Pendahuluan
terdapat aturan aturan yang mengikat pada setiap antar individu maupun jama’i,
dimana aturan tersebut adalah hasil kesepakatan (Ijtima’) para ulama. Hasil
Pada dasarnya Taqnin al Ahkam adalah sebuah ikhtiar untuk memilih pendapat
yang lebih maslahat, tentang hukum di suatu negara dan waktu tertentu yang dianggap
memiliki daya maslahat yang lebih besar, demi kepentingan masyarakat secara luas.
Untuk itulah paran penguasa dalam hal ini adalah para pembuat konstitusi negara yang
mempunyai wewenang untuk membuat qonun terse but. Dalam hukum islam hal
tersebut diatur dalam ilmu siyasah Dusturiyah yakni siyasah yang mengatur hubungan
warga negara dengan lembaga negara yang satu dengan lembaga negara lainnya dalam
Dalam pembahasan ini akan di urai taqnin ditinjau dari aspek teori hukum
(Taqnin sebagai usaha untuk kepastian hukum, teori Al-Qhodhi Abu Ya’la Al-
B. Rumusan Masalah
a. Bagaimanakah taqnin ditinjau dari aspek teori hukum sebagai usaha untuk
kepastian hukum?
1
C. Tujuan Masalah
a. Untuk mengetahui taqnin ditinjau dari aspek teori hukum sebagai usaha untuk
kepastian hukum.
2
BAB II
Pembahasan
singkat pengertian tentang Taqnin, Kata Taqnin ( )تقنينialah merupakan bentuk masdar
dari ()قنّن, yang berarti bentuk undang-undang.1 Namun ada yang berpendapat kata ini
merupakan serapan dari bahasa Romawi, dari kata Conana (ejaan bahasa Arab ) قانون.
Ada juga yang berpendapat bahwa kata ini berasal dari kata Persia. Pendapat lain seperti
Sobhi Mahmanasi kata Qonun berasal dari bahasa Yunani yang kemudian masuk
menjadi bahasa arab melalui bahasa Suryani yang berarti alat Pengukur atau kaidah.
Di eropa, istilah qonun atau conan dipakai untuk gereja yang disebut pula canonik.2
Qonun kemudian diterjemahkan dalam bahasa Arabyang berarti ukuran segala sesuatu,
Adapun yang dimaksud hukum adalah sesuatu yang disampaikan oleh Allah
dikatakan oleh Ghazali dalam Mustashfa.4 Hukum Syar’i ini didapati dalam sumber
Islam yang disepakati yaitu Al-Qur’an, Hadits dan penggalian atas keduanya dengan
menggunakan akal yang diberikan Allah kepada manusia. Perbuatan yang dilingkupi
oleh syariat adalah yang berkaitan dengan hubungan dengan Allah ( )ﺣﺒﻞ ﻣن ﷲdan
1
Ahmad Warson Munawir, Kamus Al-Munawir, (Surabaya: Pustaka Progressif. 1984) hal. 1041
2
Sobhi Mahmasani, Filsafat Hukum Ialam, (Bandung: al-Maarif, 1976), h. 27
3
Ibrahim Anis, Al-Mu’jam Al-Wasith, Juz 2 h. 763.
4
Al-Ghozali, Mustafa.
3
Dengan demikian, Taqnin al-Ahkam berarti mengumpulkan hukum dan kaidah
ringkas, dan jelas dalam bentuk bab, pasal, dan atau ayat yang memiliki nomor secara
tengah masyarakat.5
Dalam konteks sekarang, menurut Mahmasani istilah qonun memiliki tiga arti
yaitu: pertama, pengertian yang sifatnya umum yaitu kumpulan aturan hukum (codex)
seperti qonun pidana Utsmani. Kedua, berarti syariat atau hukum, dan ketiga, dipakai
secara khusus untuk kaidahkaidah atau aturan yang tergolong dalam hukum muamalat
(perintah maupun larangan) yang mengatur tata tertib dalam suatu masyarakat, dan oleh
karena itu seharusnya ditaati oleh anggota masyarakat yang bersangkutan, dan
diartikan peraturan yang dibuat oleh negara. Undang-undang memiliki ciri yaitu
keputusan tertulis, dibuat oleh pejabat yang berwenang, berisi tentang aturan tingkah
5
Mustafa al-Zarqa, Al-Mudakhol al-Fiqh al-Am, Juz 1 (Bairut Dar al-Qolam, 1418 H), H, 313.
