Anda di halaman 1dari 45

AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AH (ASWAJA)

oleh:
HUZAIMAH AL-ANSHORI,.S.HI. MH.

 Dosen Fakultas Hukum UNISKA Kediri


 MHM Lirboyo Kota Kediri Jawa Timur
 Lawyer/Advokat/Penasehat Hukum
 Ketua LBH MWCNU Kec. Mojo Kab. Kediri
 Lembaga Penyuluh & Bantuan Hukum NU KAB. KEDIRI
 LBH ANSOR Kota Kediri
 Ketua Badan Konsultasi dan Bantuan Hukum FH Uniska Kediri
 Anggota PERADI (Perhimpunan Advokat Indonesia).
Pengertian ahlussunnah wal
jama’ah
Al-Jama’ah berasal
Pengertian bahasa. dari kata al-jam‟u
Ahl artinya artinya
keluarga, pengikut mengumpulkan
dan penduduk. sesuatu, kata jama‟ah
As-sunnah adalah juga berasal dari kata
at-Thariqoh walau ijtima‟ (perkumpulan).
ghoiru mardiyah Yang merupakan
artinya jalan, cara. lawan dari tafarruq
(perceraian).
Pengertian Istilah
AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AH
Adalah orang-orang yang selalu
berpedoman pada sunnah Nabi
SAW dan jalan para Sahabatnya
dalam masalah akidah
keagamaan, amal-amal lahiriyah
serta akhlak hati.
Ahlussunnah wal jama‟ah
 Ahlussunnah wal jama’ah adalah kelompok ahli
tafsir, ahli hadits dan ahli fikih, merekalah yang
mengikuti dan berpegang teguh dengan sunnah
Nabi SAW dan sunnah al-Khulafa‟ ar-Rasyidin
setelahnya. Mereka adalah kelompok yang
selamat (al-firqah an-najiuah). Ulama‟
mengatakan. “Sungguh kelompok tersebut
sekarang ini terhimpun dalam mazhab yang
empat, yaitu pengikut mazhab Hanafi, Syafi’i,
Maliki, dan Hanbali”. (KH. Hasyim Asy‟ari dalam
kitab Ziyadah at-Ta‟liqot).
‫‪Pengertian ASWAJA‬‬
‫‪ ‬قال الشيخ عبد القادر اجليالين هنع هللا يضر ‪:‬‬
‫صلَّى‬ ‫للا صلَّى للا علَي هه وسلَّم وا ْجلماعة مااتَّ َف َق علَي هه أَصحاب رسو هل ه‬
‫للا‬ ‫السنَّة ماسنَّه رسول ه‬
‫َ‬ ‫ْ َْ َ ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫ْ َ َ َ َ ََ َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫فَ ُّ َ َ َ ْ‬
‫ه‬ ‫ه‬ ‫ه‬ ‫اخللَ َف هاء َّ ه ه‬
‫للا َعلَْي هه َو َسلَّ َم هف هخ الَفَ هة اْألَئه َّم هة اْألَ ْربَ َع هة ْ‬
‫الراشديْ َن ال َْم ْهديه ْ َ‬
‫ي َر ْْحَة للا َعلَْي ه ْم اَ ْْجَع ْ َ‬
‫ي‪.‬‬
‫(الغنية لطاليب طريق احلق)‬

‫‪ ‬قال السيد عبد للا بن علوي احلداد هنع هللا يضر ‪:‬‬
‫ه‬ ‫السن هَّة وا ْجلماع هة هم الْمتم هسكو َن هِبَا َكا َن علَي هه رسول ه‬
‫صلَّى للا َعلَْيه َو َسلَّ َم َوأ ْ‬
‫َص َحابه‬ ‫َ‬ ‫للا‬ ‫َْ َ ْ‬ ‫ََ ْ‬ ‫اَ ْهل ُّ َ َ َ َ‬
‫(رسالة ادلعاونة)‬

