Anda di halaman 1dari 3

5/14/2018 Larangan Ekstremisme dalam Islam | NU Online

Khutbah I

ُ‫ َوأ َ ْﺷ َﮭ ُد أ َ ْن ﻻَ ِإﻟَﮫَ ِإﻻﱠ ﷲُ َو ْﺣ َده‬،‫ﺳﺎ َد‬ َ َ‫ﻋﻠَﯾْﻧﺎ َ اﻟﻔ‬َ ‫ َو َﺣ ﱠر َم‬،‫اﻟﺟ َﮭﺎ َد‬ِ ‫ﻋﻠَ ْﯾﻧَﺎ‬َ ‫ع‬ َ ‫ِي ﺷ ََر‬ ْ ‫ اﻟ َﺣ ْﻣ ُد ِ اﻟﱠذ‬،ِ ِ ‫اﻟ َﺣ ْﻣ ُد‬
‫ﺳ ْوﻟُﮫُ اﻟدﱠا ِﻋﻰ ﺑِﻘَ ْو ِﻟ ِﮫ‬
ُ ‫ﻋ ْﺑ ُدهُ َو َر‬ َ ‫ﺳ ِﯾّدﻧﺎ ُﻣ َﺣ ﱠﻣدًا‬ َ ‫ َوأ َ ْﺷ َﮭ ُد أ َ ﱠن‬،‫اﻟﻣﻌَﺎد‬ِ ‫ﻻَ ﺷ َِرﯾ َْك ﻟَﮫُ ﺷﮭﺎ َدة َ أ َدﺧ ََرھَﺎ ِﻟﯾَ ْو ِم‬
‫ﺻ َﺣﺎﺑِ ِﮫ ُھ َداةِ اﻷَﻧ َِﺎم‬ ْ ‫ﻋﻠَﻰ آ ِﻟﮫ وأ‬ َ ‫ﺳ ْو ِﻟ َك ُﻣ َﺣ ّﻣ ٍد ِو‬ُ ‫ِك َو َر‬ َ ‫ﺳ ِﻠّ ْم ﻋﻠَﻰ‬
َ ‫ﻋ ْﺑد‬ ّ ‫ﺻ ّل و‬ َ ‫ اﻟﻠﮭ ّم‬.ِ‫اﻟرﺷَﺎد‬ ‫َوﻓِ ْﻌ ِﻠ ِﮫ ِإﻟَﻰ ﱠ‬
‫ﺎﻟﻰ ﻓِﻲ‬ َ َ‫ ﻓَﻘَ ْد ﻗَﺎ َل ﷲُ ﺗَﻌ‬.ِ‫ﻋﺎت‬ َ ‫اﻟطﺎ‬‫ﷲ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ ِﺑ ِﻔ ْﻌ ِل ﱠ‬ َ ‫ﺎس اﺗﱠﻘُوا‬ ُ ‫ ﻓﯾَﺎ أَﯾﱡ َﮭﺎ اﻟﻧﱠ‬،ُ‫ أ ﱠﻣﺎ ﺑ ْﻌد‬.ِ‫ﺎء اﻟ ِﺑﻼَد‬ ِ ‫ﻓﻲ أ َ ْﻧ َﺣ‬
‫ﺷ ِﮭﯾدًا‬ َ ‫ﻋﻠَ ْﯾ ُﻛ ْم‬ َ ‫ﺳو ُل‬ ‫ﺎس َوﯾَ ُﻛونَ ﱠ‬
ُ ‫اﻟر‬ ِ ‫ﻋﻠَﻰ اﻟﻧﱠ‬ َ ‫ﺷ َﮭ َدا َء‬ ُ ‫طﺎ ِﻟﺗ َ ُﻛوﻧُوا‬ ً ‫ﺳ‬ َ ‫ َو َﻛ ٰ َذ ِﻟ َك َﺟﻌَ ْﻠﻧَﺎ ُﻛ ْم أ ُ ﱠﻣﺔً َو‬:‫ِﻛﺗَﺎ ِﺑ ِﮫ ْاﻟ َﻛ ِرﯾ ِْم‬
ْ ‫ﻋ ِﻘﺑَ ْﯾ ِﮫ ۚ َوإِ ْن َﻛﺎﻧ‬
‫َت‬ َ ‫ﻋﻠَ ٰﻰ‬َ ‫ب‬ ُ ‫ﺳو َل ِﻣ ﱠﻣ ْن ﯾَ ْﻧﻘَ ِﻠ‬ ُ ‫اﻟر‬‫ﻋﻠَ ْﯾ َﮭﺎ إِ ﱠﻻ ِﻟﻧَ ْﻌﻠَ َم َﻣ ْن ﯾَﺗﱠﺑِ ُﻊ ﱠ‬
َ ‫ت‬ َ ‫ۗ َو َﻣﺎ َﺟﻌَ ْﻠﻧَﺎ ْاﻟ ِﻘ ْﺑﻠَﺔَ اﻟﱠﺗِﻲ ُﻛ ْﻧ‬
ٌ ‫ﺎس ﻟَ َر ُء‬
‫وف َر ِﺣﯾ ٌم‬ ِ ‫ﺿﯾ َﻊ ِإﯾ َﻣﺎﻧَ ُﻛ ْم ۚ ِإ ﱠن ﱠ َ ﺑِﺎﻟﻧﱠ‬ ِ ُ‫ﻋﻠَﻰ اﻟﱠذِﯾنَ َھ َدى ﱠ ُ ۗ َو َﻣﺎ َﻛﺎنَ ﱠ ُ ِﻟﯾ‬ َ ‫ﯾرة ً ِإ ﱠﻻ‬ َ ِ‫ﻟَ َﻛﺑ‬
Secara ajaran Islam menolak ekstremisme. Meskipun dalam realitas sejarah ada penganutnya yang berperilaku
ekstrem dengan mengatasnamakan agama. Fakta ini bukan monopoli Islam. Hampir semua agama memiliki
kasus bahwa ada sebagian umatnya yang sangat fanatik, berpikiran picik, lalu nekad melakukan tindakan
melampaui batas yang berseberangan dengan nurani dan ajaran luhur agama. Idealitas ajaran memang satu
hal, sementara kenyataan sejarah adalah hal lainnya.

