Anda di halaman 1dari 11

IBADAH SHOLAT

Pembahasan Ibadah Shalat:


1. Pengertian Shalat
2. Dalil shalat
3. Hukumnya
4. Kriteria keabsahannya
5. Tujuan dan fungsi-nya
6. Hikmah dan makna spiritualnya
7. Akibat meninggalkan-nya

A. PENDAHULUAN
Sholat merupakan salah satu tiang bangunan islam. Begitu pentingnya arti sebuah tiang
dalam suatu bangunan yang bernama islam, sehingga takkan mungkin untuk
ditinggalkan.
Makna bathin juga dapat ditemukan dalam sholat yaitu: kehadiran hati, tafahhum
(Kefahaman terhadap ma‟na pembicaraan), ta‟dzim (Rasa hormat), mahabbah, raja‟
(harap) dan haya (rasa malu), yang keseluruhannya itu ditujukan kepada Allah sebagai
Ilaah.
Sesungguhnya shalat merupakan sistem hidup, manhaj tarbiyah dan ta‟lim yang
sempurna, yang meliputi (kebutuhan) fisik, akal dan hati. Tubuh menjadi bersih dan
bersemangat, akal bisa terarah untuk mencerna ilmu, dan hati menjadi bersih dan suci.
Shalat merupakan tathbiq „amali (aspek aplikatif) dari prinsip-prinsip Islam baik dalam
aspek politik maupun sosial kemasyarakatan yang ideal yang membuka atap masjid
menjadi terus terbuka sehingga nilai persaudaraan, persamaan dan kebebasan itu
terwujud nyata. Terlihat pula dalam shalat makna keprajuritan orang-orang yang
beriman, ketaatan yang paripurna dan keteraturan yang indah.
Karena itu semua maka masyarakat Islam pada masa salafus shalih sangat
memperhatikan masalah shalat, sampai mereka menempatkan shalat itu sebagai”mizan”
atau standar, yang dengan neraca itu ditimbanglah kadar kebaikan seseorang dan diukur
kedudukan dan derajatnya. Jika mereka ingin mengetahui agama seseorang sejauh mana
istiqamahnya maka mereka bertanya tentang shalatnya dan sejauh mana ia memelihara
shalatnya, bagaimana ia melakukan dengan baik. Ini sesuai dengan hadits Rasulullah
SAW:
“Apabila kamu melihat seseorang membiasakan ke Masjid, maka saksikanlah untuknya
dengan iman.” (HR. Tirmidzi).
Dalam kitab Jami‟ush shoghir lima orang sahabat r.a. yaitu Tsauban, Ibnu Umar,
Salamah, Abu Umamah dan Ubadah r.a.telah meriwayatkan hadist ini : ” Sholat adalah
sebaik-baik amalan yang ditetapkan Allah untuk hambanya”. Begitupun dengan maksud
hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu mas‟ud dan Anas r.a.
Begitulah orang-orang yang beriman itu bukanlah orang yang melaksanakan ritual dan
gerakan-gerakan yang diperintahkan dalam sholat semata tetapi dapat
mengaplikasikannya dalam keseharianya. Sholat sebagai salah satu penjagaan bagi
orang-orang yang beriman yang benar-benar melaksanakannya.

B. ARTI DAN KEDUDUKAN SHOLAT


Pengertian shalat dalam bahasa Arab ialah “Berdo‟a memohon kebajikan dan pujian”
juga pengertian lain Shalat berarti do‟a atau rahmat. Shalat dalam arti do‟a bisa
ditemukan dalam QS. Al Taubah/9: 103
ٌ ‫ًع َغي‬
ًًِ ُ َّ ‫َ ل َّ ُٓ ًۡ َو‬ٞ ‫ؾ‬
ٌ ٍِ ‫ٱَّلل َش‬ َ َ َ َ ٰ َ َ َّ ۡ ۡ َ َ ّ َ َ
‫ وص ِو غيً ًِٓۖۡ إِن صئتم ش‬......
ۡۗ

103. ..... dan besholatlah (berdoalah) untuk mereka. Sesungguhnya doa (sholat) kamu
itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui. (QS. Al Taubah/9: 103)

Sedangkan shalat dalam arti rahmat bias ditemukan dalam QS. Al Ahzab/33 : 43.

َ ٌِِ ‫ت إ ََل ٱنلُّٔر َو ََك َن ةٱل ۡ ٍُ ۡؤ‬


ٗ ‫ِني َرح‬ َ ُ ُّ َ ّ ُ َ ۡ ُ ۡ َ َ ّ َ ُ َّ َ ُ
ُ ُ َ َٰٓ َ ٌَ ‫ؾ ًۡ َو‬
‫ًٍِا‬ ِ ِِۚ ِ ِ ٰ ‫لهِهتّۥ ِِلُخ ِرجؾً ٌَِ ٱىظيم‬ ً‫ْٔ ٱَّلِي يص ِّل غي‬

43. Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya (memohonkan ampunan
untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya (yang terang).
Dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman. (QS. Al Ahzab/33
: 43)

َ َ
َ ‫يأ ُّي َٓا َّٱَّل‬ َ َ َ ُّ َ ُ ُ َ َ َ َ َ َ َّ َّ
Dalam QS. Al Ahzab/33 : 56
ً ‫ِيَ َء َاٌ ُِٔا ْ َص ُّئا ْ َغيَ ًِّۡ َو َشيّ ٍُِٔا ْ ت َ ۡصي‬
‫ًٍِا‬ ّ َّ‫لَع ٱنل‬
َٰٓ ِّۚ‫ب‬ ‫لهِهتّۥ يصئن‬ َٰٓ ٌ‫إِن ٱَّلل و‬
ِِ
56. Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi (memuji
akan Nabi). Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah (memujilah) kamu untuk
Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya. (QS. Al Ahzab/33 : 56)

Adapun pengertian shalat menurut syar‟i sebagaimana banyak dirumuskan para fuqaha
(ahli fiqh) adalah suatu ibadah yang terdiri dari ucapan dan perbuatan tertentu yang
dimulai dengan takbir dan ditutup dengan salam dalam rangka beribadah kepada Allah,
menurut syarat-syarat yang telah ditentukan.

