Anda di halaman 1dari 17

“An-Nadhafatu Minal Iman”,

Hadis atau Bukan?


Sering kali kita dengar kalimat “Kebersihan adalah sebagian dari iman” atau “An-
Nadhafatu Minal Iman” yang digunakan sebagai jargon kampanye menjaga
kebersihan. Lalu apakah kalimat tersebut adalah hadis atau bukan?

Syekh Yusuf Qardhawi, seorang cendekiawan Mesir sekaligus ulama kontemporer


saat ini telah menjawab pertanyaan ini dalam website resminya (klik di sini). Beliau
mengatakan,

‫ح ٔال حضٍ ٔال‬ٛ‫ بضُذ صح‬،‫ًا أعهى‬ٛ‫ ف‬-‫ملسو هيلع هللا ىلص‬- ٙ‫ًاٌ) بٓزا انهفظ نى تشد عٍ انُب‬ٚ‫ْزِ انكهًت (انُظافت يٍ اإل‬
‫ف‬ٛ‫ضع‬.

Kalimat ini (An-nadhafatu minal iman) tidak bersumber dari Nabi saw.
sebagaimana saya ketahui dengan sanad sahih, tidak hasan, dan tidak pula daif.

Lebih lanjut, beliau menjelaskan bahwa sebenarnya Imam At-Thabrani di dalam


kitabnya Al-Mu‟jam Al-Ausath telah meriwayatkan sebuah hadis dari Ibnu Mas‟ud
r.a. (yang redaksinya hampir mirip dengan kalimat An-nadhafatu minal iman).

‫احبِ ِّ فِٗ ْان َجُ ِت‬


ِ ‫ص‬ ِ ْ َٔ ٌ‫ا‬
َ ‫ ًَا ٌُ َي َع‬ْٚ ‫اإل‬ ِ ْ َٗ‫ع ْٕ إِن‬
ِ ًَ ْٚ ‫اإل‬ َ ُ‫ظافَتٌ َٔان‬
ُ ‫ظافَتُ ت َ ْذ‬ َ ََ َُِّ‫صه َى تَخَههُ ْٕا فَإ‬
َ َٔ ِّ ْٛ َ‫صهٗ هللاُ َعه‬ ُ ‫قَا َل َس‬
َ ِ‫ص ْٕ ُل هللا‬
َٙ‫)(سٔاِ انطبشا‬

Buanglah sisa-sisa makanan di gigimu, karena perbuatan itu adalah kebersihan,


dan kebersihan itu akan mengajak (menggiring) kepada iman, dan iman itu akan
bersama orang yang memilikinya dalam surga. (HR. At-Thabrani)

Namun, menurut Imam Al-Haitsami di dalam kitabnya Majma‟ Az-


Zawaid mengatakan bahwa di dalam sanadnya terdapat Ibrahim bin Hayyan yang
oleh Imam Ibnu „Adi (seorang kritikus pakar rawi hadis) mengatakan bahwa hadis-
hadisnya (Ibrahim) banyak yang palsu.

Meskipun secara matan kalimat An-Nadhafatu minal iman tidak valid dan tidak
ditemukan siapa yang mengatakan hal ini. Tetapi, secara makna kalimat tersebut
adalah sahih. Hal ini selaras dengan teks-teks hadis sahih yang mengatakan bahwa
kebersihan memang sangat penting.

Dari Abil Malih dari bapaknya, ia berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Allah tidak
akan menerima salat dengan tanpa bersuci. Dan Allah tidak akan menerima
sadaqah dari korupsi.” (HR. An-Nasa‟i)

Selain itu, di dalam ayat-ayat Al-Qur‟an pun banyak pujian yang ditujukan kepada
orang-orang yang respek terhadap kebersihan dan kesucian. Di antaranya adalah
ayat sebagai berikut.

‫طٓ ُش ْٔ ۗا َٔ ه‬
ُّ‫ ُِحب‬ٚ ُ‫اّٰلل‬ َ َ ‫ت‬ٚ ٌْ َ ‫ ُِّحب ٌَُّْٕ ا‬ٚ ‫ ِّ ِس َجا ٌل‬ْٛ ‫ ۗ ِّ ِف‬ْٛ ‫َ ْٕ ٍو ا َ َح ُّق ا َ ٌْ تَقُ ْٕ َو ِف‬ٚ ‫ش َعهَٗ انت ْق ٰٕٖ ِي ٍْ أَ ِل‬ ّ ِ ُ ‫ ِّ اَبَذ ًۗا نَ ًَض ِْجذٌ ا‬ْٛ ‫َال تَقُ ْى ِف‬
َ ‫ص‬
ٍَْٚ‫ْان ًُط ِ ّٓ ِش‬

Janganlah engkau melaksanakan salat dalam masjid itu selama-lamanya. Sungguh,


masjid yang didirikan atas dasar takwa, sejak hari pertama adalah lebih pantas
engkau melaksanakan salat di dalamnya. Di dalamnya ada orang-orang yang ingin
membersihkan diri. Allah menyukai orang-orang yang bersih. (Q.S. At-
Taubah/108)

Demikianlah penjelasan tentang An-Nadhafatu minal iman hadis atau bukan yang
diterangkan oleh Syekh Yusuf Qardhawi. Ternyata kalimat itu bukanlah hadis.
Hanya saja spirit menjaga kebersihan ada di dalam Islam yang salah satunya
terdapat dalam hadis-hadis dan ayat sebagaimana tersebut di atas. Di mana orang
yang beriman pastinya akan menjaga kesuciannya sebagai syarat melaksanakan
salat dan ibadah lainnya. Wa Allahu A‟lam bis Shawab.

َ َٔ ِّ ْٛ َ‫صهٗ هللاُ َعه‬


‫صه َى‬ َ ‫هللا‬ ُ ‫ٖ قَا َل قَا َل َس‬
ِ ‫ص ْٕ ُل‬ ّ ِ ‫ َيانِكٍ األ َ ْشعَ ِش‬ْٙ ‫ َع ٍْ أ َ ِب‬: ‫ان‬ ِ ‫ُور ش َْط ُر‬
ِ ‫اإل ْي َم‬ ُ ‫الطه‬ُّ ُ ‫ّٰلل ت َ ًْؤل‬
ِ ِ ُ‫َٔ ْان َح ًْذ‬
ٌ ْ‫ٕس َٔانصذَقَتُ ب ُْش‬
ٌ‫َا‬ ٌ َُ ُ ‫ض َٔانصالَة‬ِ ‫ث َٔاأل َ ْس‬ِ ‫ٍَْ انض ًَ َٕا‬َٛ‫آلٌ – أ َ ْٔ ت ًَْؤل ُ – َيا ب‬ ِ ِ ُ‫اّٰلل َٔ ْان َح ًْذ‬
ِ ًَْ ‫ّٰلل ت‬ ِ ٌَ‫ص ْب َحا‬ُ َٔ . ٌَ‫ْزَ ا‬ًِٛ ‫ْان‬
‫ (سٔاِ يضهى‬.» ‫ضُّ فَ ًُ ْعتِقُ َٓا أ َ ْٔ ُيٕبِقُ َٓا‬َ ‫َ ْغذُٔ فَبَائِ ٌع ََ ْف‬ٚ ‫اس‬ِ ُ‫ْكَ ُك ُّم ان‬َٛ‫َا ٌء َٔ ْانقُ ْشآٌُ ُحجتٌ نَكَ أ َ ْٔ َعه‬ٛ‫ض‬ ِ ‫) َٔانصب ُْش‬

Dari Abi Malik Al-Asy‟ari, ia berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Kesucian itu
sebagian dari iman, Alhamdulillah memberatkan timbangan, Subhanallah
walhamdulillah memenuhi ruang antara langit dan bumi, salat itu cahaya, sedekah
itu bukti nyata, sabar itu pelita, Al-Qur‟an itu hujjah (yang membela atau
menghujat). Setiap manusia bekerja sampai ada yang menjual dirinya, hingga ia
jadi merdeka atau jadi celaka.” (HR. Muslim)
Hadis tersebut juga diriwayatkan oleh imam Ahmad, At-Tirmidzi, serta termasuk
bagian dari hadis yang dimasukkan imam Nawawi di dalam kitab Arbainnya yang
fenomenal itu.