Dalam khazanah Islam, ulasan tentang ekstremisme didapati dalam sejumlah istilah seperti ghuluw, tatharruf,
atau lainnya. Secara bahasa kedua istilah itu memiliki arti yang mirip, yakni sikap berlebihan, melampaui batas,
keterlaluan, ekstrem.

Rasulullah sendiri empat belas abad lalu mewanti-wanti umatnya agar menjauh dari sikap ghuluw.

‫ﺎس ِإﯾَﺎ ُﻛ ْم َو ْاﻟﻐُﻠُ ﱠو ﻓِﻲ اﻟ ِ ّدﯾ ِْن ؛ ﻓَﺈِﻧﱠﮫُ أ َ ْھﻠَ َك َﻣ ْن َﻛﺎنَ ﻗَ ْﺑﻠَ ُﻛ ْم ْاﻟﻐُﻠُ ﱡو ﻓِﻲ اﻟ ِ ّدﯾ ِْن‬
ُ ‫ﯾَﺎ أَﯾﱡ َﮭﺎ اﻟﻧﱠ‬
Artinya: “Wahai manusia, jauhilah berlebih-lebihan dalam agama karena sesungguhnya yang menghancurkan
orang-orang sebelum kalian adalah berlebih-lebihan dalam agama.” (HR Ibnu Majah)

Hadits ini memberi peringatan bahwa ghuluw punya fungsi penghancur bila dilakukan. Hal tersebut sebagaimana
terjadi pada umat-umat terdahulu. Selain mengajak untuk belajar pada sejarah, yang menarik Nabi
menggunakan redaksi “yâ ayyuhan nâs” yang berarti “wahai umat manusia”, bukan “yâ ayyuhal ladzîna âmanû”
(wahai orang-orang beriman). Kenyataan ini menunjukkan bahwa bahaya sikap berlebih-lebihan bersifat
universal, mencakup semua orang di berbagai belahan dunia, apa pun latar belakang agama dan keyakinannya.

