidak boleh karna pada masa itu islam belum kuat jadi dikhawatirkan nanti malah menyembah kepada kuburan, nah ketika umat islam mulai kuat digantilah hukum ziarah kubur menjadi boleh, karna umat islam sudah kuat jadi tidak dikhawatirkan umat islam malah menyembah kuburan . Para ulama sepakat tentang tidak ditemukannya ikhtilaf dalam arti kontradiksi dalam kandungan ayat-ayat Alquran. Dalam menghadapi ayat-ayat yang sepintas lalu dinilai memiliki gejala kontradiksi, mereka mengkompromikannya. Pengkompromian tersebut ditempuh oleh satu pihak tanpa menyatakan adanya ayat yang telah dibatalkan, dihapus atau tidak berlaku lagi, dan ada pula yang menyatakan bahwa ayat yang turun kemudian telah membatalkan kandungan ayat sebelumnya, akibat perubahan kondisi sosial. Apapun cara rekonsiliasi tersebut, pada akhirnya mereka sependapat bahwa tidak ada kontradiksi dalam ayat-ayat Alquran. Karena disepakati bahwa syarat kontradiksi antara lain, adalah persamaan subjek, objek, waktu, syarat, dan lain-lain. Dalam memansukhkan hukum syara’ tentu memiliki ketentuan khusus atau syarat khusus yaitu yang pertama hukum yang mansukh juga harus merupakan hukum syara’ kemudian yang kedua dalil yang mansukh juga harus termasuk khitab syar’i atau dalil-dalil hukum yang syar’i kemudian yang ketiga khitab/dalil yang dihapus hukumnya tidak terikat waktu tertentu. Jenis – jenis nasakh yaitu 1). Nasakh alqur’an dengan alqur’an 2). Nasakh alqur’an dengan hadist atau sunnah 3). Nasakh hadist atau sunnah dengan alqur’an 4). Nasakh sunnah dengan sunnah nah untuk yang nasakh sunnah dengan sunnah ada empat bentuk, yang pertama sunnah yang di nasakh termasuk sunnah mutawatir yang di mansukh dengan mutawatir yang kedua sunnah yang nasakh adalah sunnah ahad yang di mansukh dengan ahad yang ketiga sunnah yang dinasakh adalah sunnah ahad yang di mansukh dengan sunnah mutawatir yang ke empat sunnah yang dimansukh adalah sunnah mutawatir yang di mansukh dengan sunnah ahad, untuk bentuk satu, dua dan tiga itu di bolehkan tapi untuk bentuk ke empat itu masih beda pendapat. Macam – macam nasakh menurut alz-zarkashi ada tiga macam nasakh dari segi tilawah { bacaan } dan hukumnya : 1). Nasakh dari segi bacaan dan hukumnya sekaligus maksudnya bacaan dan tulisan hukum syara’nya sudah tidak ada dan di ganti dengan hukum syara’ yang lain. 2). Menghapus hukumnya tanpa menghapus bacaan nya maksudnya hukumnya sudah dihapus tapi bacaannya masih aada seperti hukum tentang perceraian yang awalnya iddahnya 1 tahun yand ada dalm surah albaqoroh ayat 240 kemudian di ganti dengan surah ablbaqoroh ayat 234 yang menyebutkan iddah perceraian itu 40 hari , ayat nya masih ada dalam alquran tapi hukum awalnya telah dihapus. 3). Menghapus bacaannya tanpa menghapus hukumnya, maksudnya tulisan atau bacaan ayat nya telah di hapus akan tetapi hukumnya masih berlaku. Nasakh terjadi hanya pada perintah atau larangan, baik yang diungkapan tegas dan jelas ataupunya yang memalalui khabar atau berita yang bermakna perintah atau larangan, bagaimana cara mengetahu nasakh dan mansukh? Tentu ada beberapa hal : 1. Keterangan perintah atau larangannya itu tegas dari nabi atau sahabat 2. Sepakat para ulama bahwa hukum yang ini nasakh dan yng itu mansukh 3. Mengetahu mana yang dahulu dan mana yang belakangan berdasarkan sejarah Banyak hikmah yang dapat dipetik setelah mempelajari Nasakh dan Mansukh, sehingga setelah mengetahui lebih dalam lagi maka kita makin kuat keimanan kita dan kepercayaan kita bahwa Allah tidak akan menguji hambanya di luar batas kemampuannya.