‫‪ ‬قال الشيخ ابو الفضل السنوري‬


‫الديْنهيَّ هة واْألَ ْعم ه‬
‫الصحاب هة هف الْع َقائه هد ه‬ ‫ه‬ ‫ه‬
‫َّيب‬
‫ن‬ ‫ال‬ ‫َّ‬ ‫اع هة الَّ ه‬ ‫السن ه‬
‫ال‬ ‫َ َ‬ ‫َ‬ ‫ََ‬ ‫َّ‬ ‫ة‬
‫َ‬ ‫ق‬
‫َ‬ ‫ي‬‫ر‬
‫َ ْ‬‫ط‬
‫َ‬ ‫و‬ ‫ه‬ ‫ة‬
‫َ‬ ‫ن‬ ‫س‬ ‫ا‬‫و‬‫ْ‬ ‫م‬‫ز‬
‫َ‬ ‫ال‬
‫َ‬ ‫ن‬‫ي‬ ‫ذ‬
‫ه َْ‬ ‫َ‬ ‫أ َْهل ه ُّ َ َ َ‬
‫م‬ ‫جل‬
‫ْ‬ ‫ا‬‫و‬ ‫َّة‬
‫الْبَ َدنهيَّة َواْألَ ْخالَ هق الْ َق ْلبهيَّة‪( .‬الكواكب اللماعة)‪.‬‬
PENGERTIAN ASWAJA
 Syaikh Abdul Qodir al-Jilani:
“Yang dimaksud dengan al-Sunnah
adalah apa yang telah diajarkan oleh
Rasûlullâh SAW (meliputi ucapan, perilaku
serta ketetapan beliau). Sedangkan
pengertian al-Jamâ„ah adalah segala
sesuatu yang telah menjadi kesepakatan
para sahabat Nabi Muhammad SAW
pada masa al-Khulafâ‟ al-Râsyidûn yang
empat yang telah diberi hidayah (mudah-
mudahan Allah SWT memberi rahmat
pada mereka semua)”.(Al-Ghunyah li
Thâlibî Tharîq al-Haqq, Juz I, hal 80)
PENGERTIAN ASWAJA
 Syaikh Abî al-Fadhl bin `Abdussyakûr As-Senauri:
Yang disebut Ahl al-Sunnah wa al-Jamâ„ah
adalah orang-orang yang selalu berpedoman
pada sunnah Nabi SAW dan jalan para
sahabatnya dalam masalah akidah keagamaan,
amal-amal lahiriyah serta akhlaq hat. (Al-Kawâkib
al-Lammâ„ah, hal 8-9)
 Sayyid Abdullah bin Alawi Al-Haddad RA.
Ahlussunnah wal Jama‟ah adalah golongan
yang berpegang teguh kepada sunnah Nabi
dan para sahabatnya (Risalatul Muawanah, 9)
Ahlussunnah wal jama’ah
 Al-Jama’ah adalah segala sesuatu yang
telah menjadi kesepakatan para Sahabat
Rasulullah SAW pada masa al-Khulafa’ ar-
Rasyidin yang empat dan yang telah
diberi hidayah oleh Allah. (Syekh Abdul
Qodir al-Jilani).
 Hadits Rasulullah SAW. Ikutilah sunnahku
dan sunnah para Khulafa Rasydin
setelahku.
Hadits Rasulullah SAW