Dalam kalimat yang agak berbeda, Rasulullah juga bersabda:

ّ ِ ‫َھﻠَ َك اﻟ ُﻣﺗَﻧ‬
َ‫َطﻌُ ْون‬
Artinya: “Pasti akan binasa orang-orang yang berlebih-lebihan dalam agama.” (HR Muslim)

Menurut Imam Nawawi, al-mutanaththi‘ûn berarti orang-orang yang memperdalam dan berlebih-lebihan terhadap
sesuatu yang melampaui batas, baik perkataan-perkataan maupun perbuatan mereka. Ia menjelaskan demikian
ketika memberi syarah (penjelasan) kitab Shahih Muslim.

Jamaah sidang Jumat rahimakuullah,

Anas bin Malik meriwayatkan bahwa suatu hari ada sekelompok orang yang mengatakan “Aku tidak menikah”;
sebagian lain berkata “Aku shalat terus-menerus dan tidak tidur”; sebagian lagi bilang “Aku puasa dan tidak
berbuka”. Ketika informasi itu sampai ke telinga Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau pun bersabda:

‫ﻋ ْن‬ َ ّ‫ﺻو ُم َوأ ُ ْﻓ ِط ُر َوأَﺗَزَ ﱠو ُج اﻟ ِﻧ‬


َ ‫ ﻓَ َﻣ ْن َر ِﻏ‬، ‫ﺳﺎ َء‬
َ ‫ب‬ َ ُ ‫َﻣﺎ ﺑَﺎ ُل أ َ ْﻗ َوا ٌم ﻗَﺎﻟُوا َﻛ َذا َو َﻛ َذا ﻟَ ِﻛ ِﻧّﻲ أ‬
ُ َ ‫ﺻ ِﻠّﻲ َوأَﻧَﺎ ُم َوأ‬
‫ْس ِﻣ ِﻧّﻲ‬َ ‫ﺳﻧﱠﺗِﻲ ﻓَﻠَﯾ‬ ُ
“Bagaimanakah bisa orang-orang tersebut mengatakan demikian dan demikian? Padahal aku berpuasa dan
berbuka, shalat dan tidur, dan aku pun menikah. Barangsiapa yang membenci syariatku, dia bukanlah bagian
dari golonganku.”

https://www.nu.or.id/post/read/84512/larangan-ekstremisme-dalam-islam 1/3
5/14/2018 Larangan Ekstremisme dalam Islam | NU Online

Para sahabat Nabi berkata begitu karena ingin menunjukkan betapa seriusnya mereka dalam beribadah hingga
mengabaikan kepentingan fisik mereka. Mereka rela melawan rasa kantuk, lapar, dan keinginan menikah,
lantaran sibuk dengan ritual ibadah. Namun, Rasulullah yang mendengar kabar itu justru menampik anggapan
positif dari pernyataan mereka. Nabi justru membandingkan tindakan mereka dengan diri beliau sendiri sebagai
pengemban risalah suci, perantara turunnya syariat dari Allah. Ternyata Rasulullah tak seekstrem itu dalam
menjalankan agama.

Rasulullah sebetulnya hendak mengingatkan tentang adanya batasan-batasan, termasuk dalam menjalan
kebaikan sekalipun. Jangan sampai ibadah melampaui kewajaran sebagai manusia yang mempunyai
keterbatasan-keterbatasan fisik dan kebutuhan-kebutuhan jasmani yang wajib diperhatikan. Tidak ada yang lebih
giat dan sungguh-sungguh dalam menjalankan Islam kecuali Rasulullah, namun faktanya beliau menjalankan
aktivitas sehari-sehari sewajarnya manusia pada umumnya. Beliau sangat total dalam menjalankan syariat tapi
sekaligus sangat bertanggung jawab atas kebutuhan fisik yang menjadi sarana ibadha itu sendiri.