Sedangkan ahlul haqiqah memberikan pengertian shalat dengan pengertian yang hakiki
yaitu: “Berharap hati (jiwa) kepada Allah yang mendatangkan rasa takut kepada Allah,
serta menumbuhkan didalamnya jiwa rasa keagungan kebesaran-Nya dan kesempurnaan
kekuasaan-Nya.

Sementara Ahlul ma‟rifat mendefisikan shalat dengan pengertian yang mengandung ruh
shalat yaitu: “berharap kepada Allah dengan sepenuh jiwa dan khusyu‟ dihadapan Allah
dan ikhlas kepadaNya serta hadir hati dalam berdzikir, berdoa dan memuji”

Didalam Islam, shalat mempunyai dan arti penting dan kedudukan yang sangat istimewa,
antara lain :

1. Shalat merupakan ibadah yang pertama kali diwajibkan oleh Allah swt. Yang
perintahnya langsung diterima Rasulullah saw pada malam Isra Mi‟raj (QS. Al Isra‟
َّ َۡ ۡ ۡ
ۡ ٍَ ۡ ‫ٱۡل َر ِام إ ََل ٱل‬ ۡ َ ّ َٗۡ َ ٓ َّ َ َ ۡ ُ
/17: 1)
َ ۡ
‫ج ِد ٱۡلك َصا ٱَّلِي َب ٰ َرك َِا َح ۡٔ َُلۥ‬
ِ ‫ص‬ ِ َ ‫د‬ ‫ج‬
ِ ِ ‫ص‬ ۡ َ
ٍ ‫ٱل‬ َِ
ٌ ‫ٗل‬‫ِل‬ ‫ِۦ‬ ‫ه‬‫د‬ ۡ
‫ت‬
ِ َِ
‫ػ‬ ‫ة‬ ٰ
‫ى‬ َ
‫ۡس‬ۡ ‫شتحَٰ ٱَّلِي أ‬
ُ ُ َ ۡ ُ َّ َ ُ ُ َّ ٓ َ ٰ َ َ ۡ
‫ُِن َي ُّۥ‬
ِ ‫ٌَِ ءايتِِا ِّۚ إُِّۥ ْٔ ٱلص ًٍِع ٱۡل ِصري ى‬
1. Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam
dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya
agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami.
Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. Al
Isra‟/17 : 1)
2. Shalat merupakan tiang agama. Nabi saw bersabda
Kedudukan shalat lima waktu dalam agama ini adalah ibarat tiang penopang dari
suatu kubah atau kemah. Tiang penopang yang dimaksud di sini adalah tiang utama.
Artinya jika tiang utama ini roboh, maka tentu suatu kubah atau kemah akan roboh.
Dari Mu‟adz bin Jabal, Nabi shallallahu „alaihi wa sallam bersabda,

ُ‫الصالَة‬ ُ ‫س األ َْم ِر ا ِإل ْسالَ ُم َو َع ُم‬


َّ ُ‫وده‬ ُ ْ‫َرأ‬
“Inti (pokok) segala perkara adalah Islam dan tiangnya (penopangnya) adalah
shalat.” (HR. Tirmidzi no. 2616 dan Ibnu Majah no. 3973. Al Hafizh Abu Thohir
mengatakan bahwa hadits ini hasan)
Dalam hadits ini disebut bahwa shalat dalam agama Islam adalah sebagai tiang
penopang yang menegakkan kemah. Kemah tersebut bisa roboh (ambruk) dengan
patahnya tiangnya. Begitu juga dengan islam, bisa ambruk dengan hilangnya shalat.
Demikianlah cara berdalil Imam Ahmad dengan hadits ini.

Dari „Abdullah bin ‟Umar radhiyallahu ‟anhuma, Rasulullah shallallahu ‟alaihi wa


sallam bersabda,
َّ ‫صالَِة َوإِيتَ ِاء‬
‫الزَك ِاة‬ َّ ‫س َش َه َاد ِة أَ ْن الَ إِلَوَ إِالَّ اللَّوُ َوأ‬
َّ ‫َن ُُمَ َّم ًدا َعْب ُدهُ َوَر ُسولُوُ َوإِقَ ِام ال‬ ٍ َْ‫بُِِن ا ِإل ْسالَ ُم َعلَى َخ‬
َ
‫ضا َن‬ ِ ِ
َ ‫ص ْوم َرَم‬
َ ‫َو َح ِّج الْبَ ْيت َو‬
“Islam dibangun atas lima perkara, yaitu : (1) bersaksi bahwa tidak ada sesembahan
yang benar untuk diibadahi kecuali Allah dan bersaksi bahwa Muhammad adalah
utusan-Nya, (2) mendirikan shalat, (3) menunaikan zakat, (4) naik haji ke Baitullah -
bagi yang mampu-, (5) berpuasa di bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari no. 8 dan
Muslim no. 16)
Dalam riwayat Ahmad al Bayhaqi dan al-Daylami dikatakan bahwa.
‫ فمن اقامها فقد اقام الدين ومن ىدمها فقد ىدم الدين‬,‫الصالة عماد الدين‬
“Sholat Adalah Tiang Agama, barangsiapa yang menegakkannya, maka ia telah
menegakkan agamanya dan barangsiapa yang merobohkannya, berarti ia telah
merobohkan agamanya”.
Sebagai tiang agama maka shalat harus selalu ditetgakkan dan tidak boleh
ditinggalkan dalam keadaan bagaimanapun juga, baik itu dalam keadaan sakit,
musafir bahkan saat perang sekalipun. (QS Al Baqqrah/2 : 238-239)

