Pd
NASIKH MANSUKH
Disusun oleh:
Tisa Maulida Denitasari
Ada tidaknya nasikh dan mansukh dalam Al-Qur’an sejak dulu menjadi perdebatan para Ulama
Dalam hal ini terbagi dalam lima golongan pendapat:
a. Orang Syi’ah Rafidah, Mereka sangat berlebihan dalam menetapkan nasakh dan
meluaskannya, mereka mandang konsep al-bada’ yakni suatu yang nampak jelas setelah kabur
(tidak jelas) adalah sebagai suatu hal yang sangat mungkin terjadi bagi Allah SWT. Mereka
sangat kontradiktif dengan orang Yahudi yang tidak mengakui keberadaan nasakh.
b. Menurut al-Qattan yang dikutip oleh Anwar, bahwa pendapat ini kurang tepat, Allah
menghapuskan sesuatu yang dipandang perlu dihapuskan dan menetapkan penggantinya jika
penetapannya mengandung maslahat.
c. Abu Muslim al-Asfahani seorang mufassir Mu’tazilah, tidak setuju adanya naskh, baik
secara garis besar maupun secara terperinci, karena apabila ada ayat yang secara sepintas
dinilai kontradiktif tidak diselesaikan secara naskh tetapi dengan jalan takhsis, sebab al-
Qur,an adalah syari’at yang muhkam tidak ada yang Mansukh.
d. Pendapat Jumhur Ulama, kelompok ini mengakui adanya nasikh dan mansukh dalam al-
Qur’an dan tetap berlaku, (Mereka berpendapat bahwa Naskh adalah suatu yang dapat
diterima akal dan telah pula terjadi dalam hukum-hukum Syara’ berdasarkan dalili-dalil,
baik naqli ataupun aqli .
e. Menurut pendapat segolongan Ulama’ bahwa Allah berbuat secara mutlak, artinya bahwa
Allah SWT. dapat berbuat sesuatu dalam waktu tertentu dan dapat melarangnya dalam
waktu tertentu pula (mengikuti kemaslahatan dan menghindari kamudharatan).
MACAM-MACAM NASIKH MANSUH
Pertama, macam-macam naskh, dilihat dari nash yang mansukh (dihapus) ada tiga bagian:
1. Nash Yang Mansukh Hukumnya, Namun Lafazhnya Tetap
nilah jenis nash mansukh yang paling banyak. Yaitu hukum syar’i dihapuskan, tidak
diamalkan, namun lafazhnya tetap.
2. Nash Yang Mansukh Lafazhnya, Namun Hukumnya Tetap
Al-Aamidi menyatakan bahwa ulama telah bersepakat atas terjadinya naskh
(penghapusan) tulisan/lafazh, tanpa naskh hukumnya, berbeda dengan anggapan
kelompok yang menyendiri dari kalangan Muktazilah.
3. Nash Yang Mansukh Hukumnya dan Lafazhnya
contoh, ayat yang menyatakan 10 kali penyusuan mengharamkan pernikahan.
macam-macam naskh dilihat dari nash yang nasikh (menghapus)–secara ringkas—ada
empat bagian:
a. Al-Qur’an Dimansukh dengan Al-Qur’an
Jenis naskh ini disepakati adanya oleh para ulama, ada pun orang yang
beranggapan tidak ada ayat mansukh di dalam Al-Qur’an, maka perkataannya
tidak dianggap.
b. Al-Qur’an Dimansukh dengan As-Sunnah
1. Al-Qur’an dimansukh dengan Sunnah (hadits) Mutawatir
2. Al-Qur’an dimansukh dengan Sunnah (hadits) Ahad
c. As-Sunnah Dimansukh dengan Al-Qur’an
Contoh jenis ini adalah syari’at shalat menghadap Baitul Maqdis, yang ini berdasarkan
Sunnah.
d. As-Sunnah Dimansukh dengan As-Sunnah
Contoh, sabda Nabi SAW, "Dahulu aku melarang kamu dari berziarah kubur, maka
sekarang hendaklah kamu berziarah (kubur)." (HR Muslim)
Dengan penjelasan di atas jelaslah bahwa di dalam Al-Qur’an ada nasikh (ayat yang
menghapus hukum yang sudah ada sebelumnya) dan mansukh (ayat yang dihapus)
hukumnya atau lafazhnya.
MANFAAT MEMPELAJARI NASIKH MANSUKH
Naskh adalah menghapus hukum syara’ dengan dalil/khitab syara’ yang lain. Naskh
terdiri dari adanya pertanyyan yang menunjukkan terjadi pembatalan hukum yang telah
ada, harus ada nasikh, harus ada mansukh dan harus ada dibebani hukum atasnya.
Mansukh menurut etimologi artinya suatu hal yang diganti. Sedangkan menurut
istilah dapat diartikan sebagai hukum syara yang menempati posisi awal, yang belum diganti
dengan hukum syara yang datang kemudian.
Manfaat mempelajari nasikh mansukh ini antara lain adalah, Menyadari sifat kasih
Allah swt, Syariat islam tidak kaku, Dan Hubungan yang erat antara syariat dan dakwah.
TERIMA KASIH