Jamaah sidang Jumat rahimakumullah,

Sikap ghuluw tidak hanya terjadi pada kasus ibadah fisik seperti shalat atau puasa, tapi juga bisa terjadi pada
ideologi atau keyakinan. Orang yang berlebihan dalam hal keyakinan umumnya akan menganggap siapa pun di
luar dirinya sebagai “orang sesat”. Mereka eksklusif atas kemungkinan kebenaran dari pihak lain, mengingkari
keragaman pendapat, dan cenderung memaksakan kehendak untuk mewujudkan pemahaman dan tafsirnya ke
dunia nyata.

Pemikiran yang ekstrem inilah yang menjadi salah satu cikal bakal tindakan ekstrem. Mereka memandang dunia
“serba gelap” karena tidak sesuai dengan pemahamannya. Mereka meyakini bahwa kehidupan melenceng dari
kebenaran agama dan harus diluruskan. Mereka tidak bisa membedakan antara kebenaran agama dan tafsir
mereka atas kebenaran itu. Tidak semua yang berbeda dengan tafsir seseorang berarti berseberangan dari
ajaran agama. Kebenaran Islam bersifat mutlak, tapi pemahaman pemeluknya atas kebenaran itu selalu bersifat
relatif. Manusia hanya bisa berikhtiar mencapai yang terdekat dengan kebenaran.

Itulah sebabnya Islam melarang umatnya gampang menghakimi sesat orang lain, mudah memvonis kafir orang
lain, dan gampang menyalah-nyalahkan, terlebih kepada saudara seiman dan seagama. Hal demikian berangkat
dari kesadaran bahwa hanya Allah yang memiliki kewenangan untuk menilai juga memberikan balasan atas
perilaku seseorang.

Pemutlakan pendapat biasanya juga tidak hanya berhenti di level individu, melainkan pula hingga level
kelompok. Inilah yang kemudian melahirkan fanatisme golongan. Kondisi mirip dialami oleh suku-suku zaman
jahiliyah yang sarat kepentingan karena masing-masing menganggap kelompoknyalah yang paling unggul,
istimewa, dan benar. Literatur Islam menyebutnya ‘ashabiyyah. Ibnu Mandzur dalam Lisânul
‘Arabmengartikan ‘ashabiyah (fanatisme) sebagai sikap seseorang yang dalam mengajak orang lain untuk
memenangkan kerabatnya, bergabung bersama mereka dalam menghadapi orang-orang yang menentang, (tak
peduli) baik saat mereka yang berbuat zalim ataupun mereka yang dizalimi.

Fanatsime merupakan ekstremitas yang berada pada level yang lebih dalam, yakni mencakup keyakinan
sekaligus perbuatan. Ini tentu berbahaya karena mengandaikan perbuatannya tak pernah salah karena sudah
merasa dilandasi oleh pemikiran “yang benar”. Para pengidap penyakit ini rentan dibutakan oleh kebenaran
semu sehingga tidak lagi jelas apakah ia sedang dizalimi atau justru mezalimi orang lain. Benih-benih aksi
kekerasan, terorisme, atau penghalalan darah orang lain biasanya muncul dari pola keberagamaan semacam
ini. Misi Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam (rahmatan lil ‘alamin) pun direduksi menjadi sekadar memenuhi
ambisi dan kepentingan segelintir golongan saja, tanpa memikirkan tanggung jawab terhadap kepentingan yang
lebih luas.

Dalam dua hadits Rasulullah yang disebutkan di awal dijelaskan bahwa orang semacam ini tidak
hanya halaka (binasa) tapi juga ahlaka (membinasakan). Artinya, dampak buruknya tidak hanya ditanggung
dirinya sendiri tapi juga menimpa orang lain secara luas. Perilaku ekstrem menggerogoti harmoni kehidupan
masyarakat yang majemuk, merusak kerukunan, bahkan memicu pertengkaran da pertumpahan
darah. Na’udzubillah min dzalik.