6
Shobhi ....... H, 30
7
E. Utrecht, Pengantar dalam Hukum Indonesia, (Jakarta: Ichtiar, 1957), h. 9.
8
Rosjidi Rangga Widjaja, Pengantar Ilmu perundang-undangan di Indonesia, (Bandung: Mandar Maju,
1998), H. 10
4
Dalam literatur hukum Islam pada saat sekarang, istilah dan bentuk dari hukum
Islam mengalami perkembangan, ada yang disebut fikih yakni ijtihad ulama yang
tertera dalam kitab-kitab fikih, fatwa yakni pendapat atau ketetapan ulama atau dewan
yakni aturan syara’ yang dikodifikasi oleh pemerintah yang bersifat mengikat dan
berlaku secara umum. Lahirnya Qonun dalam era moderen ini sebagai konsekwensi
dari sistem hukum yang berkembang terutama oleh karena pengaruh sistem hukum
Eropa. Atas hal ini, sebagian ulama menganggap formalisasi hukum Islam adalah
sesuatu yang penting sebagai panduan putusan hukum para hakim dalam suatu masalah
yang sama pada lembaga peradilan yang berbeda-beda. Sementara sebagian yang lain
tidak sependapat dengan taqnin al-ahkam dengan argumentasi tersendiri dari mereka.
Dalam perkembangannya, apabila taqnin atau qonun dimaknai secara luas dan
jika diambil salah satu maknanya adalah tasyri’ atau pembentukan hukum, maka
Rosulullah SAW. 10 Akan tetapi apabila qonun yang dimaksud adalah konsep
pembentukan hukum sekarang ini, yakni hukum tertulis yang bersifat mengikat,
Maka qonun dalam konsep tersebut diatas idenya baru ada dan diterapkan pada
masa Abbasiyah, dimana salah seorang sekertaris negara, Ibnu Muqaffa (w. 756
(khalifah kedua Abbasiyah) untuk meninjau kembali doktrin yang beraneka ragam,
9
Jaih Mubarok, Hukum Islam, (bandung: Benang Merah Press, 2006), h. 1
10
Deddy Ismatullah, Gagasan Pemerintahan Moderen dalam Konstitusi Madinah, (Bandung, Sahifah,
2006), hal. 45
5
kemudian mengkodifikasikan dan mengundang-undangkan keputusannya sendiri
dapat membuat aturan atau tatanan yang mengikat kekuasaan militer dan sipil, dan
secara umum pada semua masalah yang tidak ada contoh sebelumnya, tetapi
dimana telah banyak berdiri kesultanan Islam dan menjadikan hukum Islam
Belanda, sistem hukum belanda banyak mewarnai sistem hukum yang diterapkan
di indonesia.
Beberapa teori hukum Islam di Indonesia adalah teori receptie in complexu dan
teori receptie a contrario. Teori receptie in complexu dikemukakan oleh Gibb yang
mendapat dukungan dari Lodewijek Willem Cristian van den Berg (1845-1927).12
Menurut teori ini, “bagi orang Islam berlaku penuh hukum Islam sebab dia telah
Islam berlaku hukum Islam. Hukum adat baru berlaku apabila tidak bertentangan
melaksanakan syari’at islam bagi pemeluk agama Islam. Di era orde baru, sebagian
11
Josep Schcht, Pengantar Hukum Islam (terj), (Bandung Nuansa, 2010), hal. 95.
12
Juhaya S. Praja, Teori Hukum dan Aplikasinya (Bandung: Pustaka setia, 2011), Hal. 81.