Kata thuhur di dalam hadis tersebut mempunyai arti suci. Dan kesucian di dalam
agama Islam itu mencakup kesucian maknawi seperti suci dari kekufuran,
kemaksiatan, serta kehinaan. Bisa juga mencakup kesucian secara hissi (dapat
dilihat indrawi), yakni kebersihan. Kesucian juga merupakan syarat sahnya salat,
baik suci dari hadas yang dapat dihilangkan dengan cara berwudu dan mandi,
maupun suci dari najis yang harus dibersihkan sehingga sucilah pakaian, badan,
dan tempat yang akan digunakan untuk shalat.

Oleh karena itu, bab thaharah atau kesucian ini menjadi pelajaran pertama yang
harus dipelajari dalam fiqih Islam. Hal ini disebabkan karena kesucian adalah
adalah pengantar kita menuju salat. Sedangkan kunci surga adalah salat, dan
kuncinya salat adalah bersuci.

ُ ‫ ِّ قَا َل قَا َل َس‬ِٛ‫ح َع ٍْ أَب‬ٛ ْ


ٍْ ‫صذَقَتً ِي‬
َ ‫ٕس َٔ َال‬ ُ ‫ ِْش‬َٛ‫ص َالة ً بِغ‬
ٍ ُٓ ‫ط‬ َ ُ‫َ ْقبَ ُم اّٰلل‬ٚ ‫صه َى َال‬
َ َٔ ِّ ْٛ َ‫صهٗ اّٰللُ َعه‬
َ ِ‫صٕ ُل اّٰلل‬ ِ ‫ ان ًَ ِه‬ِٙ‫َع ٍْ أَب‬
ٙ‫غهُٕ ٍل (سٔاِ انُضائ‬ ُ )
''Kebersihan Sebagian dari Iman'' Hadits Dhaif, Tapi
Maknanya Baik
Oleh: Badrul Tamam
Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas
Rasulillah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.
Kebersihan dalam Islam memiliki kedudukan penting. Kitab-kitab fiqih ibadah dalam
Islam diawali dengan bahasan thaharah yang mengandung makna kesucian dan
kebersihan.
Kebersihan merupakan asas terwujudnya kesehatan; salah satu nikmat terbesar
yang Allah anugerahkan kepada manusia, sebagaimana hadits shahih,
ُ‫صحتُ َٔ ْانفَ َشاغ‬ ِ ُ‫ش ِي ٍْ ان‬ٛ
ّ ِ ‫اس ان‬ ٌ ‫َاٌ َي ْغب‬
ٌ ِ‫ ِٓ ًَا َكث‬ِٛ‫ٌُٕ ف‬ ِ ‫َِ ْع ًَت‬
"Ada dua nikmat yang manusia sering dilalaikan (rugi) di dalamnya yaitu sehat dan
waktu luang (kesempatan)." (HR. Al-Bukhari dan Ahmad)
Saking pentingnya kebersihan, agama ini memposisikannya separuh dari iman.
Artinya, tuntutan iman adalah menjaga kebersihan.
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
ٌ‫ا‬
ِ ًَ ٚ‫اإل‬ ْ ‫ٕس ش‬
ِ ْ ‫َط ُش‬ ُّ
ُ ُٓ ‫انط‬
“Bersuci itu separoh keimanan.” (HR. Muslim)
Maksudnya, puncak pahalanya dilipatgandakan sampai setengah pahala iman. Ada
yang mengatakan, maknanya iman menghapuskan dosa-dosa yang telah lalu, begitu
juga wudhu‟. Sebabnya, karena wudhu‟ tidak sah tanpa iman. Karena harus dengan
iman inilah disebut sebagai separoh darinya. Dan masih ada beberapa pendapat lain
mengenai hadits ini.
Menguatkan makna ini, banyak orang berdalil dengan hadits yang masyhur,
ٌ‫ا‬ ِ ْ ٍَ‫ظافَتُ ِي‬
ِ ًَ ْٚ ‫اإل‬ َ ُ‫اَن‬
“Kebersihan sebagian dari iman.” (HR. Al-Tirmidzi)
Syaikh Abdul „Aziz bin Abdullah bin Bazz rahimahullah mengimentari hadits ini,
‫ث سٔاِ انتشيز٘ بضُ ٍذ‬ٚ‫ ْزا انحذ‬،ٖ‫ث أخش‬ٚ‫ أحاد‬ٙ‫ يعُاِ جاء ف‬،‫ح‬ٛ‫ ٔيعُاِ صح‬،‫ف‬ٛ‫ث ضع‬ٚ‫نكُّ حذ‬
ٍ‫ أٌ ي‬-‫ملسو هيلع هللا ىلص‬- ٙ‫ انًعُٗ جاء عٍ انُب‬ٙ‫ ٔنكٍ ف‬،ً‫حا‬ٛ‫ش صُذِ صح‬ٛ‫ ٔنكٍ ن‬،)ٌ‫ًا‬ٚ‫ (انُظافت يٍ اإل‬،‫ف‬ٛ‫ضع‬
‫ق‬ٚ‫ًاٌ إياطت األرٖ عٍ انطش‬ٚ‫شعب اإل‬
“Tetapi ia adalah hadits dhaif. Maknanya shahih (benar). Maknanya ada di hadits-
hadits lain. Hadits ini diriwayatkan al-Tirmidzi dengan sanad dhaif. (Kebersihan
sebagian dari iman) tetapi sanadnya tidak shahih. Tetapi dari sisi makna ada hadits
dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bahwa di antara cabang Iman adalah
menyingkirkan gangguan dari jalan.”
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengabarkan bahwa beliau melihat pahala
umatnya –saat ditampakkan kepadanya- adalah seseorang yang menyingkirkan
kotoran dari masjid.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam juga bersabda,
‫ ُِحبُّ ان َج ًَا َل‬ٚ ‫ ٌم‬ْٛ ًِ ‫إٌِ هللاَ َج‬
“Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan.” Dari sini, Allah
syariatkan mandi janabat, mandi saat pergi ke shalat Jum‟at, dan memandikan
mayit. Dalam syariat ini terdapat nilai kebersihan.
Syaikh Bin Bazz rahimahullah menjelaskan makna lain dari al-Tathhir (bersuci),
maksud dalil syar‟i menunjukkan perintah menjaga kebersihan dari kotoran. Bahwa
seorang mukmin tidak meninggalkan kotoran pada pakaian dan badannya. Tetapi
hendaknya ia menghilangkan kotoran itu. Begitu juga saat ia di jalan, ia
menyingkirkan gangguan yang membahayakan dari jalan agar kaum muslimin tidak
celaka dengan sebab itu. Wallahu a‟lam. [PurWD/voa-islam.com]
‫‪Kebersihan bagian dari iman‬‬