Semoga kita bisa terhindar dari sikap-sikap dan pemahaman yang demikian dan dibimbing oleh Allah subhanahu
wata‘ala tetap kokoh iman hingga akhir hayat serta istiqamah dalam cara berpikir dan bersikap yang lurus, adil,
dan terbuka, sesuai pesan hadits:

ُ‫ـــﻣ َﺣﺔ‬
ْ ‫ﺳ‬ ‫ﷲ ْاﻟ َﺣﻧِﯾْــــــ ِﻔﯾﱠﺔُ اﻟ ﱠ‬ ‫أ َ َﺣ ﱡ‬
ِ ‫ب اﻟ ِ ّدﯾ ِْن ِإﻟَﻰ‬
“Agama yang paling dicintai allah adalah agama yang lurus dan toleran.” (HR Bukhari)
https://www.nu.or.id/post/read/84512/larangan-ekstremisme-dalam-islam 2/3
‫‪5/14/2018‬‬ ‫‪Larangan Ekstremisme dalam Islam | NU Online‬‬

‫آن اْﻟﻌَ ِظﯾ ِْم‪َ ،‬وﻧَﻔَﻌَﻧِﻲ َو ِإﯾﱠﺎ ُﻛ ْم ِﺑ َﻣﺎﻓِ ْﯾ ِﮫ ِﻣ ْن آﯾَ ِﺔ َو ِذ ْﻛ ِر ْاﻟ َﺣ ِﻛﯾ ِْم َوﺗَﻘَﺑﱠ َل ﷲُ ِﻣﻧﱠﺎ َو ِﻣ ْﻧ ُﻛ ْم ﺗِﻼَ َوﺗَﮫُ َو ِإﻧﱠﮫُ ھ َُو اﻟﺳ ِﱠﻣ ْﯾ ُﻊ اﻟﻌَ ِﻠ ْﯾ ُم‪َ ،‬وأَﻗُ ْو ُل ﻗَ ْو ِﻟﻲ َھ َذا ﻓَﺄ ْﺳﺗ َ ْﻐ ِﻔ ُر َ‬
‫ﷲ‬ ‫ﺎركَ ﷲ ِﻟﻲ َوﻟَ ُﻛ ْم ﻓِﻰ اْﻟﻘُ ْر ِ‬
‫ﺑَ َ‬
‫اﻟﻌَ ِظﯾ َْم ِإﻧﱠﮫُ ھ َُو اﻟﻐَﻔُ ْو ُر ﱠ‬
‫اﻟر ِﺣﯾْم‬

