A. PENDAHULUAN
Sholat merupakan salah satu tiang bangunan islam. Begitu pentingnya arti sebuah tiang
dalam suatu bangunan yang bernama islam, sehingga takkan mungkin untuk
ditinggalkan.
Makna bathin juga dapat ditemukan dalam sholat yaitu: kehadiran hati, tafahhum
(Kefahaman terhadap ma‟na pembicaraan), ta‟dzim (Rasa hormat), mahabbah, raja‟
(harap) dan haya (rasa malu), yang keseluruhannya itu ditujukan kepada Allah sebagai
Ilaah.
Sesungguhnya shalat merupakan sistem hidup, manhaj tarbiyah dan ta‟lim yang
sempurna, yang meliputi (kebutuhan) fisik, akal dan hati. Tubuh menjadi bersih dan
bersemangat, akal bisa terarah untuk mencerna ilmu, dan hati menjadi bersih dan suci.
Shalat merupakan tathbiq „amali (aspek aplikatif) dari prinsip-prinsip Islam baik dalam
aspek politik maupun sosial kemasyarakatan yang ideal yang membuka atap masjid
menjadi terus terbuka sehingga nilai persaudaraan, persamaan dan kebebasan itu
terwujud nyata. Terlihat pula dalam shalat makna keprajuritan orang-orang yang
beriman, ketaatan yang paripurna dan keteraturan yang indah.
Karena itu semua maka masyarakat Islam pada masa salafus shalih sangat
memperhatikan masalah shalat, sampai mereka menempatkan shalat itu sebagai”mizan”
atau standar, yang dengan neraca itu ditimbanglah kadar kebaikan seseorang dan diukur
kedudukan dan derajatnya. Jika mereka ingin mengetahui agama seseorang sejauh mana
istiqamahnya maka mereka bertanya tentang shalatnya dan sejauh mana ia memelihara
shalatnya, bagaimana ia melakukan dengan baik. Ini sesuai dengan hadits Rasulullah
SAW:
“Apabila kamu melihat seseorang membiasakan ke Masjid, maka saksikanlah untuknya
dengan iman.” (HR. Tirmidzi).
Dalam kitab Jami‟ush shoghir lima orang sahabat r.a. yaitu Tsauban, Ibnu Umar,
Salamah, Abu Umamah dan Ubadah r.a.telah meriwayatkan hadist ini : ” Sholat adalah
sebaik-baik amalan yang ditetapkan Allah untuk hambanya”. Begitupun dengan maksud
hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu mas‟ud dan Anas r.a.
Begitulah orang-orang yang beriman itu bukanlah orang yang melaksanakan ritual dan
gerakan-gerakan yang diperintahkan dalam sholat semata tetapi dapat
mengaplikasikannya dalam keseharianya. Sholat sebagai salah satu penjagaan bagi
orang-orang yang beriman yang benar-benar melaksanakannya.
103. ..... dan besholatlah (berdoalah) untuk mereka. Sesungguhnya doa (sholat) kamu
itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui. (QS. Al Taubah/9: 103)
Sedangkan shalat dalam arti rahmat bias ditemukan dalam QS. Al Ahzab/33 : 43.
43. Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya (memohonkan ampunan
untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya (yang terang).
Dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman. (QS. Al Ahzab/33
: 43)
َ َ
َ يأ ُّي َٓا َّٱَّل َ َ َ ُّ َ ُ ُ َ َ َ َ َ َ َّ َّ
Dalam QS. Al Ahzab/33 : 56
ً ِيَ َء َاٌ ُِٔا ْ َص ُّئا ْ َغيَ ًِّۡ َو َشيّ ٍُِٔا ْ ت َ ۡصي
ًٍِا ّ َّلَع ٱنل
َٰٓ ِّۚب لهِهتّۥ يصئن َٰٓ ٌإِن ٱَّلل و
ِِ
56. Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi (memuji
akan Nabi). Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah (memujilah) kamu untuk
Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya. (QS. Al Ahzab/33 : 56)
Adapun pengertian shalat menurut syar‟i sebagaimana banyak dirumuskan para fuqaha
(ahli fiqh) adalah suatu ibadah yang terdiri dari ucapan dan perbuatan tertentu yang
dimulai dengan takbir dan ditutup dengan salam dalam rangka beribadah kepada Allah,
menurut syarat-syarat yang telah ditentukan.