ٌ‫علُكم بسنتٍ وسنت الخلفاء الشاشذَه مه بعذ‬


Ikutilah sunnahku dan sunnah para Khulafa
Rasydin setelahku.
Ahlussunnah wal jama‟ah atau ASWAJA, pada hakikatnya
adalah ajaran Islam seperti yang diajarkan Rasulullah SAW dan
para sahabatnya.
Secara embrional, Aswaja sudah muncul sejak munculnya Islam
itu sendiri, namun penamaan Ahlussunnah wal jama‟ah sebagai
nama kelompok belum lahir pada masa Rasulullah SAW.
ASWAJA baru muncul akhir abad ke-3 Hijriyyah dalam catatan
para ulama‟, Al-Imam al-Hafidz az-Zabidi adalah salah satu dari
sekian banyak ulama‟ yang merekam istilah Ahlussunnah wal
jama‟ah. Dalam karyaanya Kitab Ithaf as-Sadah al-Muttaqin
beliau mengatakan.
“Bila Ahlussunnah wal jamaah disebut, maka yang dimaksudkan
adalah pengikut mazhab al-Asy‟ari dan al-Maturidi”
IMAM HAFIDZ AZ-ZABIDI
‫إرا أطلك أهل السنت والجماعت فالمشاد بهم األشاعشة والما تشَذَت‬
“Bila Ahlussunnah wal jamaah disebut, maka yang
dimaksudkan adalah pengikut mazhab al-Asy’ari dan
al-Maturidi”
Prinsip Dasar ASWAJA
1. Tawasut (jalan tengah, tidak ekstrem kanan atau
kiri).
2. Tawazun (menjaga keseimbangan dan
keselarasan, sehingga terpelihara secara
seimbang antara kepentingan dunia dan
akherat, kepentingan pribadi dan masyarakat,
3. Tasammuh (bersikap toleran terhadap
perbedaan pandangan).
4. Ta‟adul (keseimbangan).
5. Amar Makruf Nahi Munkar (menyeru kepada
kebaikan dan mencegah kemungkaran).
Pertama Prinsip al-tawassuth
Prinsip al-tawassuth, yaitu jalan tengah, tidak
ekstrem kanan atau kiri. Dalam paham Ahlussunnah
Wal Jamaah, baik bidang hukum (syariah) bidang
akidah, maupun bidang akhlak, selalu
dikedepankan prinsip tengah-tengah. Juga di
bidang kemasyarakatan selalu menempatkan diri
pada prinsip hidup menjunjung tinggi keharusan
berlaku adil, lurus di tengah-tengah kehidupan
bersama, sehingga ia menjadi panutan dan
menghindari segala bentuk pendekatan ekstrem.
Sikap moderasi Ahlussunnah Wal Jamaah tercermin
pada metode pengambilan hukum (istinbath)
yang tidak semata-mata menggunakan nash,
namun juga memperhatikan posisi akal. Begitu pula
dalam wacana berfikir selalu menjembatani antara
wahyu dengan rasio (al-ra‟y). Metode (manhaj)
seperti inilah yang diimplementasikan oleh imam
mazhab empat serta generasi lapis berikutnya
dalam menelorkan hukum-hukum pranata
sosial/fikih. Moderasi adalah suatu ciri yang
menengahi antara dua pikiran yang ekstrem;
antara Qadariyah (reewillisme) dan Jabariyah
(fatalisme), ortodoks Salaf dan rasionalisme
Mu'tazilah, dan antara sufisme falsafi dan sufisme
salafi.
Penerapan sikap dasar tawassuth dalam usaha
pemahaman al-Qur‟an dan al-Hadits sebagai
sumber ajaran Islam, dilakukan dalam rangka:
(1) Memahami ajaran Islam melalui teks mushhaf al-
Qur‟an dan kitab al-Hadits sebagai dokumen
tertulis.
(2) Memahami ajaran Islam melalui interpretasi para