‫‪Khutbah II‬‬

‫ﻠﻰ ﺗ َ ْوﻓِ ْﯾ ِﻘ ِﮫ َوا ِْﻣﺗِﻧَﺎﻧِ ِﮫ‪َ .‬وأ َ ْﺷ َﮭ ُد أ َ ْن ﻻَ اِﻟَﮫَ ِإﻻﱠ ﷲُ َوﷲُ َو ْﺣ َدهُ ﻻَ‬
‫ﻋ َ‬‫ﺷ ْﻛ ُر ﻟَﮫُ َ‬ ‫ﺳﺎﻧِ ِﮫ َواﻟ ﱡ‬ ‫ﻠﻰ ِإ ْﺣ َ‬ ‫ﻋ َ‬‫ا َ ْﻟ َﺣ ْﻣ ُد ِ َ‬
‫ﻋﻠَﻰ َ‬
‫ﺳ ِﯾّ ِدﻧَﺎ‬ ‫ﺻ ِّل َ‬
‫إﻟﻰ ِرﺿ َْواﻧِ ِﮫ‪ .‬اﻟﻠ ُﮭ ﱠم َ‬‫ﺳ ْوﻟُﮫُ اﻟدﱠا ِﻋﻰ َ‬ ‫ﻋ ْﺑ ُدهُ َو َر ُ‬ ‫ﺳ ِﯾّ َدﻧَﺎ ُﻣ َﺣ ﱠﻣدًا َ‬ ‫ﺷ َِرﯾ َْك ﻟَﮫُ َوأ َ ْﺷ َﮭ ُد ﱠ‬
‫أن َ‬
‫ﺳ ِﻠّ ْم ﺗ َ ْﺳ ِﻠ ْﯾ ًﻣﺎ ِﻛﺛﯾ ًْرا‬
‫ﺻ َﺣﺎ ِﺑ ِﮫ َو َ‬‫ﻋﻠَﻰ ا َ ِﻟ ِﮫ َوأ َ ْ‬
‫ُﻣ َﺣ ﱠﻣ ٍد ِو َ‬
‫ﷲ أ َ َﻣ َر ُﻛ ْم ﺑِﺄ َ ْﻣ ٍر ﺑَ َدأ َ ﻓِ ْﯾ ِﮫ‬
‫ﻋ ﱠﻣﺎ ﻧَ َﮭﻰ َوا ْﻋﻠَ ُﻣ ْوا أ َ ﱠن َ‬ ‫وﷲ ﻓِ ْﯾ َﻣﺎ أ َ َﻣ َر َوا ْﻧﺗ َ ُﮭ ْوا َ‬‫ﺎس اِﺗﱠﻘُ َ‬ ‫أ َ ﱠﻣﺎ ﺑَ ْﻌ ُد ﻓَﯾﺎ َ اَﯾﱡ َﮭﺎ اﻟﻧﱠ ُ‬
‫ﻠﻰ اﻟﻧﱠﺑِﻰ ﯾﺂ اَﯾﱡ َﮭﺎ اﻟﱠ ِذﯾْنَ آ َﻣﻧُ ْوا‬ ‫ﻋ َ‬ ‫ﺻﻠﱡ ْونَ َ‬ ‫ﷲ َو َﻣﻶﺋِ َﻛﺗَﮫُ ﯾُ َ‬ ‫ﺑِﻧَ ْﻔ ِﺳ ِﮫ َوﺛَـﻧَﻰ ﺑِ َﻣﻶ ﺋِ َﻛﺗِ ِﮫ ﺑِﻘُ ْد ِﺳ ِﮫ َوﻗَﺎ َل ﺗَﻌﺎَﻟَﻰ ِإ ﱠن َ‬
‫ﺳ ِﯾّدِﻧﺎ َ‬ ‫ﻋﻠَﻰ آ ِل َ‬ ‫ﺳ ِﻠّ ْم َو َ‬‫ﻋﻠَ ْﯾ ِﮫ َو َ‬ ‫ﺻﻠﱠﻰ ﷲُ َ‬ ‫ﺳ ِﯾّ ِدﻧَﺎ ُﻣ َﺣ ﱠﻣ ٍد َ‬ ‫ﻋﻠَﻰ َ‬ ‫ﺻ ِّل َ‬ ‫ﺳ ِﻠّ ُﻣ ْوا ﺗ َ ْﺳ ِﻠ ْﯾ ًﻣﺎ‪ .‬اﻟﻠ ُﮭ ﱠم َ‬ ‫ﺻﻠﱡ ْوا َ‬
‫ﻋﻠَ ْﯾ ِﮫ َو َ‬ ‫َ‬