Sedangkan ahlul haqiqah memberikan pengertian shalat dengan pengertian yang hakiki
yaitu: “Berharap hati (jiwa) kepada Allah yang mendatangkan rasa takut kepada Allah,
serta menumbuhkan didalamnya jiwa rasa keagungan kebesaran-Nya dan kesempurnaan
kekuasaan-Nya.
Sementara Ahlul ma‟rifat mendefisikan shalat dengan pengertian yang mengandung ruh
shalat yaitu: “berharap kepada Allah dengan sepenuh jiwa dan khusyu‟ dihadapan Allah
dan ikhlas kepadaNya serta hadir hati dalam berdzikir, berdoa dan memuji”
Didalam Islam, shalat mempunyai dan arti penting dan kedudukan yang sangat istimewa,
antara lain :
1. Shalat merupakan ibadah yang pertama kali diwajibkan oleh Allah swt. Yang
perintahnya langsung diterima Rasulullah saw pada malam Isra Mi‟raj (QS. Al Isra‟
َّ َۡ ۡ ۡ
ۡ ٍَ ۡ ٱۡل َر ِام إ ََل ٱل ۡ َ ّ َٗۡ َ ٓ َّ َ َ ۡ ُ
/17: 1)
َ ۡ
ج ِد ٱۡلك َصا ٱَّلِي َب ٰ َرك َِا َح ۡٔ َُلۥ
ِ ص ِ َ د ج
ِ ِ ص ۡ َ
ٍ ٱل َِ
ٌ ٗلِل ِۦ هد ۡ
ت
ِ َِ
ػ ة ٰ
ى َ
ۡسۡ شتحَٰ ٱَّلِي أ
ُ ُ َ ۡ ُ َّ َ ُ ُ َّ ٓ َ ٰ َ َ ۡ
ُِن َي ُّۥ
ِ ٌَِ ءايتِِا ِّۚ إُِّۥ ْٔ ٱلص ًٍِع ٱۡل ِصري ى
1. Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam
dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya
agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami.
Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. Al
Isra‟/17 : 1)
2. Shalat merupakan tiang agama. Nabi saw bersabda
Kedudukan shalat lima waktu dalam agama ini adalah ibarat tiang penopang dari
suatu kubah atau kemah. Tiang penopang yang dimaksud di sini adalah tiang utama.
Artinya jika tiang utama ini roboh, maka tentu suatu kubah atau kemah akan roboh.
Dari Mu‟adz bin Jabal, Nabi shallallahu „alaihi wa sallam bersabda,
3. Shalat merupakan amalan yang pertama kali dihisab pada hari kiamat. Nabi saw
bersabda.
ُ َوأَؼ
1. QS. Al Baqarah/2 : 43.
َّ ٱر َن ُػٔا ْ ٌَ َع
َٱىرٰنِػِني َّ ْ ٱلصيَ ٰٔةَ َو َءاتُٔا
ۡ ٱلز َن ٰٔةَ َو َّ ْ ًٍِٔا
43. Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang
ruku'. QS. Al Baqarah/2 : 43.
َ َ َ ُ َّ َ ُ َ ۡ َ َّ ُ ۡ َ َ َ ُ ۡ َ ٓ َ ۡ َ ۡ َ ٰ َ ۡ َ َ ٰ َ َّ َّ َ ٰ َ َّ َ
ٱَّلل َي ۡػي ًُ ٌَا ت ۡص َِ ُػٔن َوأك ِ ًِ ٱلصئة ۖۡ إِن ٱلصئة تَِه غ َِ ٱىفحشاءِ وٱلٍِه ِرِۗ وَّلِكر ٱَّللِ أؽب ۗۡ و.......
