Anda di halaman 1dari 13

‫ُت‬‫ا‬ ‫َك‬ ‫ِهلل‬

‫َالَّسَالُم َعَلْيُك ْم َوَرْح َم ُة ا َو َبَر ُه‬

Nasakh
Dan
Mansukh
D is us un ol eh : K el om po k 9
Anggota Kelompok

• Resa Yuliana Putri

• Ridho Aziz Alfarezi

• Intan Sabila

01
Pembahasan

• Pengertian dan Syarat

• Ruang Lingkup

• Pembagian Nasakh

• Hikmah nya dan Contoh

02
• Pengertian Nasakh dan Mansukh

Nasakh adalah istilah yang merujuk pada pembatalan atau penghapusab hukum yang terdapat pada Al-
Qur`an dengan hukum yang baru. Dalam konteks ini, hukum yang ditulis terlebih dahulu (yang disebut
"ayat nasikh") dinyatakan tidak berlaku lagi karena dihapus atau digantikan oleh hukum baru yang ditulis
kemudian (yang disebut "ayat mansukh"). Nasakh dapat terjadi ketika ada perubahan kondisi sosial, politik, atau
kebutuhan masyarakat yang memerlukan adaptasi hukum.

Mansukh adalah istilah yang merujuk pada hukum dalam Al-Quran yang telah dibatalkan atau dinyatakan tidak
berlaku lagi. Ayat-ayat mansukh dianggap tidak lagi mengikat umat Islam dalam konteks hukum. Hukum yang
dinyatakan mansukh biasanya digantikan oleh ayat-ayat nasikh.
• Syarat Nasakh dan Mansukh
Syarat Nasakh Dan Mansukh :
1. Kewenangan Ilahi: Nasakh dan mansukh harus berasal dari keputusan Allah dalam Al-Quran. Hanya Allah yang berwenang untuk
menggantikan atau membatalkan hukum-hukum yang telah ditetapkan-Nya.
2. Keterkaitan Tematik: Nasakh dan mansukh harus memiliki keterkaitan tematik yang jelas. Artinya, hukum yang baru harus memiliki kaitan
yang kuat dengan hukum yang lama yang akan digantikan atau dibatalkan. Terdapat hubungan yang jelas antara hukum lama dan hukum baru
dalam konteks hukum tersebut.
3. Urutan Waktu: Nasakh harus ditulis atau diungkapkan setelah hukum yang hendak digantikan. Dengan kata lain, hukum baru yang menjadi
nasikh harus tercantum dalam Al-Quran setelah hukum yang menjadi mansukh. Urutan waktu ini penting untuk menentukan prioritas hukum-
hukum tersebut.
4. Kesepakatan Umat Islam: Terdapat kesepakatan di kalangan ulama dan umat Islam bahwa suatu ayat atau hukum telah menjadi nasikh dan
mansukh. Kesepakatan ini berdasarkan pemahaman, interpretasi, dan studi mendalam terhadap Al-Quran dan hadis.
• Ruang Lingkup Nasakh dan Mansukh

Ruang lingkup Nasakh dan Mansukh dalam konteks hukum Islam meliputi pembahasan tentang
pembatalan atau penggantian hukum-hukum yang terdapat dalam Al-Quran. Ini mencakup identifikasi
ayat-ayat nasikh (hukum yang menggantikan) dan ayat-ayat mansukh (hukum yang dibatalkan) serta
pemahaman mengenai prinsip-prinsip, metode, dan kriteria yang digunakan dalam menentukan nasakh dan
mansukh.
• Pembagian Nasikh

1. Al-Quran terhadap Al-Quran: Ayat dalam Al-Quran yang menjadi nasikh terhadap ayat-

ayat lain dalam Al-Quran.


2. Al-Quran terhadap Al-Sunnah: Ayat dalam Al-Quran yang menjadi nasikh terhadap
hadis-hadis dalam Al-Sunnah.
.
3. Al-Sunnah terhadap Al-Quran: Hadis-hadis dalam Al-Sunnah yang menjadi nasikh
terhadap ayat-ayat dalam Al-Quran.
• Hikmahnya Dan Contohnya

Hikmah Nasakh dan Mansukh


1. Penyesuaian dengan kondisi zaman: Nasakh dan mansukh memungkinkan hukum-hukum Islam untuk menyesuaikan
dengan perubahan kondisi sosial, politik, dan budaya yang terjadi seiring waktu. Hal ini memungkinkan fleksibilitas dan
relevansi hukum Islam dalam berbagai konteks.
2. Progresivitas dalam hukum: Nasakh dan mansukh merupakan bagian dari dinamika dan perkembangan hukum Islam.
Dengan adanya nasakh dan mansukh, hukum Islam dapat beradaptasi dan berkembang sejalan dengan kebutuhan dan
.
perubahan masyarakat.
3. Pengujian pemahaman: Nasakh dan mansukh memungkinkan untuk menguji pemahaman dan penafsiran hukum-hukum
Islam. Proses nasakh dan mansukh membutuhkan studi mendalam dan pemahaman yang cermat terhadap ayat-ayat Al-
Quran dan hadis, sehingga dapat menghasilkan pemahaman yang lebih baik tentang pesan-pesan Islam.
• Hikmahnya Dan Contohnya