‫َ‬
‫اﻟرا ِﺷ ِدﯾْنَ أ ِﺑﻰ ﺑَ ْﻛ ٍر‬ ‫ﺎء ﱠ‬ ‫ﻋ ِن اْﻟ ُﺧﻠَﻔَ ِ‬ ‫ّ‬
‫ض اﻟﻠ ُﮭ ﱠم َ‬ ‫ار َ‬ ‫ﺳ ِﻠ َك َو َﻣﻶ ِﺋ َﻛ ِﺔ اْﻟ ُﻣﻘَ ﱠر ِﺑﯾْنَ َو ْ‬ ‫ﻋﻠَﻰ ا َ ْﻧ ِﺑﯾﺂ ِﺋ َك َو ُر ُ‬ ‫ُﻣ َﺣ ﱠﻣ ٍد َو َ‬
‫ﺎن اِﻟَﯨﯾَ ْو ِم اﻟ ِ ّدﯾ ِْن‬ ‫ﺳ ٍ‬ ‫ﺻ َﺣﺎﺑَ ِﺔ َواﻟﺗﱠﺎﺑِ ِﻌﯾْنَ َوﺗَﺎﺑِ ِﻌﻲ اﻟﺗﱠﺎﺑِ ِﻌﯾْنَ ﻟَ ُﮭ ْم ﺑِﺎ ِْﺣ َ‬ ‫ﻋ ْن ﺑَ ِﻘﯾﱠ ِﺔ اﻟ ﱠ‬ ‫ﻋ ِﻠﻰ َو َ‬ ‫ﻋﺛْ َﻣﺎن َو َ‬ ‫ﻋ َﻣر َو ُ‬ ‫َو ُ‬
‫اﺣ ِﻣﯾْنَ‬‫اﻟر ِ‬‫ﻋﻧﱠﺎ َﻣﻌَ ُﮭ ْم ﺑِ َر ْﺣ َﻣﺗِ َك ﯾَﺎ أ َ ْر َﺣ َم ﱠ‬ ‫ض َ‬ ‫ار َ‬ ‫َو ْ‬
‫ت اﻟﻠ ُﮭ ﱠم أ َ ِﻋ ﱠز‬ ‫ت اَﻻَ ْﺣﯾﺂ ُء ِﻣ ْﻧ ُﮭ ْم َواْﻻَ ْﻣ َوا ِ‬ ‫ت َواْﻟ ُﻣ ْﺳ ِﻠ ِﻣﯾْنَ َواْﻟ ُﻣ ْﺳ ِﻠ َﻣﺎ ِ‬ ‫اَﻟﻠ ُﮭ ﱠم ا ْﻏ ِﻔ ْر ِﻟ ْﻠ ُﻣؤْ ِﻣﻧِﯾْنَ َواْﻟ ُﻣؤْ ِﻣﻧَﺎ ِ‬
‫ﺻ َر اﻟ ِ ّدﯾْنَ‬ ‫ﺻ ْر َﻣ ْن ﻧَ َ‬ ‫ﺻ ْر ِﻋﺑَﺎ َد َك اْﻟ ُﻣ َو ِ ّﺣ ِدﯾﱠﺔَ َوا ْﻧ ُ‬ ‫ﺷ ْر َك َواْﻟ ُﻣ ْﺷ ِر ِﻛﯾْنَ َوا ْﻧ ُ‬ ‫اْ ِﻹ ْﺳﻼَ َم َواْﻟ ُﻣ ْﺳ ِﻠ ِﻣﯾْنَ َوأ َ ِذ ﱠل اﻟ ِ ّ‬
‫ﻋﻧﱠﺎ اْﻟﺑَﻼَ َء‬ ‫اﺧذُ ْل َﻣ ْن َﺧ َذ َل اْﻟ ُﻣ ْﺳ ِﻠ ِﻣﯾْنَ َو َد ِ ّﻣ ْر أ َ ْﻋ َدا َء اﻟ ِ ّدﯾ ِْن َوا ْﻋ ِل َﻛ ِﻠ َﻣﺎﺗِ َك إِﻟَﻰ ﯾَ ْو َم اﻟ ِ ّدﯾ ِْن‪ .‬اﻟﻠ ُﮭ ﱠم ا ْدﻓَ ْﻊ َ‬ ‫َو ْ‬