45. ...... dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-
perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah
lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa
yang kamu kerjakan. QS. Al Ankabut/29 : 45.
ُ َوأَؼ
5. QS. Al Baqarah/2 : 43
َّ ٱر َن ُػٔا ْ ٌَ َع
َ ٱىرٰنِػ
ِني َّ ْ ٱلصيَ ٰٔةَ َو َءاتُٔا
ۡ ٱلز َن ٰٔةَ َو َّ ْ ًٍِٔا
43. Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang
yang ruku'. QS. Al Baqarah/2 : 43
ُ َ ْ ُ ّ َ ُ َ َ َ ٰ َ َّ ْ ُ َ َ َ ٰ َ َّ ْ ُ َ َ
7. QS Al Baqarah/2 : 110
َ ُ َ ۡ َ َ َ َّ َّ َّ َ ُ ُ َ ۡ َ ۡ ّ ُ
ٞٔن ةَ ِصري َتدوه غِِد ٱَّللِۗۡ إِن ٱَّلل ةٍِا تػٍي
ِ ٖ ريخ َِ
ٌ ً ِؾ
ص ُف وأؼًٍِٔا ٱلصئة وءاتٔا ٱلزنٔة ِّۚ وٌا تلدِمٔا ِۡل
110. Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Dan kebaikan apa saja yang
kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahala nya pada sisi Allah.
Sesungguhnya Alah Maha Melihat apa-apa yang kamu kerjakan. QS Al Baqarah/2 :
110
2. Shalat dapat menghilangkan tabiat keluh kesah dan kikir (QS Al Ma‟arij (70) : 19 –
23.
ٰ َ َ ًۡ ُْ َي َّ َ ّ َ ُ ۡ َّ ً ُ َ ُ ۡ َ ۡ ُ َّ َ َ
َ ٱَّل ٗ ٱلَش َج ُز ً ُنس ََ ُخي َِق َْي
ُّ َّ ُّ َٔع إ َذا َم َّص َ ۡ َّ
لَع ِ ِني وَع ِإَوذا مصّ ٱۡلري ٌَِٔع إَِّل ٱلٍصي ِ ٰ ٱۡل
ِ إِن
َ َٓ َ
َصٗلت ِ ِٓ ًۡ دان ِ ٍُٔن
19. Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. 20. Apabila ia
ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, 21. dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat
kikir, 22. kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat, 23. yang mereka itu tetap
mengerjakan shalatnya, (QS Al Ma‟arij (70) : 19 – 23
3. Sebagai sarana untuk ingat kepada Allah (Dzikrullah) (QS. Thaha (20) : 14.
4. Shalat dan Sabar dapat menjadi penolong untuk menghasilkan maksud yang baik QS
Al Baqarah (2) : 45
َ ۡ َ َ َّ ٌ َ َ َ َ َّ ِ ٰ َ َّ َ ۡ َّ ْ ُ َ ۡ َ
َ خٰشِ ػ
ِني ب وٱلصئة ِۚ ِإَونٓا ىهتِرية إَِّل لَع ٱى
ِ وٱشتػًِِٔا ةِٱلص
45. Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang
demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu', QS Al Baqarah
(2) : 45
Bagi muslim yang sudah terkena kewajiban shalat karena sudah baligh dan berakal,
kemudian meninggalkan shalat dengan sengaja, dihukumi syirik dan khufur. Dengan
begitu tingginya dan utamanya kedudukan shalat dalam Islam, meninggalkan ibadah ini
pun berat konsekuensinya. Orang yang meninggalkan shalat karena berkeyakinan
shalat 5 waktu itu tidak wajib, maka ia keluar dari Islam. Ini adalah ijma ulama tidak
ada khilafiyah di antara mereka. Imam An Nawawi rahimahullah mengatakan:
Pendapat yang rajih dalam masalah ini adalah pendapat pertama, yang mengatakan
bahwa orang yang meninggalkan shalat itu kafir keluar dari Islam. Karena didukung
oleh dalil-dalil yang kuat. Ini yang dikuatkan Syaikh Abdul Aziz bin Baz, Syaikh
Muhammad bin Shalih Al Utsaimin, Syaikh Shalih Al Fauzan, Syaikh Muhammad bin
Ibrahim, dan para ulama besar lainnya.