3. Shalat merupakan amalan yang pertama kali dihisab pada hari kiamat. Nabi saw
bersabda.

ِِ ِِ ِ ِ ‫إن أ ََّو َل ما ُُياس‬


ُ‫صالَتُو‬ َ ‫ب بِو‬
َ ‫العْب ُد يَ ْوَم القيَ َامة م ْن َع َملو‬ ُ َ َ َ َّ
“Sesungguhnya amal yang pertama kali dihisab pada seorang hamba pada hari
kiamat adalah shalatnya. ...... (HR. Tirmidzi, ia mengatakan hadits tersebut hasan.)
[HR. Tirmidzi, no. 413 dan An-Nasa‟i, no. 466. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan
bahwa hadits ini shahih.]
Dan selanjutnya shalat sebagai standar awal menilai seluruh amal.
‫ت فَ َس َد َسائُِر َع َملِ ِو‬ ِِ ِ
ْ ‫ َوإِ ْن فَ َس َد‬، ‫صلَ َح لَوُ َسائُر َع َملو‬
َ ‫ت‬ َ ‫فَِإ ْن‬
ْ ‫صلَ َح‬
“.... sesungghnya apabila shalatnya baik, maka seluruh amalnya pun baik. Apabila
shalatnya buruk, maka seluruh amalnya pun buruk.
Dijadikannya shalat sebagai standar awal dalam menilai keseluruhan amal
menunjukkan bahwa kualitas pelaksanaan shalat seseorang dapat menunjukkan
kualitas amalan orang tersebut.
Itu pulalah sebabnya sehingga Nabi Ibrahim a.s. berdoa kepada Allah swt. (QS.
Ibrahim / 14 : 40)
ٓ ۡ ََ ُ َ َّ َ ُ ۡ َ ۡ ّ َ
ِ‫ٱلصي ٰٔة ِ َوٌَِ ذ ّرِ َّي ِِت ِۚ َر َّب َِا َوتل َّتو ُد ََعء‬ ًًِ‫ب ٱجػي ِِن ٌل‬
ِ ‫ر‬
40. Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap
mendirikan shalat, ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku. (QS. Ibrahim / 14 : 40)

C. DASAR HUKUM SHALAT

ُ ‫َوأَؼ‬
1. QS. Al Baqarah/2 : 43.
َّ ‫ٱر َن ُػٔا ْ ٌَ َع‬
َ‫ٱىرٰنِػِني‬ َّ ْ ‫ٱلصيَ ٰٔةَ َو َءاتُٔا‬
ۡ ‫ٱلز َن ٰٔةَ َو‬ َّ ْ ‫ًٍِٔا‬
43. Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang
ruku'. QS. Al Baqarah/2 : 43.

2. QS. Al Ankabut/29 : 45.

َ َ َ ُ َّ َ ُ َ ۡ َ َّ ُ ۡ َ َ َ ُ ۡ َ ٓ َ ۡ َ ۡ َ ٰ َ ۡ َ َ ٰ َ َّ َّ َ ٰ َ َّ َ
‫ٱَّلل َي ۡػي ًُ ٌَا ت ۡص َِ ُػٔن‬‫ َوأك ِ ًِ ٱلصئة ۖۡ إِن ٱلصئة تَِه غ َِ ٱىفحشاءِ وٱلٍِه ِرِۗ وَّلِكر ٱَّللِ أؽب ۗۡ و‬.......
45. ...... dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-
perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah
lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa
yang kamu kerjakan. QS. Al Ankabut/29 : 45.

3. QS. Al Baqarah/2 : 238

ُ ُ‫ٱلصيَ ٰٔة ِ ٱل ۡ ُٔ ۡش َع ٰى َوك‬


َ ‫ٔمٔا ْ ِ ََّّللِ َقِِٰت‬ َّ ‫ٱلصيَ َوٰت َو‬ ََ ْ ُ َ
َّ ‫لَع‬
‫ِني‬ ِ ‫حٰفِظٔا‬
238. “Peliharalah baik-baik olehmu akan shalat dan shalat wustho (shalat yang
paling baik) dan berdiri tegaklah kamu karena Allah (dalam shalat) dengan khusyu‟..
QS. Al Baqarah/2 : 238

4. QS. An Nisa‟/4 : 103


َّ َ ٰ َ َّ ْ ُ َ َ ۡ ُ َ ۡ َ ۡ َ َ ۡ ُ ٰ َ َ ‫ٔدا َو‬
ٗ ُ ُ َ ٗ ٰ َ َ َّ ْ ُ ُ ۡ َ َ ٰ َ َّ ُ ُ ۡ َ َ َ َ
‫لَع ُج ُِٔبِؾ ًِّۚ فإِذا ٱظٍأُنتً فأؼًٍِٔا ٱلصئة ِّۚ إِن‬ ‫فإ ِذا كضًتً ٱلصئة فٱذنروا ٱَّلل ك ِيٍا وؼػ‬
ٗ ُ َ َ ۡ ُ ۡ َ َ ۡ َ َ َ ٰ َ َّ
‫ِني نِتٰ ٗتا ٌَّ ۡٔكٔتا‬ ٌِِ ‫ٱلصئة َكُت لَع ٱلٍؤ‬
103. Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu
berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah
merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat
itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman. QS. An
Nisa‟/4 : 103

ُ ‫َوأَؼ‬
5. QS. Al Baqarah/2 : 43
َّ ‫ٱر َن ُػٔا ْ ٌَ َع‬
َ ‫ٱىرٰنِػ‬
‫ِني‬ َّ ْ ‫ٱلصيَ ٰٔةَ َو َءاتُٔا‬
ۡ ‫ٱلز َن ٰٔةَ َو‬ َّ ْ ‫ًٍِٔا‬
43. Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang
yang ruku'. QS. Al Baqarah/2 : 43

6. QS. Al Baqarah/2 : 83.


َ َّ ْ ُ َ َ َ ٰ َ َّ
... َ‫ٱلزن ٰٔة‬ ‫ٱلصئة وءاتٔا‬...
83. ....dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. .... (QS. Al Baqarah/2 : 83).