ahli yang harus sepantasnya diperhitungkan,
mulai dari sahabat, tabi‟in sampai para imam
dan ulama mu‟tabar.
(3) Mempersilahkan mereka yang memiliki
persyaratan cukup untuk mengambil kesimpulan
pendapat sendiri langsung dari al-Qur‟an dan al-
Hadits.
Fikroh tawassauthiyah (pola pikir
moderat), artinya bersikap
tawazun (seimbang) dan i‟tidal
(moderat) dalam menyikapi
berbagai persoalan, tidak tafrit
(gegabah) atau ifrath (ekstrim).
Kedua Prinsip Tawazun
Prinsip tawazun, yakni menjaga
keseimbangan dan keselarasan, sehingga
terpelihara secara seimbang antara
kepentingan dunia dan akherat,
kepentingan pribadi dan masyarakat, dan
kepentingan masa kini dan masa datang.
Pola ini dibangun lebih banyak untuk
persoalan-persoalan yang berdimensi sosial
politik. Dalam bahasa lain, melalui pola ini
Aswaja ingin menciptakan integritas dan
solidaritas sosial umat.
Sikap netral (tawazun) Ahlussunnah Wal
Jama‟ah berkaitan dengan sikap mereka
dalam politik. Ahlussunnah Wal Jamaah
tidak selalu membenarkan kelompok garis
keras (ekstrem). Akan tetapi, jika
berhadapan dengan penguasa yang lalim,
mereka tidak segan-segan mengambil jarak
dan mengadakan aliansi. Dengan kata lain,
suatu saat mereka bisa akomodatif, suatu
saat bisa lebih dari itu meskipun masih
dalam batas tawazun.
Ketiga Prinsip al-Tasamuh,
Pinsip al-tasamuh, yaitu bersikap toleran terhadap perbedaan
pandangan, terutama dalam hal-hal yang bersifat furu‟iyah,
sehingga tidak terjadi perasaan saling terganggu, saling
memusuhi, dan sebaliknya akan tercipta persaudaraan yang
islami (ukhuwah islamiyah). Berbagai pemikiran yang tumbuh
dalam masyarakat Muslim mendapatkan pengakuan yang
apresiatif. Keterbukan yang demikian lebar untuk menerima
berbagai pendapat menjadikan Aswaja meimiliki
kemampuan untuk meredam berbagai konflik internal umat.
Corak ini sangat tampak dalam wacana pemikiran hukum
Islam. Sebuah wacana pemikiran keislaman yang paling
realistik dan paling banyak menyentuh aspek relasi sosial.
Masih dalam prinsip tasammuh.
Dalam diskursus sosial-budaya,
Aswaja banyak melakukan toleransi
terhadap tradisi-tradisi yang telah
berkembang di masyarakat, tanpa
melibatkan diri dalam substansinya,
bahkan tetap berusaha untuk
mengarahkannya.
Sikap toleran Aswaja yang demikian telah
memberikan makna khusus dalam
hubungannya dengan dimensi
kemanusiaan secara lebih luas. Hal ini pula
yang membuatnya menarik banyak kaum
muslimin di berbagai wilayah dunia.
Pluralistiknya pikiran dan sikap hidup
masyarakat adalah keniscayaan dan ini
akan mengantarkannya kepada visi
kehidupan dunia yang rahmat di bawah
prinsip ketuhanan.
Fikroh tasamuhiyah (pola
pikir toleran), Artinya hidup
berdampngan secara
damai dengan pihak lain
walaupun aqidah, cara pikir,
dan budayanya berbeda.
Keempat Prinsip Ta‟adul
Prinsip ta‟adul (keseimbangan)
Ahlussunnah Wal Jamaah terefleksikan