Demikian juga ternukil ijma dari kalangan tabi‟in. Dari Ayyub bin Abi Tamimah As
Sikhtiyani, beliau mengatakan:
“Meninggalkan shalat dalah kekufuran, kami (para tabi‟in) tidak berbeda pendapat
dalam masalah tersebut” (HR. Al Marwadzi dalam Ta‟zhim Qadris Shalah, no. 978).
Berdasarkan ayat di atas dan banyak hadis nabi dapat disimpulkan bahwa setiap salat
memiliki waktu waktu yang telah tertentu yang umumnya ditentukan oleh
tergelincirnya matahari. Hal ini bisa diketahui dengan terdengar nya suara azan atau
dengan jadwal salat yang telah dibuat oleh para ahli hisab, atau cukup dengan dugaan
kuat.
2. Suci dari najis dan hadats besar dan kecil. Dasar tentang suci dari hadats sebagaimana
telah dijelaskan pada Q.S. Al-Maidah/5 : 6.
ْ ُ َ ۡ َ َ َ ۡ َ ۡ ُ َ ۡ َ َ ۡ ُ َ ُ ُ ْ ُ ۡ َ ٰ َ َّ َ ۡ ُ ۡ ُ َ ْ ٓ ُ َ َ َ َّ َ ُّ َ َ
يأيٓا ٱَّلِيَ ءأٌِا إِذا ؼٍتً إَِل ٱلصئة ِ فٱغصِئا وجْٔؾً وأيدِيؾً إَِل ٱلٍراف ِِق وٱمصحٔا َٰٓ
َ َ َ َ ۡ َ َ ۡ َّ ُ ُ َ ۡ َ ۡ ُ َ ُ ََۡ ۡ ُ
لَع َشف ٍر أ ۡو ٰ َض أو َٰٓ ٱظ َّٓ ُر ِّۚوا ْ ِإَون نِتً ٌر ُ ه ۡػ َت ۡني ِإَون ُن
َّ َِت ًۡ ُج ُِ ٗتا ف
ِۚ ِ ة ِ ُر ُءوشِؾً وأرجيؾً إَِل ٱى
ْ ُ َ ۡ َ ٗ ّ َ ٗ َ ْ ُ َّ َ َ َ ٗ ٓ َ ْ ُ َ ۡ َ َ َ ٓ َ ّ ُ ُ ۡ َ ٰ َ ۡ َ ٓ َ ۡ َ ّ ُ ّ ٞ َ َ َ ٓ َ
َتدوا ٌاء ػتًٍٍٔا صػًِدا ظًِتا فٱمصحٔا ِ ًجاء أحد ٌِِؾً ٌَِ ٱىغان ِ ِط أو لٍصتً ٱىن ِصاء في
ًَِّ يد ِِلُ َع ّٓ َر ُك ًۡ َو ِِلُت ُ ؾً ٌّ َِۡ َح َرج َو َلٰؾَِ يُر ُ ۡ َ َ َ َ ۡ َ ُ َّ ُ ُ َ ُ ۡ ّ ُ ۡ ََ ۡ ُ
ِ ِ ٖ ًة ِ ُٔ ُجِْٔؾً وأيدِيؾً ٌِِ ِّّۚ ٌا يرِيد ٱَّلل ِِلجػو غي
َ ُ ۡ َ ُ َّ َ ُ َ
ُ ِۡػ ٍَ َت ُّۥ َغي ًۡؾ ًۡ ى َػيؾ ًۡ تشه ُرون
6. Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka
basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan
(basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka
mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang
air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka
bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu
dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak
membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu
bersyukur. Q.S. Al-Maidah/5 : 6
Dan Sabda Nabi Muhammad SAW
ٍ ُالَ تُ ْقبل صالَةٌ بِغَ ِْْي طُهوٍر والَ ص َدقَةٌ ِمن غُل
ول ْ َ َ ُ َ َُ
“Allah tidak menerima sholat tanpa bersuci dan tidak menerima sodaqoh dari hasil
kejahatan/korupsi” (HSR Jamaah kecuali Bukhari)
Sedangkan dasar dari pensucian badan, pakaian dan tempat salat dari hadits dan aroma
"yang menganggu", banyak diceritakan dengan hadis hadis Nabi saw sehingga jurmul
ulama kecuali Malikiyah berpendapat bahwa mensucikan ketiganya adalah wajib dan
mereka memasukkannya dalam syarat sahnya salat.