6
perkawinan (UU No. 1 tahun 1974), Peraturan Pemerintah tentag wakaf (UU No.
Islam (1991). Lebih lanjut pada era reformasi, semangat qonun al-Ahkam semakin
besar baik melalui undang-undang maupun melalui peraturan daerah, dan hasilnya
Nama lengkap Al- Mawardi adalah Abu Al- Hasan Ali bin Muhammad bin Habib
Al- Bashri Al- Baghdadi. Beliau lahir di Bashra pada tahun 364 H/ 975 M dan Beliau
wafat di Baghdad pada tahun 450 H/ 1058 M.18 Panggilan al Mawardi dinisbatkan
kepada air mawar. (ma ul wardi) karena bapak dan datuknya adalah penjual air
Mawardi merupakan seorang yang ahli dalam berbagai bidang keilmuan. Beliau ahli
Sebagai ilmuan yang lahir di masa bani Abbasuyah, masa keemasan Islam, dimana
bermukim di Darb Az-Za'farani. Di sini Al- Mawardi belajar hadits dan fiqih serta
13
Hartono Marjono,Menegakkan Syari’at Islam dalam Konteks Keindonesiaan, (Bandung: Mizan, 1997),
hal. 125.
14
Taufik Abdullah, ed, Enseklopedi Tematis Dunia Islam : Pemikiran dan peradaban, Jakarta : Ichtiar
baru Van Hoeven, tanpa th, h. 276
7
berbagai kota, ia kembali ke Baghdad untuk mengajarkan ilmunya dalam beberapa
tahun. Di kota itu ia mengajarkan Hadits, menafsirkan Al-Qur'an dan menulis beberapa
kitab di berbagai disiplin ilmu. Al- Mawardi dikenal sebagai tokoh terkemuka Madzhab
Syafi’i. Beliau belajar ilmu Fikih pada seorang ulama fikih terkenal di Basrah, Syekh
Ash- Shamiri dan Syekh Abu Hamid. Ia mendalami Fikih Siyasah pada beliau.15
karya tulis sebagai khazanah keilmuan umat manusia, diantara karya-karyanya adalah:
3. Al-Hawi al-Kabir
4. Qawanin al-Wizar
5. Siyasah al-Muluk
Pemikiran hukum Abu Ya’la al-Mawardi dapat ditemukan dalam bukunya yang
Dasar penulisan kitab tersebut adalah atas permintaan khalifah pada masanya yaitu
Al-Qa’im bi Amrillah (422-467 H). Yang pada waktu itu ia menjabat sebagai qadhi al-
15
Taufik Abdullah, ed, Enseklopedi Tematis Dunia Islam : Pemikiran dan Peradaban, Jakarta: Ichtiar Baru
Van Hoeven, tt, Hal. 276
8
qudhat. Dalam beberapa kitab-kitab karya al-qhodi Al-Mawardhi lebih banyak
Mawardi berangkat dari kerangka teori hukum yang berdasarkan pada prinsip hukum
Islam. Artinya, pendekatan fikih merupakan titik tolak teori hukum Al Mawardi.16
Al-Mawardi berijtihad dan menyusun sebuah kerangka hukum tentang apa yang
harus dilakukan dalam suatu pemerintah, seperti ketentuan pokok dalam pengangkatan
seorang khalifah, tugas-tugas khalifah dan pejabat negara, dan hubungan negara dengan
rakyat.