pada kiprah mereka dalam kehidupan
sosial, cara mereka bergaul serta kondisi
sosial pergaulan dengan sesama muslim
yang tidak mengkafirkan ahlul qiblat serta
senantiasa bertasamauh terhadap
sesama muslim maupun umat manusia
pada umumnya.
Kelima Prinsip Amar Ma‟ruf
Nahi Munkar
Prinsip amar ma‟ruf nahi munkar (menyeru kepada
kebaikan dan mencegah kemungkaran). Dengan
prinsip ini, akan timbul kepekaan dan mendorong
perbuatan yang baik/saleh dalam kehidupan
bersama serta kepekaan menolak dan mencegah
semua hal yang dapat menjerumuskan kehidupan
ke lembah kemungkaran. Jika empat prinsip ini
diperhatikan secara seksama, maka dapat dilihat
bahwa ciri dan inti ajaran Ahlussunnah Wal
Jamaah adalah pembawa rahmat bagi alam
semesta (rahmatan lil „alamain).
Kesimpulan
Prinsip umum Ahlu Sunnah Wal Jama‟ah
mencakup Akidah, Syari’ah, Akhlak,
pergaulan antar golongan, kehidupan
bernegara, kebudayaan dan dakwah. Dari
masing-masing point tersebut
diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-
hari warga ahlus sunnnah wal jama‟ah
yang di Indonesia di akomodir oleh
organisasi kemasyarakatan Nahdhatul
Ulama.
Berbicara aktualisasi paham ahlus sunnnah
wal jama‟ah dalam kehidupan sosial, tidak
bisa dilepaskan dari tatanan bernegara
dimana secara paham mempunyai prinsip
sendiri. Di antara implementasinya adalah:
 Prinsip Syura (Musyawarah),
 Prinsip Al-'Adl (Keadilan),
 Prinsip Al-Hurriyyah (Kebebasan),
 Prinsip Al-Musawah (Kesetaraan Derajat).
Disemua ajarah dan prinsip ahlus
sunnnah wal jama‟ah diatas
mempunyai cirri khas dalam
mengimplementasikan setiap
nilai-nilainya sesuai konteks yang
ada dalam kehidupan tanpa
menghilangkan kultur dan ajaran
yang telah ada.
PERWUJUDAN ASWAJA
 Lebih mendahulukan al-naql dari pada al-
aql, karena menyadari kemampuan akal
manusia itu sangat sedikit dan terbatas.
 Tidak terjebak kepada ekstrim kiri atau
kanan.
 Memilih Sistem bermadzhab secara
proporsional
 Mengakui, mengagungkan sekaligus
mengikuti teladan dan jejak langkah para
sahabat Nabi Muhammad SAW.
Pokok Bahasan
ASWAJA
(AHLU SUNNAH WAL
JAMA’AH)
MAFAHIM AHLUSSUNAH WAL JAMA’AH
 Islam Periode Rasulullah SAW
 Islam Periode Sahabat RA
 Islam Periode Tabi’in
 Islam Periode Imam Mazhab Empat
 Islam Periode aL-Asy’ari dan Al-Maturidi
 Sekilas Sejarah Aliran
 Pengertian Ahlussunnah Wal Jama’ah
 Sejarah Ahlussunnah wal jama’ah
 Metode Berfikir Ahlussunnah wal jama’ah
1- Al-Qur’an, 2- Hadits 3- Ijma’ Ulama’ 4- Akal.
Islam periode rasulullah
 Islam di masa Rasulullah SAW, pasti Islam dilaksanakan
secara baik dan benar, tepat sesuai al-Qur‟an dan as-
Sunnah, dan tidak menyimpang sedikitpun , khususnya oleh
pribadi beliau sebagai teladan yang terbimbing langsung
bimbingan Allah SWT, juga para sahabat RA yang
terbimbing dan terkontrol langsung oleh Rasulullah SAW.