Contoh Nasakh dan Mansukh:

1. Contoh Nasakh: Salah satu contoh nasakh adalah hukum minuman keras. Pada awalnya, dalam Al-Quran
terdapat ayat yang memperbolehkan minum anggur dalam jumlah yang terbatas. Namun, kemudian ayat
tersebut dibatalkan oleh ayat lain yang mengharamkan minuman keras secara menyeluruh.
2. Contoh
. Mansukh: Salah satu contoh mansukh adalah hukum tentang waris. Pada awalnya, wanita hanya
mendapatkan bagian warisan yang lebih sedikit dibandingkan dengan laki-laki. Namun, kemudian ayat-ayat
Al-Quran yang menjadi mansukh mengatur ulang pembagian waris sehingga wanita memiliki hak yang
setara dalam menerima warisan.
Kesimpulan

Nasakh adalah istilah yang merujuk pada pembatalan atau penghapusab hukum yang terdapat pada Al-Qur`an dengan hukum yang baru.Dalam konteks ini, hukum yang ditulis
terlebih dahulu (yang disebut "ayat nasikh") dinyatakan tidak berlaku lagi karena dihapus atau digantikan oleh hukum baru yang ditulis kemudian (yang disebut "ayat
mansukh").Artinya, hukum yang baru harus memiliki kaitan yang kuat dengan hukum yang lama yang akan digantikan atau dibatalkan.Terdapat hubungan yang jelas antara
hukum lama dan hukum baru dalam konteks hukum tersebut.Dengan kata lain, hukum baru yang menjadi nasikh harus tercantum dalam Al-Quran setelah hukum yang menjadi
mansukh.

Ruang lingkup Nasakh dan Mansukh dalam konteks hukum Islam meliputi pembahasan tentang pembatalan atau penggantian hukum-hukum yang terdapat dalam Al-Quran.Ini
mencakup identifikasi ayat-ayat nasikh (hukum yang menggantikan) dan ayat-ayat mansukh (hukum yang dibatalkan) serta pemahaman mengenai prinsip-prinsip, metode, dan
kriteria yang digunakan dalam menentukan nasakh dan mansukh.

Progresivitas dalam hukum: Nasakh dan mansukh merupakan bagian dari dinamika dan perkembangan hukum Islam.
Proses nasakh dan mansukh membutuhkan studi mendalam dan pemahaman yang cermat terhadap ayat-ayat Al-Quran dan hadis, sehingga dapat menghasilkan pemahaman yang
lebih baik tentang pesan-pesan Islam.
Daftar pustaka

Kamali, Mohammad Hashim. Principles of Islamic Jurisprudence. Islamic Texts Society, 2003.
Ibn Qayyim al-Jawziyya. I'lam al-Muwaqqi'in 'an Rabb al-'Alamin. Maktabah Dar al-Bayan, 2005.
Al-Zuhayli, Wahbah. Al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu. Dar al-Fikr, 2003.
Al-Sarakhsi, Abu Bakr Muhammad ibn Ahmad. Al-Mabsut. Dar al-Fikr, 2007.
Al-Zuhayli, Wahbah. Al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu. Dar al-Fikr, 2003.
Bab 5: Al-Wathā'iq al-Wāqi'ah wa Maslahat al-Nasikh wa al-Mansukh
Al-Sarakhsi, Abu Bakr Muhammad ibn Ahmad. Al-Mabsut. Dar al-Fikr, 2007.
Jilid 6: Al-Nasikh wa al-Mansukh
Al-Zuhayli, Wahbah. Al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu. Dar al-Fikr, 2003.
Bab 5: Al-Wathā'iq al-Wāqi'ah wa Maslahat al-Nasikh wa al-Mansukh
Al-Sarakhsi, Abu Bakr Muhammad ibn Ahmad. Al-Mabsut. Dar al-Fikr, 2007.
Jilid 6: Al-Nasikh wa al-Mansukh
Al-Zuhayli, Wahbah. Al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu. Dar al-Fikr, 2003.
Al-Sarakhsi, Abu Bakr Muhammad ibn Ahmad. Al-Mabsut. Dar al-Fikr, 2007.
‫‪Terima Kasih‬‬
‫ِه‬ ‫ّٰل‬
‫َوالَّس اَل ُم َعَلْيُك ْم َوَرَمْحُة ال َو َبَرَك ُتُه‬
‫ا‬

Anda mungkin juga menyukai