Dalam pandangan al-Mawardi, dari segi politik negara diperlukan enam sendi
a. agama yang dianut dan dihayati sebagai kekuatan moral. Agama dapat
pengawas melekat pada hati nurani manusia, maka agama merupakan sendi
mencapai tujuan luhur; menjaga agar agama dihayati serta diamalkan; dan
16
Abdul Aziz Dahlan, Enseklopedi Hukum Islam (cet. 1; Tnt : Dar al-Fikr, 1960)
9
c. keadilan yang menyeluruh. Sebagai tujuan luhur dan paling esensial,
keadilan berkait erat dengan syarat untuk menjadi penguasa, yaitu seorang
yang adil. Keadilan bagi masyarakat adalah cermin sebuah Negara makmur
dan bermoral.
e. kesuburan bumi (tanah). Bumi yang subur menjamin kebutuhan rakyat akan
bahan pangan, pakaian dan kebuthan materi lainnya. Oleh karena itu, bumi
yang erat anatara generasi dengan generasi yang lain. Generasi yang
sekarang adalah pewaris dari generasi yang lalu, dan yang mempersiapkan
kepada umatku. Kalau misalnya tidak ada harapan orang tidak akan (payah-
payah) menanam pohon, dan seorang ibu tidak akan menyusui anaknya.”
2. Sistem Pemerintahan.
politiknya atas dasar kenyataan yang ada dan kemudian secara realistik
dipengaruhi oleh konteks politik yang berkembang pada masa hidup al-
Mawardi.
10
a. Konsep Imamah (Kepmimpinan)
seorang imam di satu pihak adalah pemimpin agama dan di pihak lain
menurut syarak atas dasar ijmak umat. Pandangannya ini didasarkan pada
Artinya:
sebagai khalifah atas dasar pemufakatan (syura) para pemuka Ansar dan
pengakuan umat (baiat). Tradisi ini tetap berlaku pada pengangkatan dan
17
Imam al-Mawardi, al-Ahkam al-Sulthaniyyah (Jakarta : Qisthi Press 2017) Cet. 2 Hal : 9
11
b. Mekanisme Pemilihan dan pengangkatan Imam.
yaitu pemilhan yang dilakukan oleh ahl al-hall wa al-aqd dan penunjukan
atau wasiat dari imam, khalifah atau raja sebelumnya. Dalam konteks ini,
(1) memiliki sikap adil; (2) memiliki ilmu pengetahuan yang mampu
imam; dan (3) memiliki wawasan yang luas dan kearifan dalam
memilih siapa yang paling tepat untuk menjadi imam dan mampu
18
Imam Al-Mawardi, al-Ahkam Al-Sulthaniyyah, hal. 17.
12
untuk berijtihad dalam masalah hukum dan pengelolaannya, (3)
sehat mental, (4) sehat fisik, (5) berwawasan luas untuk mengatur
sebagaimana disabdakan,
Muslim).
13
kekuasaannya dirampas oleh sultan atau amir yang mengakibatkan
antara ahl al-aqdi wa al-Halli atau ahl al-Ikhtiar dan imam atau kepala
kontrak sosial atau perjanjian atas dasar sukarela, satu kontrak atau
persetujuan yang melahirkan kewajiban dan hak bagi kedua belah pihak
atas dasar timbal balik. Oleh karenanya, selain berhak untuk ditaati oleh
adalah: (a) menjaga dasar-dasar agama yang telah disepakati ulama salaf,
(b) menegakkan keadilan, supaya yang kuat tidak menganiaya yang lemah
dan yang lemah tidak merasa teraniaya, (c) menegakkan hukum, supaya
agama Allah SWT dan hak-hak umat terjaga, (d) menjaga keamanan dan
umat dapat menjalankan kehidupan mereka dengan baik dan jiwa dan harta
14
Allah swt. (f) mengatur pengelolaan keuangan negara.19 Sedangkan
memberikan hak rakyat serta menunaikan hak Allah swt, maka rakyat
Nama lengkap Ibnu Khaldun adalah Waliyuddîn Abu Zaid Abdurrahmân bin
)الحضرﻣي. Beliau dilahirkan di Tunisia pada awal Ramadlan 732 H atau tanggal 27
Mei 133220 dan wafat di Kairo pada tanggal 17 Maret 1406 pada usia 73 tahun.