‫ﻋ ْن ﺑَﻠَ ِدﻧَﺎ اِ ْﻧدُوﻧِ ْﯾ ِﺳﯾﱠﺎ‬ ‫طنَ َ‬ ‫ظ َﮭ َر ِﻣ ْﻧ َﮭﺎ َو َﻣﺎ ﺑَ َ‬ ‫ﺳ ْو َء اْﻟ ِﻔﺗْﻧَ ِﺔ َواْ ِﻟﻣ َﺣنَ َﻣﺎ َ‬ ‫اﻟزﻻَ ِز َل َواْ ِﻟﻣ َﺣنَ َو ُ‬ ‫َواْ َﻟوﺑَﺎ َء َو ﱠ‬
‫ﻵﺧ َرةِ‬ ‫ﺳﻧَﺔً َوﻓِﻰ اْ ِ‬ ‫ب اْﻟﻌَﺎﻟَ ِﻣﯾْنَ ‪َ .‬رﺑﱠﻧَﺎ آﺗِﻧﺎ َ ﻓِﻰ اﻟ ﱡد ْﻧﯾَﺎ َﺣ َ‬ ‫ان اْﻟ ُﻣ ْﺳ ِﻠ ِﻣﯾْنَ ﻋﺂ ﱠﻣﺔً ﯾَﺎ َر ﱠ‬ ‫ﺳﺎﺋِ ِر اْﻟﺑُ ْﻠ َد ِ‬
‫ﺻﺔً َو َ‬ ‫ﺧﺂ ﱠ‬
‫اإن ﻟَ ْم ﺗ َ ْﻐ ِﻔ ْر ﻟَﻧَﺎ َوﺗ َ ْر َﺣ ْﻣﻧَﺎ ﻟَﻧَ ُﻛ ْوﻧ ﱠَن ِﻣنَ اْﻟﺧَﺎ ِﺳ ِرﯾْنَ ‪.‬‬ ‫ﺳﻧَﺎ َو ْ‬ ‫ظﻠَ ْﻣﻧَﺎ ا َ ْﻧﻔُ َ‬‫ﺎر‪َ .‬رﺑﱠﻧَﺎ َ‬ ‫اب اﻟﻧﱠ ِ‬ ‫ﻋ َذ َ‬ ‫ﺳﻧَﺔً َو ِﻗﻧَﺎ َ‬ ‫َﺣ َ‬
‫ﺷﺂء َواْﻟ ُﻣ ْﻧ َﻛ ِر َواْﻟﺑَ ْﻐﻲ‬ ‫ﻋ ِن اْﻟﻔَ ْﺣ ِ‬ ‫ﺑﻰ َوﯾَ ْﻧ َﮭﻰ َ‬ ‫ْﺗﺂء ذِي اْﻟﻘُ ْر َ‬ ‫ﺎن َوإِﯾ ِ‬ ‫ﺳ ِ‬ ‫ﷲ ﯾَﺄ ْ ُﻣ ُرﻧَﺎ ﺑِﺎْﻟﻌَ ْد ِل َواْ ِﻹ ْﺣ َ‬ ‫ﷲ ! إِ ﱠن َ‬ ‫ِﻋﺑَﺎ َد ِ‬
‫ﷲ أ َ ْﻛﺑَ ْر‬ ‫ﻠﻰ ﻧِﻌَ ِﻣ ِﮫ ﯾَ ِز ْد ُﻛ ْم َوﻟَ ِذ ْﻛ ُر ِ‬ ‫ﻋ َ‬ ‫ﷲ اْﻟﻌَ ِظﯾ َْم ﯾَ ْذ ُﻛ ْر ُﻛ ْم َوا ْﺷ ُﻛ ُر ْوهُ َ‬ ‫ظ ُﻛ ْم ﻟَﻌَﻠﱠ ُﻛ ْم ﺗ َ َذ ﱠﻛ ُر ْونَ َوا ْذ ُﻛ ُروا َ‬ ‫ﯾَ ِﻌ ُ‬

‫‪https://www.nu.or.id/post/read/84512/larangan-ekstremisme-dalam-islam‬‬ ‫‪3/3‬‬

Anda mungkin juga menyukai