‫‪ "kebersihan bagian dari iman".‬النظافة من اإلٌمان ‪Hadits :‬‬

‫‪Diriwayatkan oleh Al-Khathiib Al-Bagdaady (463H) dalam kitabnya “Talkhish al-‬‬


‫‪mutasyaabih” 1/223:‬‬

‫الروٌانً عنه لال ‪ :‬أخبرنا على بن‬ ‫لال ‪ :‬لرأت فً كتاب أبً الحسن الدارلطنً بخطه ‪ ،‬وحدثنٌه أحمد بن دمحم بن أحمد ُّ‬
‫عبد هللا بن الفضل البغدادي ‪ ،‬نا الحسٌن بن دمحم بن عفٌر األنصاري ‪ ،‬ثنا النضر بن هشام المكتب ‪ ،‬نا إبراهٌم بن ِحبّان بن‬
‫حكٌم ‪ ،‬أنا شرٌن عن م غٌرة ‪ ،‬عن إبراهٌم ‪ ،‬عن علممة عن عبد هللا بن مسعود لال ‪ :‬لال رسول هللا ملسو هيلع هللا ىلص ‪ " :‬تخللوا ‪ ،‬فإنه‬
‫نظافة ‪ ،‬والنظافة من اإلٌمان ‪ ،‬واإلٌمان مع صاحبه فً الجنة " ‪.‬‬

‫‪Dan diriwayatkan juga oleh Ath-thabaraany (360H) dalam kitabnya “Al-Mu’jam Al-‬‬
‫‪ "kebersihan mengajak‬النظافة تدعو إلى اإلٌمان ‪Ausath” no.(7311) 7/215 dengan lafadz‬‬
‫‪kepada keimanan":‬‬

‫لال ‪ :‬حدثنا دمحم بن العباس ثنا النضر بن هشام األصبهانً ثنا إبراهٌم بن حٌان بن حكٌم بن حنظلة بن سوٌد بن علممة بن‬
‫سعد بن معاذ األنصاري حدثنً شرٌن ‪ ...‬به ‪ ،‬بلفظ ‪ " :‬تخللوا ‪ ،‬فإنه نظافة ‪ ،‬والنظافة تدعو إلى اإلٌمان ‪ ،‬واإلٌمان مع‬
‫صاحبه فً الجنة " ‪.‬‬

‫‪Hadits ini dihukumi oleh syekh Albaany (1420H) sebagai hadits palsu, karena pada‬‬
‫‪sanadnya ada rawy yang bernama Ibrahim bin Hayyan bin Hakim([1]), periwayatan‬‬
‫‪haditsnya sangat lemah; Ibnu „Adiy (365H) mengatakan: Ia banyak meriwayatkan‬‬
‫]‪hadits-hadits palsu. [Silsilah Hadits Dhaif no.5277‬‬

‫‪Hadits ini juga diriwayatkan dangan lafadz yang lain:‬‬

‫‪1.‬‬ ‫‪ "sesungguhnya Allah membangun Islam atas‬إن هللا بنى اإلسالم على النظافة ‪Dengan lafadz:‬‬
‫‪dasar kebersihan".‬‬

‫”‪Disebutkan oleh Ar-Rafi’iy (622H) dalam kitabnya “At-Tadwiin fii Akhbaar Qazwain‬‬
‫‪1/176 :‬‬

‫لال أبو الحسن علً بن دمحم المزوٌنً الماضً ‪ :‬حدثنً أبو عبٌد هللا بن ٌزٌد ثنا أبو علً الحسن بن دمحم ثنا إسحاق بن‬
‫شاهٌن الواسطً ثنا دمحم بن ٌعلى الكوفً ثنا عمر بن صبٌح عن أبً سهل عن الحسن عن أبً هرٌرة لال ‪ :‬لال رسول هللا‬
‫ملسو هيلع هللا ىلص ‪ ( :‬تنظفوا بكل ما استطعتم ‪ ،‬فإن هللا بنى اإلسالم على النظافة ‪ ،‬ولم ٌدخل الجنة إال كل نظٌف )‬
Syekh Albaaniy mengatakan bahwa hadits ini palsu, karena pada sanadnya ada
rawy yang bernama Umar bin Subh([2]); Ibnu Hajar (852H) mengatakan: Ia
adalah matruk (haditsnya ditolak) dan Ibnu Rahawaih (238H) mengklaim ia sebahai
pendusta hadist. [Silsilah Hadits Dhaif no.3264]

2. Dengan lafadz: ‫" بنً الدٌن على النظافة‬agama Islam dibangun atas dasar kebersihan".

Disebutkan oleh Imam Al-Gazaaliy (505H) dalam kitabnya “Ihyaa’ ‘uluumuddiin”. Al-
„Iraqiy (806H) mengatakan: Aku tidak menemukan hadits ini (]‫)لم أجده‬. ([3)

3. Dengan lafadz: ‫" تنظفوا فإن اإلسالم نظٌف‬membersihkanlah, karena sesungguhnya Islam
itu bersih".

Diriwayatkan oleh Ibnu Hibban (354H) dalam kitabnya “Al-Majruhiin” 3/57:

‫ حدثنا‬:‫ حدثنا الفضل بن أبى طالب عنه وأخبرناه الفضل بن دمحم العطار بأنطاكٌة لال‬:‫ أخبرنا دمحم بن المسٌب لال‬: ‫لال‬
‫ فإن‬، ‫ " تنطفوا‬:‫ لال رسول هللا ملسو هيلع هللا ىلص‬:‫ حدثنا نعٌم بن المورع عن هشام بن عروة عن أبٌه عن عائشة لال‬:‫عمبة بن مكرم لال‬
. " ‫ وال ٌدخل الجنة إالّ كل نظٌف‬، ‫اإلسالم نظٌف‬

Hadits ini juga palsu, karena dalam sanadnya ada rawy yang bernama Nu’aim bin
al-muwarri’([4]), Imam Al-Hakim (405H) dan Abu Sa‟id An-Naqqasy (414H) berkata:
ia meriwayatkan dari Hisyam hadits-hadits yang palsu.

4. Dengan lafadz: ‫" إن هللا نظٌف ٌحب النظافة‬sesungguhnya Allah itu bersih, mencintai
kebersihan".

Diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dalam kitabnya “Al-Majruhiin” ٔ/279 :

‫ حدثنا ابن لتٌبة ثنا عبدالرحمن بن ابراهٌم ثنا عبدهللا بن نافع حدثنا خالد بن إلٌاس عن عامر بن سعد بن أبى ولاص‬: ‫لال‬
‫ جواد ٌحب‬،‫ كرٌم ٌحب الكرم‬،‫ نظٌف ٌحب النظافة‬،‫ " إن هللا عزوجل طٌب ٌحب الطٌب‬:‫عن أبٌه عن النبً ملسو هيلع هللا ىلص لال‬
. " ‫ وال تشبهوا بالٌهود التى تجمع االكناف فً دورها‬، ‫ فنظفوا بٌوتكم‬،‫الجود‬

Sanad hadits ini sangat lemah karna dalam sanadnya ada rawy yang
bernama Khalid bin Ilyas([5]), Ibnu hajar berkata: haditsnya ditinggalkan karena
sangat lemah (matruuk).