(Spanyol) pada abad ke-8 setelah semenanjung itu dikuasai Arab Muslim. Keluarga
ini pro-Umayyah dan selama bertahuntahun menduduki posisi tinggi dalam politik
menetap di Tunisia dan di Negara ini mereka dihormati pihak istana dan diberi tanah
milik dinasti Hafsiah. Ibnu Kholdun sering disebut bapak pendiri ilmu historiografi,
sosiologi dan ekonomi.Nama Ibnu kholdun mencuat secara global pada abad ke-17.
Hal ini agaknya wajar. Sebab semasa beliau hidup, peradaban umat Islam sedang
meredup baik di Timur mapun di barat. Sementara itu, orang-orang Eropa baru
mengetahui karya-karya Ibnu Kholdun sejak abat ke-19. Para ilmuan eropa begitu
19
Imam Al-Mawardi, al-Ahkam Al-Sulthaniyyah, hal. 17.
20
Abdurrahman Ibnu Kholdun, At-Ta’rif bin Ibnu Kholdun wa Rihlatuhu Gharban wa Syarqon. Lajnah al-
Ta’rif wa Tarjamah wa al-Nasr, Cairo, 1951, hal. 1.
15
sosiologi itu sendiri baru muncul pada abad ke-19 ketika digagas oleh filsuf prancis
1. At-Ta’rif bi Ibn Kholdun. Sebuah kitab auto biografi, catatan dari kitab
sejarahnya.
Aberdeen, Scotland dalam artikelnya “The Islamic Review and Arabic Affairs” di
“Tulisan-tulisan sosial dan sejarah dari Ibnu Khaldun hanya satu-satunya dari
tradisi intelektual yang diterima dan diakui di dunia Barat, terutama ahli-ahli
Inggris).” Salah satu tulisan yang sangat menonjol dan populer adalah muqaddimah
(pendahuluan) yang merupakan buku terpenting tentang ilmu sosial dan masih terus
tentang hukum negara. Tolak ukur yang dijadikan kriteria oleh Ibnu Khaldun adalah
21
https://www.biografiku.com/biografi-ibnu-khaldun-peletak-dasar/ di akses tanggal 10/09/51 jam
11.11
16
ukur itu Khaldun membedakan negara kedalam dua kelompok: 1) Negara dengan
kekuasaan yang bersifat alamiah; dan 2) Negara dengan kekuasaan yang bersifat
politik. Tipe negara dengan kekuasaan alamiah ditandai oleh berlakunya hukum
merebut dan mempertahankan kekuasaan dalam negara dengan tipe seperti ini.
Sedang pada tipe kedua kekuasaan tidak diraih berdasarkan kekuatan fisik,
Negara menurut tipe yang kedua ini dapat dibedakan kedalam tiga bentuk: a)
Menurut Ibnu Khaldun, negara dengan tipe negara syari‘ah (Siyasah Diniyah)
lah yang merupakan negara ideal. Disini negara diselenggarakan menurut tuntutan
secara tegas dalam Alqur‘an dan Sunnah. Dengan demikian, dalam negara Syari‘ah
Menurut Taha Husayn, Ibnu Kholdun mendasarkan teori hukum dalam Islam
22
Dian Bakti, Jurnal Keberadaan dan Penerapan Peraturan Daerah Syari’ah sebagai perundang-
undangan. (http://ejournal.kopertis10.or.id/index.php/soumlaw) Hal. 78.
17
peradaban (‘umran).23 Mengutip pendapatnya dalam kitab Muqaddimah, Ibn
Khuldun berkata:24
أنا نشاهد هذا العالم بما فيه ﻣن المخلوقات كلها على هيئة ﻣن الترتيب
makhluk isinya, keadaan semuanya teratur dalam hukum alam, terkait hubungan
Teori ibnu Kholdun ini berguna untuk kebijakan hukum dalam konteks rekaysa
maslahat. Pada masa sekarang ini, ijtihad dimaksud disebut sebagai al-ijtihad al-
23
Taha Husayin, Filsafah Ibn Khaldun.... Hal. 40.
24
Ibn Khaldun, Muqaddimah (Beirut; Dar al-Fikr, t.th), Hlm. 95.