ُ َ ْ ُ ّ َ ُ َ َ َ ٰ َ َّ ْ ُ َ َ َ ٰ َ َّ ْ ُ َ َ
7. QS Al Baqarah/2 : 110
َ ُ َ ۡ َ َ َ َّ َّ َّ َ ُ ُ َ ۡ َ ۡ ّ ُ
ٞ‫ٔن ةَ ِصري‬ ‫َتدوه غِِد ٱَّللِۗۡ إِن ٱَّلل ةٍِا تػٍي‬
ِ ٖ ‫ري‬‫خ‬ َِ
ٌ ً ‫ِؾ‬
‫ص‬ ‫ُف‬ ‫وأؼًٍِٔا ٱلصئة وءاتٔا ٱلزنٔة ِّۚ وٌا تلدِمٔا ِۡل‬
110. Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Dan kebaikan apa saja yang
kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahala nya pada sisi Allah.
Sesungguhnya Alah Maha Melihat apa-apa yang kamu kerjakan. QS Al Baqarah/2 :
110

8. QS. Al An‟am/6 : 72.


َ ُ َ ۡ ُ ۡ َ ٓ َّ َ ُ َ ُ ُ َّ َ َ ٰ َ َّ ْ ُ َ ۡ َ َ
‫َشون‬ ‫وأن أؼًٍِٔا ٱلصئة وٱتلٔهِّۚ ؤْ ٱَّلِي إِِلِّ ُت‬
72. dan agar mendirikan sembahyang serta bertakwa kepada-Nya". Dan Dialah
Tuhan yang kepada-Nya-lah kamu akan dihimpunkan. QS. Al An‟am/6 : 72

D. FAEDAH ATAU HIKMAH SHALAT


1. Dapat mencegah perbuatan jahat dan keji (QS Al Ankabut (29) : 45.
َ ُ ۡ َ ٓ َ ۡ َ ۡ َ ٰ َ ۡ َ َ ٰ َ َّ َّ
ِۗ‫َه غ َِ ٱىفحشاءِ وٱلٍِه ِر‬ ِ‫إِن ٱلصئة ت‬
45. .... Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan
mungkar. ... (QS Al Ankabut (29) : 45.

2. Shalat dapat menghilangkan tabiat keluh kesah dan kikir (QS Al Ma‟arij (70) : 19 –
23.
ٰ َ َ ًۡ ُْ َ‫ي‬ َّ َ ّ َ ُ ۡ َّ ً ُ َ ُ ۡ َ ۡ ُ َّ َ َ
َ ‫ٱَّل‬ ٗ ‫ٱلَش َج ُز‬ ً ُ‫نس ََ ُخي َِق َْي‬
ُّ َّ ُّ ‫َٔع إ َذا َم َّص‬ َ ۡ َّ
‫لَع‬ ِ ‫ِني‬ ‫وَع ِإَوذا مصّ ٱۡلري ٌَِٔع إَِّل ٱلٍصي‬ ِ ٰ ‫ٱۡل‬
ِ ‫إِن‬
َ َٓ َ
‫َصٗلت ِ ِٓ ًۡ دان ِ ٍُٔن‬
19. Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. 20. Apabila ia
ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, 21. dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat
kikir, 22. kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat, 23. yang mereka itu tetap
mengerjakan shalatnya, (QS Al Ma‟arij (70) : 19 – 23

3. Sebagai sarana untuk ingat kepada Allah (Dzikrullah) (QS. Thaha (20) : 14.

َّ ًِ‫ٱع ُت ۡدِن َوأَك‬


ٓ‫ٱلصيَ ٰٔةَ َِّل ِۡكري‬ ۡ َ ۠ َ َ ٓ َّ َ ٰ َ ٓ َ ُ َّ َ َ ٓ َّ
‫إُِ ِِن أُا ٱَّلل َّل إِلّ إَِّل أُا ف‬
ِ ِ ِ
14. Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku,
maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku. (QS. Thaha (20) :
14.

4. Shalat dan Sabar dapat menjadi penolong untuk menghasilkan maksud yang baik QS
Al Baqarah (2) : 45
َ ۡ َ َ َّ ٌ َ َ َ َ َّ ِ ٰ َ َّ َ ۡ َّ ْ ُ َ ۡ َ
َ ‫خٰشِ ػ‬
‫ِني‬ ‫ب وٱلصئة ِۚ ِإَونٓا ىهتِرية إَِّل لَع ٱى‬
ِ ‫وٱشتػًِِٔا ةِٱلص‬
45. Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang
demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu', QS Al Baqarah
(2) : 45

E. HUKUM MENINGGALKAN SHALAT

Bagi muslim yang sudah terkena kewajiban shalat karena sudah baligh dan berakal,
kemudian meninggalkan shalat dengan sengaja, dihukumi syirik dan khufur. Dengan
begitu tingginya dan utamanya kedudukan shalat dalam Islam, meninggalkan ibadah ini
pun berat konsekuensinya. Orang yang meninggalkan shalat karena berkeyakinan
shalat 5 waktu itu tidak wajib, maka ia keluar dari Islam. Ini adalah ijma ulama tidak
ada khilafiyah di antara mereka. Imam An Nawawi rahimahullah mengatakan:

“Jika seseorang meninggalkan shalat karena mengingkari wajibnya shalat, atau ia


mengingkari wajibnya shalat walaupun tidak meninggalkan shalat, maka ia kafir
murtad dari agama Islam berdasarkan ijma ulama kaum Muslimin” (Al Majmu‟, 3/14).