Diriwayatkan juga dengan sanad yang lain oleh Ibnu ‘Adiy dalam kitabnya “Al-
Kaamil” 5/291:
‫ حدثنا دمحم بن الفضل الهمذانً ببٌت الممدس ثنا أحمد بن بدٌل ثنا حسٌن بن علً الجعفً ثنا بن أبً رواد عن سالم‬: ‫لال‬
‫ فاكسحوا‬، ‫ نظٌف ٌحب النظافة‬، ‫ سخً ٌحب السخاء‬، ‫ " إن هللا جمٌل ٌحب الجمال‬: ‫ لال رسول هللا ملسو هيلع هللا ىلص‬: ‫عن أبٌه لال‬
. " ‫أفنٌتكم‬

Namun sanad inipun juga sangat lemah karena ada rawy yang bernama Ahmad bin
Budail([6]), Ibnu „Adiy berkata: Ia meriwayatkan hadits yang mungkar (sangat
lemah). [Silsilah Hadits Dhaif no.7086]

Dengan demikian lafadz hadits ‫النظافة من اإلميمان‬, adalah palsu haram hukumnya
dinisbahkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Akan tetapi, lafadz yang sahih dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa


sallam adalah ‫ان‬ ِْ
ِ ‫اإلمي َم‬ ‫ش ْط ُر‬
َ ُ ‫" ال ُّط ُه‬kebersihan (suci) sebagian dari iman",
‫ور‬
diriwayatkan oleh Imam Muslim (261H) dalam kita sahihnya pada pembahasan "At-
Thaharah" bab fadhlul wudhu’ (no.223) 1/203 .

Banyak sekali ayat dan hadits yang menunjukkan bagaimana Islam sangat
memperhatikan masalah kebersihan yang merupakan ciri dan tanda keimanan
seseorang, diantaranya:

Allah memerintahkan Nabi Ibrahim dan Isma’il untuk membersihkan masjidil


haram:

ُّ ‫طا ِئفٌِنَ َو ْال َعا ِكفٌِنَ َو‬


ُّ ‫الر َّكعِ ال‬
]ٕٔ5 :‫س ُجودِ} [البمرة‬ َّ ‫ً ِلل‬ َ ‫ٌِم َو ِإ ْس َما ِعٌ َل أ َ ْن‬
َ ‫ط ِ ّه َرا َب ٌْ ِت‬ َ ‫{و َع ِهدْنَا ِإلَى ِإب َْراه‬
َ
Dan telah kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail: "Bersihkanlah rumah-Ku
untuk orang-orang yang thawaf, yang i'tikaf, yang ruku' dan yang sujud". [Al-
Baqarah:125]

Allah mencintai orang-orang yang bersih:


َّ ‫اَّللُ ٌ ُِحبُّ ْال ُم‬
]ٔٓ1 :‫ط ِ ّه ِرٌن} [التوبة‬ َ َ ‫{فٌِ ِه ِر َجا ٌل ٌ ُِحبُّونَ أ َ ْن ٌَت‬
َّ ‫ط َّه ُروا َو‬

Di dalamnya mesjid itu ada orang-orang yang suka membersihkan diri. dan
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih. [At-Taubah:108]

Allah mengharamkan seorang suami menggauli istrinya yang sedang haid atau
nifas:
‫ط َّه ْرنَ فَأْتُوه َُّن ِم ْن‬ ْ ٌَ ‫ٌض َو َال ت َ ْم َربُوه َُّن َحتَّى‬
َ َ‫ط ُه ْرنَ فَإِذَا ت‬ ِ ‫سا َء ِفً ْال َم ِح‬
َ ّ‫ٌض لُ ْل ه َُو أَذًى فَا ْعت َِزلُوا ال ِن‬ ِ ‫{و ٌَ ْسأَلُونَنَ َع ِن ْال َم ِح‬
َ
]ٕٕٕ :‫ط ِ ّه ِرٌن} [البمرة‬ َ َ ‫اَّلل ٌ ُِحبُّ الت َّ َّوا ِبٌنَ َوٌ ُِحبُّ ْال ُمت‬ َّ
‫ن‬ ‫إ‬ ‫اَّلل‬
َ َّ ِ ُ َّ ُ َ َ‫م‬ ُ
‫ك‬ ‫ر‬ ‫م‬َ ‫أ‬ ُ
‫ْث‬ ٌ ‫َح‬

Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: "Haidh itu adalah suatu kotoran".
oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri (dgn tidak menyetubuhi) dari wanita di
waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci (dari haid).
apabila mereka Telah suci (mandi wajib), Maka campurilah mereka itu di tempat yang
diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat
dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri. [Al-Baqarah:222]

Allah memerintahkan wudhu dan mandi bagi yang junub ketika hendak salat:

‫س ُحوا بِ ُر ُءو ِس ُك ْم َوأ َ ْر ُجلَ ُك ْم إِلَى ْال َك ْعبٌَ ِْن‬ َ ‫ك َوا ْم‬ ِ ِ‫ص َالةِ فَا ْغ ِسلُوا ُو ُجو َه ُك ْم َوأ َ ٌْ ِدٌَ ُك ْم إِلَى ْال َم َراف‬ َّ ‫{ٌَا أٌَُّ َها الَّذٌِنَ آ َمنُوا إِذَا لُ ْمت ُ ْم إِلَى ال‬
‫سا َء فَلَ ْم ت َِجد ُوا َما ًء فَتٌََ َّم ُموا‬ َ ّ‫سفَ ٍر أ َ ْو َجا َء أَ َحدٌ ِم ْن ُك ْم ِمنَ ْالغَائِ ِط أ َ ْو َال َم ْست ُ ُم ال ِن‬ َ ‫ضى أ َ ْو َعلَى‬ َّ ‫َوإِ ْن ُك ْنت ُ ْم ُجنُبًا فَا‬
َ ‫ط َّه ُروا َوإِ ْن ُك ْنت ُ ْم َم ْر‬
‫ط ِّه َر ُك ْم َو ِلٌُتِ َّم ِن ْع َمتَهُ َعلَ ٌْ ُك ْم‬َ ٌُ‫اَّللُ ِلٌَجْ عَ َل َعلَ ٌْ ُك ْم ِم ْن َح َرجٍ َولَ ِك ْن ٌ ُِرٌدُ ِل‬ َّ ُ ‫س ُحوا بِ ُو ُجو ِه ُك ْم َوأ َ ٌْدٌِ ُك ْم ِم ْنهُ َما ٌ ُِرٌد‬ ْ َ‫طٌِّبًا ف‬
َ ‫ام‬ َ ‫ص ِعٌدًا‬ َ
]6 :‫لَعَلك ْم تشك ُرونَ } [المائدة‬
ُ ْ َ ُ َّ

Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, Maka
basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan
(basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub Maka
mandilah, dan jika kamu sakit (tidak boleh kena air) atau dalam perjalanan atau
kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh (menyetubuhi) perempuan,
lalu kamu tidak memperoleh air, Maka bertayammumlah dengan tanah yang baik
(bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak
menyulitkan kamu, tetapi dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan
nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur. [Al-Maidah:6]

Allah mengharamkan makan najis:

}‫ٌر فَإِ َّنهُ ِرجْ س‬ ْ ٌَ ‫طا ِع ٍم‬


ٍ ‫ط َع ُمهُ ِإ َّال أ َ ْن ٌَ ُكونَ َم ٌْتَةً أ َ ْو دَ ًما َم ْسفُو ًحا أ َ ْو لَحْ َم ِخ ْن ِز‬ َ ‫ً ُم َح َّر ًما َعلَى‬
َّ َ‫ً ِإل‬ ِ ُ ‫{لُ ْل َال أ َ ِجد ُ فًِ َما أ‬
َ ‫وح‬
]ٔ45 :‫[األنعام‬

Katakanlah: "Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku,


sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau
makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir atau daging babi - Karena
Sesungguhnya semua itu kotor – “. [Al-An‟am:145]

Allah memerintahkan Rasulullah dan ummatnya untuk membersihkan pakaian:

َ َ‫{وثٌَِابَنَ ف‬
]4 :‫ط ِّه ْر} [المدثر‬ َ
Dan pakaianmu bersihkanlah. [Al-Muddatsir:4]
Adapun dari hadits-hadits Nabawy sangat banyak sekali, diantaranya:

Perintah menjauhkan badan dari najis:

‫ أَ َّما َهذَا‬،‫ٌر‬ ِ ‫ َو َما ٌُ َعذَّ َب‬،‫ان‬


ٍ ‫ان ِفً َك ِب‬ َ ‫س َّل َم‬
ِ ‫ " ِإنَّ ُه َما ٌُ َعذَّ َب‬:َ‫ فَمَال‬،‫ع َلى لَب َْرٌ ِْن‬ َ ُ‫صلَّى هللا‬
َ ‫ع َل ٌْ ِه َو‬ ُ ‫ َم َّر َر‬:َ‫ لَال‬،‫َّاس‬
ِ َّ ‫سو ُل‬
َ ‫اَّلل‬ ٍ ‫َع ِن اب ِْن َعب‬
]ً‫ صححه األلبان‬:‫ َوأ َ َّما َهذَا فَ َكانَ ٌَ ْم ِشً ِبالنَّ ِمٌ َم ِة " [سنن أبً داود‬،‫فَ َكانَ َال ٌَ ْست َ ْن ِزهُ ِمنَ ْال َب ْو ِل‬

Ibnu Abbas radiyallahu 'anhuma berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa


sallam melewati dua kuburan dan bersabda: "Keduanya sedang disiksa, dan mereka
tidak disiksa karena suatu yang besar; yang ini disiksa karena tidak membersihkan
badannya dari kencing, sedangkan yang ini disiksa karena melakukan namimah (adu
domba)". [Sunan Abu Daud: Sahih]

Perintah membersihkan sendal dan pakaian:

ً‫ور» [سنن أب‬ َ ‫ فَإ ِ َّن التُّ َر‬،‫ئ أ َ َحد ُ ُك ْم ِبنَ ْع ِل ِه ْاألَذَى‬
َ ُ ‫اب لَه‬
ٌ ‫ط ُه‬ َ ‫ « ِإذَا َو ِط‬:َ‫س َّل َم لَال‬
َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ٌْ ِه َو‬
َ ِ‫اَّلل‬ ُ ‫ أ َ َّن َر‬،َ ‫َع ْن أ َ ِبً ه َُرٌ َْرة‬
َّ ‫سو َل‬
]ً‫ صححه األلبان‬:‫داود‬

Dari Abu Hurairah radiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa


sallam bersabda: "Jika sendal kalian menginjak kotoran, maka bersihkanlah dengan
menggosokkannya ke tanah". [Sunan Abu Daud: Sahih]

Perintah membersihkan bejana dan perabotan:

َ ُ‫ أ َ ْن ٌَ ْغ ِسلَه‬، ُ‫َاء أ َ َح ِد ُك ْم إِذَا َولَ َغ فٌِ ِه ْالك َْلب‬


ٍ ‫س ْب َع َم َّرا‬
‫ت‬ ِ ‫ور إِن‬ َ « :‫سلَّ َم‬
ُ ‫ط ُه‬ َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ٌْ ِه َو‬ ُ ‫ لَا َل َر‬:َ‫ لَال‬،َ ‫َع ْن أَبًِ ه َُرٌ َْرة‬
َ ِ‫سو ُل هللا‬
]‫ب» [صحٌح مسلم‬ َ ُ‫أ‬
ِ ‫واله َُّن بِالت ُّ َرا‬

Dari Abu Hurarirah radiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa


sallam bersabda: "Membersihkan bejana jika dijilat oleh anjing adalah mencucinya
dengan air tujuh kali, diawali gosokan dengan tanah". [Sahih Muslim]

Perintah membersihkan mesjid dan tempat tinggal:

‫ «دَعُوهُ َوه َِرٌمُوا َعلَى‬:‫سلَّ َم‬


َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ٌْ ِه َو‬ ُّ ِ‫ فَمَا َل لَ ُه ُم النَّب‬،‫اس‬
َ ً ُ َّ‫ فَتَن ََاولَهُ الن‬،ِ‫ً فَبَا َل فًِ ال َمس ِْجد‬ ٌّ ِ‫ام أَع َْراب‬
َ َ‫ ل‬:َ‫ لَال‬،َ ‫أ َ َّن أَبَا ه َُرٌ َْرة‬
]‫س ِرٌنَ » [صحٌح البخاري‬ ّ ِ ٌَ‫ فَإِنَّ َما ب ُِعثْت ُ ْم ُم‬، ٍ‫ أ َ ْو ذَنُوبًا ِم ْن َماء‬، ٍ‫سجْ ًال ِم ْن َماء‬
ّ ِ َ‫ َولَ ْم ت ُ ْب َعثُوا ُمع‬، َ‫س ِرٌن‬ َ ‫بَ ْو ِل ِه‬

Abu Hurairah radiyallahu 'anhu berkata: Seorang a‟raby kencing berdiri dalam
mesjid, maka para sahabat ingin memukulnya, lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda kepada mereka: "Biarkan ia menyelesaikan kencingnya, kemudian
kalian sirami kencingnya dengan seember air, sesungguhnya kalian diutus untuk
memudahkan umat, bukan untuk menyusahkannya". [Sahih Bukhari]

Perintah menjalankan fitrah:


، ُ‫س َوان‬ّ ِ ‫ َوال‬،‫ َو ِإ ْع َفا ُء اللِّحْ ٌَ ِة‬،‫ب‬
ِ ‫ار‬ِ ‫ش‬ ُّ ‫ َل‬:‫ط َر ِة‬
َّ ‫ص ال‬ ْ ‫ " َع ْش ٌر ِمنَ ْال ِف‬:‫س َّل َم‬ َ ‫ص َّلى هللاُ َع َل ٌْ ِه َو‬ َ ‫هللا‬ِ ‫سو ُل‬ ُ ‫ َلا َل َر‬:‫ت‬ ْ ‫ َلا َل‬،َ‫شة‬ َ ‫َع ْن َعا ِئ‬
: ٌ‫ص َعب‬ْ ‫ لَا َل ُم‬:‫اء " لَا َل زَ ك َِرٌَّا‬ ِ ‫اص ا ْل َم‬ُ َ‫ َوا ْن ِتم‬،‫ َو َح ْل ُك ْال َعانَ ِة‬،‫اإل ِب ِط‬
ِْ ‫ف‬ ُ ْ‫ َونَت‬،‫اج ِم‬ ِ ‫ َو َغ ْس ُل ْال َب َر‬،‫ار‬ِ َ‫ظف‬ ْ َ ‫ص ْاأل‬
ُّ َ‫ َول‬،‫اء‬ ِ ‫َاق ْال َم‬ُ ‫َوا ْس ِت ْنش‬
]‫ ٌَ ْع ِنً ِاال ْس ِت ْن َجا َء " [صحٌح مسلم‬:‫اء‬ ِ ‫اص ْال َم‬ُ َ‫ " ا ْن ِتم‬:‫ لَا َل َو ِكٌ ٌع‬،ُ‫ضةَ زَ ادَ لُت َ ٌْ َبة‬ َ ‫ض َم‬ْ ‫َونَ ِسٌتُ ْال َعا ِش َرة َ ِإ َّال أ َ ْن ت َ ُكونَ ْال َم‬