25
Nurdin bin Mukhtar al-Khadimi, al-Ijtihad al-Maqasidi; Hujiyatuhu, Dawabituhu, wa Majalatuhu
(Qarat; wazarat al-awqof wa syu’un al-Islamiyyah, 1998), hlm. 39.
18
BAB III
Penutup
A. Kesimpulan
1. Taqnin adalah tasyri’ atau pembentukan hukum yang tertulis dan bersifat mengikat.
Taqnin sebagai usaha untuk kepastian hukum di indonesia sudah ada upaya untuk
melaksanakan syari’at islam bagi pemeluk agama islam pada masa awal
kedalam dua bentuk, 1). Negara dengan kekuasaan yang bersifat alamiah, dan 2).
Menurutnya negara dengan kekuasaan yang bersifat politik. Negara yang bentuk
politik inilah dengan tipe Syari’ah (Siyasah Diniyah) yang merupakan negara ideal.
19
Daftar Pustaka
Abdul Aziz Dahlan, Enseklopedi Hukum Islam (cet. 1; Tnt : Dar al-Fikr, 1960
Abdurrahman Ibnu Kholdun, At-Ta’rif bin Ibnu Kholdun wa Rihlatuhu Gharban wa
Syarqon. Lajnah al-Ta’rif wa Tarjamah wa al-Nasr, Cairo, 1951.
Ahmad Warson Munawir, Kamus Al-Munawir, Surabaya, Pustaka Progressif. 1984.
Al-Ghozali, Mustafa.
Deddy Ismatullah, Gagasan Pemerintahan Moderen dalam Konstitusi Madinah,
Bandung, Sahifah, 2006
Dian Bakti, Jurnal Keberadaan dan Penerapan Peraturan Daerah Syari’ah sebagai
perundang-undangan. (http://ejournal.kopertis10.or.id/index.php/soumlaw)
E. Utrecht, Pengantar dalam Hukum Indonesia, Jakarta, Ichtiar, 1957.
Hartono Marjono,Menegakkan Syari’at Islam dalam Konteks Keindonesiaan, Bandung,
Mizan, 1997.
Ibrahim Anis, Al-Mu’jam Al-Wasith, Juz 2
Ibn Khaldun, Muqaddimah, Beirut, Dar al-Fikr, t.th.
Imam al-Mawardi, al-Ahkam al-Sulthaniyyah, Jakarta: Qisthi Press 2017, Cet. 2.
Jaih Mubarok, Hukum Islam, Bandung, Benang Merah Press, 2006
Josep Schacht, Pengantar Hukum Islam (terj), Bandung, Nuansa, 2010.
Juhaya S. Praja, Teori Hukum dan Aplikasinya, Bandung, Pustaka setia, 2011.
Mustafa al-Zarqa, Al-Mudakhol al-Fiqh al-Am, Juz 1 Bairut Dar al-Qolam, 1418 H
Nurdin bin Mukhtar al-Khadimi, al-Ijtihad al-Maqasidi; Hujiyatuhu, Dawabituhu, wa
Majalatuhu, Qarat, wazarat al-awqof wa syu’un al-Islamiyyah, 1998.
Rosjidi Rangga Widjaja, Pengantar Ilmu perundang-undangan di Indonesia, Bandung,
Mandar Maju, 1998.
Sobhi Mahmasani, Filsafat Hukum Ialam, Bandung, al-Maarif. 1976.
Taufik Abdullah, ed, Enseklopedi Tematis Dunia Islam : Pemikiran dan peradaban,
Jakarta, Ichtiar baru Van Hoeven, tanpa th.
Taufik Abdullah, ed, Enseklopedi Tematis Dunia Islam : Pemikiran dan Peradaban,
Jakarta, Ichtiar Baru Van Hoeven, tt.
Taha Husayin, Filsafah Ibn Khaldun
https://www.biografiku.com/biografi-ibnu-khaldun-peletak-dasar/ di akses tanggal
10/09/51 jam 11.11
20