 Amaliyah Rasulullah SAW, mustahil menyimpang dari
petunjuk al-Qur‟an
 Amaliyah lahir batin Rasulullah yang diteladankan kepada
para sahabat RA secara langsung serta kepada para
pengikutnya sepanjang zaman secara tidak langsung, inilah
yang disebut sebagai as-Sunnah.
Islam Periode Sahabat RA
 Perbedaan pendapat pertama yang kemudian menjadi
problematika umat Islam mulai muncul sejak Rasulullah
SAW wafat . Kemudian semenjak terbunuhnya khalifah
ketiga, Utsman bin Afan RA problematika politik semakin
menjadi, berlanjut pada masa khalifah Ali ibn Abi Thalib RA
sebagai khalifah keempat. Pada masa ini perbedaan
pendapat yang awalnya berorientasi pada politik, dan
berujung pada persoalan akidah.
 Nabi Muhammad SAW wafat pada 2 Rabiul Awal 11 H
atau 8 juni 632 M. Pada hari wafatnya. Sekelompok Ansor
dibawah pimpinan Sa‟ad bin Ubadah berkumpul di
Saqifah Bani Sa‟idiyah untuk memilih khalifah, mendengar
hal ini kaum Muhajirin datang ke Saqifah dibawah
pimpinan Abu Bakar as-Shidiq dan Umar bin Khatab.
 Setelah melewati perdebatan cukup sengit antara kaum
Ansor dan Muhajirin, akhirnya semua sepakat Sahabat
Abu Bakar RA sebagai Khalifah pengganti Nabi SAW.
Islam Periode Tabi‟in
 Periode Tabi‟in ini adalah pasca kekhalifahan sahabat Ali
bin Abi Thalib RA, yang ditandai munculnya sekte-sekte
Islam yang banyak mendapat sorotan ulama‟ dan ahli
sejarah seperti Qodariyah, Murji‟ah dan Jabbariyah.
 Qodariyah pendirinya Ma‟bad al-Juhani dan Ghilan ad-
Damasyqi berpendapat manusia memiliki qodar
(kemampuan) sendiri untuk menciptakan perbuatannya.
 Murji‟ah Pendirinya Hasan bin Bilal al-Muzni, Abu Salah as-
Saman, Sauban, dan Dirar bin Umar. Berpendapat
menangguhkan hukuman duniawi hingga hari kiamat.
Beliau meniadakan hukum qishas, diyat atau hukuman
bagi pezina, semua hukuman ditunda samapai hari
kiamat.
 Jabriyah pendirinya adalah Jahm bin Sofwan, menyatakan
bahwa manusia tdk memiliki qodar sama sekali, semua
perbuatan manusia diciptakan secara mutlak oleh qodar
tuhan. Baik buruknya perbuatan manusia, semata mata
merupakan perwujudan dari baik buruknya qadar tuhan.
Ini bertentangan pendapat aliran Qodariyah.
Islam Periode Imam Mazhab
Empat
 Periode Imam mazhab empat pada dasarnya
merupakan periode kemunculan mazhab fikih yang
sangat banyak, namun empat mazhab saja yang
hingga kini diakui dan diterima mayoritas umat Islam.
 HANAFI PENDIRINYA NUKMAN BIN TSABIN ABU HANIFAH
 MALIKI PENDIRINYA MALIK BIN ANAS
 SYAFI‟I PENDIRINYA MUHAMAD BIN IDRUS AS-SYAFI‟I
 HANBALI PENDIRINYA AHMAD BIN HANBAL
Keempat Mazhab tersbut adalah penegak subtansi
paham Ahlussunnah Wal Jama‟ah yang sangat handal.
Islam Periode Imam Asyari dan
Imam Maturidi
 PERIODE INI PADA DASARNYA ADALAH INSTITUSI
AHLUSSUNNAH WAL JAMA‟AH, KHUSUSNYA DALAM
LINGKUP KALAM (TEOLOGIS). DAN SEMAKIN
MELEMBAGA.
 MENEGAKKAN AKIDAH AHLUSSUNNAH WAL JAMA‟AH