Sedangkan orang yang meninggalkan shalat bukan karena mengingkari wajibnya,


namun karena malas dan meremehkan, statusnya diperselisihkan oleh ulama:

 Madzhab Hambali berpendapat kafirnya orang yang meninggalkan shalat.


Demikian juga salah satu pendapat dalam madzhab Syafi‟i dan Maliki. Dan
pendapat ini dikuatkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dan Ibnul Qayyim.
 Pendapat madzhab Syafi‟i dan Maliki mengatakan bahwa orang yang
meninggalkan shalat tidak kafir, namun mereka dihukum oleh ulil amri dengan
hukuman mati.
 Pendapat madzhab Hanafi mengatakan bahwa orang yang meninggalkan shalat
tidak kafir, namun mereka dipenjara sampai kembali shalat.

Pendapat yang rajih dalam masalah ini adalah pendapat pertama, yang mengatakan
bahwa orang yang meninggalkan shalat itu kafir keluar dari Islam. Karena didukung
oleh dalil-dalil yang kuat. Ini yang dikuatkan Syaikh Abdul Aziz bin Baz, Syaikh
Muhammad bin Shalih Al Utsaimin, Syaikh Shalih Al Fauzan, Syaikh Muhammad bin
Ibrahim, dan para ulama besar lainnya.

Allah Ta‟ala berfirman: QS. Ar Rum/30 : 31


ُ َ َ َ َ ٰ َ َّ ْ ُ َ َ ُ ُ َّ َ ۡ َ َ
َ ‫ؾُُٔٔا ْ ٌ ََِ ٱل ۡ ٍُ َۡشك‬
‫ِني‬ ِ ‫ٌُِ ِيتِني إِِلِّ وٱتلٔه وأؼًٍِٔا ٱلصئة وَّل ت‬
31. “Dan hendaknya mereka mendirikan shalat dan janganlah menjadi orang-orang
yang Musyrik” (QS. Ar Rum/30 : 31).
Allah menyebutkan dalam ayat ini, diantara tanda orang-orang yang menjadi musyrik
adalah meninggalkan shalat. Allah Ta‟ala juga berfirman: (QS. Maryam: 59).
َ َ َ ۡ َ َ ٰ َ َ َّ ْ ُ َ َّ َ َ ٰ َ َّ ْ ُ َ َ ٌ ۡ َ ۡ ۡ َ ۢ ََ َ َ
‫ت ف َص ۡٔف يَيل ۡٔن غ ًًّا‬
ِۖ ِ ‫فخيف ٌَِ بػ ِدًِْ خيف أضاغٔا ٱلصئة وٱتتػٔا ٱلشٓو‬
59. “Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan
shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui
kesesatan” (QS. Maryam: 59).
Disebutkan juga dalam hadits dari Jabir bin Abdillah radhiallahu‟anhu, Nabi
Shallallahu‟alaihi Wasallam bersabda:
ِ‫الصالة‬
َّ ‫الرجل َوبَ ْْي الش ِّْر ِك َوال ُكفر ْتر ُك‬
َّ ‫بَ ْْي‬
“Pembatas bagi antara seseorang dengan syirik dan kufur adalah meninggalkan
shalat” (HR. Muslim no. 82).
Dari Abdullah bin Buraidah radhiallahu‟anhu, Nabi SWA bersabda
‫فمن تَ َركها فق ْد َك َف َر‬
َ ،ُ‫الصالة‬
َّ ‫هد الذي بيننا وبينهم‬
َ ‫الع‬ َّ
َ ‫إن‬
“Sesungguhnya perjanjian antara kita dan mereka (kaum musyrikin) adalah shalat.
Barangsiapa yang meninggalkannya maka ia telah kafir” (HR. At Tirmidzi no. 2621,
dishahihkan Al Albani dalam Shahih At Tirmidzi).
Dari Anas bin Malik radhiallahu‟anhu, ia berkata:
‫ فإ ْن ِمس َع أذانًا‬،‫ مل ي ُكن يَغزو بنا حىت يُصبِ َح ويَنظَُر‬،‫قوما‬ ِ َ ‫النيب صلَّى اهللُ عليو وسلَّم كان إذا‬
ً ‫غزا بنا‬ َّ ‫أن‬ َّ
‫أغار عليهم‬
َ ‫سمع أذانًا‬
ْ َ‫ وإ ْن مل ي‬،‫كف عنهم‬ َّ
“Nabi Shallallahu‟alaihi Wasallam jika beliau memimpin kami untuk memerangi suatu
kaum, maka beliau tidak menyerang hingga waktu subuh. Beliau menunggu terlebih
dahulu. Jika terdengar suara adzan, maka kami menahan diri (tidak menyerang).
Namun jika tidak terdengar adzan maka baru kami serang” (HR. Bukhari no. 610,
Muslim no. 1365).
Hadits ini menunjukkan bahwa kaum yang masih menegakkan shalat maka dihukumi
sebagai kaum Muslimin dan tidak boleh diperangi. Sedangkan jika tidak menegakkan
shalat maka dihukumi sebagai orang kafir dan diperangi (bersama ulil amri).
Kemudian perhatikan dua hadits berikut. Dari Auf bin Malik dari
Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam ia bersabda,
“Sebaik-baik pemimpin kalian adalah pemimpin yang kalian cintai, dan mereka pun
mencintai kalian. Kalian mendo‟akan mereka, mereka pun mendoakan kalian.
Seburuk-buruk pemimpin kalian adalah yang kalian benci, mereka pun benci kepada
kalian. Kalian pun melaknat mereka, mereka pun melaknat kalian”. Para sahabat
bertanya, “Ya Rasulullah apakah kita perangi saja mereka dengan senjata?”. Nabi
menjawab, “Jangan, selama mereka masih shalat. Bila kalian melihat sesuatu yang
kalian benci dari pemimpin kalian, maka cukup bencilah perbuatannya, namun jangan
kalian melepaskan tangan kalian dari ketaatan kepadanya” (HR. Muslim no. 2155).
Dan para sahabat Nabi ijma‟ (bersepakat) bahwa orang yang meninggalkan shalat 5
waktu maka dia keluar dari Islam. Abdullah bin Syaqiq Al „Uqaili mengatakan:
“Dahulu para sahabat Rasulullah Shallallahu‟alaihi Wasallam tidak memandang ada
amalan yang bisa menyebabkan kekufuran jika meninggalkannya, kecuali shalat” (HR.
At Tirmidzi no. 2622, dishahihkan Al Albani dalam Shahih At Tirmidzi).