Dari Aisya radiyallahu 'anha, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: "Ada
10 sifat dasar manusia (fitrah): Mencukur kumis, memanjangkan jenggot, sikat
gigi, istinsyaaq (membersihkan hidung dengan menghirup air), memotong kuku,
mencuci persendian, mencabut bulu ketiak, mencukur bulu kemaluan, cebok dengan
air, dan kumur-kumur". [Sahih Muslim]

ُّ َ‫ َول‬،ُ‫ َو ِاال ْستِحْ دَاد‬، ُ‫الختَان‬


‫ص‬ ِ :‫س‬ ْ ‫ " ال ِف‬:ُ‫س َّل َم ٌَمُول‬
ٌ ‫ط َرة ُ َخ ْم‬ َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ٌْ ِه َو‬ َ :ُ‫اَّللُ َع ْنه‬
َّ ‫س ِم ْعتُ النَّ ِب‬
َ ً َّ ًَ ‫ض‬ ِ ‫َع ْن أ َ ِبً ه َُرٌ َْرة َ َر‬
]‫اط " [صحٌح البخاري‬ ِ َ‫ف اآلب‬ ُ ْ‫ َونَت‬،‫ار‬ ْ َ ‫ َوت َ ْم ِلٌ ُم األ‬،‫ب‬
ِ َ‫ظف‬ ِ ‫ار‬
ِ ‫ش‬َّ ‫ال‬

Dari Abu Hurairah radiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa


sallam bersabda: "Ada 5 sifat dasar manusia (fitrah): Khitan, mencukur bulu
kemaluan, mencukur kumis, memotong kuku, dan mencabut bulu ketiak". [Sahih
Bukhari]

Larangan cebok dengan tangan kanan:

‫ َو َال ٌَتَ َمسَّحْ ِمنَ ْالخ ََال ِء‬،ُ‫ « َال ٌ ُْم ِسك ََّن أ َ َحد ُ ُك ْم ذَك ََرهُ بٌَِ ِمٌنِ ِه َوه َُو ٌَبُول‬:‫سلَّ َم‬
َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ٌْ ِه َو‬
َ ِ‫سو ُل هللا‬ُ ‫ لَا َل َر‬:َ‫َعن أَبًِ لَت َادَة َ لَال‬
]‫َاء» [صحٌح مسلم‬ ِ ْ ًِ‫س ف‬
ِ ‫اإلن‬ ْ َّ‫ َو َال ٌَتَنَف‬،‫بٌَِ ِمٌنِ ِه‬

Dari Abu Qatadah radiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa


sallam bersabda: "Jangan kalian memegang kelamin dengan tangan kanan ketika
kencing, dan jangan cebok dengan tangan kanan, dan jangan bernafas dalam
gelas". [Sahih Muslim]

Larangan buang hajat di tempat keramaian:

‫ «الَّذِي‬:َ‫سو َل هللاِ؟ لَال‬ ِ ‫ َو َما اللَّعَّان‬:‫ «اتَّمُوا اللَّعَّانٌَ ِْن» لَالُوا‬:َ‫سلَّ َم لَال‬
ُ ‫َان ٌَا َر‬ َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ٌْ ِه َو‬ ُ ‫ أ َ َّن َر‬،َ ‫َع ْن أَبًِ ه َُرٌ َْرة‬
َ ِ‫سو َل هللا‬
]‫ أ َ ْو فًِ ِظ ِلّ ِه ْم» [صحٌح مسلم‬،‫اس‬ ِ َّ‫ك الن‬ِ ٌ‫ط ِر‬ َ ًِ‫ٌَت َ َخلَّى ف‬

Dari Abu Hurairah radiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa


sallam bersabda: "Jauhilah dua yang menyebabkan laknat. Sahabat bertanya: Apa
itu Ya Rasulullah? Rasulullah menjawab: Orang yang buang hajat di jalanan atau di
tempat perteduhan". [Sahih Muslim]

Membersihkan jalan adalah bagian dari keimanan:

َ ‫ فَأ َ ْف‬،ً‫ش ْع َبة‬


‫ضلُ َها‬ ْ ‫ أَ ْو ِب‬- َ‫س ْبعُون‬
ُ - َ‫ض ٌع َو ِستُّون‬ ْ ‫اإلٌ َمانُ ِب‬
َ ‫ض ٌع َو‬ ِ ْ « :‫سلَّ َم‬ َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ٌْ ِه َو‬
َ ِ‫سو ُل هللا‬ ُ ‫ لَا َل َر‬:َ‫ لَال‬،َ ‫َع ْن أ َ ِبً ه َُرٌ َْرة‬
]‫ان» [صحٌح مسلم‬ ِ ْ َ‫ش ْع َبةٌ ِمن‬
ِ ‫اإلٌ َم‬ ُ ‫ َو ْال َح ٌَا ُء‬،‫ك‬
ِ ٌ‫ط ِر‬ َّ ‫ع ِن ال‬
َ ‫طة ُ ْاألَذَى‬
َ ‫ َوأَدْنَاهَا ِإ َما‬،ُ‫لَ ْو ُل َال ِإلَهَ ِإ َّال هللا‬

Dari Abu Hurairah radiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa


sallam bersabda: "Keimanan itu terdiri dari tujuh puluh lebih atau enam puluh lebih
cabang. Yang paling afdal (tinggi kedudukannya) adalah mengatakan "tiada Tuhan
yang berhak disembah selain Allah", dan yang paling rendah adalah menjauhkan
duri/kotoran dari jalan. Dan rasa malu adalah cabang dari keimanan". [Sahih Muslim]

Demikian Islam sangat memperhatikan masalah kebersihan, dan masih banyak lagi
nash-nash yang menganjurkan kebersihan. Bahkan Islam bukan hanya
memerintahkan kebersihan jasmani tapi jiwa juga harus bersih dari sifat-sifat yang
kotor, seperti syirik, munafiq, maksiat, iri hati, dengki, sombong, dan lain-lain.

Semoga Allah senantiasa membersihkan kita, baik lahir maupun batin. Amiiin !

Bersambung ... "Kebersihan bagian dari iman 2 "

Lihat juga: Tingkatan Iman - Najis anjing - Hukum memelihara anjing - Menyentuh
Kemaluan; Apakah Membatalkan Wudhu? - Air sisa perempuan

[1] ) Lihat biografi Ibrahim bin Hayyan bin Hakim dalam kitab: Al-Kaamil karangan
Ibnu „Adiy 1/254, Ad-Dhu‟afaa‟ karangan Ibnu Al-Jauzy 1/31, Mizaan al-I‟tidaal
karangan Ad-Dzahaby 1/147, Lisan Al-Mizan karangan Ibnu Hajar 1/270.