3. Menutup aurat. Hal ini didasarkan pada firman Allah :
َ ٱۡش ُبٔا ْ َو ََّل ت ُ ۡۡسفُ ِّۚ ٓٔا ْ إَُّ ُّۥ ََّل ُُي ُِّب ٱل ۡ ٍُ ۡۡسػ
ِني َ ۡ ك َم ۡصج ٖد َو ُُكُٔا ْ َو ُّ َ ۡ ُ ََ ْ ُ ُ َ َ َ ٓ ََٰ
يت ِِن ءادم خذوا زِينتؾً غِِد
ِ ِ ِ ِ ِ
31. artinya : "Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki)
mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan." (QS. Al-a'raf/7:31)
Ayat di atas jelas memerintahkan untuk berpakaian yang baik dan rapi, serta menutup
aurat setiap hendak melaksanakan salat. Para ulama umumnya sepakat bahwa batas
aurat laki-laki yang wajib ditutupi adalah dari pusar (atau pinggul) sampai lutut. (HRR
Tirmidzi dan Ahmad dari Muhammad bin Jasyi ra).
Sedangkan aurat wanita adalah seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangannya.
Wajibnya menutup aurat pada wanita dewasa yang hendak salat.
4. Menghadap ke Masjidil Haram. Hal ini didasarkan pada firman Allah Swt : (QS Al-
Baqarah/2 : 144)
َ ُ َ ْ ُّ َ ُ ُ َ ُ ۡ َ َ َ َ ۡ ۡ َۡ َ ۡ َ َ َ ۡ َ ََّ
... ِت ًۡ ف َٔىٔا ُو ُجْٔؾ ًۡ ش ۡع َرهُ ۗۡۥ ج ِد ٱۡلر ِامِۚ وحًث ٌا ن
ِ فٔ ِل وجٓم شعر ٱلٍص...
Artinya : "Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu
berada, palingkanlah mukamu ke arahnya." (QS Al-Baqarah/2:144)
Ayat ini memerintahkan untuk mengedit ke arah Masjidil haram yakni Kabbah saat
sholat. Sengaja Allah memilih kata Masjidil Haram untuk memberikan kemudahan
bagi orang-orang yang tinggal jauh dari Masjidil Haram sekiranya tidak benar-benar
persis menghadap Ka'bah. Meskipun demikian tetap harus diupayakan sedapat
mungkin dengan ilmu hisab dan geografi mencari ke arah kiblat yang benar lalu
menghadap selalu menghadap ke arah kiblat. Namun dalam keadaan darurat, seperti
dalam keadaan perang (QS. 2:238-239) atau di atas kendaraan yang sedang berjalan,
dibolehkan untuk tidak menghadap ke arah kiblat dengan syarat diusahakan lebih
dahulu untuk menghadap kiblat.