Demikian juga ternukil ijma dari kalangan tabi‟in. Dari Ayyub bin Abi Tamimah As
Sikhtiyani, beliau mengatakan:
“Meninggalkan shalat dalah kekufuran, kami (para tabi‟in) tidak berbeda pendapat
dalam masalah tersebut” (HR. Al Marwadzi dalam Ta‟zhim Qadris Shalah, no. 978).

Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah mengatakan:


“Jika seseorang mengakui wajibnya shalat namun ia dikalahkan oleh rasa malas dan
meremehkan shalat. Maka para ulama berbeda pendapat apakah ia kafir atau tidak.
Sebagian ulama menyatakan bahwa orang yang meninggalkan satu shalat wajib saja
hingga keluar waktunya maka dia kafir. Sebagian ulama berpendapat ia tidak kafir
kecuali jika ia meninggalkan seluruh shalat. Inilah pendapat yang benar. Yaitu
seseorang menjadi kafir jika meninggalkan shalat secara mutlak. Karena ini berarti ia
tidak ada keinginan sama sekali untuk shalat. Oleh karena itulah Nabi
Shallallahu‟alaihi Wasallam bersabda: “Pembatas bagi antara seseorang dengan syirik
dan kufur adalah meninggalkan shalat”. Zhahir hadits ini menunjukkan yang dimaksud
Nabi adalah jika meninggalkan shalat secara mutlak. Demikian juga hadits Buraidah:
“Sesungguhnya perjanjian antara kita dan mereka (kaum musyrikin) adalah shalat.
Barangsiapa yang meninggalkannya maka ia telah kafir”. Nabi tidak bersabda:
“barangsiapa yang meninggalkan satu shalat…”. Namun, „ala kulli haal, pendapat yang
rajih ia tidak kafir kecuali jika meninggalkan shalat secara keseluruhan” (Majmu
Fatawa war Rasail Ibnu Utsaimin, 12/51).
Cara taubat bagi orang yang meninggalkan shalat
Orang yang meninggalkan shalat wajib baginya untuk bertaubat kepada Allah dan
kembali mendirikan shalat. Tidak ada kewajiban untuk mengulang syahadat kembali.
Dengan ia bertaubat dan kembali mendirikan shalat, maka kembali pula status
keislamannya.
Syaikh Shalih Al Fauzan ketika ditanya: “Selama hidup saya sebagian besarnya saja
jalani tanpa pernah mengerjakan shalat, apa yang harus saya lakukan sekarang?”.
Beliau menjawab: ”Yang wajib bagi anda sekarang adalah bertaubat kepada Allah
Subhanahu Wa Ta‟ala dan menjaga shalat di sisa hidup anda. Dan hendaknya anda
bersungguh-sungguh dalam bertaubat dengan menunaikan semua syarat-syaratnya, yaitu
1. Menyesal atas dosa yang telah dilakukan
2. Berhenti dari dosa yang dilakukan dan mewaspadainya
3. Bertekad untuk tidak mengulangi dosa tersebut
Jika anda telah benar-benar bertaubat dan senantiasa melakukan ketaatan pada sisa hidup
anda dan senantiasa melaksanakan shalat, maka itu cukup bagi anda insya Allah. Dan
anda tidak perlu meng-qadha shalat-shalat yang terlewat karena anda meninggalkannya
dengan sengaja. Dan ini sebenarnya sebuah kekufuran terhadap Allah „azza wa jalla.
Karena menurut pendapat yang tepat dari perselisihan yang ada diantara para ulama,
meninggalkan shalat dengan sengaja membuat pelakunya keluar dari Islam walaupun ia
tidak menganggap meninggalkan shalat itu boleh”.