[2] ) Lihat biografi Umar bin Subh dalam kitab: Al-Kaamil 1/254, Ad-Dhu‟afaa‟
karangan Ibnu Al-Jauzy 2/211, Mizaan al-I‟tidaal 5/248, Taqriib at-Tahdziib karangan
Ibnu Hajar hal.414 .

[3] ) Lihat kitab: Al-Mugni takhrij hadits kitab Ihya‟ ulumuddin karangan Al-Iraqi
no.124, dan kitab Al-Maqaasid al-hasanah karangan As-Sakhawy no.302 .

[4] ) Lihat biografi Nu‟aim bin Muwarri‟ dalam kitab: Al-Kamil karangan Ibnu „Adiy
7/15, Ad-Dhu‟afaa‟ karangan Ibnu Al-Jauzy 3/165, Mizaan al-I‟tidaal 7/45, Lisaan Al-
Mizaan 8/290.

[5] ) Lihat biografi Khalid bin Ilyas dalam kitab: Al-Kaamil 3/5, Ad-Dhu‟afaa‟ karangan
Ibnu Al-Jauzy 1/245, Mizaan al-I‟tidaal 2/407, Taqriib at-Tahdziib hal.187 .

[6] ) Lihat biografi Ahmad bin Budail dalam kitab: Al-Kaamil 1/186, Mizaan al-I‟tidaal
1/218, Taqriib at-Tahdziib hal.77 .
THAHÂRAH ATAU
NAZHÂFAH
Fiqh

Prolog
Ada pernyataan yang sudah sangat populer di tengah masyarakat, namun
sebenarnya ia masih perlu mendapatkan pencermatan, yaitu pernyataan:
ٌ‫ا‬ ِ ْ ٍَ‫ظافَتُ ِي‬
ِ ًَ ْٚ ‫اإل‬ َ ُ‫ اَن‬atau “kebersihan bagian dari keimanan”. Sedemikian
populernya, sehingga pernyataan ini bisa diketemukan dalam berbagai
media penyiaran: baliho, baik cetak maupun elektronik, pamplet, poster,
stiker dan bahkan iklan layanan masyarakat di media cetak, maupun
elektronik. Lebih serunya lagi, banyak juga juru dakwah, pengkhutbah
atau pemberi kultum, atau sambutan-sambutan dari para pejabat yang
mengutip pernyataan ini dan menjadikannya sebagai dalil.

Benarkah pernyataan ini merupakan sebuah hadits nabi Muhammad


SAW? Atau dengan redaksi lain, benarkah nabi Muhammad SAW
pernah bersabda demikian?

Kenapa di dalam kitab-kitab agama lebih dikenal


istilah thahârah daripada nazhâfah? Apa perbedaan
antara thahârah dan nazhâfah?
Tulisan ini mencoba mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini,
semoga dapat memberi penerangan dan penjelasan, amin.

Redaksi Hadits yang Shahih


Hasil penelusuran Ilmu Hadits terhadap pernyataan: ٌ‫ا‬ ِ ْ ٍَ‫ظافَتُ ِي‬
ِ ًَ ْٚ ‫اإل‬ َ ُ‫ اَن‬atau
“kebersihan bagian dari keimanan” menemukan bahwa redaksi yang
berbunyi: ٌ‫ا‬ ِ ْ ٍَ‫ظافَتُ ِي‬
ِ ًَ ْٚ ‫اإل‬ َ ُ‫ اَن‬atau “kebersihan bagian dari keimanan” tidak
lah merupakan hadits nabi. Dalam kalimat lain: nabi Muhammad SAW
tidak pernah bersabda dengan redaksi: ٌ‫ا‬ ِ ْ ٍَ‫ظافَتُ ِي‬
ِ ًَ ْٚ ‫اإل‬ َ ُ‫ اَن‬atau “kebersihan
bagian dari keimanan”.
Namun, beliau SAW pernah bersabda: ٌ‫ا‬ ْ ‫نط ُٓ ْٕ ُس ش‬
ِ ْ ‫َط ُش‬
ِ ًَ ْٚ ‫اإل‬ ُّ َ ‫ ا‬atau “kesucian
itu separuh keimanan”.

Redaksi terakhir ini merupakan penggalan atau potongan dari hadits


shahih yang lengkapnya adalah sebagai berikut:

: – ‫صه َى‬ َ َٔ ِّ ْٛ َ‫عه‬َ ُ‫صهٗ هللا‬ َ – ِ‫صٕ ُل هللا‬ ُ ‫ قَا َل َس‬:َ‫ع ُُّْ – قَال‬ َ ُ‫ هللا‬ٙ َ ‫ض‬ ِ ‫٘ ِ – َس‬ ّ ‫ َيانِكٍ ْاأل َ ْشعَ ِش‬ِٙ‫ع ٍْ أَب‬ َ
‫ّٰلل ت َ ًْ َآلَ ٌِ – أ َ ْٔ ت َ ًْ َؤل ُ – َيا‬ ُ َٔ ، ٌَ‫زَ ا‬ًِٛ ‫اٌ َٔ ْان َح ًْذُ ِّٰللِ ت َ ًْ َؤل ُ ْان‬
ِ ِ ُ‫ص ْب َحاٌَ هللاِ َٔ ْان َح ًْذ‬ ِ ًَ ٚ‫اإل‬ ْ ‫ٕس ش‬
ِ ْ ‫َط ُش‬ ُّ «
ُ ُٓ ‫انط‬
ْٔ َ ‫آٌ ُحجتٌ نَكَ أ‬ ُ ‫ َٔ ْانقُ ْش‬،‫َا ٌء‬ٛ‫ض‬ ِ ‫َاٌ َٔانصب ُْش‬ ٌ ْ‫ َٔانصذَقَتُ ب ُْش‬،‫ٕس‬ ٌ َُ ُ ‫ َٔانص َالة‬،‫ض‬ ِ ‫ث َٔ ْاأل َ ْس‬ ِ ‫أا‬
َ ًَ ‫ٍَْ انض‬َٛ‫ب‬
222[ ‫ ٌع ََ ْف َضُّ فَ ًُ ْعتِقُ َٓا أ َ ْٔ ُيٕ ِبقُ َٓا» (سٔٔاِ يضهى‬ِٚ ‫َ ْغذُٔ فَبَا‬ٚ ‫اس‬ ِ ُ‫ ُك ُّم ان‬، َ‫ْك‬َٛ‫عه‬ َ ]).