DAN MENOLAK PAHAM MU‟TAZILAH YANG TERUS
BERKEMBANG
 ABU HASAN AL-ASY‟ARI (260-324 H) BERADA DI BASROH
 ABU MANSUR AL-MATURIDI (248-333 H) BERADA DI
KHURASAN .
‫‪Hadits Tentang Aliran‬‬
‫إن الُهىد افتشلت علً إحذي وسبعُه فشلت‪.‬‬
‫أوثنتُه وسبعُه فشلت والنصاسي علً مثل‬
‫رلك‪ .‬وتتفشق هزه االمت علً ثالث وسبعُه‬
‫فشلت‪.‬‬
DALAM BUGYAH AL-MURTASYIDIN DI JELASKAN,
72 FIQOH (GOLONGAN) SELAIN AHLUSSUNNAH
WAL JAMA’AH BERTUMPU PADA TUJUH FIRQOH
TERSEBUT.
1. SYIAH
2. KHAWARIJ
3. MU’TAZILAH
4. MURJI’AH
5. NAJARIYAH
6. JABARIYAH
7. MUSYABIHAH
 SYIAH YAITU KAUM YANG MEMUJA ALI BIN ABI THALIB.
MEREKA TDK MENGAKUI KHALIFAH ABUBAKAR, UMAR BIN
KHATAB DAN UTSMAN BIN AFFAN.
 KHAWARIJ YAITU KAUM KAUM YANG MEMBENCI ALI BIN ABI
THALIB, BAHKAN ADA SEBAGIAN YANG SAMPAI
MENGKAFIRKANNYA, KAUM KHAWARIJ TERPECAH MENJADI
20 ALIRAN.
 MU’TAZILAH YAITU KAUM YANG BEFAHAM BAHWA TUHAN
TIDAK MEMPUNYAI SIFAT, MANUSIA MEMBUAT PEKERJAAN
SENDIRI, TUHAN TDK BISA DILIHAT DENGAN MATA DALAM
SURGA, PELAKU DOSA BESAR DILETAKKAN DIANTARA DUA
TEMPAT, MI’RAJ NABI MUHAMMAD SAW HANYA DENGAN
RUH, KAUM MUKTAZILAH TERPECAH MENJADI 20 ALIRAN,
TERMASUK DIANTARANYA DALAH QODARIYAH
 Murjiah. Yaitu kaum yang memfatwakan tidak apa-apa
berbuat maksiat jika sudah beriman, dan sebaliknya
membuat kebaikan dan kebajikan tidak bermanfaat jika
kafir. Kaum ini terpecah menjadi lima aliran.
 Najariyah. Yaitu kaum yang memfatwakan bahwa
perbuatan mnusia adalah mahluk, yaitu dijadikan Tuhan,
tetapi mereka berpendapat bahwa sifat Tuhan tidak ada.
Kaum Najariyah terpecah menjadi tiga aliran.
 Jabariyah. Yaitu kaum yang memfatwakan bahwa
manusia majbur, artinya tidak berdaya apa-apa. Kasb
atau usaha tidak sama sekali. Kaum ini hanya satu aliran.
 Musyabbihah. Yaitu kaum yang memfatwakan ada
keserupaan Tuhan dengan manusia, misal bertangan,
berkaki, duduk di kursi, naik dan turun tangga, dan
semisalnya. Kaum ini hanya satu aliran. Pengikut Ibn
Taimiyah termasuk golongan ini.
SEBAGIAN ULAMA’
BERPENDAPAT
 QODARIYAH ADALAH NAMA LAIN DARI
MU‟TAZILAH.
 MURJI‟AH NAMA LAIN DARI JABARIYAH.
NAMUN YANG PENGARUHNYA SANAGAT KUAT
KARENA HINGGA KINI TERUS MEWARNAI
PERDEBATAN KALAM (TEOLOGIS) UMAT ISLAM
IALAH SEKTE MU‟TAZILAH
AKIDAH AHLUSSUNNAH WAL
JAMA’AH

1. IMAM ABU HASAN AL-ASY’ARI


2. IMAM ABU MANSUR AL-
MATURIDI
FIKIH AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AH

 IMAM HANAFI
 IMAM MALIKI
 IMAM SYAFI’I
 IMAM HAMBALI
TASAWUF
AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AH
 Imam Al-Junaidi al-
Baghdadi
 Imam Al-Ghozali
KELOMPOK DAN ALIRAN DALAM
SEJARAH UMAT ISLAM
 JAMA‟AH TABLIG (JT)
 SYIAH
 AHMADIYAH
 KHAWARIJ
 JAMA‟AH ISLAMIYAH
 MU‟TAZILAH (JI) INDONESIA
 WAHABI  FRONT PEMBELA ISLAM
 IKHWANUL MUSLIMIN (FPI)
 HIZBUT TAHRIR
 RADIKALISME DAN
LIBERALISME
TERIMAKSIH
WASSALAMU‟ALAIKUM. WR.
WB.

Anda mungkin juga menyukai