F. SYARAT SYAHNYA SHALAT


Syarat sahnya salat ada 4 yaitu
1. Sudah masuk waktu. Hal ini didasarkan pada firman Allah swt QS. Al Isra‟/17 : 78
ٗ ۡ َ َ َ ۡ َ ُ َّ َۡ َ ُ َّ َ َ َّ ُ َ َّ َ
‫ٱلصي ٰٔةَ ِ ُِللٔكِ ٱلش ٍۡ ِس إ ِ َٰل غ َص ِق ٱِلۡ ِو َوك ۡر َءان ٱىف ۡج ِرِۖ إِن ك ۡر َءان ٱىف ۡج ِر َكن َمش ُٓٔدا‬ ًِ ِ ‫أك‬
78. Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan
(dirikanlah pula shalat) subuh. Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan (oleh
malaikat). QS. Al Isra‟/17 : 78

Berdasarkan ayat di atas dan banyak hadis nabi dapat disimpulkan bahwa setiap salat
memiliki waktu waktu yang telah tertentu yang umumnya ditentukan oleh
tergelincirnya matahari. Hal ini bisa diketahui dengan terdengar nya suara azan atau
dengan jadwal salat yang telah dibuat oleh para ahli hisab, atau cukup dengan dugaan
kuat.

2. Suci dari najis dan hadats besar dan kecil. Dasar tentang suci dari hadats sebagaimana
telah dijelaskan pada Q.S. Al-Maidah/5 : 6.
ْ ُ َ ۡ َ َ َ ۡ َ ۡ ُ َ ۡ َ َ ۡ ُ َ ُ ُ ْ ُ ۡ َ ٰ َ َّ َ ۡ ُ ۡ ُ َ ْ ٓ ُ َ َ َ َّ َ ُّ َ َ
‫يأيٓا ٱَّلِيَ ءأٌِا إِذا ؼٍتً إَِل ٱلصئة ِ فٱغصِئا وجْٔؾً وأيدِيؾً إَِل ٱلٍراف ِِق وٱمصحٔا‬ َٰٓ
َ َ َ َ ۡ َ َ ۡ َّ ُ ُ َ ۡ َ ۡ ُ َ ُ ََۡ ۡ ُ
‫لَع َشف ٍر أ ۡو‬ ٰ ‫َض أو‬ َٰٓ ‫ٱظ َّٓ ُر ِّۚوا ْ ِإَون نِتً ٌر‬ ُ ‫ه ۡػ َت ۡني ِإَون ُن‬
َّ َ‫ِت ًۡ ُج ُِ ٗتا ف‬
ِۚ ِ ‫ة ِ ُر ُءوشِؾً وأرجيؾً إَِل ٱى‬
ْ ُ َ ۡ َ ٗ ّ َ ٗ َ ْ ُ َّ َ َ َ ٗ ٓ َ ْ ُ َ ۡ َ َ َ ٓ َ ّ ُ ُ ۡ َ ٰ َ ۡ َ ٓ َ ۡ َ ّ ُ ّ ٞ َ َ َ ٓ َ
‫َتدوا ٌاء ػتًٍٍٔا صػًِدا ظًِتا فٱمصحٔا‬ ِ ً‫جاء أحد ٌِِؾً ٌَِ ٱىغان ِ ِط أو لٍصتً ٱىن ِصاء في‬
ًَِّ ‫يد ِِلُ َع ّٓ َر ُك ًۡ َو ِِلُت‬ ُ ‫ؾً ٌّ َِۡ َح َرج َو َلٰؾَِ يُر‬ ُ ۡ َ َ َ َ ۡ َ ُ َّ ُ ُ َ ُ ۡ ّ ُ ۡ ََ ۡ ُ
ِ ِ ٖ ً‫ة ِ ُٔ ُجِْٔؾً وأيدِيؾً ٌِِ ِّّۚ ٌا يرِيد ٱَّلل ِِلجػو غي‬
َ ُ ۡ َ ُ َّ َ ُ َ
‫ُ ِۡػ ٍَ َت ُّۥ َغي ًۡؾ ًۡ ى َػيؾ ًۡ تشه ُرون‬

6. Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka
basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan
(basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka
mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang
air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka
bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu
dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak
membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu
bersyukur. Q.S. Al-Maidah/5 : 6
Dan Sabda Nabi Muhammad SAW

ٍ ُ‫الَ تُ ْقبل صالَةٌ بِغَ ِْْي طُهوٍر والَ ص َدقَةٌ ِمن غُل‬
‫ول‬ ْ َ َ ُ َ َُ
“Allah tidak menerima sholat tanpa bersuci dan tidak menerima sodaqoh dari hasil
kejahatan/korupsi” (HSR Jamaah kecuali Bukhari)
Sedangkan dasar dari pensucian badan, pakaian dan tempat salat dari hadits dan aroma
"yang menganggu", banyak diceritakan dengan hadis hadis Nabi saw sehingga jurmul
ulama kecuali Malikiyah berpendapat bahwa mensucikan ketiganya adalah wajib dan
mereka memasukkannya dalam syarat sahnya salat.
3. Menutup aurat. Hal ini didasarkan pada firman Allah :
َ ‫ٱۡش ُبٔا ْ َو ََّل ت ُ ۡۡسفُ ِّۚ ٓٔا ْ إَُّ ُّۥ ََّل ُُي ُِّب ٱل ۡ ٍُ ۡۡسػ‬
‫ِني‬ َ ۡ ‫ك َم ۡصج ٖد َو ُُكُٔا ْ َو‬ ُّ َ ۡ ُ ََ ْ ُ ُ َ َ َ ٓ ََٰ
‫يت ِِن ءادم خذوا زِينتؾً غِِد‬
ِ ِ ِ ِ ِ
31. artinya : "Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki)
mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan." (QS. Al-a'raf/7:31)
Ayat di atas jelas memerintahkan untuk berpakaian yang baik dan rapi, serta menutup
aurat setiap hendak melaksanakan salat. Para ulama umumnya sepakat bahwa batas
aurat laki-laki yang wajib ditutupi adalah dari pusar (atau pinggul) sampai lutut. (HRR
Tirmidzi dan Ahmad dari Muhammad bin Jasyi ra).
Sedangkan aurat wanita adalah seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangannya.
Wajibnya menutup aurat pada wanita dewasa yang hendak salat.
4. Menghadap ke Masjidil Haram. Hal ini didasarkan pada firman Allah Swt : (QS Al-
Baqarah/2 : 144)
َ ُ َ ْ ُّ َ ُ ُ َ ُ ۡ َ َ َ َ ۡ ۡ َۡ َ ۡ َ َ َ ۡ َ ََّ
... ‫ِت ًۡ ف َٔىٔا ُو ُجْٔؾ ًۡ ش ۡع َرهُ ۗۡۥ‬ ‫ج ِد ٱۡلر ِامِۚ وحًث ٌا ن‬
ِ ‫فٔ ِل وجٓم شعر ٱلٍص‬...
Artinya : "Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu
berada, palingkanlah mukamu ke arahnya." (QS Al-Baqarah/2:144)
Ayat ini memerintahkan untuk mengedit ke arah Masjidil haram yakni Kabbah saat
sholat. Sengaja Allah memilih kata Masjidil Haram untuk memberikan kemudahan
bagi orang-orang yang tinggal jauh dari Masjidil Haram sekiranya tidak benar-benar
persis menghadap Ka'bah. Meskipun demikian tetap harus diupayakan sedapat
mungkin dengan ilmu hisab dan geografi mencari ke arah kiblat yang benar lalu
menghadap selalu menghadap ke arah kiblat. Namun dalam keadaan darurat, seperti
dalam keadaan perang (QS. 2:238-239) atau di atas kendaraan yang sedang berjalan,
dibolehkan untuk tidak menghadap ke arah kiblat dengan syarat diusahakan lebih
dahulu untuk menghadap kiblat.