Dari Abu Malik al-Asy‟ari (RA) ia berkata: Rasulullah SAW bersabda:


“Kesucian itu separuh keimanan, ucapan: „alhamdulillah‟ memenuhi
timbangan, ucapan: „sub-hanallah walhamdulillah‟ keduanya memenuhi
– atau: memenuhi – antara langit dan bumi, shalat itu cahaya, sedekah
itu bukti, kesabaran itu sorot sinar, Al-Qur‟an itu hujjah yang
menguntungkanmu atau merugikanmu dan semua orang memasuki pagi
harinya lalu menjual dirinya, lalu ia membebaskannya atau
membinasakannya”. (H.R. Muslim [223]).
Beberapa Perbedaan Antara Dua Redaksi Pernyataan
Ada beberapa perbedaan antara redaksi thahârah dan nazhâfah,
diantaranya:
1. Dalam hadits shahih, kosa kata yang dipergunakan adalah kosa
kata thahârah, sedangkan kosa kata yang populer adalah nazhâfah.
Thahârah berarsi suci, atau kesucian. Sedangkan nazhâfah berarti
bersih, atau kebersihan.
2. Dalam hadits shahih, kosa kata yang dipergunakan
adalah syathr yang berarti separuh, atau setengah belahan, sedangkan
dalam redaksi yang populer, kosa kata yang dipergunakan
adalah min yang berarti sebagian, bisa sebagian kecil, meskipun bisa
juga berarti sebagian besar.
3. Dalam terminologi Islam, ada perbedaan antara “bersih” dan
“suci”, sebab, tidak semua yang bersih adalah suci, meskipun,
terkadang, dalam skala kecil, yang suci pun terkadang dianggap tidak
bersih. (dalam penjelasan lanjutan, akan semakin jelas perbedaannya,
insyaAllah).
4. Secara makna, kata syathr menunjuk kepada sesuatu yang bulat,
lalu dibelah persis pada posisi di tengah-tengahnya. Hasil dari
pembelahan ini, masing-masingnya disebut syathr. Jadi, dalam
redaksi: “kesucian itu separuh keimanan” maknanya, iman itu
dianggap sebagai benda yang nilainya 100 %, lalu dibelah menjadi
dua bagian 50 % nya adalah hal-hal yang berkenaan dengan
kesucian, sedangkan yang 50 % sisanya, insyaAllah merupakan hal-
hal yang bersifat menghiasi atau mengisi. (lihat: Bahjat Qulub al-
abrar wa qurratu uyunil akhyar fi syarhi jawami‟il akhbar, karya:
Abdurrahman bin Nashir As-Sa‟di [w. 1376 H], hal. 61, dengan
bahasa yang berbeda).
Jadi keimanan itu 50 % nya mensucikan atau mengosongkan. Istilahnya
adalah takhliyah (‫ت‬ٛ‫ )تخه‬dan 50 % lagi adalah menghiasi atau mengisi,
istilahnya tahliyah (‫ت‬ٛ‫)تحه‬. (lihat: Syarhul Arba‟in an-Nawawiyah, karya:
Ibn Utsaimin [w. 1421 H], hal. 220).
Sedangkan kosa kata “min” yang berarti sebagian, ia tidak secara pasti
menunjuk kepada nilai 50 % dari sesuatu, sebab, nol koma satu (0,1) pun
bisa disebut sebagian, meskipun 99 % pun juga bisa disebut sebagian.
Nazhâfah Bersifat Lahiriyah, Thaharah Lahir & Bathin
Kosa kata nazhâfah lebih mengarah kepada hal-hal yang bersifat
lahiriyah, tampak dan kasat mata, sedangkan kosa kata suci,
pemaknaannya bisa sangat luas dan mendalam, mencakup aspek lahir
yang tampak dan kasat mata, dan juga mencakup aspek bathin yang
tidak tampak dan tidak kasat mata. (lihat: Mu‟jamul Furuq al-
Lughawiyyah, karya: al-„Askari [w. 395 H], hal. 339).
Cakupan Makna Thaharah
Kosa kata thahârah dalam terminologi Islam mencakup hal-hal sebagai
berikut:
1. Thahârah dari segala bentuk kemusyrikan, sebab, dalam
pandangan Islam, patung-patung, berhala dan segala bentuk
penyembahan kepada selain Allah SWT itu terhitung
sebagai rijsun (‫ )رجس‬di mana orang beriman diwajibkan
menjauhinya (Q.S. Al-Maidah: 90), (Q.S. Al-A‟raf: 70 – 71),
sama rijs-nya dengan bangkai, darah dan daging babi (Q.S. Al-
An‟am: 145).
2. Thahârah dari segala bentuk kemunafikan, karenanya, pada
akhirnya, Rasulullah SAW diperintahkan oleh Allah SWT untuk
berpaling dari orang-orang munafik, alasan Allah SWT adalah
karena mereka itu rijsun (Q.S. At-Taubah: 95).
3. Thahârah dari segala sifat dan akhlaq tercela,
seperti: hasad (iri), hiqd (dengki) dan semacamnya. Sebab, sifat-sifat
tercela ini menjadikan hati manusia berpenyakitan (‫)فً للوبهم مرض‬
serta perlu mendapatkan tazkiyah (proses penyucian).
4. Thahârah dari segala bentuk dosa dan maksiat, karenanya, kaum
nabi Luth bermaksud mengusir nabi Luth (AS), alasan mereka,
karena nabi Luth (AS) tidak mau berbuat dosa bersama mereka.
Istilahnya: innahum unasun yatathahharun (Q.S. Al-A‟raf: 82) (Q.S.
An-Naml: 56).
5. Thahârah dari hal-hal yang membuat hati “ngeres” dikarenakan
urusan syahwat, khususnya syahwat kemaluan. Sebagaimana
diceritakan tentang orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit,
baik dikarenakan oleh syubhat maupun oleh syahwat, maka Allah
SWT semakin tambahkan kepada mereka rijsan ila rijsihim (Q.S. At-
Taubah: 125).
6. Thahârah dari segala hadats, baik hadats kecil
maupun hadast Dalam pandangan Islam, orang yang junub,
meskipun kelihatan bersih, ia tidak lah suci, karenanya, kalua hendak
shalat, mestilah ia mandi terlebih dahulu. Begitu juga dengan orang
yang kentut, dalam pandangan Islam, ia bukanlah orang yang “suci”,
meskipun dalam keadaan “sangat bersih”, karenanya, kalua hendak
shalat, mestilah ia berwudhu.
7. Thahârah dari segala bentuk najis, baik yang tidak tampak (najis
hukmi) maupun yang tampak (najis „aini).
8. Thahârah dari segala bentuk kotoran dan debu, meskipun kotoran
dan debu itu tidak najis, karenanya, Islam mengajarkan agar palingg
tidak, atau minimal, seorang muslim mencuci kepalanya satu kali
dalam setiap Jum‟at, agar kepalanya itu bersih dan tentunya suci.
9. Thahârah dalam Islam bahkan mencakup juga sunanul
fithrah (sunnah-sunnah kesucian fithrah), yang diantaranya
memotong kuku, mencabuti bulu ketiak dan semacamnya.
Jadi, terminologi Thahârah dalam Islam pengertiannya sangat luas,
namun, dalam keluasan pengertian, makna dan cakupannya, semua
bersifat takhliyah (pembersihan, penyucian dan pengosongan),
karenanya, ia disebut sebagai syathrul iman (separuh keimanan), di
mana yang separuhnya lagi bersifat tahliyah (menghiasi atau mengisi),
sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya.
Karena keluasa cakupan, makna dan pengertian thahârah inilah, redaksi
yang tersebut dalam hadits shahih, yaitu ٌ‫ًا‬ٚ‫ انطٕٓس شطش اإل‬atau “kesucian
adalah separuh keimanan”, maknanya jauh lebih mendalam
dibandingkan dengan redaksi yang sudah sangat populis: ٌ‫ًا‬ٚ‫انُظافت يٍ اإل‬
atau “Kebersihan sebagian daripada iman”, sebab,
terminologi nazhâfah makna, cakupan dan pengertiannya tidaklah
sedalam makna, cakupan dan pengertian thahârah.
Wallahu A‟lam

Anda mungkin juga menyukai