G. MACAM-MACAM SHALAT
Perintah mendirikan shalat yaitu melalui suatu proses yang luar biasa yang dilaksanakan
oleh Rasulullah SAW yaitu melalui Isra‟ dan Mi‟raj, dimana proses ini tidak dapat
dipahami hanya secara akal melainkan harus secara keimanan sehingga dalam sejarah
digambarkan setelah Nabi melaksanakan Isra‟ dan Mi‟raj, umat Islam ketika itu terbagi
tiga golongan, yaitu yang secara terang-terangan menolak kebenarannya itu, yang
setengah-tengahnya dan yang yakin sekali kebenarannya. Dilihat dari prosesnya yang
luar biasa maka shalat merupakan kewajiban yang utama, yaitu mengerjakan shalat dapat
menentukan amal – amal yang lainnya, dan mendirikan sholat berarti mendirikan agama
dan banyak lagi yang lainnya.
Sholat terbagi menjadi dua macam, yaitu:
1. Sholat Fardhu
Yaitu sholat yang diwajibkan Allah SWT kepada hamba-hamba-Nya sesuai
batasan-batasan yang telah dijelaskan-Nya, baik melalui perintah maupun larangan.
Dalam hal ini adalah sholat 5 waktu dalam sehari semalam yang disyariatkan
dimasa sebelum hijrah yaitu pada tahun 11 setelah kenabian Muhammad SAW atau
tahun 621 masehi ketika beliau dimi‟rajkan, adapaun sholat 5 waktu dalam sehari
semalam yaitu:
a. Dzuhur, waktunya dari tergelincirnya matahari kearah barat sampai panjang
bayangan dua kali lipat dari panjang benda aslinya
b. 'Ashar, waktunya dari panjang bayangan dua kali lipat dari panjang benda
aslinya sampai tenggelamnya matahari.
c. Magrib, waktunya dari tenggelamnya matahari sampai hilangnya mendung
merah dilangit.
d. 'Isya', waktunya dari hilangnya mendung merah di langit sampai munculnya fajar
shodiq.
e. Shubuh, waktunya dari menculnya fajar shodiq sampai terbitnya matahari.
2. Sholat Tathowwu'
Yaitu sholat sunnah atau tambahan dari sholat-sholat fardhu 5 waktu.
a. Sholat Tathowwu' Muthlaq
Yaitu sholat sunnah yang batas dan ketentuannya tidak ditentukan oleh syara'.
b. Sholat Tathowwu' Muqoyyad.
Yaitu sholat yang batas dan ketentuannya telah ditentukan oleh syara'.
Ibnu Umar rodhiallohu anhuma berkata: "Aku mengahafal 10 rokaat (sholat)
dari Nabi sholallohu alaihi wa sallam. 2 rokaat sebelum Dzuhur dan 2 rokaat
sesudahnya, 2 rokaat setelah maghrib dirumahnya, 2 rokaat setelah isya'
dirumahnya, dan 2 rokaat sebelum shubuh disaat Nabi sholallohu alaihi wa
sallam tidak boleh dimasuki orang lain". (HR. Bukhori: 118, dan Muslim: 729)
Shalat Sunah (Tathawwu‟), macam-macamnya
a. Shalat sunnah syukrul wudhu (Thuhur) : Apabila selesai berwudhu kemudian
shalat 2 rekaat
b. Shalat antara adzan dan iqamat
c. Shalat Tahiyat al Masjid
d. Shalat Rawatib yaitu shalat sunnah yang mengiringi shalat wajib.
e. Shalat Lail/Tahajud atau di malam bulan Ramadhan disebut shalat taraweh.
f. Shalat Dhuha
g. Shalat Istiharah
h. Shalat Idain (Idul Fitri dan Idul Adha)
i. Shalat Kusufain (shalat dua gerhana) gerhana bulan : Khusuf, gerhana
matahari : Kusuf.
j. Shalat Istisqa‟ (shalat minta hujan) dll.