G. MACAM-MACAM SHALAT
Perintah mendirikan shalat yaitu melalui suatu proses yang luar biasa yang dilaksanakan
oleh Rasulullah SAW yaitu melalui Isra‟ dan Mi‟raj, dimana proses ini tidak dapat
dipahami hanya secara akal melainkan harus secara keimanan sehingga dalam sejarah
digambarkan setelah Nabi melaksanakan Isra‟ dan Mi‟raj, umat Islam ketika itu terbagi
tiga golongan, yaitu yang secara terang-terangan menolak kebenarannya itu, yang
setengah-tengahnya dan yang yakin sekali kebenarannya. Dilihat dari prosesnya yang
luar biasa maka shalat merupakan kewajiban yang utama, yaitu mengerjakan shalat dapat
menentukan amal – amal yang lainnya, dan mendirikan sholat berarti mendirikan agama
dan banyak lagi yang lainnya.
Sholat terbagi menjadi dua macam, yaitu:
1. Sholat Fardhu
Yaitu sholat yang diwajibkan Allah SWT kepada hamba-hamba-Nya sesuai
batasan-batasan yang telah dijelaskan-Nya, baik melalui perintah maupun larangan.
Dalam hal ini adalah sholat 5 waktu dalam sehari semalam yang disyariatkan
dimasa sebelum hijrah yaitu pada tahun 11 setelah kenabian Muhammad SAW atau
tahun 621 masehi ketika beliau dimi‟rajkan, adapaun sholat 5 waktu dalam sehari
semalam yaitu:
a. Dzuhur, waktunya dari tergelincirnya matahari kearah barat sampai panjang
bayangan dua kali lipat dari panjang benda aslinya
b. 'Ashar, waktunya dari panjang bayangan dua kali lipat dari panjang benda
aslinya sampai tenggelamnya matahari.
c. Magrib, waktunya dari tenggelamnya matahari sampai hilangnya mendung
merah dilangit.
d. 'Isya', waktunya dari hilangnya mendung merah di langit sampai munculnya fajar
shodiq.
e. Shubuh, waktunya dari menculnya fajar shodiq sampai terbitnya matahari.

2. Sholat Tathowwu'
Yaitu sholat sunnah atau tambahan dari sholat-sholat fardhu 5 waktu.
a. Sholat Tathowwu' Muthlaq
Yaitu sholat sunnah yang batas dan ketentuannya tidak ditentukan oleh syara'.
b. Sholat Tathowwu' Muqoyyad.
Yaitu sholat yang batas dan ketentuannya telah ditentukan oleh syara'.
Ibnu Umar rodhiallohu anhuma berkata: "Aku mengahafal 10 rokaat (sholat)
dari Nabi sholallohu alaihi wa sallam. 2 rokaat sebelum Dzuhur dan 2 rokaat
sesudahnya, 2 rokaat setelah maghrib dirumahnya, 2 rokaat setelah isya'
dirumahnya, dan 2 rokaat sebelum shubuh disaat Nabi sholallohu alaihi wa
sallam tidak boleh dimasuki orang lain". (HR. Bukhori: 118, dan Muslim: 729)
Shalat Sunah (Tathawwu‟), macam-macamnya
a. Shalat sunnah syukrul wudhu (Thuhur) : Apabila selesai berwudhu kemudian
shalat 2 rekaat
b. Shalat antara adzan dan iqamat
c. Shalat Tahiyat al Masjid
d. Shalat Rawatib yaitu shalat sunnah yang mengiringi shalat wajib.
e. Shalat Lail/Tahajud atau di malam bulan Ramadhan disebut shalat taraweh.
f. Shalat Dhuha
g. Shalat Istiharah
h. Shalat Idain (Idul Fitri dan Idul Adha)
i. Shalat Kusufain (shalat dua gerhana) gerhana bulan : Khusuf, gerhana
matahari : Kusuf.
j. Shalat Istisqa‟ (shalat minta hujan) dll.

3. Shalat Jenazah hukumnya Fardu khifayah

Anda mungkin juga menyukai